[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Ini tugas Skripsi saya yang hampir 1 MB

2018, We don't care

Namun, tak ada gunanya, soalnya ada beberapa banyak alasannya. Yaitu Terlalu menjiplak punya temen kampus sendiri, Mesti ini bukan auto plagiat, sudah resmi plagiaris dan akan diSidangkan Jika di hasil per Sidangan terbukti salah maka Sang pelanggakr dikenakan sanksi DO se umur jagung salam ckckckckckckckckckck wkwkwkwkwkwkwkwk Abstraksi FORMAT WAWANCARA Kemampuan Pemecahan Masalah IDEAL Berikut ini adalah langkah-langkah wawancara yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut

FORMAT WAWANCARA Kemampuan Pemecahan Masalah IDEAL Berikut ini adalah langkah-langkah wawancara yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. Pada tahap pembukaan, peneliti memberikan penjelasan terhadap fokus wawancara yang diberikan, tujuan wawancara, serta waktu yang akan dicapai pada saat pedoman wawancara berlangsung. Pada tahap pelaksanaan, peneliti mengupayakan suasana kondusif serta mengembangkan jenis wawancara sesuai dengan kemampuan responden yang diberikan. Pada tahap akhir (penutup), peneliti memberikan refleksi dan tindak lanjut selama pedoman wawancara berlangsung, serta menyertakan lembar validasi yang telah dilakukan oleh beberapa validator di sekitar proses wawancara berlangung. Berikut ini adalah bentuk wawancara pada kemampuan mengidentifikasi suatu permasalahan (Identify the problem). Apakah anda dapat mengidentifikasi soal-soal yang diberikan secara cermat? Kesulitan apa yang anda hadapi pada saat mengidentifikasi suatu permasalahan pada soal tersebut? Apakah anda juga melakukan pemetaan pada masalah yang diketahui pada saat mengerjakan soal tersebut? Berikut ini adalah bentuk wawancara pada kemampuan mendefinisikan suatu permasalahan (Define the problem). Apakah anda dapat mendefinisikan soal-soal yang diberikan tanpa adanya kendala yang terjadi? Apakah anda pernah mencoba menggunakan rumus lain pada soal melalui lembar kerja siswa, atau dari sumber belajar lainnya? Kesulitan apa yang anda hadapi dalam mendefinisikan konsep serta penjabaran yang diketahui pada soal? Berikut ini adalah bentuk wawancara pada kemampuan mengeksplorasi berbagai solusi penyelesaian masalah (Explore the solution). Apakah anda mampu mengeksplorasi soal-soal yang diberikan dan menentukan solusi penyelesaian soal sesuai dengan kemampuan anda? Kesulitan apa saja yang anda alami saat mengeksplorasi (menentukan solusi penyelesaian) terhadap soal tersebut? Berikut ini adalah bentuk wawancara pada kemampuan menjalankan suatu strategi penyelesaian masalah (Act on the strategy). Apakah anda mampu memecahkan masalah pada soal-soal yang diberikan? Apakah anda mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan? Kendala apa yang anda alami dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan? Berikut ini adalah bentuk wawancara pada kemampuan meninjau kembali dan mengevaluasi pengaruhnya (Look back and evaluate the effect). Apa kendala anda saat pengerjaan soal berlangsung? Apakah anda mengetahui strategi kemampuan pemecahan masalah IDEAL (IDEAL problem solving) dan bagaimana pengaruhnya terhadap anda? Jika dilihat dari kemampuan pemechan masalah siswa, apakah strategi kemampuan pemecahan masalah IDEAL (IDEAL problem solving) sudah memenuhi kriteria serta indikator pencapaian yang diberikan? Menurut anda, solusi penyelesian seperti apa yang diharapkan agar anda mampu menyelesaikan berbagai masalah terhadap pengerjaan soal Trigonometri Source ? http://iqbalinformatikaumi.blogspot.co.id/2012/12/macam-macam-himpunan.html Sekian pembahasan mengenai pengertian observasi dan jenis jenis observasi, semoga tulisa saya mengenai pengertian observasi dan jenis jenis observasi dapat bermanfaat. LEMBAR VALIDASI LEMBAR TES ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DITINJAU DARI STRATEGI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IDEAL Lembar validasi ini disampaikan kepada Bapak/Ibu untuk mendapatkan masukan tentang validitas instrumen observasi yang penulis buat. Data pada lembar validasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kelayakan instrumen observasi dan sebagai dasar perbaikan sebelum digunakan pada penelitian. Petunjuk Penilaian: Mohon berikan penilaian Bapak/Ibu pada kolom butir soal dengan cara memberi tanda 0, 1, 2, 3 atau 4 pada kolom sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu. Adapun keterangan penilaian adalah sebagai berikut. 0 = Sangat Kurang 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Mohon berikan penilaian Bapak/Ibu pada bagan tabel penilaian secara umum dengan cara memberi tanda checklist () sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu merasa perlu untuk memberi catatan khusus demi perbaikan instrumen ini, mohon dituliskan pada kolom saran perbaikan. NO ASPEK YANG DINILAI Keterangan Petunjuk 1 Petunjuk pengerjaan soal dinyatakan dengan jelas. 2 Petunjuk indikator pada soal yang diobservasi mudah diamati. 3 Masing-masing indikator pada soal dapat dibedakan dengan jelas. Isi Materi 3 Indikator yang diamati sudah mencakup semua aspek yang mendukung terhadap pengerjaan soal kemampuan pemecahan masalah IDEAL siswa. 4 Indikator terdefinisi dengan soal. Bahasa yang digunakan 5 Kalimat tersusun berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 6 Menggunakan kalimat yang mudah dipahami. Penilaian Secara Umum URAIAN A B C D E Penilaian secara umum terhadap lembar wawancara kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari strategi kemampuan pemecahan masalah IDEAL Keterangan: A = dapat digunakan tanpa revisi B = dapat digunakan dengan revisi sedikit C = dapat digunakan dengan revisi sedang D = dapat digunakan dengan revisi banyak E = tidak dapat digunakan SARAN PERBAIKAN ----------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------------------------------------------- Tanjungpinang, Mei 2019 Validator (………………………………………) NIM Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 1. Diketahui Apakah a. (A+B) sama dengan (B+A) ? b. (A-B) sama dengan (B-A) ? c. (A+B) + C sama dengan A + (B+C) ? Jawaban: 2. Diketahui matriks Maka matriks (AB)-1 adalah … Jawaban: 3. Ali adalah seorang pelajar di suatu sekolah di Kota A. Lima tahun yang lalu, umur Ali sama dengan 4 kali umur Yudi, saudaranya. Empat tahun yang akan datang, dua kali umur Ali sama dengan 3 kali umur Yudi ditambah 1 tahun. Jika x dan y masing-masing menyatakan umur Ali dan umur Yudi, maka: a. Tentukan model matematika pada bentuk persamaan matriks b. Berapakah umur Ali saat ini? c. Berapakah umur Yudi saat ini? d. Berapakah jumlah umur Ali dan Yudi dalam 1 tahun kedepan? Jawaban: Pedoman Penskoran Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah No Soal Langkah penyelesaian 1 Diketahui dan Apakah a. (A+B) = (B+A) ? b. (B-C) = (C-B) ? c. (A+B) + C = A + (B+C) ? Identifikasi masalah yang diketahui. Pada soal ini termasuk bagian dari kesamaan matriks. Kemudian pahami letak matriks yang diketahui. Kemudian tentukan solusi penyelesaian secara bertahap mulai dari (a), kemudian (b), lalu (c). a. Ruas kiri dikerjakan terlebih dahulu, lalu ruas kanan dikerjakan setelahnya. Penjabarannya adalah sebagai berikut. (A+B) = (B+A) = Jadi Benar/Terbukti bahwa (A+B) = (B+A) b. Hampir sama pengerjaannya dengan (a), tapi perhatikan matriks mana yang akan dikerjakan. Penjabarannya yaitu sebagai berikut. (B-C) = (C-B) = Jadi, pada (B-C) = (C-B) terdapat nilai Artinya, Tidak benar/Tidak terbukti bahwa (B-C) = (C-B) c. Hampir sama pengerjaannya dengan (a) dan (b). Hanya saja harus diperhatikan matriks mana yang diketahui dan operasi matriks yang dikerjakan. Penjabarannya yaitu sebagai berikut. (A+B) + C = A + (B+C) = 2 2. Diketahui matriks Maka matriks (AB)-1 adalah … Solusi penyelesaiannya adalah kerjakan perkalian matriks terlebih dahulu, setelah perkalian matriks didapatkan, lalu lakukan invers matriks. Penjabarannya yaitu sebagai berikut. Perkalian matriks dilakukan dengan mengalikan baris matriks terhadap kolom matriks serta sebaliknya. Perkalian ini berlaku pada matriks berordo persegi (AB) = Untuk invers matriks, caranya seperti ini: Misalkan maka 3. Ali adalah seorang pelajar di suatu sekolah di Kota A. Lima tahun yang lalu, umur Ali sama dengan 4 kali umur Yudi, saudaranya. Empat tahun yang akan datang, dua kali umur Ali sama dengan 3 kali umur Yudi ditambah 1 tahun. Jika x dan y masing-masing menyatakan umur Ali dan umur Yudi, maka: a. Tentukan model matematika pada bentuk persamaan matriks b. Berapakah umur Ali dan umur Yudi saat ini? d. Jumlah umur Ali dan Yudi dalam 1 tahun kedepan? a. Nyatakan dulu pernyataan yang diketahui dalam bentuk sistem persamaan linear (SPL), kemudian buatlah model matematika pada matriks. Penjabarannya sebagai berikut. Jika, ax + by = m px + qy = n , maka adalah model matematika pada matriks. a) Diketahui x = umur Ali, y = umur Yudi maka didapatkan - Pada 5 tahun yang lalu, umur Ali sama dengan 4 kali umur Yudi. Persamaannya yaitu x - 5 = 4 (y - 5) , x - 5 = 4y – 20 x = 4y – 20 + 5 , x = 4y – 15 x – 4y = (-15) ……… (1) - Pada 4 tahun yang akan datang, 2 kali umur Ali sama dengan 3 kali umur Yudi ditambah 1. Persamaannya yaitu: 2 (x + 4) = 3 (y + 4) + 1 , 2x + 8 = 3y +12 + 1 2x = 3y + 12 + 1 - 8 , 2x = 3y + 13 - 8 2x = 3y – 5 2x – 3y = 5 …… (2) Dari (1) dan (2) didapatkan x – 4y = (-15) 2x – 3y = 5 Dengan a = 1, b = (-4), m = (-15), p = 2, q = (-3), n = 6. model matematikanya adalah … b) Dari model matematika tersebut akan ditentukan berapakah nilai x dan nilai y Jadi umur Ali adalah 13 tahun dan umur Yudi adalah 7 tahun c) Karena x (Umur Ali) = 13 tahun, dan y (Umur Yudi) = 7 tahun, maka jumlah umur Ali dan Yudi (umur mereka ) dalam satu tahun kedepan adalah: (x+1) + (y+1) = (13+1) + (7+1) = 14+8 = 22 tahun 2 Diketahui matriks Maka matriks (AB)-1 adalah … Solusi penyelesaiannya adalah kerjakan perkalian matriks terlebih dahulu, setelah perkalian matriks didapatkan, lalu lakukan invers matriks. Penjabarannya yaitu sebagai berikut. Perkalian matriks dilakukan dengan mengalikan baris matriks terhadap kolom matriks serta sebaliknya. Perkalian ini berlaku pada matriks berordo persegi (AB) = Untuk invers matriks, caranya seperti ini: Misalkan maka 3. Ali adalah seorang pelajar di suatu sekolah di Kota A. Lima tahun yang lalu, umur Ali sama dengan 4 kali umur Yudi, saudaranya. Empat tahun yang akan datang, dua kali umur Ali sama dengan 3 kali umur Yudi ditambah 1 tahun. Jika x dan y masing-masing menyatakan umur Ali dan umur Yudi, maka: a. Tentukan model matematika pada bentuk persamaan matriks b. Berapakah umur Ali dan umur Yudi saat ini? d. Jumlah umur Ali dan Yudi dalam 1 tahun kedepan? a. Nyatakan dulu pernyataan yang diketahui dalam bentuk sistem persamaan linear (SPL), kemudian buatlah model matematika pada matriks. Penjabarannya sebagai berikut. Jika, ax + by = m px + qy = n , maka adalah model matematika pada matriks. a) Diketahui x = umur Ali, y = umur Yudi maka didapatkan - Pada 5 tahun yang lalu, umur Ali sama dengan 4 kali umur Yudi. Persamaannya yaitu x - 5 = 4 (y - 5) , x - 5 = 4y – 20 x = 4y – 20 + 5 , x = 4y – 15 x – 4y = (-15) ……… (1) - Pada 4 tahun yang akan datang, 2 kali umur Ali sama dengan 3 kali umur Yudi ditambah 1. Persamaannya yaitu: 2 (x + 4) = 3 (y + 4) + 1 , 2x + 8 = 3y +12 + 1 2x = 3y + 12 + 1 - 8 , 2x = 3y + 13 - 8 2x = 3y – 5 2x – 3y = 5 …… (2) Dari (1) dan (2) didapatkan x – 4y = (-15) 2x – 3y = 5 Dengan a = 1, b = (-4), m = (-15), p = 2, q = (-3), n = 6. model matematikanya adalah … b) Dari model matematika tersebut akan ditentukan berapakah nilai x dan nilai y Jadi umur Ali adalah 13 tahun c) Dari bentuk persamaan yang telah diketahui, bahwa y adalah umur Yudi yaitu 7 tahun Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian Observasi dan Jenis Jenis Observasi : – Dewa Ketut Sukardi, 1985. Pengantar Teori Konseling : Suatu Uraian Ringkas. Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta. penelusuran informasi soal PENDAHULUAN Bagaimana kemampuan melibatkan serta buku cetak,matriks ini Jenjang Sekolah : SMK Alokasi Waktu : 30 menit Mata Pelajaran : Matematika Wajib Jumlah Soal : 4 (empat) soal Materi Pokok : Matriks Kelas/Semester : XI/Gasal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 3.1 Menjelaskan bentuk dan kesamaan matriks dengan menggunakan konsep pemecahan masalah konseptual 3.2 Memahami dan menganalisis konsep dasar operasi matriks dan sifat-sifat operasi matriks serta menerapkannya pada pemecahan masalah 3.3 Menganalisis sifat-sifat determinan dan invers matriks berordo 2×2 dan 3×3 3.4 Menganalisis model matematika dalam bentuk matriks dari suatu masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan linear. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari hal-hal yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan 4.1 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan matriks, kesamaan matriks dan operasinya 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan determinan dan invers matriks berordo 2×2 dan 3×3 4.3 Menyajikan dan menyelesaikan model matematika dalam bentuk persamaan matriks dari suatu masalah nyata yang berkaitan dengan sistem persamaan linear. ABSTRAKSI Pengertian dan Jenis Observasi Pengertian Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang diselidiki. Pengertian Observasi dalam Arti Sempit adalah mengamati secara langsung terhadap gejala yang ingin diselidiki. Pengertian Obsevasi dalam Arti Luas adalah mengamati secara langsung dan tidak langsung terhadap gejala-gejala yang diselidiki. Dari pengertian observasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengertian Observasi adalah proses mengamati tingkah siswa dalam suatu situasi tertentu. Situasi yang dimaksud dapat berupa situasi sebenarnya atau alamiah, dan juga situasi yang sengaja diciptakan atau eksperimen. Dalam melakukan observasi kita harus memperhatikan dengan teliti objek yang akan diteliti. Satu sampel yang kita ambil belum bisa dijadikan sebagai kesimpulan dari penilitian, oleh karena itu diperlukan banyak objek penelitian sebagai pembanding dalam melakukan observasi. Alat pengumpul data yang bisa dipergunakan dalam melakukan observasi ialah dengan menggunakan catatan anekdot atau lebih populer disebut blanko observasi. Blanko observasi dapat digunakan oleh pembimbing sebagai alat pembantu dalam mencatat dan mendeskripsikan tingkah laku siswa yang sedang diamati. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam observasi oleh pembimbing yaitu mencatat hanya apa yang nyata-nyata terjadi dan tidak mencampuradukkan dengan berbagai komentar atau interprestasinya terhadap tingkah laku siswa yang diamatinya. | Jenis Jenis Observasi | Jenis Jenis Observasi menurut Marie Jahoda, sebagai berikut. 1.  Observasi Partisipasi Observasi partisipasi merupakan salah satu dari jenis jenis observasi. Observasi partisipasi pada umumnya dipergunakan untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Suatu observasi disebut observasi partisipasi bia observer turut mengambil bagian dalam kehidupan observasi. 2. Observasi Sistematik Observasi sistematik merupakan salah satu dari jenis jenis observasi. Observasi sistematik biasa disebut dengan observasi berkerangka. Sebelum mengadakan observasi terlebih dahulu dibuat kerangka mengenai berbagai faktor dan ciri ciri yang akan diobservasi. 3. Observasi Eksperimental Observasi eksperimental merupakan salah satu dari jenis jenis observasi. Observasi eksperimental memiki ciri ciri sebagai berikut : (1) situasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga observasi tidak mengetahui maksud diadakannya observasi, (2) dibuat variasi situasi untuk menimbulkan tingkah laku tertentu, (3) observasi dihadapkan pada situasi yang seragam, (4) situasi ditimbulkan atau dibuat sengaja, (5) faktor-faktor yang tidak diinginkan pengaruhnya dikontrol secermat mungkin, dan (6) segala aksi-reaksi dari observasi dicatat dengan teliti dan cermat. Bunga sederhana: merupakan hasil dari pokok utang, suku bunga per periode, dan lamanya waktu peminjaman. Rumusan bunga sederhana yaitu: c=pbw, merupakan hasil dari p (pokok utang), b (bunga), dan w (waktu). Dimana c (bunga sederhana) Contohnya: Wiki meminjam Rp 230.000.000 untuk membeli sebuah mobil baru, dengan suku bunga sebesar 9.5% per tahun dan masa pinjaman adalah 5 tahun maka bunganya adalah Rp. 230.000.000 * 0.095 * 5 = Rp. 109.250.000 Bunga sederhana untuk pinjaman Wiki adalah Rp. 109.250.000, maka total pembayaran pokok utang ditambah bunganya adalah Rp. 339.250.000. Contoh lainnya, misalnya pokok utangnya adalah Rp. 100.000 : Utang kartu kredit dimana dikenakan biaya sebesar Rp. 1.000 per harinya maka 1.000/100.000 = 1%/perhari. Obligasi swasta dimana pembayaran kupon bunga pertamanya adalah sebesar Rp 3.000 setelah 6 bulan sejak tangal penerbitan obligasi dan pembayaran kupon keduanya adalah Rp. 3.000 pada saat akhir tahun maka hasilnya adalah : (3.000+3.000)/100.000 = 6%/year. Bunga Deposito yang dibayarkan pada akhir tahun sebesar Rp. 6.000 maka perhitungannya adalah : 6.000/100.000 = 6%/year. Bunga berbunga atau disebut juga bunga majemuk: nilai pokok utang ini akan berubah terus setiap akhir suatu periode dengan penambahan perhitungan bunga . misalnya pokok hutang adalah 1.000 dengan bunga 5%/tahun maka periode tahun pertama pokok hutangnya menjadi 1000+(1.000*5%) = 1.050. Pada periode tahun berikutnya maka perhitungannya menjadi 1050+(1050*5%)= 1.102,50. Suku bunga tetap dan mengambang "Suku bunga tetap" adalah suku bunga pinjaman tersebut tidak berubah sepanjang masa kredit. "Suku bunga mengambang" adalah suku bunga yang berubah-ubah selama masa kredit berlangsung dengan mengikuti suatu kurs referensi tertentu seperti misalnya LIBOR dimana cara perhitungannya dengan menggunakan sistem penambahan marjin terhadap kurs referensi. Kombinasi atas suku bunga tetap dan mengambang ini dimungkinkan serta sering digunakan. Misalnya pada suatu kredit pemilikan rumah dimana disepakati bahwa  Pengertian dan Sejarah Himpunan Himpunan merupakan suatu konsep dasar di matematika. Teori tentang himpunan dikembangkan pertama kali oleh ilmuwan George Cantor (1845-1918). Walaupun pada mulanya teori himpunan dikembangkan secara teoritis, tetapi sekarang teori himpunan banyak sekali diterapkan baik di matematika sendiri, cabang-cabang ilmu lain maupun di kehidupan sehari-hari. Secara intuitif himpunan adalah kumpulan objek-objek yang mempunyai sifat tertentu. Objek-objek dalam himpunan disebut anggota (elemen) himpunan tersebut. hingga tahun ketiga bunganya adalat tetap yaitu 8.5% dan bunga untuk tahun selanjutnya akan ditetapkan sebesar 2% di atas LIBOR. