[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

TECHNICAL ANALYSIS

TECHNICAL ANALYSIS Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Investasi Oleh Dosen Pengampu Drs. Topo Wijono. M.Si Disusun oleh : Manajemen Investasi Kelas C Nadya Ulfa Widjaya 145030200111038 Stevanie Asdelina 155030201111052 Pratiwi Ivany Amalia 155030200111057 Nadiny Salwaa Alamsah 155030207111041 Annisha Rahma Anggraeni 155030207111013 FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018 PEMBAHASAN Pengertian Analysis Technical Technical Analysis (TA) merupakan sebuah metode yang mempelajari  pergerakan harga dengan melihat data historis harga yang terjadi di market  melalui media chart. Dengan mempelajari data historis ini dapat ditarik sebuah kesimpulan untuk pengambilan keputusan investasi di market. Analisis teknikal tidak mencoba untuk mengukur nilai intrinsik suatu sekuritas, melainkan menggunakan grafik dan alat-alat lain untuk mengidentifikasi pola-pola yang dapat menyarankan aktivitas masa depan. Asumsi-Asumsi Dasar The M Kritik utama dari analisis teknikal adalah bahwa ia hanya menganggap pergerakan harga, mengabaikan faktor fundamental perusahaan. Namun, analisis teknikal mengasumsikan bahwa, pada waktu tertentu, harga saham mencerminkan segala sesuatu yang telah atau dapat mempengaruhi perusahaan – termasuk faktor fundamental. Teknikal analis percaya bahwa fundamental perusahaan, bersama dengan faktor ekonomi yang lebih luas dan psikologi pasar, semua harga ke saham, menghilangkan kebutuhan untuk benar-benar mempertimbangkan faktor-faktor secara terpisah. Ini hanya meninggalkan analisis pergerakan harga, yang memandang teori teknikal sebagai produk dari penawaran dan permintaan untuk saham tertentu di pasar. Price Moves in Trends Dalam analisis teknikal, pergerakan harga diyakini mengikuti tren. Ini berarti bahwa setelah tren telah ditetapkan, pergerakan harga masa depan adalah lebih mungkin untuk berada dalam arah yang sama sebagai tren daripada harus melawannya. Strategi perdagangan yang paling teknikal didasarkan pada asumsi ini. History Tends To Repeat Itself Gagasan lain yang penting dalam analisis teknikal adalah bahwa sejarah cenderung berulang, terutama dalam hal pergerakan harga. Sifat berulang dari pergerakan harga dikaitkan dengan psikologi pasar, dengan kata lain, pelaku pasar cenderung memberikan reaksi yang konsisten terhadap rangsangan pasar yang sama dari waktu ke waktu. Analisis teknikal menggunakan pola grafik untuk menganalisa pergerakan pasar dan memahami tren. Meskipun banyak dari grafik telah digunakan lebih dari 100 tahun, mereka masih diyakini relevan karena menggambarkan pola pergerakan harga yang sering berulang. Metode-Metode Analisis Teknikal Untuk memberikan gambaran mengenai cara bekerja para analis teknikal, berikut ini ada beberapa metode analisis teknikal saham yang paling umum digunakan dan mudah dipahami., yaitu: Moving Average merupakan indikator sederhana yang paling banyak banyak digunakan oleh trader ataupun investor karena sangat sederhana dan mudah menggunakannya. Garis M dapati menunjukkan adanya sebuah trend yang sedang berjalan dan kemungkinan yang akan terjadi. Waktu yang digunakan biasanya adalah MA 20,50 dan 200. Garis MA ini juga bisa berfungsi sebagai garis Suppport dan Resistance serta terbagi dalam: SMA (Simple Moving Average); WMA (Weighted Moving Average); dan EMA (Exponential Moving Average) Moving Average Convergence Divergence (MACD) Pertama kali diciptakan oleh Gerald Appel. MACD termasuk indikator lagging dan sifat pergerakannya naik atau turun (oscillator) dan terbagi menjadi dua bagian area oversold dan area overbought. Indikator MACD memiliki dua garis ,warna tidak penting yang penting berbeda, dimana salah satunya adalah garis sinyal dan yang lain adalah garis MACD. Garis MACD adalah selisih dari dua buah EMA (misal EMA 26 dan EMA 12) dan menggunakan harga penutupan saham. Standar garis sinyal yang biasa digunakan adalah sembilan hari sedangkan garis MACD adalah 26 dan 12. Jika garis sinyal dibuat lebih pendek, misalnya tujuh hari maka akan memberikan sinyal yang lebih sensitif. Jika