[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

BAB II TINJAUAN PONDOK PESANTREN

BAB II TINJAUAN PONDOK PESANTREN Tinjauan Sejsarah Pesantren Sejarah Perkembangan Pesantren Umumnya satu pondok Pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belummemberikan perhatian terhadap tempat tempat yang didiami oleh para santri., yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menenpati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin banyak pula gubuk yang didirikan. Para santri banyak mempopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-ponsdok yang timbul pada zaman Walisongo. 1 (Wahab, Rochiding. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta, CV, 2004) hal153, 154) Sejak awal masuknya islam ke idonesia pendidikan Islam merupakan kepentingan tinggi bagi kaum muslimin. Tetapi hanya sedikit sekali yang dapat kita ketahui tentang perkembangan pesantren di masa lalu, terutama sebelum Indonesia dijajah Belanda, karena dokumentasi sejarah sangat kurang. Bukti yang dapat kita pastikan menunjukkan bahwa pemerintah penjajahan Belanda memang membawa kemajuan teknologi ke Indonesia dan memperkenalkan sistem dan metode pendidikan baru. 2 (Dhofier 1985:41, Zuhairini 1997:149) Sejarah Modernsasi Pesantren Kian maraknya wacana perlawanan nasional atas kolonialisme belanda Terbitnta kesalahan kalangan muslim untuk memperbaiki organisasi keislaman meraka yang berkonsentrasi dalam aspek social ekonomi Dorongan kaum muslimin untuk mempengaruhi sistem pendidikan islam. Mbaharu Salah satu dan keempat inilah, yang sejatinya selalu menjdi sumber inspirasi pada perubahan islam untuk melakukan perubahan islam di Indonesia (Majalah Tajdid (Ciamis: Lembaga Penelitiandan Pengembanga, 2009), hal 358) Tujuan proses modernisasi pondok pesanten adalah berusaha untuk menyempurnakansistem pendidikan Islam yang ada di pesantren. Akhir-akhir ini pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-perubahan yang bisa dilihat di pesantren modern termasuk: mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat. 4 (Hasbullah, 1999: 155) Lembaga pendidikan Islam Arifin (Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Biona Aksara.1995)Cet, ke-3, h,257, 1993:3) yang dikutip dari syarif (1993:3) mengemukakan bahwa padadasarnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang dilaksankan dengansystem asrama (pondok) dengan kyai sebagai sentral utama serta mesjid sebagai pusatlembaganya. Pada awalnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaranagama Islam dengan cara non klasikal, yaitu kyai mengajar para santri/ahnya berdasarkankitab-kitab yang di tulis dalam bahasa arab oleh ulama-ulama besar abad 12 sampai abad 16.Dewasa ini, pesantren telah berkembang dan merupakan gabungan antara system pondok danpesantren yang memberikan pengajaran dengan system non klasikal. Pondok pesantren iniakhirnya menyelenggarakan system pendidikan klasikal (sekolah), baik yang bersifatpendidikan umum (formal) maupun agama yang lazim di sebut Madrasah (Arifin, 1993:3)yang dikutip dari sarijo (1985:10) Elemen-elemen Pesantren: • Kiayi sebagai tokoh sentral dalam pesantren yang memberi pengajaran. • Santri, merupakan unsur pokok dari suatu pesantren. • Masjid, sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan dan ibadah • Pondok atau asrama, sebagai tempat tinggal kiayi bersama para santrinya. • Kitab-kitab Islam klasik sebagai nara sumber atau bahan pelajaran 5 https://www.academia.edu/1109366/Pesantren Modern Di Medan Arsitektur Islam Tinjauan Pondok Pesantern Pembahasan Pondak Pesantren Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya pengembangan kepribadian yang ingin di tuju ialah kepribadian mukhsin, bukan sekedar muslim. Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannnya pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu: Tujuan Khusus Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang ‘alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. Tujuan Umum Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan amalnya. Karakteristik Pondok Pesantren Karakteristik atau ciri-ciri umum pondok pesantren adalah a.        