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak siswa yang mengalami masalah dalam proses pembelajaran matematika, salah satunya kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Masalah yang dialami siswa biasanya didasari oleh masalah dari soal-soal yang ada dalam pembelajaran dan masalah akibat kesalahan siswa dalam mengerjakan soal. Selain itu terdapat ciri-ciri suatu soal disebut problem (masalah) dalam perspektif ini terdiri dari 2 hal yaitu, pertama yakni soal tersebut menantang pikiran/challenging atau dengan kata lain, soal itu merangsang pengetahuan siswa, dan kedua yakni soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya (Sumardyono, 2011). Dari pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa soal rutin (sering dipelajari siswa) yang terdiri dari soal soal benar-salah (true-false choices), soal mencocokkan (matching test) atau biasanya disebut soal prosedural kurang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematis (mathematical problem solving). Selain itu, Soal-soal dengan tipe terbuka dan tipe situasi yang termasuk kelompok soal-soal tak rutin (non-routine problem) yang termasuk soal essay, soal pilihan ganda (multiple choices), dan soal crossword puzzle cocok untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Dari 2 kelompok soal-soal tersebut terdapat tipe soal yang digunakan untuk merangsang pengetahuan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardyono (2011: 2-4) bahwa untuk pembahasan lebih lanjut, kita akan melihat sudut pandang dan klarifikasi berbagai macam soal yaitu sebagai berikut: Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan perilaku seseorang dapat diketahui dari usaha seseorang yang dilakukan secara berkelanjutan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diketahui dan dipelajari dalam kehidupan seseorang. Pendidikan dapat merubah perilaku seseorang menjadi lebih baik melalui pembelajaran dan latihan. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik, serta terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Tirtarahardja & Sulo, 2005). Pada pengertian ini, sistematis pada proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap berkesinambungan (procedural). Sedangkan sistemik pada proses pendidikan berlangsung dalam semua situasi kondisi, atau di semua lingkungan yang saling mengisi baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Belajar bukan suatu tujuan, akan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2011). Belajar adalah kegiatan yang berproses dalam menghadapi suatu masalah dengan sikap dan tindakan terbaik bagi siswa. Selain itu, belajar merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan yang berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian dari tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa terhadap lingkungannya. Belajar tidak hanya suatu proses mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta dari pengajaran guru atau melalui buku pelajaran, melainkan belajar merupakan hasil pengalaman dan tahapan tingkah laku masing-masing siswa (Syah, 2010). Strategi pembelajaran merupakan upaya bagi guru dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Strategi pembelajaran terdiri dari strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan. Menurut (Wena, 2011) strategi pembelajaran dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran, strategi pengorganisasian dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran, strategi penyampaian dipengaruhi oleh kendala, dan strategi pengelolaan dipengaruhi oleh karakteristik siswa. Pada dasarnya, mengajar merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar yang efektif (Hamdayama, 2016). Oleh karena itu, metode mengajar yang terorganisir (terstruktur) adalah metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi peserta didik (siswa). Upaya guru dalam memilih metode pengajaran yang baik merupakan salah satu cara meningkatkan mutu pengajaran dan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya dan lingkungan sekolahnya. Matematika adalah bahasa simbol yaitu bahasa yang digunakan untuk menerjemahkan ide atau peristiwa dalam bentuk atau makna yang mudah dipahami. Selain itu, matematika menggunakan ilmu deduktif yaitu ilmu yang memerlukan pembuktian dengan analisis materi hingga menentukan solusi penyelesaian yang tidak secara langsung menerima pembuktian secara induktif yaitu dalam pembelajaran matematika hanya menjelaskan definisi yang telah diketahui, mencari solusi secara tertulis, dan langsung membuat kesimpulan. Setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa pada matematika perlu diberi penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga dapat melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya (Heruman, 2012). Pada matematika, setidaknya harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan (Heruman, 2012). Oleh karena itu, seorang guru hendaknya melakukan pendekatan pembelajaran matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Selain itu, guru dapat memberikan wawasan dan pengetahuan siswa dengan cara menemukan sendiri ide-ide yang dimilikinya. Selain itu, guru tidak mengharuskan siswanya untuk mengingat berbagai contoh hafalan, tugas, atau mengingat fakta pembelajaran. Pembelajaran berbasis pemecahan masalah sangat penting untuk diajarkan terhadap siswa. Selain itu, apabila siswa memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah terhadap siswa. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. Mengingat jenis permasalahan yang akan diajarkan oleh siswa yang terdiri dari berbagai macam permasalahan, maka terdapat berbagai macam strategi pemecahan masalah. Terdapat berbagai macam strategi pemecahan masalah diantaranya: pemecahan masalah Solso, pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, pemecahan masalah sistematis, pemecahan masalah IDEAL dan strategi belajar berbasis masalah (Wena, 2011). Strategi kemampuan pemecahan masalah IDEAL merupakan salah satu strategi yang efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Strategi IDEAL pada pembelajaran terdiri dari lima tahap diantaranya: Identify the problem, Define the problem, Explore the solution Act on the strategy,dan Look back and evaluate the effect (Wena, 2011). Secara ringkas, strstegi IDEAL menerapkan pembelajaran terhadap siswa yang dimulai dengan identifikasi masalah dengan menganalisis suatu masalah, mendefinisikan masalah dengan merumuskan berbagai permasalahan, mencari solusi permasalahan terhadap sudut pandang siswa, melaksanakan strategi pemecahan masalah dengan berbagai variasi pembelajaran yang diterapkan, dan mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh yaitu guru mengoreksi kembali hasil pembelajaran siswa. Strategi pemecahan masalah IDEAL lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa Sekolah Menengah Atas dibandingkan dengan strategi pembelajaran lainnya (Wena, 2011). Hal tersebut dibuktikan pada siswa SMA pada umumnya berusia 15 sampai 19 tahun, dimana mereka terlibat secara berkelompok dalam pemahaman konsep dan pengerjaan soal-soal yang bersifat konkrit dan realistik. Banyak anak yang mengalami kesulitan di SMP justru berprestasi lebih baik di jenjang SMU, karena di SMU lebih banyak kelompok sosial yang dapat mereka ikuti, terutama teman-teman sekelas biasanya lebih toleran (Leonhardt dalam Pangestuningsih, 2002). Akan tetapi, siswa SMA pada kemampuan individunya berada pada tahap yang kurang jelas baik dalam mengendalikan emosi maupun egonya karena mereka belum memiliki daya analisis dan abstraksi yang sempurna. Selain itu, siswa SMA memerlukan bimbingan dan pembinaan dengan baik dan teratur. Oleh karena itu, sebagai guru yang mengajar langsung di kelas dan berhadapan langsung terhadap siswa SMA di dalamnya diperlukan profesionalitas dalam memahami dan memimbing para siswa. Dari berbagai uraian diatas, fokus penelitian yang peneliti ajukan adalah Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas XI pada Materi Matriks Ditinjau dari Strategi Pemecahan Masalah IDEAL di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti menetapkan batasan masalah yaitu sebagai berikut: Penelitian ini memfokuskan pada kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau dari strategi pemecahan masalah IDEAL. Peneliti hanya membatasi masalah pada materi matriks kelas XI SMA/K sederajat dengan pedoman kurikulum 2013. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah kemampuan pemecahan masalah siswa diterapkan pada siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang pada materi Matriks ditinjau dari strategi pemecahan masalah IDEAL? Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau dari strategi pemecahan masalah IDEAL di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Manfaat Penelitian Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya dalam jurusan pendidikan Matematika, yaitu memberikan sumbangan terhadap pembelajaran Matematika terutama pada materi Matriks kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Praktik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian, diantaranya: Bagi peneliti, manfaat dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung dalam menerapkan kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari strategi pemecahan masalah IDEAL pada materi matriks kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Bagi siswa, penelitian ini memberikan manfaat untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah sesuai dengan karakter masing-masing siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Bagi guru, penelitian ini memberikan manfaat dalam mengembangkan berbagai metode dalam analisis kemampuan masalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan stretegi dan desain pembelajaran, termasuk juga metode dan media pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Definisi Operasional Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti memaparkan definisi operasioanal yaitu sebagai berikut. Analisis adalah cara atau usaha untuk menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan berdasarkan data penelitian. (Mulyatiningsih, 2011) Masalah matematika dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kesenjangan dalam persoalan mencari (problem to find), dan kesenjangan dalam persoalan membuktikan (problem to prove) dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dimiliki terhadap soal. (Yuwono, 2016) Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. (Wena, 2011) Strategi kemampuan pemecahan masalah IDEAL adalah salah satu strategi yang paling efektif digunakan pada kegiatan pembelajaran yang terdiri dari lima tahap diantaranya: Identify the problem, Define the problem, Explore the solution Act on the strategy,dan Look back and evaluate the effect. (Wena, 2011) BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pengertian Masalah dan ciri-ciri masalah Banyak siswa yang mengalami masalah dalam proses pembelajaran matematika, salah satunya kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Masalah yang dialami siswa biasanya didasari oleh masalah dari soal-soal yang ada dalam pembelajaran dan masalah akibat kesalahan siswa dalam mengerjakan soal. Ciri-ciri suatu soal disebut problem/masalah dalam perspektif ini paling tidak memuat 2 hal, yaitu soal tersebut menantang pikiran/challenging artinya soal itu merangsang pengetahuan siswa, serta soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya (Sumardyono, 2011). Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa soal rutin yaitu soal-soal yang sering dikerjakan siswa kurang dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematis (mathematical problem solving). Selain itu, soal-soal pada kelompok soal-soal tak rutin (non-routine problem) cotohnya pada soal-soal dengan tipe terbuka dan soal-soal dengan tipe situasi, soal-soal uraian (essay) termasuk uraian terbatas dan uraian lengkap, soal-soal pilihan ganda (multiple choices), serta berbagai macam soal-soal teka-teki atau soal crossword puzzle cocok untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Menurut Sumardyono (2011) untuk pembahasan lebih lanjut tentang permasalahan soal tersebut, kita akan melihat sudut pandang dan klarifikasi berbagai macam soal yaitu sebagai berikut: Tipe soal ingatan (recognition) yaitu tipe soal yang biasanya dilakukan dengan tindakan guru meminta kepada siswa untuk mengenali fakta-fakta matematika, definisi, serta pernyataan suatu teori (dalil). Tipe soal prosedural atau algoritma (algorithm) yaitu tipe soal yang biasanya dilakukan dengan tindakan guru menghendaki penyelesaian siswa berupa sebuah prosedur langkah demi langkah serta algoritma (prosedur pemecahan) hitung, Tipe soal terapan (application) yaitu penyelesaiannya memuat perumusan masalah ke model matematika dan biasanya memanipulasi simbol-simbol berdasarkan satu atau bebrapa algoritma atau prosedur pemecahan, Tipe soal terbuka (open search) yaitu tipe soal biasanya dilakukan dengan pemecahan masalah yang tidak tampak pada soal, umumnya soal tersebut membutuhkan kemampuan melihat pola dan membuat dugaan. Tipe soal situasi (problem situation) yaitu tipe soal yang biasanya dilakukan dengan tindakan guru memimbing siswa mengidentifikasi masalah dalam situasi tersebut sehingga penyelesaian dapat dikembangkan siswa. Tidak hanya soal yang menjadi pemicu dari suatu masalah. Selain itu, masalah yang terjadi pada siswa biasanya didapati oleh pembelajaran yang keliru. Hal ini sesuai dengan pendapat Rakhmaniah (2017) bahwa terdapat kesalahan langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam soal matematika antara lain: Kesalahan siswa dalam mengoperasikan proses langkah pengerjaannya (pengerjaan soal) tetapi jawaban akhirnya benar. Kesalahan siswa dalam menjawab, tetapi langkah pengerjaannya benar. Kesalahan dalam mengerjakan operasi dasar. (perkalian dan pembagian) Menurut Hamalik (2005) terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya masalah dalam belajar yaitu faktor internal siswa, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan keluarga dan masyarakat (faktor sosial). Faktor internal, dimana potensi yang ada dalam diri siswa seperti keadaan fisik dan kesehatan tubuh, kondisi mental, minat dan bakat, motivasi, dan kepribadian siswa berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah. Faktor lingkungan di sekolah, artinya kondisi di sekitar sekolah, penerangan di dalam kelas, serta sarana pendukung yang memadai disekitar sekolah sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah. Faktor sosial, dimana cara interaksi siswa terhadap orangtua siswa dan masyarakat disekitarnya, cara siswa bersikap dengan siswa lainnya, cara siswa patuh terhadap gurunya ataupun cara guru mengajar kepada para siswanya 2.1.2 Definisi masalah matematis Dalam pembelajaran matematika, suatu kondisi dikatakan sebagai masalah (problem) apabila penyelesaian kondisi tersebut tidak segera ditemukan. Kondisi tersebut bisa berupa soal-soal yang dipelajari siswa, namun tidak semua soal merupakan pemicu terjadinya masalah. Suatu masalah dapat dikatakan tertutup apabila memiliki satu jawaban atau satu cara penyelesaian, serta suatu masalah dapat dikatakan terbuka apabila memiliki beragam jawaban atau beragam solusi penyelesaian (Sumarmo, 2015). Masalah matematis (mathematical problem) adalah kondisi dimana seseorang mengalami suatu kesenjangan antara kenyataan dan harapan dalam memahami serta menyelesaikan materi matematika. Menurut Yuwono (2016) bahwa masalah matematika dapat diklasifikasikan dalam ciri-ciri yaitu sebagai berikut: Kesenjangan dalam persoalan mencari (problem to find) yaitu kesenjangan seseorang dalam mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai serta objek tertentu yang diketahui dalam soal yang merupakan hal terpenting dalam menyelesaikan suatu masalah matematis. Kesenjangan dalam persoalan membuktikan (problem to prove) yaitu kesenjangan seseorang dalam memberikan prosedur untuk menentukan apakah suatu pertanyaan atau persoalan bersifat benar atau tidak benar dengan melibatkan hipotesis dan menarik suatu kesimpulan. Dari masalah matematis yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa masalah matematis didasari atas kesenjangan dan harapan siswa dalam menganalisis soal ataupun dalam memahami suatu materi. Oleh karena itu, sebagai guru hendaknya memberikan suatu alternatif solusi dalam menyelesaikan suatu materi pembelajaran dan tidak memberatkan siswa dalam menyelesaikan masalah dihadapannya. Suatu pertanyaan atau persoalan merupakan suatu masalah bagi siswa jika ia tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan prosedur rutin yang telah diketahui (Fadillah, 2009). Dalam pembelajaran matematika, suatu kondisi dikatakan sebagai masalah (problem) apabila penyelesaian kondisi tersebut tidak segera ditemukan. Kondisi tersebut bisa berupa soal-soal yang dipelajari siswa, namun tidak semua soal merupakan pemicu terjadinya masalah. Masalah dapat bersifat tertutup (closed problem) dan dapat bersifat terbuka (open problem). Suatu masalah dapat dikatakan tertutup apabila memiliki satu jawaban atau satu cara penyelesaian, serta suatu masalah dapat dikatakan terbuka apabila memiliki beragam jawaban atau beragam solusi penyelesaian (Sumarmo, 2015). Terdapat empat jenis masalah matematika pada siswa yaitu masalah translasi, masalah aplikasi, masalah proses, dan masalah teka-teki (Adjie & Maulana, 2006). Keempat jenis masalah tersabut sering dialami siswa dan perlu ada langkah yang efektif dalam menyelesaian masalah tersebut. Berikut ini adalah penjabarannya. Masalah translasi yaitu masalah yang dialami siswa tentang bagaimana cara melakukan dimana masalah tersebut membutuhkan kemampuan menafsirkan atau menerjemahkan kata yang sering didengar siswa ke dalam simbol matematika dan diselesaikan dengan menganalisisnya ke bentuk yang lebih sederhana. Masalah aplikasi yaitu masalah yang dialami siswa tentang bagaimana cara menerapkan berbagai teori serta konsep yang dipelajarinya, dimana masalah tersebut membutuhkan berbagai macam keterampilan dan prosedur matematis agar siswa dapat menyadari kegunaan maematika yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Masalah proses yaitu masalah yang dialami siswa tentang bagaimana cara menyusun langkah-langkah penyelesaian, merumuskan pola penyelesaian dan menemukan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah matematika, dimana proses tersebut membutuhkan peran siswa dalam menyeleksi masalah di berbagai situasi serta cermat dalam menyelediki suatu permasalahan matematika yang dihadapinya. Masalah teka-teki yaitu masalah yang dialmi siswa tentang bagaimana cara siswa menyelesaikan masalah berupa pertanyaan atau soal latihan yang bersifat tak rutin (non routine problems) agar siswa dapat mencapai tujuan afektif (sikap dan kepribadian) sesuai yang diharapkannya. 