semakin rendah periodenya maka kekurangannya adalah akan memberikan banyak sinyal palsu. Garis sinyal sifatnya lebih lambat dan merupakan moving average dari garis MACD. Cara bacanya jika Sinyal jual adalah pada saat garis MACD memotong ke bawah garis sinyal maka ini merupakan sinyal jual. Dan disebut  sinyal beli jika garis MACD memotong ke atas garis sinyal. RELATIVE STRENGHT INDEX (RSI) RSI adalah suatu indikator osilator dengan batasan rentang terendah (0) sampai rentang tertinggi (100). Rentang di bawah 30 disebut sebagai area oversold dan rentang di atas 70 disebut sebagai area overbought. Periode RSI standardnya  menurut pembuatnya adalah 14 hari, namun dapat dirubah agar menghasilkan sinyal yang lebih sensitif menjadi 12, 10, atau 9 hari). Bila garis RSI menembus ke bawah garis rentang 70 memberikan sinyal bearish. Bila garis RSI menembus ke atas garis rentang 30 memberikan sinyal bullish. Jika terjadi penyimpangan garis RSI dengan grafik pergerakan harga saham (bertolak belakang), maka dapat pula sebagai sinyal jual atau sinyal beli. Apabila garis RSI berada di atas garis rentang 70 (kondisi overbought) menunjukan arah yang berlawanan dengan market, maka memberikan sinyal bearish. Apabila garis RSI berada di bawah garis rentang 30 (kondisi oversold) menunjukan arah yang berlawanan dengan market, maka memberikan sinyal bullish. Stochastic Oscilator Pergerakan Stochastic hampir menyerupai pergerakan RSI, namun Stocasthic  memilik dua garis yang disebut garis %K dan %D yang berkisar di level vertikal 0-100. Area diatas 80 termasuk area overbought sedangkan area di bawah 20 termasuk area oversold. Mana yang disebut garis sinyal? Garis %K adalah disebut garis sinyal dan garis yang terpenting. Garis % D disebut garis trigger (pemicu). Dikatakan ada sinyal beli jika pada area oversold garis %K memotong ke atas garis %D. Dikatakan sinyal jual jika pada area overbought garis %K memotong ke bawah garis %D. Bollinger Band Dikembangkan oleh John Bollinger dan merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur volatilitas market. Garis garis dalam Bollinger Band terbagi dalam 3 garis, yakni garis bawah, tengah dan atas. Kita juga dapat menggunakan garis garis ini sebagai garis Support dan Resistance. Garis garis Bollinger Band ini bisa mengecil dan membesar, hal ini terjadi dikarenakan volatilitas market itu sendiri, dimana jika pergerakan harga dalam kondisi tidak bergairah atau kurang kuat (sideways) biasanya garis Bollinger Band ini merapat dan bahkan mengecil dan jika pergerakan harga mulai berfluktuasi maka garis Bollinger Band akan bergerak membesar. Pada akhirnya tidak semua indikator tersebut harus digunakan  dan tidak ada indikator yang 100 % sempurna.  Semuanya berpaling pada trading style masing masing trader, ada yang suka menggunakan beberapa indikator dalam menganalisa pergerakan harga bahkan ada yang tidak menggunakan indikator sama sekali. Semakian banyak menggunakan indikator terkadang bisa membuat kita tidak fokus dalam trading dan terkadang malah membingungkan. Sekali lagi Tidak ada benar atau salah dalam hal ini, yang ada hanyalah, THE MARKET IS  ALWAYS RIGHT. Teknik Penggunaan Grafik The Dow Theory. Teori ini ditemukan oleh Charles H. Dow pada tahun 1800-an. Teori ini bertujuan untuk mengidentifikasi tren harga pasar saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data historis harga pasar saham di masa lalu, yang dikelompokkan mejadi tiga yaitu: Primary Trend, yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu panjang Secondary Intermediate Trend, yaitu pergerakan harga saham yang terjadi selama pergerakan harga dalam primary tren. Bersifat penyimpangan dari pergerakan primer yang terjadi dalam beberapa minggu atau bulan. Minor Trend atau day to day move merupakan fluktuasi harga saham yang terjadi setiap hari. Chart Pola Pergerakan Harga Saham Support Level. Support level berarti tingkat harga atau kisaran harga, pada saat para analis teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan atas permintaan saham di pasar. Biasanya terjadi ketika banyak investor melakukan tindakan “ambil untung” dengan melakukan