Adanya kiai b.      Adanya santri c.       Adanya masjid d.      Adanya pondok atau asrama Sedangkan ciri-ciri  khusus pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi arab,hukum islam, tafsir Hadis, tafsir Al-Qur’an dan lain-lain. Dalam penjelasan lain juga dijelaskan tentang ciri-ciri pesantren dan juga pendidikan yang ada didalamnya, maka ciri-cirinya adalah a.      Adanya hubungan akrab antar santri dengan kiainya. b.      Adanya kepatuhan santri kepada kiai. c.      Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan pesantren. d.      Kemandirian sangat terasa dipesantren. e.      Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren. f.       Disiplin sangat dianjurkan. g.      Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia. Hal ini sebagai akibat kebiasaan puasa sunat, zikir, dan i’tikaf, shalat tahajud dan lain-lain. h.      Pemberian ijazah, yaitu pencantuman nama dalam satu daftar rantai pengalihan pengetahuan yang diberikan kepada santri-santri yang berprestasi. Ciri-ciri diatas menggambarkan pendidikan pesantren dalam bentuknya yang masih murni (tradisional). Adapun penampilan pendidikan pesantren sekarang yang lebih beragam merupakan akibat dinamika dan kemajuan zaman telah mendorong terjadinya perubahan terus-menerus, sehingga lembaga tersebut melakukan berbagai adopsi dan adaptasi sedemikian rupa. Tetapi pada masa sekarang ini, pondok pesantren kini mulai menampakan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan islam yang mumpuni, yaitu didalamnya didirikan sekolah, baik formal maupun nonformal. Dengan adanya tranformasi, baik kultur, sistem dan nilai yang ada di pondok pesantren, maka kini pondok pesantren yang dikenal dengan salafiyah (kuno) kini telah berubah menjadi khalafiyah (modern). Transformasi tersebut sebagai jawaban atas kritik-kritik yang diberikan pada pesantren dalam arus transformasi ini, sehingga dalam sistem dan kultur pesantren terjadi perubahan yang drastis, misalnya 1.      Perubahan sistem pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi sistem klasikal yang kemudian kita kenal dengan istilah madrasah (sekolah). 2.      Pemberian pengetahuan umum disamping masih mempertahankan pengetahuan agama dan bahasa arab. 3.      Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, misalnya keterampilan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat, kesenian yang islami. 4.      Lulusan pondok pesantren diberikan syahadah (ijazah) sebagai tanda tamat dari pesantren tersebut dan ada sebagian syahadah tertentu yang nilainya sama dengan ijazah negeri. 3 . Jenis-Jenis Pesantren di Indonesia Pesantren hanya mengajarkan ilmu agama islam saja umumnya di sebut salafi. Pola tradisional yang terapkan dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka - bisa dengan mencangkul sawah, menurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya, dan sebagai balasannya mereka di ajari ilmu ajadi ilmu agama oleh kyai mereka tersebut. Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para santrinya dengan membebankan biaya yang rendah atau bahkan tampa biaya sama sekali. Para santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh dengan kegiata, di mulai dengan sholat subuh di waktu Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, dimana persentase ajaranya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika, dan lainnya). Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri. Pada pesantren dengan materi ajar campuran antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam, para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah. Pesantren campuran untuk tingkat SMP kadang-kadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah. Namun, perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya. Pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak. Ada juga jenis pesantren semimodern yang masih mempertahankan kesalafannya dan memasukkan kurikulum modern di pesantren tersebut 6 (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas,). Pesantren modern mempunyai ciri yang berlainan dengan pesantren tradisional dan sering diperhadapkan secara berlawanan dengan pesantren tradisional, yakni: Unsur-unsur Pesantren Dhofier menyebutkan ada lima unsur dasar sebuah pondok pesantren, yaitu pondok, masjid, santri, kiai, dan pengajaran kitab-kitab klasik Islam. Kemudian Mujamil Qomar menyebutkan sebuah pondok pesantren memiliki empat unsur dasar yaitu pondok atau asrama, masjid, santri, dan kiai. Jika keempat unsur tersebut telah dimiliki oleh suatu lembaga pengajian tertentu maka status lembaga tersebut telah berubah menjadi pondok pesantren. Adapun penjelasan keempat unsur tersebut adalah sebagai berikut: a. Kiai Kiai adalah bagian yang paling esensial dari sebuah pondok pesantren. Kebanyakan dari para kiai tersebut adalah pendiri pondok pesantren yang dia kelola. Maka biasanya pertumbuhan suatu pondok pesantren bergantung kepada kemampuan para kiai pendiri pondok pesantren tersebut. Kiai di samping pendidik dan pengajar, juga pemegang kendali managerial pondok pesantren. b. Masjid Masjid merupakan salah satu unsur dasar dari sebuah pondok pesantren. Bisa dikatakan keberadaan masjid di sebuah pondok pesantren adalah jantung pendidikan di pondok pesantren tersebut. Masjid merupakan tempat kegiatan masyarakat Islam dalam melaksanakan dan memperoleh ilmu keislaman sejak zaman Rasulullah SAW masjid adalah tempat paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek shalat lima waktu, khutbah, shalat jumat, serta pengajaran kitab-kitab Islam. Dalam Encyclopedia of Islam, kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pondok pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat di masjid sejak Masjid Quba didirikan di dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar dalam sistem pondok pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. Dimana pun kaum muslimin berada, mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi, dan kultural. c. Asrama Unsur ketiga dalam sebuah pondok pesantren adalah pondok, yang selanjutnya disebut asrama. Salah satu pembeda sebuah pondok pesantren dengan pengajian biasa di masjid-masjid adalah keberadaan pondok atau asrama bagi para santri. Asrama merupakan tempat dimana para santri tinggal. Hal ini memudahkan para guru untuk mengawasi aktivitas para santri. Besar-kecilnya sebuah asrama biasanya menggambarkan jumlah santri karena semakin banyak santri tentunya semakin besar pula pondok tersebut. Ada tiga hal yang menyebabkan sebuah pondok pesantren harus memiliki asrama. Alasan pertama, sosok kiai perintis sebuah pondok pesantren yang dikenal masyarakat luas ataupun kualitas sebuah pondok pesantren yang sudah terkenal berkualitas tidak hanya menarik para santri yang berasal dari daerah sekitar pondok, tetapi juga akan menarik minat para santri yang berasal dari daerah yang jauh dari pondok. Sehingga para santri tersebut akan membutuhkan tempat untuk tinggal karena seorang santri membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menimba ilmu di sebuah pondok pesantren. Alasan kedua, pada umumnya sebuah pondok pesantren bukan berada di daerah-daerah kota yang sudah memiliki fasilitas atau akomodasi yang memadai untuk seorang santri tinggal dalam jangka waktu lama. Alasan ketiga, dengan keberadaan asrama secara psikologis akan membangun keterikatan dan keharmonisan antara sesama santri maupun antara santri dengan para kiai. Hal ini dikarenakan keberadaan kiai sebagai seorang yang membimbing, membina, serta mengawasi para santri dalam jangka waktu lama, akan menyebabkan para santri mengangggap para kiai seperti orang tua mereka sendiri.Keadaan kamar-kamar asrama sebuah pondok pesantren berkembang dari tahun ke tahun. Misalnya pada penelitian Dhofier tahun 1980 di pondok pesantren Tebuireng, para