2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan pemecahan masalah adalah cara seseorang dalam mencari serta menemukan jawaban atau informasi dari pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki pada dirinya. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah adalah suatu proses terencana sebagai usaha seseorang mencari jalan keluar dari suatu kesulitan yang didapatkannya. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk berpikir secara kompleks dan mendalam untuk memecahkan suatu masalah (Gunawan, 2007). Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sangatlah penting dimiliki oleh siswa. Tujuannya agar siswa dapat mengasah pengetahuan dan keterampilan dalam pengerjaan soal tidak rutin ataupun soal-soal tantangan (challenging) yang terlihat baru olehnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Yarmayani (2016) ada beberapa manfaat yang akan diperoleh oleh siswa melalui pemecahan masalah, yaitu: Siswa akan belajar bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan suatu soal (dengan cara berpikir divergen) dan ada lebih dari satu solusi yang mungkin dari suatu soal. Siswa terlatih untuk melakukan eksplorasi dalam pembelajaran, mampu berpikir secara komprehensif danbernalar secara logis. Mampu mengembangkan kemampuan komunikasi, dan membentuk nilai-nilai sosial melalui kegiatan secara berkelompok. 2.1.4 Strategi Kemampuan pemecahan masalah IDEAL Mengingat jenis permasalahan yang ada dalam pengelolaan kelas dan pengelolaan siswa, terdapat juga strategi pemecahan masalah sebagai alternatif kemampuan pemecahan masalah siswa. Macam-macam pemecahan masalah yang dibahas antara lain pemecahan masalah yang dikembangkan Solso, pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, strategi pemecahan masalah sistematis, inkuiri biologis, inkuiri jurisprudensial, inkuiri sosial, strategi latihan inkuiri, strategi pemecahan masalah ideal, dan strategi belajar berbasis masalah (Wena, 2011). Pada dasarnya, hasil akhir pembelajaran dengan penerapan kemampuan pemecahan masalah di kelas yaitu menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam memecahkan suatu masalah, dan siswa dapat meningkatkan hasil belajar sesuai jenjang sekolah mereka. Dalam pembelajaran di kelas terdapat permasalahan siswa, terutama saat dihadapkan dengan materi pelajaran yang cukup kompleks, rumit, dan abstrak untuk dipelajari siswa selama pembelajaran berlangsung. Permasalahan yang rumit dan kompleks untuk dikerjakan siswa akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya yang mengakibatkan proses pembelajaran yang kurang efektif, serta menyita waktu belajar di dalam kelas. Strategi pemecahan masalah ideal terdiri dari lima tahap pembelajaran, yaitu identifikasi masalah atau Identify the problem, mendefinisikan masalah atau Define the problem, mencari solusi permasalahan atau Explore the solution, melaksanakan strategi pembelajaran atau Act on the strategy, dan mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh belajar atau Look back and evaluate the effect (Wena, 2011). Pada siswa, strategi ini dapat membantu siswa dalam kemampuan pemecahan masalah serta peningkatan hasil belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Wena (2011) bahwa beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap strategi pemecahan masalah IDEAL sebagai berikut: stategi pemecahan masalah IDEAL lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA dibandingkan dengan strategi pemecahan lain, dan penerapan strategi pemecahan masalah IDEAL terbukti secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah pada bidang (jurusan) IPA. Oleh karena itu, strategi pemecahan masalah ideal adalah alternatif terbaik bagi siswa yang dapat dipelajari oleh setiap karakter siswa, walaupun terdapat kendala dalam pengelolaan waktu pembelajaran. Namun, ada beberapa bagian yamg menjadi kendala (obstacles) sehingga strategi pemecahan masalah ideal sangat susah diterapkan siswa. Oleh karena itu, kreatifitas dalam kemampuan pemecahan masalah ideal haruslah berkaitan dengan indikator pemecahan masalah ideal agar tidak mengalami berbagai kendala yang dapat menganggu siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah penjabarannya. Tabel 2.1 – Indikator pemecahan masalah IDEAL dan bentuk kegiatan siswa Langkah Pemecahan Masalah IDEAL Bentuk Kegiatan Siswa Identifikasi masalah (Identify the problem) Memahami permasalahan (problems) secara umum.(general). Mencermati aspek-aspek yang berka- itan dengan permasalahan (problems) Mengembangkan/menganalisis permasalahan. Melakukan pemetaan permasalahan. Mengembangkan hipotesis. Mendefinisikan masalah (Define the problem) Mencermati data/hal yang sudah diketahui atau yang belum diketahui. Mencari dan Menelusuri berbagai informasi dari berbagai sumber.. Melakukan penyaringan berbagi informasi yang telah terkumpul. Merumuskan berbagai permasalahan. Mencari Solusi (Explore the solution) Mengembangkan solusi sesuai pemahaman siswa. Menentukan solusi pembelajaran. Melaksanakan Strategi (Act on the strategy) Melakukan pemecahan masalah secara bertahap (gradually). Mengkaji kembali dan mengevaluasi Pengaruhnya (Look back and evaluate the effect) Melihat dengan mengkoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah. Mengkaji pengaruh dan mengevaluasi di dalam pembelajaran. 2.1.5 Pengertian Matriks Kulikurum 2013 lahir sebagai jawaban dari berbagai kritikan pada kurikulum 2006 (KTSP) yang cenderung memberikan beban siswa untuk kemampuan berpikirnya, terutama pada kemampuan pemecahan masalah siswa. Dengan diterapkannya kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi pada pembelajaran diharapkan siswa dapat memberikan situasi belajar yang produktif, kreatif, dan inovatif pada dirinya dan kelompok siswa (Mulyasa, 2015). Matriks adalah salah satu materi pembelajaran untuk jenjang SMA dan SMK sederajat, namun fokus pembelajaran ini ditujukan pada kelas XI SMK dengan pendekatan kurikulum 2013. Berikut ini adalah kompetensi dasar dan indikator matriks pada tingkat pendidikan kelas XI SMK yaitu sebagai berikut. Tabel 2.2 – Kompetensi dasar dan indikator matriks pada kurikulum 2013 Materi yang dianalisis Bentuk umum dan transpose matriks, Operasi dasar dan kesamaan Matriks Determinan dan invers matriks, adjoint matriks Menyelesaikan matriks berbentuk AB = C, dan menyelesaikan sistem persamaan linear dalam bentuk matriks Analisis adalah cara atau usaha untuk menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan berdasarkan data penelitian (Taylor dalam Mulyatiningsih, 2011: 43) Melalui proses pengamatan, bertanya, mengumpulkan informasi dan diskusi, peserta didik dapat: (a) menjelaskan konsep matriks dan menentukan unsur-unsur matriks, serta (b) menyajikan masalah konstektual ke dalam bentuk matriks dengan terlibat secara aktif, bekerjasama, dan toleran pada proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif (Masriyati, 2015). Oleh karena itu, pada lembar kerja siswa ataupun buku pegangan guru terdapat peta konsep dan tujuan pembelajaran sebagai pendahuluan siswa sebelum memulai pelajaran. Pada desain penelitian, peneliti memulai dengan melakukan analisis matriks ditinjau dari strategi kemampuan masalah IDEAL. Peneliti beralasan karena strategi kemampuan masalah IDEAL dapat menjadi indikator dalam mengetahui kesalahan siswa pada materi matriks. Materi matriks di kelas XI merupakan materi yang baru dipelajari siswa pada jenjang SMA dan SMK sederajat. Karena sasaran materi tersebut difokuskan pada siswa SMK, maka pembelajaran secara realistik akan dilakukan selama kegiatan observasi di sekolah dan disesuaikan dengan kemampuan para siswa tersebut. 2.2 Studi Relevan Jurnal pendidikan matematika oleh Ali Shodikin, mahasiswa yang berjudul: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Melalui Strategi Abduktif-Deduktif Pada Pembelajaran Matematika memiliki perbedaan terhadap studi yang akan peneliti lakukan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan fokus penelitian mengguanakan desain penelitian murni (true experimental design). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 34 siswa kelas XI di salah satu SMA di kabupaten Pati tahun 2013/2014. Sampel penelitian adalah seluruh populasi penelitian yang diteliti. Fokus materi yang dilakukan adalah materi suku banyak kelas XI pelajaran matematika. Instrumen penelitian yang dikembangkan adalah bahan ajar, instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis, lembar pengamatan kinerja guru, lembar penilaian aktivitas siswa, dan instrumen wawancara yang divalidasi oleh ahli. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, dokumentasi, angket, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data dilakukan menggunakan kemampuan awal matematis, penggunaan uji normalitas dan uji homogenitas, dan penggunaan uji t. Pada hasil penelitian, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa difokuskan pada empat indikator yaitu: kemampuan mengidentifikasi unsur yang diketahui, merumuskan masalah matematik yaitu dengan menyusun model matematik, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah yaitu dengan menerapkan strategi abduktif-deduktif, dan menginterpretasikan hasil sesuai masalah asal. Anggota sampel penelitian dibagi berdasarkan kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta kemampuan siswa dibagi dalam kategori KAM, yaitu pada tingkat tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan data penelitian terbukti bahwa secara keseluruhan siswa kelas eksperimen menunjukkan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis yang meningkat dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Skripsi oleh Kartika Wulandari dengan judul: Implementasi Pendekatan Problem Solving Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran KKPI memiliki perbedaan terhadap studi yang akan peneliti lakukan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan Kuantitatif. Desain penelitian dilakukan melalui perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan dalam 3 siklus pada penelitian tindakan. Populasi pada penelitian ini yaitu 32 siswa kelas X jurusan TGB-1 SMK Negeri 1 Seyegan. Sampel penelitian adalah seluruh populasi penelitian yang diteliti. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran KKPI berbentuk checklist, lembar observasi kemandirian belajar siswa berbentuk lampiran, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data dilakuakan menggunakan data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran KKPI secara deskriptif, dan data hasil observasi kemandirian belajar siswa secara deskriptif kualitatif. Pada hasil penelitian didapatkan kegiatan dilaksanakan satu kali selama seminggu pada hari kamis jam pertama sampai jam kedua pelajaran (2 x 45 menit) dengan tenggat waktu 6 minggu serta materi setiap minggu berbeda pada mata pelajaran KKPI yang dibagi dalam 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Pada siklus tahap I, tindakan-tindakan penelitian yang ditempuh yaitu, melakukan kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan observasi tindakan dengan pendekatan pemecahan masalah IDEAL, dan kegiatan penutup dengan memberikan kesimpulan dan refleksi. Selama pembelajaran, masih banyak permasalahan siswa diantaranya suasana kelas yang kurang kondusif, siswa asyik mengobrol dan tidak memperhatikan materi, siswa enggan untuk bertanya serta tak acuh terhadap materi yakni fokus menonton film dan bermain game. Akan tetapi, pada faktor guru dikarenakan guru terlalu ketat (detail) dalam membimbing siswa serta belum melibatkan siswa dalam pengambilan kesimpulan pada kegiatan penutup pembelajaran. Hal tersebut membuat peneliti melakuakan perbaikan terhadap siklus selanjutnya untuk menentukan indikator keberhasilan siswa. Pada hasil analisis lembar observasi kemandirian belajar siswa dengan pendekatan kemampuan pemecahan masalah siswa, didapatkan rata-rata keseluruhan siswa pada tahap awal yang meningkat dengan rata-rata keseluruhan siswa pada tahap berikutnya. Akan tetapi, dibutuhkan 3 siklus untuk mencapai indikator keberhasilan siswa dikarenakan pada siklus I dan siklus II, tingkat kemandirian siswa masih kurang yang ditunjukkan dengan kurang aktifnya siswa dalam bertanya, motivasi siswa masih kurang dalam kegiatan praktikum, dan sebagian siswa belum memahami langkah-langkah dalam penyelesaian masalah. Pada akhir kegiatan pembelajaran dilakukan refleksi untuk mengetahui kekurangan dalam tindakan di dalam kelas. Penerapan problem solving telah memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa. 2.3 Kerangka berpikir Secara umum, masalah dalam pembelajaran didefinisikan sebagai suatu kesenjangan antara materi pelajaran yang dihadapi siswa terhadap kondisi tertentu yang ada di sekolah sehingga menghambat kelancaran proses kemampuan para siswa dan menimbulkan kesulitan dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa mengalami suatu masalah di sekolah, yaitu: faktor internal siswa yaitu kondisi fisik dan kepribadian siswa, faktor lingkungan di sekolah yaitu sarana dan prasarana penunjang yang ada di sekitar sekolah, dan faktor sosial yaitu cara interaksi siswa terhadap masyarakat disekitarnya. Masalah matematis adalah masalah pada pembelajaran matematika yang terjadi akibat kondisi dimana siswa mengalami suatu kesenjangan antara kenyataan dan harapan dalam memahami serta menyelesaikan materi matematika. Kesenjangan tersebut bisa disebabkan pada proses mencari dan proses membuktikan suatu materi matematika. Selain itu, terdapat beberapa jenis masalah pada matematika yaitu masalah translasi (perpindahan) ke konsep matematika, masalah aplikasi, masalah proses, dan masalah teka-teki. Keempat jenis masalah tersebut sering dialami siswa dan diperlukan langkah efektif dalam menyelesaikannya. Pemecahan masalah (problem solving) adalah usaha seseorang untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapinya agar seseorang tersebut dapat mencapai suatu tujuan dan hasil yang diharapkannya. Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah diartikan sebagai usaha seseorang dalam mencari solusi penyelesaian dari materi matematika yang dipelajari saat itu agar ia mengerti dan memahami materi yang dipelajarinya sesuai apa yang diharapkannya. Tahap pemecahan masalah secara umum terdiri dari beberapa langkah yaitu tahapan memahami masalah, menyusun strategi, melaksanakan strategi dan memeriksa hasil pembelajaran yang diperoleh. Kemampuan pemecahan masalah pada matematika sangatlah penting dipahami dan dimiliki oleh siswa, karena ada beberapa manfaat yang diperoleh siswa yaitu ada banyak cara yang dimiliki siswa dalam memecahkan suatu masalah serta menyelesaikan soal lebih dari satu solusi penyelesaian sesuai kemampuannya, siswa terlatih melakuakan eksplorasi lebih jauh tentang materi yang dipelajarinya serta mampu berpikir logis, dan siswa mampu meningkatkan komunikasi dan nilai-nilai social salah satunya pada kegiatan secara berkelompok. Secara umum, terdapat berbagai macam strategi pemecahan masalah yaitu pemecahan masalah Solso, pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, pemecahan masalah sistematis, pemecahan masalah IDEAL dan strategi belajar berbasis masalah. Atas dasar ini, diperlukan strategi kemampuan pemecahan masalah IDEAL (ideal problem solving) sebagai suatu alternatif dalam memecahkan masalah yang bersifat kompleks dan rumit untuk diselesaikan karena terdapat beberapa tahapan pemecahan masalah yang bertujuan agar siswa dapat mendiskripsikan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapinya. Tahapan pemecahan masalah IDEAL terdiri dari 5 langkah penyelesaian, yaitu identifikasi masalah (Identify the problem), mendefinisikan masalah (Define the problem), mencari solusi permasalahan (Explore the solution), melaksanakan strategi pembelajaran (Act on the strategy), dan mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh belajar (Look back and evaluate the effect). Kelima tahapan tersebut tidak akan berjalan sesuai rencana apabila terdapat kendala dalam prosesnya serta menyita banyak waktu. Oleh karena itu, kreativitas siswa dalam memahami kemampuan pemecahan IDEAL harus disesuaikan dengan indikator pemecahan masalah yang diberikan. mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran di sekolah serta dapat diketahui kelemahan serta kekurangan para siswa dalam memecahkan suatu masalah yang diketahuinya. Sehingga pada penelitian selanjutnya peneliti dapat mengevaluasi kembali apakah strategi yang dilakukan sudahkah tepat atau efektif terhadap siswa. Kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas disajikan dalam bagan yaitu sebagai berikut. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada penelitian ini, pendekatan yang dilakukan peneliti adalah pendekatan kualitatif. Alasan peneliti menggunakan pendekatan ini adalah pendekatan tersebut memiliki beberapa ciri-ciri yang sangat jelas terhadap penelitian kualitatf. Desain penelitian bersifat lentur dan terbuka artinya penelitian tersebut disesuaikan dengan kondisi sebenarnya di lapangan studi atau kondisi saat observasi di sekolah. Selain itu, data penelitian diambil dari latar alami (natural setting) serta data yang dikumpulkan berupa data deskriptif/gambaran rinci dari kegiatan peneliti) dan data reflektif/hasil observasi peneliti (Nugrahani, 2014). Selanjutnya, penelitian kualitatif lebih meningkatkan proses dari pada hasil dan sangat mementingkan makna. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini tentang analisis kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau dari strategi kemampuan pemecahan IDEAL (IDEAL problem solving) dilakukan di SMK Negeri 1 Tanjungpinang yang beralamat di Jalan Pramuka, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya proposal penelitian dan surat rekomendasi penelitian di sekolah yang dilaksanakan selama kurang lebih 3 minggu yang dimulai pada 26 November – 17 Desember 2018 atau pada tepatnya pada semester gasal tahun ajaran 2018/2019. 3.3 Instrumen Penelitian Keberadaan instrumen dalam penelitian sangatlah penting karena dapat digunakan sebagai alat bantu atau sarana dalam pengumpulan suatu data yang harus dijaga keabsahannya. Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar penelitian tersebut menjadi sistematis dan teratur (Arikunto, 2010). Dari berbagai definisi yang telah dijabarkan, instrumen penelitian yang akan digunakan adalah peneliti sebagai instrumen utama, instrumen tes, dan lembar observasi yang akan dijabarkan yaitu sebagai berikut. 3.3.1 Peneliti Peneliti sebagai intstrumen utama dalam penelitian sangatlah penting karena kedudukan peneliti dalam menjalankan suatu penelitian cukuplah rumit. Hal tersebut dikarenakan tindakan peneliti adalah seorang perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis data, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor terhadap hasil penelitiannya (Moleong, 2014). Oleh karena itu diperlukan karakteristik yang dapat membangun sikap peneliti dalam melaksanakan penelitian yang mencakup ciri-ciri umum, kualitas dan profesioalitas yang dilakukan peneliti, serta kemungkinan peningkatan peneliti sebagai instrumen utama penelitian. Ciri-ciri umum peneliti sebagai instrumen mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, memproses data sesegera mungkin, mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan, serta kemampuan idiosinkratik (Moleong, 2014). Berikut ini adalah penjabarannya, yaitu sebagai berikut. Responsif yaitu ciri-ciri peneliti yang selalu interaktif terhadap orang lain dan lingkungannya dengan peneliti memahami apa yang diharapkan subjek serta peneliti menyediakan objek yang bermanfaat selama penelitian berlangsung. Dapat menyesuaikan diri maksudnya peneliti hampir tidak terbatas dapat menyesuaikan dirinya pada keadaan dan situasi pengumpulan data. Selain itu, peneliti tersebut dapat melakukan beberapa tugas pengumpulan data sekaligus yaitu dengan membuat instrumen penelitian, serta membuat catatan/laporan penelitian dan mengamati ruangan di sekitarnya atau dengan kata lain ia bertugas ganda di lapangan. Menekankan keutuhan, yaitu peneliti memafaatkan imajinasi dan kreativitasnya, serta memandang dirinya dan kehidupannya sebagai suatu keutuhan, bersifat nyata (real), benar dan mempunyai arti. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan yaitu peneliti tersebut membutuhkan pembekalan dengan pengetahuan dan latihan-latihan yang diperlukan baik secara sadar ataupun tidak. Pembekalan tersebut didapakan dari pengalaman praktik pengalaman sebelumnya ataupun pada kegiatan pra-penelitian sebagai pembekalan sebelum melakukan penelitian langsung di lapangan. Memproses data secepatnya yaitu tindakan peneliti setelah diperolehnya data tersebut, peneliti menyusunnya kembali dengan mengubah arah inkuiri atas dasar penemuannya, merumuskan hipotesis kerja sewaktu di lapangan, dan mengetes hipotesis kerja tersebut kepada respondennya. Kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan yaitu kemampuan peneliti untuk menjelaskan sesuatu hal yang kurang dipahami oleh subjek/responden. Selain itu, peneliti tersebut berusaha untuk memperoleh kejelasan lagi ataupun menguji informasi yang mulanya meragukan baginya. Kemampuan mengikhtisarkan biasanya digunakan peneliti saat wawancara berlangsung. Selain itu, kemampuan mengikhtisarkan bermanfaat untuk mengecek kembali keabsahan data yang diperoleh, memperoleh persetujuan dari subjek/responden tentang apa yang dikemukakan sebelumnya, dan memberikan kesempatan subjek untuk mengemukakan pokok penting tentang apa yang belum tercakupi pada pengikhtisaran sumber. Kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan idiosinkratik yaitu kemampuan peneliti untuk menggali informasi lain yang tidak direncanakan sebelumnya atau yang tidk terduga dengan mencari dan berusaha menggali lebih dalam, bukan menghindarinya. 3.3.2 Observasi Beberapa pokok persoalan yang akan dibahas mengenai observasi atau pengamatan mencakup alasan pemanfaatan pengamatan, macam-macam pengamatan, derajat peranan pengamat, dan berbagai kelebihan dan kelemahan pengamatan. Alasan mengapa pengamatan dilakukan dalam penelitian kualitatif, serta alasan pemanfaatan pengamatan yaitu dipaparkan sebagai berikut. Pertama yaitu teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung yang merupakan alat yang ampuh untuk mengetes/menguji suatu kebenaran, kedua yaitu teknik pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri serta selanjutnya mencatat perilaku subjek dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya, ketiga yaitu pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan langsung diperoleh dari data, keempat yaitu sering terjadi keraguan pada peneliti serta kemungkinan keliru pada peneliti yang disebabkan adanya jarak (gap) anatara peneliti terhadap sunjek yang diwawancarai, kelima yaitu teknik pengamtan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit serta situasi perilaku/subjek penelitian yang kompleks, dan keenam yaitu pengamatan sebagai alat/instrumen penelitian yang bermanfaat dimana dalam kasus tertentu teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan (Moleong, 2014). Berdasarkan jenisnya terdapat macam-macam observasi/pengamatan yaitu pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Pengamatan terbuka adalah tindakan seorang pengamatsecara terbuka diketahui oleh subjek, selain itu para subjek sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi sedangakan pengamatan tertutup yaitu tindakan pengamat beroperasi atau mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh para subjeknya yang biasanya dilakukan di tempat-tempat umum/publik (Moleong, 2014). Selain itu, berdasarkan latar penelitian observasi terdiri dari pengamatan pada latar alamiah yang dikehendaki pada penelitian kualitatif dan pengamatan pada latar buatan yang dikehendaki pada penelitian eksperimen. Dalam kepustakaan lain, observasi terdiri dari pengmatan terstruktur dan pengamatan tidak terstruktur. Derajat peranan pengamat menurut Moleong (2014) terdiri dari pertama, yaitu pengamat berperanserta secara lengkap maksudnya pengamat menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya.untuk dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya. Kedua, yaitu pemeranserta sebagai pengamat maksudnya peranan peneliti sebagai pengamat tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi dapat melakukan fungsi pengamatan dengan membatasi para subjek untuk menyerahkan dan memberikan informasi yang juga bersifat rahasia. Pengamat sebagai pemeranserta artinya peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum atau pengamat mungkin bisa disponsori oleh para subjek sehingga segala macam informasi termasuk informasi rahasia sekalipun dapat diperolehnya. Keempat, yaitu pegamat penuh maksudnya peneliti dengan bebas mengamati subjeknya sedangkan subjeknya sama sekali tidak mengetahui apakah mereka sedang diamati. Sebaiknya peneliti sebagai pengamat penelitian harus memiliki fokus dalam menjalankannya selain itu, peneliti harus memahami apa yang diamati dalam penelitian yang dijalankan atau ditujukan kepada siapa yang akan dijadikan subjek pengamatan. Selain itu, terdapat kelebihan dan kelemahan obervasi yaitu sebagai berikut. Kelebihan observasi diantaranya pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, dapat memperoleh data dan subjek baik dengan berkomunikasi verbal ataupun tidak (Ridwan, 2011). Selain itu terdapat beberapa kelemahan pengamatan dari berbagai segi penelitian yaitu sebagai berikut. Dari segi teknik pelaksanaan, kelemahan observasi/peamatan yaitu pengamat terbatas dalam mengamati karena kedudukan sebagai kelompok, anggota dan sebagainya, serta sukar dalam mengatasi suatu hal jika padanya tidak ada umpan balik (Moleong, 2014). Oleh karena itu, peneliti yang berkomitmen dalam menjalakan observasi harus memiliki tekad untuk memanfaatkan teknik penelitian yang baik, serta melakukan suatu latihan untuk menajamkan kemampuan peneliti yang diperlukannya. 3.3.3 Pedoman Wawancara Pada umumnya, pedoman wawancara diartikan sebagai kegiatan tatap muka atau dialog antar peneliti terhadap responden. Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk mendapatkan informasi dari terwawancara (Ari). Dari pengertian tersebut terdapat beberapa makna yang perlu diperhatikan yakni pewawancara, terwawancara, dan dialog. Pewawancara adalah peneliti yang melakukan serangkaian wawancara, terwawancara adalah responden atau subjek penelitian yang akan menghadapi serangkaian pertanyaan wawancara, dan dialog pada instrumen ini adalah kegiatan percakapan dua orang yang dilakukan secara langsung atau jarak jauh (telepon, pesan suara). Peneliti membatasi kegiatan wawancara ini secara langsung (direct interview) dengan teknis kegiatannya adalah 3.3.4 Metode tes Pada umumnya, tes diartikan sebagai pengujian (testing). Tes adalah suatu cara ubtuk mengadakan penilain yang berbentuk tugas dan harus dikerjakan oleh individu maupun kelompok sehingga menghasilkan suatu penilaian baik tingkah laku maupun prestasi kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak lain atau melalui standar penilaian (Nurkancana & Sumartana, 1983). Suatu penilaian tes yang baik dapat diketahui dengan memiliki ciri-ciri atau karakteristik yaitu: reabilitas tes dapat dipercaya artinya situasi pada waktu pengujian/tes dilaksanakan, keadaan tes itu sendiri, serta hasil yang dicapai oleh tes itu konstan, tetap, ataupun reliable; validitas tes sah atau cocok artinya tes terdsebut dapat memberi gambaran tentang apa yang diinginkan peneliti serta responden untuk diukur sehingga valid atau tidak valid tes itu sangat bergantung pada tujuan dan keadaan objek tertentu; onyektivitas artinya tidak ada unsur pribadi dari peneliti atau pemeriksa dalam pengujian dengan melakukan beberapa hal diantaranya merumuskan pertanyaan tes secara spesifik dan tepat, menghindari pertanyaan yang bersifat ambigu atau adanya penafsiran, menyusun tes yang hanya memerlukan jawaban pendek/singkat, dan pemerikasaan hasil tes serta penentukan skor penilaian tes menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan sebelumnya; Praktikabilitas artinya tes dilengkapi petunjuk-petunjuk yang jelas, mudah pelaksanannya atau mudah untuk dilakukan selama penelitian, dan memberikan kebebasan terhadap siswa untuk menegerjakan soal-soal tes yang mudah dipahami siswa terlebih dahulu dan; ekonomis yaitu adanya penghematan terkait biaya, waktu, dan pelaksanaannya (Basuki & Hariyanto, 2014). Pada standar penilaian pengujian (testing), menganalisis suatu tes terbagi dalam empat aspek yaitu validitas, reabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda yang akan dijabarkan sebagai berikut. A. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan timgkat kevalidan suatu instrumen. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melaksanakan fungsi ukurnya (Saifuddin, 2005). Tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika tes tersebut dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur serta dapat memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat, sedangkan jika tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dapat dikatakan tes tersebut memiliki validitas rendah. Secara garis besar ada tiga macam validitas yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria (Nasir, 2016). Berikut ini adalah penjabarannya. a.Validitas isi Validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran, atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes atau hasil belajar tersebut. Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, serta isinya dapat mewakili (representratif) terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran (Nasir, 2016). Validitas isi dibagi menjadi dua yaitu validitas muka dan validitas logis. Penjabarannya yaitu sebagai berikut. Validitas muka merupakan tingkat kecocokan antara tampilan (face) alat ukur dengan responden yang akan menganggapinya (Nasir, 2016). Kecocokan tampilan instrumen ini bermanfaat untuk meningkatkan minat responden dalam menanggapi pertanyaan Bukti validitas muka diperoleh melalui pemeriksaan terhadap item-item tes untuk membuat kesimpulan bahwa tes tersebut dapat mengukur aspek yang relevan. Oleh karena itu, peneliti haruslah mempunyai keyakinan bahwa dari segi isi, tes itu adalah valid untuk tujuan pengukuran tertentu. Validitas logis yang berasal dari kata logic artinya penalaran maksudnya validitas logis merujuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dari penjelasan terebut dapat dipahami bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya, tetapi berlangsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun (Nasir, 2016). b. Validitas konstruksi Validitas konstruksi yang berasal dari kata construction artinya susunan, kerangka. Suatu tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut dapat mengukur setiap aspek berpikir yang disebutkan atau tercantum dalam tujuan intruksional khusus (Nasir, 2016). Konstruksi pada definisi ini bukanlah berarti “susunan” yang sering dijumpai dalam berbagai bidang. Akan tetapi, terdapat makna lain berarti rekaan psikologis yaitu suatu rekaan dengan suatu cara tertentu yakni memerinci isi jiwa responden atas beberapa aspek seperti ingatan, pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan sebagainya. c. Validitas kriteria Ada cara tertentu untuk menguji bahwa sebuah instrumen terbukti valid, diantaranya dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan criterium atau sebuah ukuran atau dengan kata lain yaitiu suatu alat banding. Dalam membandingkan hasil tes maka diperlukan suatu criterium tertentu juga. Ditinjau dari criterium dalam membandingkan kondisi instrumen, validitas kriteria terdiri dari dua bagian yaitu validitas empiris dan validitas prediksi (Nasir, 2016). Validitas empiris (concurrent validity) lebih dikenal dengan makna validitas yang ada sekarang atau validitas banding. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Pengalaman selalu mengenal hal yang telah lampau oleh subjek yang akan diteliti sehingga data pengalaman tersebut sudah ada sekarang (concurrent). Dalam hal ini, hasil tes pada validitas empiris dapat dipasangkan dengan hasil pengalaman. Validitas prediksi (predictive validity) yang berasal dari kata meramal. Sebuah alat evaluasi dikatakan memiliki validitas prediksi yang baik jika ia mempunyai kemampuan meramalkan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang (Partha, 2012). d. Cara Perhitungan Validitas Salah satu cara untuk mencari koefisien validitas sebagai alat evaluasi adalah dengan menggunakan rumus korelasi produk momen memakai angka kasar atau raw score (Partha, 2012). Rumus korelasi produk momen sering juga dikenal dengan rumus Pearson. Rumusnya adalah: rxy= (1) dimana, rxy = Koefisien korelasi N = Jumlah responden uji coba X = Skor tiap item Y = Skor seluruh item responden uji coba Selain itu, terdapat cara perhitungan validitas lainnya yaitu menggunakan rumus korelasi produk momen memakai simpangan yaitu sebagai berikut. rxy= (2) x = X - (3) y = Y - (4) dimana rxy = Koefisien kolerasi x = Variabel skor tiap item y = Variabel skor seluruh item responden uji coba X = Skor (konstanta) tiap item Y = Skor (konstanta) seluruh item responden uji coba Rataan skor tiap item = Rataan skor seluruh item responden uji coba B. Reliabilitas Realiabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang (Sugiyono, 2005). Konsistensi tersebut didapatkan melalui alat ukur yang sama baik berupa tes terhadap tes ulang (pengayaan) akan memberikan hasil yang sama atau lebih subjektif. Hasil dari pengujian awal reliabilitas diharapkan akan konsisten terhadap pengujian-pengujian berikutnya. Reliabilitas selalu menunjukkan keandalan instrumen penelitian dalam berbagai bentuk. Hasilnya selalu berupa angka (numeric) dan tak boleh berubah-ubah, karena merupakan karakteristik dari proses ukuran. Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes, yaitu sebagai berikut. a. Teknik test-retest adalah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama pada waktu yang berbeda. b. Teknik belah dua adalah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua kelompok item yang setara pada saat yang sama. c. Bentuk ekuivalen adalah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan dua tes yang dibuat setara, kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, terdapat 3 macam-macam reliabilitas yaitu sebagai berikut. a. Reliabilitas stabil (stability reliability) Reliabilitas ini mengacu pada waktu. Untuk menentukan stabilitas, tes dilakukan ulang terhadap variabel yang sama di waktu yang berlainan. Hasil pengujian tersebut akan dibandingkan dan berkolerasi dengan pengujian awal untuk memberikan stabilitas. b. Reliabilitas terwakili (representative reliability) Reliabilitas ini mengacu pada keterandalan masing-masing grup (kelompok responden). Reliabilitas ini menguji apakah penyampaian indikator sama jawabannya saat diterapkan pada kelompok yang berbeda-beda. c. Reliabilitas seimbang (equivalence reliablility) Reliabilitas ini menerapkan banyak indikator yang dapat dioperasionalisasi ke semua konsepsi pengukuran. Kesetaraan keandalan akan menggunakan dua instrumen untuk mengukur konsep yang sama pada tingkat kesulitan yang sama. Reliabilitas atau tidaknya pengujian tersebut ditentukan dari hubungan dua skor instrumen, atau dikenal dengan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat (independent and dependent variable relations). d. Cara perhitungan reliabilitas Terdapat beberapa cara dalam menghitung uji reliabilitas yaitu dengan menggunakan 3 rumus yang dimungkinkan untuk dapat diujikan yaitu, rumus Kuder-Richardson yang dikenal dengan formula KR-20 dan KR-21, rumus koefisien Alpha atau Alpha Cronbach, rumus reliabilitas Hoyt yang menggunakan analisis varian, dan sebagainya (Hidayat, 2017). Ada tiga cara pelaksanaan untuk menguji reliabilitas suatu tes, yaitu tes tunggal, tes ulang, dan tes ekuivalen. Cara lainnya untuk mencari koefisien validitas sebagai alat evaluasi adalah dengan menggunakan rumus uji reliabilitas teknik belah dua yang dihitung menggunakan formula Spearmann-Brown yaitu: rii (5) dimana rii = Koefisien reliabilitas tes = Koefisien teknik belah dua reliabilitas tes C. Taraf kesukaran Menganalisis tingkat kesukaran instrumen artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk kategori mudah, sedang dan sulit/sukar (Nurkancana & Sumartana, 1983). Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas instrumen yang baik yaitu daya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksud adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proposional. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan peneliti dalam menentukan proporsi soal berdasarkan kategori mudah, sedang, dan sukar yaitu adanya keseimbangan (balance), perhatikan proporsi jumlah soal dan biasanya menggunakan metode 3-4-3 artinya 30% soal mudah, 40% soal sedang, dan 30% soal sukar diupayakan untuk dibuat oleh peneliti tersebut. Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus yaitu sebagai berikut. I = (6) dimana I = Indeks kesulitan atau taraf kesukaran untuk setiap butir soal B = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada butir soal N = Banyaknya yang memberikan jawaban pada soal yang diberikan Untuk menentukan taraf kesukaran yang diperoleh, maka diklasifikasikan indeks yang diperoleh dari rumus di atas yaitu sebagai berikut. a. Soal dengan 0 < I < 0,30 adalah soal dengan kategori sukar. b. Soal dengan 0,30 < I < 0,70 adalah soal dengan kategori sedang. c. Soal dengan 0,70 < I < 1,00 adalah soal dengan kategori mudah. D. Daya Pembeda Menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam kategori rendah/lemah dan kategori tinggi/kuat (Nurkancana & Sumartana, 1983). Indeks yang digunakan dalam membedakan peserta tes berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Cara menghitung daya pembeda pada soal bergantung pada bentuk instrumen tes yang dibuat. Pada soal pilihan ganda, cara menghitung daya pembeda yaitu sebagai berikut. DP = (7) dimana DP = Daya pembeda soal BA = Jawaban benar pada kelompok atas BB = Jawaban benar pada kelompok bawah N = Jumlah siswa yang mengerjakan tes Pada soal esai atau uraian, cara menghitung daya pembeda yaitu sebagai berikut. DP = (8) dimana DP = Daya pembeda soal = Rata-rata kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = Rata-rata kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Selain itu terdapat klasifikasi daya pembeda (indeks diskriminasi) yang akan dijabarkan berikut ini. Indeks Diskriminasi Item (D) Keterangan D = Bertanda Negatif Daya pembedanya jelek sekali atau tidak memiliki daya pembeda yang baik. < 0,20 Daya pembedanya jelek atau dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik. 0,20 < D < 0,40 Butir item yang bersangkutan memiliki daya pembeda yang cukup (sedang). 0,40 < D < 0,70 Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik. 0,70 < D < 1,00 Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali (sempurna). 3.4 Data dan Sumber Data Data pada penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah informasi atau keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu para pihak yang dijadikan informan penelitian. Data sekunder adalah berbagai teori dan informasi yang diperoleh tidak langsung dari sumber (informan). Sementara data yang dibutuhkan dalam penelitian ini hanyalah data primer. Selain itu, sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, angket, tes kemampuan, wawancara, dan lain-lain (Moleong, 2014). Dari definisi tersebut dapat dikemukan bahwa kata-kata dan tindakan adalah sumber data utama yang dicatat melalui catatan tertulis melalui perkaman video, pengambilan foto/film, serta melalui observasi atau pengamatan berperan-serta. Selain itu, terdapat sumber kedua yaitu sumber terulis merupakan sumber di luar kata-kata dan tidakan yang dibagi atas berbagai sumber berupa buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Setelah itu, terdapat sumber data tambahan yaitu data statistik yang bertujuan untuk membatu peneliti dalam memberi gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian yang ia dapatkan Mempelajari statistik dapat membantu peneliti memahami persepsi subjeknya (Moleong, 2014). Walaupun membantu peneliti, namun harus diingat bahwa peneliti jangan terlalu banyak mendasarkan diri atas data statistik, akan tetapi ia hanya memanfaatkan data statistik sebagai pengantar dan mengarahkannya pada kejadian atau peristiwa yang ditemukan dan dicari sendiri sesuai dengan masalah serta tujuan penelitiannya. Pada penelitian ini, yang menjadi subjek atau informan adalah siswa kelas XI jurusan Multimedia 1 (XI-Multimedia 1) di SMK Negeri 1 Tajungpinang yang berjumlah 36 siswa. Pemilihan subjek ini dilakukan secara random sampling, informasi data siswa secara online, dan persetujuan pihak sekolah SMK Negeri 1 Tanjungpinang itu sendiri. Seluruh peserta didik yang dijadikan subjek penelitian ini akan diberikan 3 soal terkait kemampuan pemecahan matematis siswa. Selain itu, hasil penyelesaian peserta didik tersebut akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian dianalisis secara bertahap. Teknik analisis data menggunakan bagan analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman pada tahun 1990-an. Bagan analisis data Miles dan Huberman terdiri dari koleksi data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan degan verifikasi yang dipisahkan oleh tanda panah searah dan tanda panah dua arah artinya terdapat analisis data yang berlanjut, berulang, atau terus-menerus, serta terdapat rangkaian analisis data yang saling susul-menyusul. Berdasarkan hasil soal tes kemampuan pemecahan masalah dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok pesereta didik yaitu kelompok peserta didik kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah yang ditentukan melalui standar deviasi dan uji data statistik. Selanjutnya berdasarkan data hasil tes kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh melalui uji statistic dengan pengelompkan 3 rangking, maka dipilih setidaknya 12 subjek yang dipilih secara random sampling pada setiap kelompok peserta didik. Adapun pemilihan observasi pada penelitian ini adalah pengamatan terbuka dengan derajat peranan peneliti sebagai pengamat berperanserta secara lengkap. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu, 3.5.1 Metode Observasi Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis. Pada dasarnya observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena – fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut (Margono, 2007). Observasi digunakan untuk melakukan pengamatan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di sekolah. Oleh karena itu, observasi yang peneliti lakukan yaitu observasi terstruktur dengan tindakan pengamatan terbuka, dimana peranan peneliti melakukan tindakan berperanserta secara lengkap. 3.5.2 Metode Tes Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana deskripsi kemampuan pemecahan masalah siswa berjalan sesuai yang diharapkan peneliti. Metode tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya kemampuan objek yang diteliti (Suharsimi, 2006). Dalam hal ini, soal merupakan bagian objek yang diteliti serta hasil yang didapatkan dari soal tersebut dapat menentukan ada atau tidaknya objek yang diteliti. Secara materi, tes harus sesuai indikator, pilihan jawab haruslah homogen dan logis. Selain itu, bentuk tes tersebut adalah uraian terbatas. Oleh karena itu, tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemecahan masalah IDEAL siswa diterapkan. 3.6 Teknik Analisis Data Analisis data dalam pengertian ini adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2013). Analisis data pada penelitian kualitatif sangatlah berbeda dari penelitian lainnya yang tidak memerlukan pendekatan statistik dan kerumitan uji statistik dalam menganalisis suatu data. Hal tersebut dibuktikan bahwa data kualitatif dilakukan dengan cara reduksi data yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi data, pemfokusan data, hingga membentuk hasil penelitian yang bermakna. Pada bagan yang akan dijelaskan berikut, aktivitas yang akan peneliti lakukan terdiri dari 4 tahapan yaitu koleksi data (data collection), reduksi data, penyajian data (display data), dan penarikan kesimpulan/verifikasi yang didukung oleh bukti data yang valid (Gunawan, 2013). Berikut ini adalah pemaparan bagan analisis data kualitatif di atas yaitu: Pada koleksi data, terdapat suatu tindakan peneliti yaitu mengumpulkan berbagai macam data berdasarkan instrumen penelitian yang didukung serta memiliki validasi terhadap instrumen penelitian tersebut. Koleksi data memungkinkan peneliti memilah manakah data yang dianggap penting atau tidak valid untuk kegiatan penelitian. Pada reduksi data, terdapat suatu tindakan peneliti diantaranya kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, serta mencari tema dan polanya. Data yang telah direduksi memudahkan untuk memungkinkan mencari temuan yang dipandang asing, tidak dikenal, dan belum memiliki pola. Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan yang disajikan dalam benuk uraian yang didukung matriks jaringan kerja berupa matriks (tabel baris dan kolom), jaringan pola (network), grafik (chart), dan sebagainya. Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data yang disajikan dalam bentuk deskriptif dengan berpedoman pada kajian penelitian. Verifikasi memungkinkan peneliti melihat kesimpulan yang kabur (tidak jelas) dan memperbaikinya sehingga kesimpulan tersebut menjadi jelas. Verifikasi didapatkan dari kesimpulan data yang semakin jelas dan terarah karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data baru secara ringkas. Pada bagan tersebut menjelaskan bahwa koleksi data, reduksi data, display data, serta kesimpulan dan verifikasi merupakan proses siklus serta rangkaian analisis yang saling susul-menyusul. Pada tanda panah yang diketahui terdapat upaya menganalisis data yang berlanjut, berulang, atau terus-menerus. Tanda panah searah menunjukkan bahwa tahapan pada tingkatan awal dapat berlanjut ke tingkatan berikutnya, sedangkan tanda 2 panah (seperti tanda biimplikasi) menunjukkan bahwa ada tahapan yang harus diulang/direvisi kembali sebelum dapat berlanjut ke tahapan berikutnya. Untuk penarikan kesimpulan, terdapat tanda panah ke koleksi data, artinya apabila pada tahapan analisis data tidak sesuai, haruslah diulang kembali ke tahapan pertama unuk mendapatkan kesesuaian data. 3.6 Pengecekan Keabsahan data Banyak hasil penelitian kualitatif yang diragukan kebenarannya karena beberapa hal yaitu subjektivitas peneliti, alat penelitian yang diandalkan, dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel. Oleh karena itu, terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam pengecekan keabsahan data yaitu: 3.7.1 Memperpanjang masa pengamatan Peneliti memperpanjang masa pengamatan dari yang direncanakan 2 minggu menjadi 1 bulan dikarenakan dapat membangun kepercayaan diri peneliti, membangun kepercayaan subjek terhadap peneliti, serta memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Oleh karena itu, diperlukan tindakan peneliti yaitu dengan pengamatan yang terus-menerus. Pengamatan tersebut dilakukan dengan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan atau memusatkan diri pada hal-hal secra rinci. 3.7.2 Triangulasi Data Menurut Sugiyono (2013) triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang sifatnya menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan dan sumber data yang sudah ada. Peneliti beralasan bahwa dengan triangulasi, sebenarnya peneliti mengharapkan ada uji kredibilitas data dan uji sumber data. Peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas data. dalam proses pembelajaran matematika, Ada beberapa soal yang secara umum dikerjakan siswa yang terbagi atas soal rutin (routine problem) dan soal tak rutin (non-routine problem) yang menjadi pemicu terjadinya suatu masalah. Pada teknik pengumpulan data, studi relevan oleh Ali Shodikin menggunakan teknik tes, dokumentasi, angket, dan wawancara, studi relevan oleh Kartika Wulandari analisis data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi, sedangkan peneliti menggunakan teknik observasi dan metode tes. Berdasarkan kedua studi penelitian yang telah dibahas sebelumnya Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011: 274) bahwa triangulasi sumber adalah teknik untuk menguji kredibilitas data, dengan cara mengecek data yang diperoleh dari berbagai sumber baik sumber pembelajaran ataupun sumber informan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui teknik observasi dan lembar tes kemampuan pemecahan masalah IDEAL siswa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti saat kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), didapatkan bahwa , diantaranya soal pilihan ganda (multiple choices), soal tes uraian langsung (direct essay), soal benar-salah (true-false choices), soal mencocokkan (matching test), dan soal teka-teki silang atau crossword puzzle. Kelompok soal tersebut dapat mempengaruhi sejauh mana masalah tersebut diketahui siswa dan diselesaikan. paling tidak memuat Biasanya soal menjadi pemicu terjadinya masalah dalam pembelajaran. ari masalah matematis yang telah dipaprkan mahasiswa FKIP, jurusan pendidikan matematika, Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, d Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardyono (2011: 4) bahwa sebuah soal dikatakan bukan “masalah” bagi seseorang umumnya bila soal tersebut terlalu mudah baginya (soal tersebut telah sering/rutin dipelajari siswa). Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai kemampuannya. Pendidikan sebagai suatu proses dengan metode tertentu, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhannya (Syah, 2010). Akan tetapi, terdapat masalah selama pembelajaran yang kontra dengan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu pada masalah pendidikan didapatkan pendidikan belum sepenuhnya merata di seluruh daerah serta adanya penyimpangan nilai-nilai sosial budaya dan norma yang berlaku di lingkungan sekolah, pada masalah selama pembelajaran berlangsung di sekolah didapatkan siswa yang kesulitan dalam mengerjakan soal yang dipelajarinya serta siswa yang kesulitan dalam memahami materi yang dipelajarinya sehingga siswa yang tidak dapat mengerti dan menguasai materi tersebut akan terjadi berbagai macam perilaku tak baik yang dilakukan siswa diantaranya rebut di dalam kelas, suka bolos, sering terlambat, menjahili teman lainnya, bermain game serta perilaku-perilaku menyimpang lainnya yang harus dihindari selama kegiatan di sekolah. Hal tersebut sangatlah kontra dengan Seorang guru hendaknya memahami serta menguasai pengetahuan dan keterampilan para siswanya sesuai dengan keterampilannya. Hal itu sangatlah penting, karena cara pengajaran guru dapat mempengaruhi perkembangan serta kemampuan para siswanya. Dalam kegiatan belajar-mengajar, seorang guru hendaknya memberikan informasi secara rinci dan akurat terhadap para siswa, khususnya pada pembelajaran matematika. Tujuannya agar para siswa memiliki kemampuan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta dapat menerapkan kemampuannya dalam ruang lingkup siswa. Pada interaksi antar individu dengan individu lainnya telah terjadi peristiwa psikologis seseorang yang perlu diketahui guru dengan cara memperlakukan dan mengajarkan siswa secara baik dan teratur (Syah, 2010). Telah dipaparkan sebelumnya bahwa masalah timbul karena berbagai hal diantaranya tantangan (challenges), kesaksian (witness) dan kebingungan (distraction) seseorang terhadap suatu kejadian dalam pembelajaran. Selain itu, masalah juga disebabkan akibat hambatan dan rintangan (obstacle and hibdrance) dalam proses belajar. Dapat disimpulkan bahwa masalah matematis didasari atas kesenjangan dan harapan siswa dalam menganalisis soal ataupun dalam memahami suatu materi. Oleh karena itu, sebagai guru hendaknya memberikan suatu alternatif solusi dalam menyelesaikan suatu materi pembelajaran dan tidak memberatkan siswa dalam menyelesaikan masalah dihadapannya. Menurut Fadillah (2009: 2) bahwa suatu pertanyaan atau persoalan merupakan suatu masalah bagi siswa jika ia tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan prosedur rutin yang telah diketahui. Kemampuan pemecahan masalah atau problem-solving merupakan alternatif solusi bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan kemampuan belajar secara mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Fadillah (2009: 2) bahwa pemecahan masalah matematis merupakan suatu aktivitas kognitif (pengetahuan umum) yang komplekssebagai proses untuk mengatasi suatu masalah yang ditemui dan untuk menyelesaikannya diperlukan strategi pemecahan masalah yang unik dan variatif bagi siswa. Oleh karena itu, dalam menentukan suatu masalah matematis perlu diselesaikan secara bertahap. Selain itu, guru harus mengetahui serta menerapkan kemampuan pemecahan masalah (problem solving intelligence) yang beimbang terhadap seluruh siswa. Pada hasil penelitian, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa difokuskan pada empat indikator yaitu: kemampuan mengidentifikasi unsur yang diketahui, merumuskan masalah matematik yaitu dengan menyusun model matematik, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah yaitu dengan menerapkan strategi abduktif-deduktif, dan menginterpretasikan hasil sesuai masalah asal. Anggota sampel penelitian dibagi berdasarkan kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta kemampuan siswa dibagi dalam kategori KAM, yaitu pada tingkat tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan data penelitian terbukti bahwa secara keseluruhan siswa kelas eksperimen menunjukkan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis yang meningkat dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. BLUE PRINT/CETAK BIRU RENCANA/USULAN PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Identitas Mahasiswa Nama : DNF NIM : 14038420 Kelas/Semester : Matematika (02) / VIII No.Telp : (2039) Alamat Email :- azrinkurniawan@gmail.com Jurnal Matematika Kreatif Inovatif oleh Ali Shodikin, Universitas Islam Darul Ulum Lamongan tahun 2015 dengan judul: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Melalui Strategi Abduktif-Deduktif Pada Pembelajaran Matematika. Skripsi oleh.Kartika Wulandari, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2013 swngan judul: Implementasi Pendekatan Problem Solving Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran KKPI Siswa Kelas X TGB-1 SMK Negeri 1 Seyegan. Isian Rencana Studi Topik Penelitian : Matematika merupakan mata pelajaran yang ada disetiap jenjang pendidikan, baik SD,SMP, bahkan SMA. Materi disetiap jenjang tersebut siswa akan mempelajari suatu topic yang dipelajari secara bertahap dan berkesinambungan. Contohnya ketika SD maupun SMP kelas VII siswa akan mempelajari materi bangun datar, dan ketika SMP kelas VIII materi tersebut akan berlanjut ke materi bangun ruang sisi datar dan begitu seterusnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin berkembang pula suatu konsep yang telah dipelajari siswa. Konsep merupakan hal terpenting yang akan menjadi pondasi awal yang harus dimiliki dan dipahami oleh siswa. Ketika siswa memahami konsep dasar dalam suatu materi, maka siswa akan mudah untuk memahami materi selanjutnya. Pada saat saya melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) selama satu semester dari bulan agustus hingga bulan desember 2017, hampir semua siswa di SMA tempat saya melaksanakan PPL tidak memiliki pemahaman konsep yang baik.Hal ini terlihat jelas ketika siswa tidak bisa mengerjakan soal latihan, kurang memahami konsepdari berbagai materi, bahkan mereka tidak mengerti perkalian dan pembagian dasar yang telah dipelajari pada jenjang SD, sehingga hasil belajar yang mereka peroleh sangat rendah.Berdasarkanpengalaman praktik mengajar yang saya lakukan serta pendapat dari berbagai guru matematika, bahwa siswa tersebut memang memiliki pemahaman konsep yang sangat rendah, mereka kurang termotivasi dalam memahami materi yang diberikan guru termasuk materi yang bersifat nyata atau materi yang pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.Siswa SMP pada umumnya berusia 11 sampai 16 tahun, dimana mereka belum memiliki daya analisis dan abstraksi yang sempurna. Mereka akan lebih mudah memahami benda-benda yang konkrit atau nyata. Mata pelajaran yang akan dipelajari siswa kelas VIII semester 2 salah satunya ialah mata pelajaran bangun ruang sisi datar. Dimana bangun ruang sisi datar merupakan materi yang sangat dekat dengan siswa. Dengan kata lain, bangun ruang sisi datar merupakan suatu benda yang ada di kehidupan siswa dan banyak sekali benda nyata yang berkonsepkan bangun ruang sisi datar. Untuk memahami materi bangun ruang sisi datar ini, siswa harus memiliki pemahaman konsep yang baik, agar hasil belajar yang dimiliki siswa akan baik pula. Selain itu, dengan adanya pemahaman konsep yang dimiliki siswa pada saat mempelajari materi bangun ruang sisi datar ini, akan memudahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Dengan adanya uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa focus penelitian ini ialah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Dalam hal ini, peneliti menggunakan strategi REACT untuk membantu siswa agar lebih paham dalam memahami konsep bangun ruang sisi datar.Dimana strategi REACT ini merupakan strategi yang menghubungkan suatu materi dengan kehidupan nyata. Dan dengan strategi REACT siswa akan mengeksplorasi dan menemukan sendiri konsep pada materi bangun ruang sisi datarmenggunakan beberapa bentuk nyata dari bangun ruang sisi datar yang ada di Kepulauan Riau. Pendekatan/Jenis Penelitian : Pendekatan Kuantitatif Frame penelitian : Penelitian Eksperimen Semu Jumlah studi terdahulu yang relevan yang dipelajari:3 Jurnal Jumlah literature berbentuk buku :2 Buku Jumlah literature berbentuk artikel ilmiah dalam Jurnal Nasional : 1 Jurnal Internasional Paparan Usulan Studi “Resume Usulan Penelitian” Efektivitas Penggunaan Strategi REACT Terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII Semester II SMP Negeri 16 Tanjungpinang Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik di dalam maupun luar negeri.Tidak hanya itu, pendidikan juga memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Tanpa disadari dalam menjalani hidup ini manusia tidak akan terlepas dari pendidikan, baik pendidikan yang berasal dari sekolah, keluarga bahkan lingkungan masyarakat. Di sekolah siswa akan mempelajari berbagai ilmu pendidikan dengan suatu proses yang disebut belajar. Menurut (Saefuddin & Berdiati, 2015, p. 8) belajar merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan tingkah laku peserta didik secara konstruktif yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang terjadi di sekolah adalah proses belajar yang bersifat kompleks, menyeluruh, dan berkesinambungan. Salah satu contoh adanya proses belajar yang berkesinambungan ialah pada pelajaran matematika. Dimana kita akan mempelajari materi matematika dari materi yang sederhana hingga ke materi yang kompleks. Matematika merupakan pelajaran yang telah diajarkan dari sekolah dasar hingga tingkat menengah atas bahkan tingkat perguruan tinggi.Hal ini dikarenakan matematika merupakan pelajaran yang sangat penting yang tidak terlepas dari kehidupan manusia.Disadari atau tidak disadari, semua aktifitas yang kita lakukan selama ini mengandung unsur dan konsep-konsep matematika.Namun sampai saat ini matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sangat abstrak dan sulit untuk dipahami.Padahal kita bisa mengaitkan materi matematika kedalam kehidupan sehari-hari agar pembelajaran matematika menjadi lebih konkrit sehingga lebih mudah untuk dipahami siswa. Siswa pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berusia 11 sampai 16 tahun, dimana mereka belum memiliki daya analisis dan abstraksi yang sempurna. Mereka akan lebih mudah memahami benda-benda yang konkrit atau nyata.Hal ini menyebabkan sulitnya kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep matematika yang bersifat abstrak. Berdasarkan dari hasil pengamatan serta wawancara terhadap guru dan beberapa siswa yang dilakukan selama Praktik Pengalaman Lapangan di SMP Negeri 16 Tanjungpinang, peneliti mendapati bahwa masih banyak siswa yang ketika belajar matematika tidak menghiraukan atas kemampuan pemahaman yang mereka miliki.Mereka cendrung ingin cepat selesai dalam mempelajari matematika bahkan mereka hanya menghafal rumus suatu materi pelajaran tanpa benar-benar memahami konsep dari rumus yang mereka pelajari.Hal ini berdampak buruk pada saat siswa mengerjakan soal latihan yang memerlukan pemahaman konsep. Sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah dikarenakan kurangnya pemahaman siswa akan suatu konsep. Agar hasil belajar menjadi baik, maka dalam mempelajari matematika dibutuhkan suatu pemahaman yang baik pula.Hal ini dikarenakan pemahaman akan suatu konsep memegang peran penting dalam kelanjutan materi yang akan dipelajari siswa.Selain itu, dalam NCTM (2000) disebutkan bahwa pemahaman merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika SMP dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(Depdiknas, 2006)yaitu agar siswa mempunyai kemampuan untuk memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.Berdasarkan tujuan tersebut terlihat jelas bahwa pemahaman konsep merupakan pondasi awal yang harus dimiliki siswa untuk berlanjut pada kemampuan yang lebih tinggi seperti kemampuan penalaran, pemecahan masalah dan seterusnya. Dalam mendorongkemampuan pemahaman konsep siswa, dibutuhkan pembelajaran yang didalamnya terdapat strategi belajar yang baik. Dimana strategi belajar tersebut akan membuat siswa untuk bisa memiliki pemahaman konsep yang baik pula.Strategi belajar tersebut nantinya bisa melatih kemampuan siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa menjadi optimal dan membuat pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan serta akan diingat oleh siswa. Menurut Uno (2007:3) strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Cara-carayang digunakan dalam kegiatan belajar tersebut haruslah dirancang oleh seorang guru dengan mempersiapkan segala sesuatu yang bisa mendukung keberhasilan tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien. Menurut (Saefuddin & Berdiati, 2015, p. 41)dalam mencapai kualitas yang telah dirancang tersebut, terdapat beberapa prinsip yang harus digunakan dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya ialah : 1) berpusat pada peserta didik, 2)mengembangkan kreativitas peserta didik, 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, 4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika, dan 5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, dan bermakna. Salah satu strategi pembelajaran yang bisa digunakan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa ialah strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) dengan pendekatan kontekstual.Menurut (Saefuddin & Berdiati, 2015, p. 21)pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menerapkan konsep-konsep pengetahuan dan lingkungan sekitar pembelajar dengan mudah dikuasai pembelajar melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Strategi REACT merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang terdiri dari lima strategi yaitu : 1) Relating (mengaitkan), 2) Experiencing (mengalami), 3) Applying (menerapkan), 4) Cooperating (berkerjasama), 5) Transfering (mentransfer) (Cord, 2001). Melalui strategi REACT, guru tidak hanya mengaitkan materi bangun ruang sisi datar dengan materi terdahulu. Melainkan guru bisa mengaitkan pengalaman atau kegiatan nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan materi bangun ruang sisi datar.Seperti menggunakan benda yang ada di sekeliling siswa seperti kotak teh yang berbentuk kubus, gabus pada bunga manggar, kue koci yang merupakan bentuk nyata dari prisma dan lain sebagainya. Dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata siswa dapat membuat siswa lebih mudah untuk mengaitkan informasi yang ditemukan karena mereka akan menemukan sendiri informasi tersebut yang nantinya akan menjadi pengetahuan baru bagi siswa. Sehingga siswa akan memahami konsep yang dipelajari dengan mudah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyaningsih Ratu Wangi (2015), dengan menggunakan CTL dengan strategi REACT rata-rata hasil belajar siswa mencapai ketuntasan belajar dan lebih tinggi dari pada menggunakan model Direct Intruction. Penelitian yang dilakukan oleh Linda Hemawati (2013) menunjukkan bahwa pengngkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mengikuti pembelajaran melalui strategi REACT secara signifikan lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Husna,dkk(2014) Model pembelajaran kontektual dengan strategi REACT ini belum pernah digunakan guru matematika kelas VIII di SMP Negeri 16 Tanjungpinang dalam proses belajar mengajar di kelas. Sehingga dengan adanya penggunaan strategi REACT ini diharapkan dapat menjadi strategi pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemapuan pemahaman siswa. Dengan adanya permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “Efektivitas Penggunaan Strategi REACT Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar SMP Negeri 16 Tanjungpinang”. Studi Terdahulu Yang Relevan Skripsi oleh Sulistyaningsih Ratu Wangi, Universitas Negeri Semarang tahun 2015. Dengan judul :Penerapan Model Pembelajaran CTL dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kedisiplinan Siswa pada Materi Geometri. Tesis oleh Linda Herawati, Universitas Terbuka tahun 2013. Dengan Judul :Pembelajaran Melalui Strategi Relating, Experiencieng, Applying, Cooperating, Transfering (REACT) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis Matematika Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Matematika oleh Fadhila ElHusna, Fitriani Dwina, dan Dewi Murni, Universitas Negeri Padang tahun 2014. Dengan Judul :Penerapan Strategi REACT dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X SMAN 1 Batang Anai. Relevansi dan Perbedaan : Dari ketiga studi relevansi yang tertera diatas, letak kerelevanan terhadap studi yang akan peneliti lakukan adalah pada strategi yang digunakan yaitu strategi REACT. Walaupun strategi yang digunakan sama, terdapat perbedaan dari setiap studi yang dilakukan. Salah satu perbedaan yang paling menonjol ialah pada studi ini peneliti akan mengaitkan langsung objek atau benda yang berhubungan dengan bangun ruang sisi datar serta objek atau benda yang ada di Kepulauan Riau untuk mendukung pemahaman konsep siswa. Contohnya dengan memperlihatkan model gabus yang ada pada bunga manggar sebagai bentuk dari kubus dan balok serta kue koci sebagai bentuk dari limas. Skripsi oleh Sulistyaningsih Ratu Wangi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran CTL dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kedisiplinan Siswa pada Materi Geometri ini memiliki perbedaan dengan studi yang akan peneliti lakukan. Variabel dalam penelitian yang dilakukan oleh Sulistyaningsih Ratu Wangi ialah hasil belajar dan kedisiplinan siswa sedangkan pada studi yang akan peneliti lakukan ialah pemahaman konsep. Jenis penelitian yang digunakan pada skripsioleh Sulistyaningsih ini sama dengan studi yang akan peneliti lakukan yaitu dengan jenis penelitian eksperimen. Namun desain yang digunakan Sulistyaningsih ialah true experimental sedangkan yang peneliti gunakan pada studi yang akan dilakukan menggunakan quasi eksperimental. Tesis oleh Linda Herawati. yang berjudul Pembelajaran Melalui Strategi Relating, Experiencieng, Applying, Cooperating, Transfering (REACT) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis Matematika Siswa SMK ini memiliki perbedaan dengan studi yang akanpeneliti lakukan. Perbedaan tersebut terletak pada salah satu variable yang digunakan oleh Linda Herawati. Dimana Linda Herawati menambahkan variable berpikir kritis dalam studi yang ia lakukan. Selain itu materi dan juga tingkat pendidikan yang diteliti juga berbeda.Linda Herawati menggunakan materi fungsi kuadrat, sedangkan dalam studi ini peneliti menggunakan materi bangun runag sisi datar. Jurnal Pendidikan Matematika oleh Fadhila ElHusna, Fitriani Dwina, dan Dewi Murni yang berjudul Penerapan Strategi REACT dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X SMAN 1 Batang Anai ini memiliki perbedaan dengan studi yang akan peneliti lakukan pada bagian tujuan penelitian. Pada jurnal tersebut menekankan pada pengaruh yang diberikan oleh strategi REACT dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika.dan tingkat satuan pendidikan yang diteliti juga berbeda. Tahap-tahap kegiatan Pemilihan Topik Pada tahap awal ini, peneliti memilih topic penelitian yang akan diangkat menjadi sebuah oenelitian berdasarkan masalah-masalah seputar pendidikan matematika dan berdasarkan pada wawancara terhadap guru pendidikan matematika Pembuatan Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah ini didapatkan dari topik yang telah ditentukan dan dikembangkan menjadi beberapa masalah dan dipaparkan solusi atas penyelesaian terhadap masalah yang ingin diteliti. Perumusan Masalah Pada tahap ini peneliti memberi batasan terhadap masalah yang akan diteliti sehingga penelitian akan lebih terarah dan bisa menemukan jawaban dari masalah yang diteliti. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui lebih efektif mana pembelajaran menggunakan strategi REACT terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII semester II SMP Negeri 16 Tanjungpinang dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menggunakan model konvensional. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini akan dirasakan oleh pembaca baik mahasiswa, dosen, atau khalayak umum. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini dilakukan untuk mengkaji studi-studi terdahulu yang memiliki relevansi terhadap penelitian yang akan dilakukan sehingga terhindar dari plagiat atau pengulangan terhadap penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Konstruksi Model Teoritis Mengkaji konsep-konsep yang telah disusun menjadi beberapa variabel yang mudah diukur dan diamati. Model Analisis Gambaran sederhana dari hubungan beberapa variabel yang digunakan. Hipotesisi Peneliti membuat dugaan sementara dalam menjawab masalah yang telah dirumuskan. Memilih Teknik Penarikan Sampel Penarikan sampel harus dilakukan agar penelitian tidak terhambat dengan banyaknya populasi, teknik penarikan sampel dilakukan dengan berbagai macam cara dan rumus statistik Teknik Pengumpulan Data Peneliti mengumpulkan databaik dengan metode dokumentasi dan metode tes. Analisis Hasil Penelitian Peneliti menganalisis hasil penelitian yang didapat Kesimpulan Menarik kesimpulan dari hasil penelitian serta memberikan saran Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini ialahuntuk mengetahui lebih efektif mana pembelajaran menggunakan strategi REACT terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII semester II SMP Negeri 16 Tanjungpinang dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menggunakan model konvensional. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan yaitu eksperimen semu (quasi eksperimental) dengan bentuk nonequivalent control group designyang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas control.Kelas eksperimenmerupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan Strategi REACTdan pada kelompok kontrol siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Variabel bebas pada penelitian ini ialahstrategi pembelajaran REACT sedangkan variabel terikat dari penelitian ini ialah pemahaman konsep pada materi bangun ruang sisi datar. Dalam penelitian ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberi pre-testuntuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok control (Sugiyono, 2016:76).Kemudian kelompok eksperimen diberi treatment, dan dilanjutkan dengan diberikan post-test terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Relevansi topik penelitian dengan ilmu Pendidikan Matematika Topik penelitian yang dipilih dalam penelitian yang akan dilakukan ini sangat relevan terhadap ilmu pendidikan matematikakarena materi pelajaran yang akan diteliti pada penelitian ini ialah materi bangun ruang sisi datar. Dimana materi bangun ruang sisi datar ini akan dipelajari pada kelas VIII semester II dan merupakan salah satu materi penting dalam matematika dimana materi ini sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan strategi pembelajan yang digunakan dalam penelitian ini ialah strategi REACT yang bisa mengajak siswa untuk ikut aktif dalam materi yang akan dipelajari. Sehingga terdapat relevansi atau keterkaitan antara topik penelitian yang dipilih pada penelitian yang akan dilakukan ini dengan bidang ilmu pendidikan terutama dalam matematika. DaftarPustaka Saefuddin, A., dan Berdiati, I., (2015). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi AKsara Crawford, M. L. (2001). Teaching Contextually: Research, Rationale, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science. Texas: CORD. (http://www.cord.org/Teaching%20Contextually%20%28Crawford%29.pdf, diakses pada tanggal 25 Januari 2018) Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Herawati, L., (2013). Pembelajaran Melalui Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering (REACT) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman ddan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMK. (http://repository.ut.ac.id/1539/. 29 Januari 2018) Husna, F. E., Dwina, F., Murni, D., (2014). Penerapan Strategi REACT dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X SMAN 1 Batang Anai. (http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/viewFile/1202/894. Diakses pada tanggal 30 Januari 2018). Wangi, S.R., (2015). Penerapan Model Pembelajaran CTL dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kedisiplinan Siswa pada Materi Geometri .(http://lib.unnes.ac.id/22295/1/4101411187-s.pdf. diakses pada tanggal 31 Januari 2018). Kontribusi Penelitian terhadap pendidikan matematika dan stakeholder terkait : Bidang Keilmuan : Menambahkan studi tentang efektivitas penggunaan strategi REACT terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa Program Studi Pendidikan Matematika : Menambah perbendaharaan pustaka dan memberikan ilmu serta wawasan bagi pembaca, menambah literature dalam pelaksanaan penelitian dimasa yang akan datang. Siswa : meningkatkan kemampuan menemukan dan membangun sendiri pemahaman konsep siswa dengan menggunakan strategi REACT dalam proses pembelajaran. Sekolah : memberikan pertimbangan untuk menggunakan strategi REACT ke dalam proses pembelajaran dengan melihat kelebihan dari strategi REACT Tanjungpinang,5 Februari 2018 DNF wiindiindianti 140384202050 Pengetahuan Umum: MACAM-MACAM TEKNIK ANALISIS DATA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diketahui dan dipelajari dalam kehidupan seseorang. Pada dasarnya, pendidikan dapat merubah perilaku seseorang menjadi lebih baik melalui pembelajaran dan latihan. Dengan pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai dengan kemampuannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah (2010: 10) bahwa pendidikan sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhannya. Seorang guru hendaknya memahami serta menguasai pengetahuan dan keterampilan para siswanya terhadap perkembangan pendidikan. Hal itu sangatlah penting, karena cara pengajaran guru dapat mempengaruhi perkembangan serta kemampuan para siswanya. Dalam kegiatan belajar-mengajar, seorang guru hendaknya memberikan informasi secara rinci dan akurat terhadap para siswa, khususnya pada pembelajaran matematika. Tujuannya agar para siswa memiliki kemampuan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjamin serta dapat menerapkan kemampuannya dalam ruang lingkup masing-masing siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah (2010: 10) yaitu pada interaksi antar individu dengan individu lainnya telah terjadi peristiwa psikologis seseorang yang perlu diketahui guru dengan cara memperlakukan dan mengajarkan siswa secara baik dan teratur. Belajar adalah kegiatan yang berproses dalam menghadapi suatu masalah dengan sikap dan tindakan terbaik bagi siswa. Selain itu, belajar merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan yang berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian dari tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa terhadap lingkungannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Syah (2010: 87) bahwa belajar tidak hanya suatu proses mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta dari pengajaran guru atau melalui buku pelajaran, melainkan belajar merupakan hasil pengalaman dan tahapan tingkah laku masing-masing siswa. Strategi pembelajaran merupakan upaya bagi guru dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Strategi pembelajaran terdiri dari strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan. Wena (2013: 7) berpendapat bahwa strategi pembelajaran dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran, strategi pengorganisasian dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran, strategi penyampaian dipengaruhi oleh kendala, dan strategi pengelolaan dipengaruhi oleh karakteristik siswa. Hamdayama (2016: 94) berpendapat bahwa pada dasarnya, mengajar merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar yang efektif. Oleh karena itu, metode mengajar yang terorganisir (terstruktur) adalah metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi peserta didik (siswa). Upaya guru dalam memilih metode pengajaran yang baik merupakan salah satu cara meningkatkan mutu pengajaran dan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya dan lingkungan sekolahnya. Matematika adalah bahasa simbol yaitu bahasa yang digunakan untuk menerjemahkan ide atau peristiwa dalam bentuk atau makna yang mudah dipahami. Selain itu, matematika menggunakan ilmu deduktif yaitu ilmu yang memerlukan pembuktian dengan analisis materi hingga menentukan solusi penyelesaian yang tidak secara langsung menerima pembuktian secara induktif yaitu dalam pembelajaran matematika hanya menjelaskan definisi yang telah diketahui, mencari solusi secara tertulis, dan langsung membuat kesimpulan. Hal ini sejalan dengan pendapat Heruman (2012: 2) bahwa dalam matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa perlu diberi penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga dapat melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Heruman (2012: 4) berpendapat bahwa pada Matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya melakukan pendekatan pembelajaran matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Selain itu, guru dapat memberikan wawasan dan pengetahuan siswa dengan cara menemukan sendiri ide-ide yang dimilikinya. Selain itu, guru tidak mengharuskan siswa mengingat berbagai contoh hafalan atau mengingat fakta pembelajaran.Pembelajaran berbasis pemecahan masalah sangat penting untuk diajarkan terhadap siswa. Selain itu, untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah terhadap siswa. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. Mengingat jenis permasalahan yang akan diajarkan oleh siswa yang terdiri dari berbagai macam permasalahan, maka terdapat berbagai macam strategi pemecahan masalah. Menurut Wena, (2013: 53) bahwa terdapat berbagai macam strategi pemecahan masalah diantaranya: pemecahan masalah Solso, pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, pemecahan masalah sistematis, pemecahan masalah IDEAL dan strategi belajar berbasis masalah. Strategi kemampuan pemecahan masalah IDEAL merupakan salah satu strategi yang efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Wena (2011: 86) bahwa strategi IDEAL pada pembelajaran terdiri dari lima tahap diantaranya: Identify the problem, Define the problem, Explore the solution Act on the strategy,dan Look back and evaluate the effect. Secara ringkas, strstegi IDEAL menerapkan pembelajaran terhadap siswa yang dimulai dengan identifikasi masalah dengan menganalisis suatu masalah, mendefinisikan masalah dengan merumuskan berbagai permasalahan, mencari solusi permasalahan terhadap sudut pandang siswa, melaksanakan strategi pemecahan masalah dengan berbagai variasi pembelajaran yang diterapkan, dan mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh yaitu guru mengoreksi kembali hasil pembelajaran siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Kirkey dalam Wena (2013: 91) bahwa strategi pemecahan masalah IDEAL lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa Sekolah Menengah Atas dibandingkan dengan strategi pembelajaran lainnya. Siswa SMA pada umumnya berusia 15 sampai 19 tahun, dimana mereka terlibat secara berkelompok dalam pemahaman konsep dan pengerjaan soal-soal yang bersifat konkrit dan realistik. Hal ini sejalan dengan pendapat Leonhardt dalam Pangestuningsih (2002: 136) bahwa banyak anak yang mengalami kesulitan di SMP justru berprestasi lebih baik di jenjang SMU, karena di SMU lebih banyak kelompok sosial yang dapat mereka ikuti, terutama teman-teman sekelas biasanya lebih toleran. Akan tetapi, siswa SMA pada kemampuan individunya berada pada tahap yang kurang jelas baik dalam mengendalikan emosi maupun egonya karena mereka belum memiliki daya analisis dan abstraksi yang sempurna. Selain itu, siswa SMA memerlukan bimbingan dan pembinaan dengan baik dan teratur. Oleh karena itu, sebagai guru yang mengajar langsung di kelas dan berhadapan langsung terhadap siswa SMA di dalamnya diperlukan profesionalitas dalam memahami dan memimbing para siswa. Dari berbagai uraian diatas, fokus penelitian yang peneliti ajukan adalah Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas XI pada Materi Matriks Ditinjau dari Strategi Pemecahan Masalah IDEAL di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti menetapkan batasan masalah yaitu sebagai berikut: Penelitian ini memfokuskan pada kemampuan pemecahan masalah siswaditinjau dari strategi pemecahan masalah IDEAL. Peneliti hanya membatasi masalah pada materi matriks kelas XI SMA/K sederajat dengan pedoman kurikulum 2013. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah,“Bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XI pada materi Matriks ditinjau dari strategi pemecahan masalah IDEAL?” Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, “Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemecahan masalah terhadap siswa ditinjau dari strategi pemecahan masalah IDEAL di SMK Negeri 1 Tanjungpinang”. Manfaat Penelitian Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya dalam jurusan pendidikan Matematika, yaitu memberikan sumbangan terhadap pembelajaran Matematika terutama pada materi Matriks kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Praktik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian, diantaranya: Bagi peneliti, manfaat dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung dalam menerapkan kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari strategi pemecahan masalah IDEAL pada materi matriks kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Bagi siswa, penelitian ini memberikan manfaat untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah sesuai dengan karakter masing-masing siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Bagi guru, penelitian ini memberikan manfaat dalam mengembangkan berbagai metode dalam analisis kemampuan masalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan stretegi dan desain pembelajaran, termasuk juga metode dan media pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Definisi Operasional Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti memaparkan definisi operasioanal yaitu sebagai berikut. Analisis adalah cara atau usaha untuk menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan berdasarkan data penelitian. (Taylor dalam Mulyatiningsih, 2011: 43) Masalah matematika dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitukesenjangan dalam persoalan mencari (problem to find), dan kesenjangan dalam persoalan membuktikan (problem to prove) dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dimiliki terhadap soal. (Yuwono, 2016: 4) Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. (Gagne dalam Wena, 2013: 52) Strategi kemampuan pemecahan masalah IDEAL adalah salah satu strategi yang paling efektif digunakan pada kegiatan pembelajaran yang terdiri dari lima tahap diantaranya: Identify the problem, Define the problem, Explore the solution Act on the strategy,dan Look back and evaluate the effect.(Wena, 2013: 86) (ordo matriks) = (banyak baris pada matriks) x (banyak kolom pada matriks) (Source) Dec 26, 2015 -- More items... Rumus 1 – Ordo matriks menurut Suherman (2009: 184) BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pengertian Masalah dan ciri-ciri masalah Banyak siswa yang mengalami masalah dalam proses pembelajaran matematika, salah satunya kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Masalah yang dialami siswa biasanya didasari oleh masalah dari soal-soal yang ada dalam pembelajaran dan masalah akibat kesalahan siswa dalam mengerjakan soal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardyono (2011: 1) bahwa ciri-ciri suatu soal disebut problem (masalah) dalam perspektif ini paling tidak memuat 2 hal, yaitu: Soal tersebut menantang pikiran/challenging (dengan kata lain, soal itu merangsang pengetahuan siswa). Soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya (non-routine). Biasanya soal menjadi pemicu terjadinya masalah dalam pembelajaran. Ada beberapa soal yang secara umum dikerjakan siswa diantaranya soal pilihan ganda (multiple choices), soal uraian langsung (direct essay), soal benar-salah (true-false choices), soal mencocokkan (matching test), dan soal teka-teki silang atau crossword puzzle (biasanya digunakan untuk siswa SD dan SMP). Kelompok soal tersebut diantaranya soal rutin (routine problem) dan soal tak rutin (non-routine problem) dapat mempengaruhi sejauh mana masalah tersebut diketahui siswa dan diselesaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardyono (2011: 4) bahwa sebuah soal dikatakan bukan “masalah” bagi seseorang umumnya bila soal tersebut terlalu mudah baginya (soal tersebut telah sering/rutin dipelajari siswa). Dari pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa soal rutin (sering dipelajari siswa) yang terdiri dari soal soal benar-salah (true-false choices), soal mencocokkan (matching test) atau biasanya disebut soal prosedural kurang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan maslah (problem solving). Selain itu, Soal-soal dengan tipe terbuka dan tipe situasi yang termasuk kelompok soal-soal tak rutin (non-routine problem) yang termasuk soal essay, soal pilihan ganda (multiple choices), dan soal crossword puzzle cocok untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Dari 2 kelompok soal-soal tersebut terdapat tipe soal yang digunakan untuk merangsang pengetahuan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Butt dalam Sumardyono (2011: 2-4) bahwa untuk pembahasan lebih lanjut, kita akan melihat sudut pandang dan klarifikasi berbagai macam soal yaitu sebagai berikut: Tipe soal ingatan (recognition) biasanya guru meminta kepada siswa untuk mengenali fakta-fakta matematika, definisi, serta pernyataan suatu teori (dalil), contohnya guru meminta siswa menentukan solusi dari teorema Pythagoras dengan dalil yang telah ditentukan bahwa a2 + b2 = c2. Tipe soal prosedural atau algoritma (algorithm) biasanya guru menghendaki penyelesaian siswa berupa sebuah prosedur langkah demi langkah dan seringkali berupa algoritma (prosedur pemecahan) hitung, Tipe soal terapan (application) biasanya penyelesaiannya memuat perumusan masalah ke model matematika dan biasanya memanipulasi simbol-simbol berdasarkan satu atau bebrapa algoritma atau prosedur pemecahan, Tipe soal terbuka (open search) biasanya pemecahan masalah tidak tampak pada soal, umumnya doal tersebut membutuhkan kemampuan melihat pola dan membuat dugaan, contohnya dalam menentukan suatu flat nomor, terdapat huruf dan angka. Apakah terdapat 7! / 3! cara = 840 cara, bila yang diketahui adalah semua huruf pada flat nomor Kota Bandung? Tipe soal situasi (problem situation) biasanya guru memimbing siswa mengidentifikasi masalah dalam situasi tersebut sehingga penyelesaian dapat dikembangkan siswa. Soal-soal tipe ini jarang dinyatakan secara tuntas dalam kalimat soal, umumnya soal-soal tipe ini berkenaan dengan soal proyek atau latihan kegiatan mandiri siswa. Tidak hanya soal yang menjadi pemicu dari suatu masalah. Selain itu, masalah yang terjadi pada siswa biasanya didapati oleh pembelajaran yang keliru. Hal ini sesuai dengan pendapat Rakhmaniah (2017: 6) bahwa terdapat kesalahan langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam soal matematika antara lain: Kesalahan siswa dalam mengoperasikan proses langkah pengerjaannya (pengerjaan soal) tetapi jawaban akhirnya benar. Kesalahan siswa dalam menjawab, tetapi langkah pengerjaannya benar. Kesalahan dalam mengerjakan operasi dasar. (perkalian dan pembagian) Sumarmo (2015: 3) berpendapat bahwa dalam pengajuan masalah (problem posing), terkandung kegiatan menyusun masalah baru (arrange the new problems) atau merefomulasi masalah semula (reform the formerly problem) berdasarkan serangkaian data atau informasi (dari soal-soal) yang disajikan. Oleh karena itu, teknik analisis masalah ini merupakan suatu alternatif siswa dalam menghadapi masalah, selain itu, cara ini dapat membantu dan meringankan siswa dalam menghadapi kesulitan siswa selama pembelajaran berlangsung. 