penjualan saham-saham karena tertarik pada harga jual yang cukup tinggi, dan biasanya diikuti oleh penurunan harga saham. Dampak selanjutnya adalah banyak pembeli saham yang tertarik untuk melakukan pembelian-pembelian saham sehingga permintaan saham kembali meningkat. Sesuai dengan hukum permintaan penawaran, peningkatan permintaan saham ini nantinya diharapkan menjadi support level yang menjaga agar harga saham bergerak naik. Resistance Level Resistance level berarti kisaran harga di mana para analis teknikal berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham yang ditawarkan di pasar. Dengan kata lain, resistance level menggambarkan batas atas tingkat harga (upper boundary) yang dapat membuat para penjual saham segera menjadi penahan atas gerakan naik harga saham karena jika banyak pihak yang ingin menjual saham di pasar maka diharapkan harga akan bergerak turun, dan tidak melewati batas atas harga. Hal ini biasa terjadi ketika harga saham turun terus setelah mencapai harga tertinggi. Investor yang memiliki saham tentunya tidaka akan mau rugi akibat harga sahamnya selalu turun. Mereka akan menunggu waktu yang tepat untuk menjual sahamnya agar kerugian berkurang. Biasanya pada saat harga saham mencapai titik balik (recovery point). Tantangan-Tantangan Penggunaan Technical Analysis Tantangan terhadap penggunaan technical analysis diungkapkan oleh para penentangnya. Fokus penentang penggunaan technical analysis adalah pada: 1. Basic assumption Asumsi technical analysis berlawanan dengan konsep dan hasil penelitian empiris tentang EMH. Untuk menghasilkn superior risk-adjusted return (setelah dikurangi transaction costs), harga pasar suatu sekuritas akan segera menyesuaikan diri terhadap munculnya informasi. Trend ini menjadikan munculnya weak-form EMH. Setelah menguji Keberadaan weak-form EMH (lihat bahasan sebelumnya), peneliti menemukan bahwa harga asset tidak bergerak pada suatu trend tertentu. Hasil riset ini mendukung adanya EMH. 2. Technical trading rules Harga pasar asset (hubungan antara specific market variables dengan harga saham) tidak berulang. Sebagai konsekuensinya, penggunaan suatu teknik di masa lalu mungkin saja menjadi tidak dapat diaplikasikan pada kesempatan lain. Kemungkinan ini menyebabkan technical analyst menerapkan beragam trading rules dan mencari kesepakatan dan consensus bersama untuk memprediksi pola harga pasar suatu asset (future market pattern). Masalah lain pada technical analyst adalah keberhasilan penggunaan suatu trading rule akan mendorong investor lain untuk mengadopsinya. Hal ini akan menjadikan trading rule tersebut popular dan berakibat pada meningkatnya level persaingan antar investor, dan pada akhirnya akan menetralkan teknik tersebut. Hal lain adalah penggunaan trading rules yang banyak menjadikan technical analyst membutuhkan a great deal of subjective judgment. Dua orang technical analyst yang mengamati pola harga saham yang sama bisa jadi memiliki interpretasi yang berbeda tentang pola harga yang sedang terjadi. Faktor lain tentang technical analysis adalah bahwa standard values yang bisa menjadi signal untuk keputusan investasi bisa berubah sepanjang waktu. 3.Technical trading indicators Grafik berikut ini menggambarkan siklus harga saham yang terjadi secara normal. Siklus ini bisa terjadi pada keseluruhan pasar modal (overall stock market) atau untuk saham individual. Grafik tersebut menggambarkan peak (puncak) dan trough (low activity), rising trend channel, declining trend channel, flat trend channel. Grafik tersebut dimulai dengan berakhirnya masa declining(bear) market, yaitu berhenti pada trough, yang kemudiaan diikuti dengan trend naik (upward trend) yang melampaui declining trend channel.Ketika declining trend sudah beralih arah ini memberikan sinyal bagi technical analyst untuk membeli asset. Technical analyst kemudian mengharapkan adanya rising trend channel. Sepanjang harga saham mengalami kenaikan seiring dengan rising trend channel tersebut, investor umumnya menyarankan untuk menahan asset (hold the stock). Secara ideal, investor ini ingin menjual saham saat siklus mengalami