santri harus puas tinggal bersama-sama dengan sepuluh sampai dengan lima belas santri dalam satu kamar sempit yang luasnya sekitar delapan meter persegi. Sehingga tidak semua santri dapat tidur dalam kamar tersebut di waktu malam, sebagian yang lain tidur di serambi masjid. Pada masa itu keadaan kamar-kamar asrama biasanya sangat sederhana. Mereka tidur diatas lantai tanpa kasur. Papan di pasang pada dinding untuk menyimpan tas atau koper serta barang-barang lain. Para santri tidak boleh tinggal di luar komplek pondok pesantren, kecuali mereka yang berasal dari desa-desa disekeliling pondok. d. Santri Menurut Dhofier secara tradisi pondok pesantren ada 2 kelompok santri, yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah siswa-siswa yang berasal dari daerah yang jauh lalu menetap di komplek atau pondok pesantren. Santri mukim yang tinggal sudah lama di sebuah pondok pesantren biasanya menjadi suatu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pondok pesantren sehari- hari, mereka juga bertanggung jawab mengajarkan kepada para santri baru tentang kitab-kitab dasar dan menengah. Dalam sebuah pondok pesantren yang besar biasanya terdapat putra-putra kiai dari sejumlah pondok pesantren lain yang belajar di sejumlah pondok pesantren besar tersebut. Kelompok kedua adalah santri kalong.Santri Kalong adalah siswa-siswa yang berasal dari desa-desa di sekeliling pondok pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pondok pesantren. Untuk mengikuti pelajaran pondok pesantren, mereka bolak-balik dari rumah mereka sendiri. Biasanya perbedaan antara pondok pesantren besar dan pondok pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Dengan kata lain, pondok pesantren kecil akan lebih banyak memiliki santri kalong daripada santri mukim. Namun saat ini hampir seluruh santri adalah santri mukim. Mereka tinggal di asrama yang sudah disediakan pihak pondok pesantren. Sekalipun beberapa dari mereka sebenarnya tinggal di daerah sekitar pondok pesantren namun mereka tetap bermukim di pondok, hal ini tentunya untuk memudahkan para guru mengawasi kegiatan santri dengan lebih intensif. Pada awalnya santri-santri yang belajar di pondok pesantren hanyalah santri laki-laki saja. Namun, sejak akhir tahun 1910-an para kiai telah menyediakan komplek pondok pesantren untuk para santri wanita. Pondok pesantren di daerah Jombang yang pertama kali membuka pondok pesantren untuk santri wanita adalah Pondok Pesantren Denanyar yang didirikan pada tahun 1917. Pesantren Sebagai Lembaga Pedidikan Modern Fungsi dan Tujuan Pendidikan di Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai aktifitas transfer ilmu, sebagai kaderi sasi ulama, dan sebagai pemelihara islam, namun juga mengemban fungai utama sebagai lembaga pendidikan. Berdasarkan fungsi dan perannya, maka pesantren dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : a. Sebagai lembaga penyebaran agama. Melakukan syari’at – syari’at Islam guna menyebarkan dan menyiarkan agama Islam. 7 Suyoto, Pondok Pesantren Dalam Pendidikan Nasional. Diedit oleh M. Dawan Raharjo,1988. b. Sebagai lembaga pendidikan Islam. Hal ini merupakan fungsi dan peran utama pesantren. Dimana suatu lembaga pesantren dapat dibilang pesatren jika memiliki 5 elemen – elemen pokok pesantren, yaitu: podok, masjid, santri, kyai dan pengajaran kitab – kitab Islam klasik. c. Sebagai pusat pengembangan sumber daya manusia. Selain sebagai pusat kegiatan dalam ilmu keislaman dan pengembangan umat, pesantren juga mengembangkan potensi – potensi yang ada dalam diri santri. Adapun tujuan pondok pesantren antara lain sebagai berikut: Tujuan Umum, yakni membimbig anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian islami yang dengan ilmu agamany ia sanggup menjadi muballigh islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya. Tujuan khusus, yakni mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan serta mengamalkannya dalam masyarakat. Arifin H.M., Kapita, hal 248)