2.1.2 Definisi masalah matematis Telah dipaparkan sebelumnya bahwa masalah timbul karena berbagai hal diantaranya tantangan (challenges), kesaksian (witness) dan kebingungan (distraction) seseorang terhadap suatu kejadian dalam pembelajaran. Selain itu, masalah juga disebabkan akibat hambatan dan rintangan (obstacle and hibdrance) dalam proses belajar. Masalah matematis (mathematical problem) adalah kondisi dimana terjadi kesenjangan dan harapan seseorang dalam memahami serta menyelesaikan materi matematika. Menurut Yuwono (2016: 4) bahwa masalah matematika dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu: Kesenjangan dalam persoalan mencari (problem to find) yaitu kesenjangan seseorang dalam mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai serta objek tertentu yang diketahui dalam soal yang merupakan hal terpenting dalam menyelesaikan suatu masalah matematis. Kesenjangan dalam persoalan membuktikan (problem to prove) yaitu kesenjangan seseorang dalam memberikan prosedur untuk menentukan apakah suatu pertanyaan atau persoalan bersifat benar atau tidak benar dengan melibatkan hipotesis dan menarik suatu kesimpulan. Dari masalah matematis yang telah dipaprkan, dapat disimpulkan bahwa masalah matematis didasari atas kesenjangan dan harapan siswa dalam menganalisis soal ataupun dalam memahami suatu materi.Oleh karena itu, sebagai guru hendaknya memberikan suatu alternatif solusi dalam menyelesaikan suatu materi pembelajaran dan tidak memberatkan siswa dalam menyelesaikan masalah dihadapannya.Menurut Fadillah (2009: 2) bahwa suatu pertanyaan atau persoalan merupakan suatu masalah bagi siswa jika ia tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan prosedur rutin yang telah diketahui. Dalam pembelajaran matematika, suatu kondisi dikatakan sebagai masalah (problem) apabila penyelesaian kondisi tersebut tidak segera ditemukan. Kondisi tersebut bisa berupa soal-soal yang dipelajari siswa, namun tidak semua soal merupakan pemicu terjadinya masalah. Masalah dapat bersifat tertutup (closed problem) dan dapat bersifat terbuka (open problem). Menurut Sumarmo (2015: 3) bahwa suatu masalah dapat dikatakan tertutup apabila memiliki satu jawaban atau satu cara penyelesaian, serta suatu masalah dapat dikatakan terbuka apabila memiliki beragam jawaban atau beragam solusi penyelesaian. Kemampuan pemecahan masalah atau problem-solving merupakan alternatif solusi bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan kemampuan belajar secara mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Fadillah (2009: 2) bahwa pemecahan masalah matematis merupakan suatu aktivitas kognitif (pengetahuan umum) yang komplekssebagai proses untuk mengatasi suatu masalah yang ditemui dan untuk menyelesaikannya diperlukan strategi pemecahan masalah yang unik dan variatif bagi siswa. Oleh karena itu, sebuah masalah matematis perlu diselesaikan secara bertahap. Selain itu, guru harus mengetahui serta menerapkan kemampuan pemecahan masalah (problem solving intelligence) yang beimbang terhadap seluruh siswa. 2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan pemecahan masalah adalah cara seseorang dalam mencari sertamenemukan jawaban atau informasi dari pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki pada dirinya. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah adalah suatu proses terencana sebagai usaha seseorang mencari jalan keluar dari suatu permasalahan yang didapatkannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Gunawan (2007: 179) bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk berpikir secara kompleks dan mendalam untuk memecahkan suatu masalah. Secara umum, tahap-tahap pemecahan masalah yaitu: Memahami masalah, Menyusun strategi, Melaksanakan strategi dan Memeriksa hasil pembelajaran yang diperoleh. Akan tetapi dari langkah-langkah kemampuan pemecahan masalah yang diberikan, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Syah (2010: 132), faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalahsiswa adalah: Faktor internal siswa adalah faktor yang berasal dalam diri siswa itu sendiri yang terdiri dari dua aspek yaitu: aspek fisiologis yang mencakup tentang keberadaan kondisi fisik siswa, dan aspek psikologis yang mencakup tingkat kecerdasan dan sikap siswa, Faktor lingkungan sosial adalah faktor yang melibatkan keberadaan para guru, staf tata usaha (TU), dan teman siswa lainnya yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kemauan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, Faktor non sosial adalah faktor yang keberadaannya berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan pembelajaran siswa, Faktor pendekatan belajar adalah proses belajar siswa untuk melakukan strategi atau metode yang digunakan siswa untuk peningkatan hasil belajar siswa. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika samgatlah penting dimiliki oleh siswa. Tujuannya agar siswa dapat mengasah pengetahuan dan keterampilan dalam pengerjaan soal tidak rutin ataupun soal-soal tantangan (challenging) yang terlihat baru olehnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Yarmayani (2016: 4) ada beberapa manfaat yang akan diperoleh oleh siswa melalui pemecahan masalah, yaitu: Siswa akan belajar bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan suatu soal (dengan cara berpikir divergen) dan ada lebih dari satu solusi yang mungkin dari suatu soal. Siswa terlatih untuk melakukan eksplorasi dalam pembelajaran, mampu berpikir secara komprehensif danbernalar secara logis. Mampu mengembangkan kemampuan komunikasi, dan membentuk nilai-nilai sosial melalui kegiatansecara berkelompok. 2.1.4 Strategi Kemampuan pemecahan masalah IDEAL Mengingat jenis permasalahan yang ada dalam pengelolaan kelas dan pengelolaan siswa, terdapat juga strategi pemecahan masalah sebagai alternatif kemampuan pemecahan masalah siswa. Wena (2013: 53) berpendapat bahwa macam-macam pemecahan masalah yang dibahas antara lain pemecahan masalah yang dikembangkan Solso, pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, strategi pemecahan masalah sistematis, inkuiri biologis, inkuiri jurisprudensial, inkuiri sosial, strategi latihan inkuiri, strategi pemecahan masalah ideal, dan strategi belajar berbasis masalah. Pada dasarnya, hasil akhir pembelajaran dengan penerapan kemampuan pemecahan masalah di kelas yaitu menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam memecahkan suatu masalah, dan siswa dapat meningkatkan hasil belajar sesuai jenjang sekolah mereka. Dalam pembelajaran di kelas terdapat permasalahan siswa, terutama saat dihadapkan dengan materi pelajaran yang cukup kompleks, rumit, dan abstrak untuk dipelajari siswa selama pembelajaran berlangsung. Permasalahan yang rumit dan kompleks untuk dikerjakan siswa akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya yang mengakibatkan proses pembelajaran yang kurang efektif, serta menyita waktu belajar di dalam kelas. Maka dari itu, Wena (2013: 204) berpendapat bahwa untuk bisa memahami dengan cepat, mudah, dan benar serta konsep dalam pembelajaran yang sifatnya absrak, rumit, dan kompleks memerlukan multimedia (aplikasi pembelajaran berbasis komputer) yang sesuai dengan isi pembelajaran tersebut. Penggunaan multimedia dalam pembelajaran sejalan dengan penerapan strategi pemecahan masalah ideal. Wena (2013: 86) berpendapat bahwa jika suatu masalah terlalu kompleks untuk dipecahkan dengan proses tunggal, maka siswa harus memecah masalah ke dalam beberapa sub-masalah yang sesuai dengan tujuan, kemudian baru melakukan pemecahan masalah seperti proses di atas.Proses tunggal yang umum digunakan adalah masalah diketahui kemudian menentukan solusi dari masalah tersebut. Proses tersebut hanya berlaku pada pembelajaran yang bersifat induktif. Namun, pada pembelajaran yang bersifat deduktif, siswa diharuskan memecahkan masalah ke sub-masalah sehingga didapatkan solusi dari pemecahan masalah. Menurut Wena, (2013:88-89) strategi pemecahan masalah ideal terdiri dari lima tahap pembelajaran, yaitu identifikasi masalah (Identify the problem), mendefinisikan masalah (Define the problem),mencari solusi permasalahan (Explore the solution),melaksanakan strategi pembelajaran (Act on the strategy),dan mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh belajar (Look back and evaluate the effect). Pada proses tunggal yang berlaku pada pembelajaran berifat induktif (langsung) adalah proses problem-solutionyang artinya apabila terdapat masalah langsung diberikan solusi penyelesaian berdasarkan informasi yang ada selama pembelajaran berlangsung.Namun, pada pembelajaran yang bersifat deduktif proses tersebut tidak berlaku, sehingga strategi pemecahan masalah ideal adalah salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Biasanya setiap strategi pembelajaran diterapkan pada proses pembelajaran mulai dari awal pelajaran hingga jam pelajaran berakhir. Pada proses pembelajaran ideal, penerapan tersebut langsung diterapkan di kelas dengan membandingkan tahapan pembelajaran pada kalangan guru dan siswa. Dari berbagai metode yang dilakukan oleh guru, strategi pemecahan masalah ideal dapat membantu guru dalam menemukan model pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pada siswa, strategi ini dapat membantu siswa dalam kemampuan pemecahan masalah serta peningkatan hasil belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Kirkey dalam Wena (2013: 91) bahwa beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap strategi pemecahan masalah IDEAL sebagai berikut: stategi pemecahan masalah IDEAL lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA dibandingkan dengan strategi pemecahan lain, dan penerapan strategi pemecahan masalah IDEAL terbukti secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah pada bidang (jurusan) IPA. Oleh karena itu, strategi pemecahan masalah ideal adalah alternatif terbaik bagi siswa yang dapat dipelajari oleh setiap karakter siswa, walaupun terdapat kendala dalam pengelolaan waktu pembelajaran. Namun, ada beberapa bagian yamg menjadi kendala (obstacles) sehingga strategi pemecahan masalah ideal sangat susah diterapkan siswa. Oleh karena itu, kreatifitas dalam kemampuan pemecahan masalah ideal haruslah berkaitan dengan indikator pemecahan masalah ideal agar tidak mengalami berbagai kendala yang dapat menganggu siswa dalam kegiatan pembelajaran. Langkah Pemecahan Masalah IDEAL Bentuk Kegiatan Siswa Identifikasi masalah Memahami permasalahan (problems) (Identify the problem) secara umum.(general). Mencermati aspek-aspek yang berka- itan dengan permasalahan (problems) Mengembangkan / menganalisis permasalahan. Melakukan pemetaan permasalahan. Mengembangkan hipotesis. Mendefinisikan masalah Mencermati data / hal yang sudah (Define the problem) diketahui atau yang belum diketahui. Mencari dan Menelusuri berbagai informasi dari berbagai sumber.. Melakukan penyaringan berbagi informasi yang telah terkumpul. Merumuskan berbagai permasalahan. Menentukan solusi pembelajaran. Mencari Solusi Mengembangkan solusi sesuai (Explore the solution) pemahaman siswa. Melaksanakan Strategi Melakukan pemecahan masalah (Act on the strategy) secara bertahap (gradually). Mengkaji kembali dan mengevaluasi Melihat dengan mengkoreksi kembali Pengaruhnya cara-cara pemecahan masalah. (Look back and evaluate the effect) Mengkaji pengaruh dan mengevaluasi di dalam pembelajaran. Tabel 1 – Indikator pemecahan masalah IDEAL dan bentuk kegiatan siswa menurut Wena (2013: 91) 2.1.4 Pembelajaran Matriks A. Matriks ditinjau dari kurikulum 2013 Kulikurum 2013 lahir sebagai jawaban dari berbagai kritikan pada kurikulum 2006 (KTSP) yang cenderung memberikan beban siswa untuk kemampuan berpikirnya, terutama pada kemampuan pemecahan masalah siswa. Dengan diterapkannya kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi pada pembelajaran diharapkan siswa dapat memberikan situasi belajar yang produktif, kreatif, dan inovatif pada dirinya dan kelompok siswa. Tabel 2 – KD dan Indikator matriks pada kurikulum 2013 menurut Masriyati (2015: 1) B Pengertian dasar pada Matriks Melalui proses pengamatan, bertanya, mengumpulkan informasi dan diskusi, peserta didik dapat: (a) menjelaskan konsep matriks dan menentukan unsur-unsur matriks, serta (b) menyajikan masalah konstektual ke dalam bentuk matriks dengan terlibat secara aktif, bekerjasama, dan toleran pada proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. Pernyataan tersebut adalah serangkaian tujuan pembelajaran pada materi matriks. Oleh karena itu, pada lembar kerja siswa ataupun buku pegangan guru terdapat peta konsep dan tujuan pembelajaran sebagai pendahuluan siswa sebelum memulai pembelajaran, agar siswa dapat memahami setiap materi yang dipelajari tanpa paksaan atau tekanan yang berarti. Berikut ini adalah contoh peta konsep dari matriks menurut Suherman (2009: 183) yaitu sebagai berikut. Gambar 1 – Peta Konsep Matriks menurut Suherman (2009: 183) Matriks adalah susunan bilangan yang terdiri dari bilangan dan kolom. Notasi matriks ditulis dalam huruf besar dan anggota matriks ditulis dalam huruf kecil atau angka yang disusun dalam kurung siku atau kurung biasa. Selain itu, ordo (ukuran) matriks adalah banyaknya baris (garis horizontal) dan kolom (garis vertikal) yang terdapat dalam matriks yaitu, Secara umum, Matriks terdiri dari matriks baris, matriks kolom, matriks persegi dengan ordo yang sama, matriks identitas, matriks konstanta, matriks segitiga atas, dan matriks segitiga bawah. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada matriks adalah diagonal utama dan diagonal samping dimana pada determinan dan invers matriks diperlukan pengetahuan tentang diagonal utama dan diagonal samping. Selain itu, operasi matriks terdiri dari (a) operasi penjumlahan dan pengurangan dengan memperhatikan ordo, baris, dan kolom matriks, serta (b) perkalian matriks yang terdiri dari perkalian scalar dengan matriks dan perkalian matriks dengan matriks. Berikut ini adalah notasi matriks secara lengkap menurut Athari (2015: 3) yaitu sebagai berikut. Pada aplikasi matriks terdapat operasi baris elementer (OBE) dengan melihat persamaan matriks AB = C biasanya ditentukan nilai dari matriks A atau matriks B. Selain itu, terdapat aplikasi lainnya pada matriks dalam menyelesaikan persamaan linear. Terdapat berbagai strategi dalam menyelesaikan permasalahan pada matriks, sehingga strategi pemecahan masalah adalah salah satu solusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan matriks. 2.3 Studi Relevan Jurnal Matematika Kreatif Inovatif oleh Ali Shodikin, Universitas Islam Darul Ulum Lamongan tahun 2015. Jurnal Konseling GUSJIGANG oleh Himmatul Ulya, Universitas Muria Kudus tahun 2016. Dengan judul Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Bermotivasi Belajar Tinggi Berdasarkan IDEAL Problem Solving. 2.3.1 Relevansi Studi Dari ketiga studi relevan yang telah dibahas sebelumnya, letak kesamaan (relevansi) studi penelitian yaitu: dilatar-belakangi oleh berbagai masalah siswa dalam menyelesaikan suatu soal atau tugas di sekolah. Selain itu, strategi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa difokuskan untuk menentukan berbagai solusi penyelesaian terhadap mata pelajaran yang dipelajari siswa saat itu, dan pada hasil penelitian telah dibuktikan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat memberikan dampak positif bagi siswa selama pembelajaran berlangsung. 2.3.2 Perbedaan Studi Jurnal pendidikan matematika oleh Ali Shodikin, mahasiswa yang berjudul: Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematik Melalui Pendekatan Metakognitif memiliki perbedaan terhadap studi yang akan peneliti lakukan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan fokus penelitian mengguanakan desain penelitian murni (true experimental design). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 34 siswa kelas XI di salah satu SMA di kabupaten Pati tahun 2013/2014. Sampel penelitian adalah seluruh populasi penelitian yang diteliti. Instrumen penelitian yang dikembangkan adalah bahan ajar, instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis, lembar pengamatan kinerja guru, lembar penilaian aktivitas siswa, dan instrumen wawancara yang divalidasi oleh ahli. Fokus materi yang dilakukan adalah materi suku banyak kelas XI pelajaran matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, dokumentasi, angket, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data yang dilakukan adalah kemampuan awal matematis, penggunaan uji normalitas dan uji homogenitas, dan penggunaan uji t. Pada hasil penelitian, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa difokuskan pada empat indikator yaitu: kemampuan mengidentifikasi unsur yang diketahui, merumuskan masalah matematik yaitu dengan menyusun model matematik, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah yaitu dengan menerapkan strategi abduktif-deduktif, dan menginterpretasikan hasil sesuai masalah asal. abdusulaiman.blogspot.com/2015/12/macam-macam-teknik-analisis-data.html Lembar Observasi Peserta Didik Berdasarkan Pemecahan Masalah IDEAL Kelas/Semester : XI/Gasal Pokok bahasan : Matriks Hari/Tanggal : Alokasi Waktu : Petunjuk pengisisan: Berilah tanda checklist (v) pada deskripsi hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran.. No Aspek yang diobservasi Kemunculan Ya Tidak 1 Pendahuluan : - Guru menyiapkan siswa dan memberikan salam saat pembelajaran berlangsung. - Guru memberikan motivasi terhadap siswa saat pembelajaran berlangsung. - Guru memberikan apersepsi (rangkuman materi pada kehidupan sehari-hari siswa) pada materi yang dipelajari siswa. 2. Kegiatan Inti : - Guru menjelaskan siswa mengenai langkah-langkah dalam mengerjakan soal matriks. - Guru menjelaskan langkah-langkah pemecahan IDEAL pada pengerjaan soal-soal matriks. - Guru memimbing siswa selama pengerjaan soal berlangsung. 3 Penutup : - Guru menerangkan hasil jawaban yang telah dikerjakan siswa. Guru memberikan kesimpulan terhadap langkah-langkah IDEAL MACAM-MACAM TEKNIK ANALISIS DATA Teknik Analisis Taksonomik (Taksonomic Analysis) Teknik Analisis Interaktif Miles & Huberman. Teknik Analisis Isi (Content Anlysis). Teknik Analisis Domain (Domain Analysis) Teknik Analisis Komparatif Konstan (Constant Comparative Analysis) Teknik Analisis Kualitatif. Teknik Analisis Kuatintatis. Tugas Skripsi Azrin 103