peak.Tetapi, investor tidak dapat mengidentifikasi bahwa peakakan terjadi hingga trend tersebut mengalami perubahan. Jika harga saham mulai mengalami pola mendatar (flat pattern), maka masa rising trend channel akan terlampaui. Pada posisi ini, technical analyst cenderung memutuskan untuk menjual saham. Meskipun demikian, mereka bisa memutuskan untuk menahan kepemilikan asset untuk melihat apakah asset tersebut akan mengalami periode konsolidasi dan kemudian mengakhiri masa flat trend channel, dan mulai mengalami kenaikan lagi. Alternative lain, jika harga saham mengakhiri masa flat dan cenderung menurun, maka technician memandang trend ini sebagai sinyal untuk menjual asset dan mengamati penurunan tersebut sebagai dimulainya declining trend channel. Keuntungan Penggunaan Technical Analysis Keuntungan utama menggunakan metode technical analysis adalah bahwa metode tersebut tidak menggantungkan diri pada informasi pada laporan keuangan. Seperti diketahui, laporan keuangan (financial accounting statements) adalah sumber utama informasi tentang kinerja perusahaan atau industry di masa lalu. Fundamental analyst menggunakan laporan keuangan ini untuk memproyeksikan risiko dan return suatu sekuritas atau industry di masa mendatang. Namun bagi technical analyst, terdapat beberapa kelemahan laporan keuangan: 1.Laporan keuangan tidak memberikan informasi yang dibutuhkan oleh security analyst, termasuk faktor psikologis dan nonquantifiable variable seperti employee training and loyalty, customer goodwill, dan perilaku pemegang saham dalam suatu industri apakah mereka cenderung konservatif atau agresif. Perilaku pemegang saham ini penting untuk memperhitungkan risiko misalnya jika terjadi pelarangan produk atau pengenaan pajak yang tinggi, seperti misalnya pada produk rokok. 2.Pembuatan laporan keuangan didasarkan pada GAAP (Generalized Accepted Accounting Principles) yang memungkinkan perusahaan memilih satu di antara beberapa jenis prosedur untuk melaporkan biaya, asset atau liabilities. Perbedaan pemilihan metode ini dapat menghasilkan perbedaan nilai biaya, pendapatan, ROA dan ROE. Akibatnya, investor memiliki kesulitan saat membandingkan laporan keuangan dari dua perusahaan atau lebih bahkan di satu industri yang sama. Dengan alasan tersebut, technical analyst tidak menggantungkan keputusan investasi pada informasi dari laporan keuangan. Jika pada suatu saat fundamental analyst mengetahui bahwa sekuritas A ada dalam posisi under-atau over-valued sebelum investor lain mengetahuinya, analyst tersebut harus menentukan kapan saat membeli atau menjual asset tersebut. Idealnya, highest rate of return akan dapat diperoleh saat investor melakukan transaksi sebelum terjadi perubahan nilai pasar. Misalnya, jika diketahui bahwa berdasarkan analisis di bulan Februari, Anda memperhitungkan bahwa perusahaan A akan dapat menghasilkan profit tinggi di bulan Juni. Meskipun Anda dapat membeli saham perusahaan A pada bulan Februari, Anda lebih baik menunggu hingga bulan Mei untuk membeli saham tersebut. Dengan demikian, uang Anda tidak terikat pada saham A selama 3 bulan. Hal tersebut terjadi bagi fundamental analyst. Akan tetapi, baik fundamental maupun technical analyst sama-sama memiliki kecenderungan untuk menunggu saat yang tepat untuk berinvestasi. Kebanyakan technical analyst tidak berinvestasi hingga saat terjadinya pergerakan menuju equilibrium baru. BAB III PENUTUP Portofolio yang optimal ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat returnekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya, atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang rasional akan memilih portofolio optimal ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko portofolio. DAFTAR PUSTAKA http://nila.lecture.ub.ac.id/files/2015/03/11th_Risk-Premium-Portfolio-Theory.pdf, diunduh pada tanggal 08 April 2018 pada Pukul 20.15 http://erepo.unud.ac.id/11488/3/5c25dbd65b8a7e19e6f4a15def858be5.pdf, diunduh pada tanggal 08 April 2018 pada Pukul 20.20 http://1setinfo.blogspot.co.id/2015/08/teori-portfolio-dan-analisis-investasi.html, diunduh pada tanggal 09 April 2018 pada Pukul 13.25