[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
TANGGAPAN TERHADAP PERTANYAAN Bagaimana penanganan kasus yolk peritonitis di breeding farm ? Kasus yolk peritonitis atau yang sering kita sebut dengan YP merupakan sebuah momok yang cukup ditakuti di masa produksi pada breeding farm. Hal ini dikarenakan penyakit ini menimbulkan kejadian morbiditas dan motalitas yang sangat besar di masa produksi. Jika kita artikan yolk peritonitis artinya adalah radang pada peritonium dan kuning telur. Sebenarnya ada pemahaman yang perlu diperdalam dari penyakit ini. Peritonium merupakan lapisan bening pembungkus organ dalam daerah perut khususnya usus. Jika lapisan ini meradang akibat adanya infeksi bakteri ( E. coli ) maka disebutlah peritonitis. Lepasnya folikel telur ke rongga abdomen dan kemudian pecah, baik pecahnya folikel tersebut bukan karena infeksi bakteri maupun karena infeksi bakteri, akan mengotori permukaan dinding usus bagian luar dan peritonium yang kemudia bagian pecahan tersebut akan menjadi tempat yang sangat baik untuk tumbuhnya bakteri. Adanya pertumbuhan bakteri pada bagian pecahan folikel telur membuat organ lain yang terkena pecahan tersebut mengalami radang yang kemudian kita sebut dengan YP. Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwasannya faktor penyebab dari infeksi ini adalah adanya folikel yang tidak masuk ke saluran produksi melainkan ke rongga perut. Maka yang menjadi point penting dalam mencegah atau mengurangi kejadian kasus tersebut adalah bagaimana cara menjamin folikel telur yang telah diovulasikan bisa masuk ke dalam saluran reproduksi. 1. Pakan dan Berat Badan Penentuan FC diakhir grower dan diawal produksi sangatlah penting, hal ini dikarenakan pakan tersebut bukan hanya akan digunakan untuk pertumbuhan ( penambahan berat badan ), aktifitas ( energi ), melainkan juga untuk perkembangan organ – organ reproduski dan hormonal. Kematangan organ reproduksi pada ayam dapat dilihat dari luar seperti jengger yang mulai berkembang dan merah, pial yang mulai muncul, cloaca yang mulai membesar dan basah, serta jarak dari os pubis yang mulai melebar. Namun untuk memastikan apakah perkembangan organ – organ reproduksi ini benar benar berkembang dengan baik dan normal tidak cukup dengan sekedar melihat tanda – tanda dari luar, dibutuhkan observasi terhadap organ dalam khususnya ovarium. Bagian terpenting yang dilihat dari ovarium adalah jumlah dan ukuran sel atau folikel telur yang dihasilkan oleh ayam dan hal ini sudah kita laksanakan. Namun yang menjadi catatan kita adalah bagaimana follow up dari hasil pengamatan tersebut ? Bagaimana cara pemilihan sampel ? Berapa jumlah sampel yang dianggap sudah mewakili dari seluruh ayam ? Maka dari itu, ada sebaiknya dijelaskan dengan benar mengenai sampel yang akan digunakan. Mungkin yang bisa saya sarankan dalam pengkoleksian sampel ini adalah sampel diambil dari setiap grade ayam sehat ( besar, normal, kecil ) dengan jumlah masing – masing 1 ekor. Kemudian setelah sampel diperoleh harus ada kesimpulan konkrit dan berlandas. Apakah ada kecenderungan ayam – ayam BB di atas standar cenderung menghasilkan folikel telur yang lebih (superovulasi)? Sejauh ini saya belum mendapatkan informasi tersebut, namun menerut saya ada kencederungan mengarah kesana. Super ovulasi menyebabkan folikel telur masuk ke rongga abdomen yang nantinya dapat menyebabkan YP. Kemudian, untuk ayam – ayam besar ada kemungkinan memiliki kadar hormon estrogen yang tinggi. Estrogen adalah hormon yang sangat berperan pada proses produksi pada ayam. Estrogen merupakan hormon steroid dimana salah satu penyusunnya adalah kolesterol dan kolesterol merupakan bentuk lain dari lipid ( lemak ). Kadar kolesterol yang tinggi merupakan pencetus terjadinya super ovulasi. Hormon ini juga berperan dalam pengaturan pergerakan infundibulum dari uterus yang berfungsi untuk menangkap folikel telur yang dilepaskan dari ovarium. Lemak merupakan hasil akumulasi dari nutrisi yang berlebih di dalam tubuh. Lemak paling banyak disimpan pada area perut ( fat abdomen ). Pada ayam – ayam besar biasanya ditemukan lemak perut yang banyak. Banyaknya lemak perut tersebut dapat menekan uterus atau saluran telur sehingga mengubah posisi dari uterus. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada proses penangkapan folikel telur. Regulasi hormon dimasa puncak produksi juga menyebabkan perubahan metabolisme tubuh dan aliran darah, oleh sebab itu ayam – ayam di masa puncak produksi sering terkena calcium tetani akibat adanya penambahan panas tubuh dari aktifitas metabolisme tersebut. 2. Cara penanganan (handling) Handling sangat berpengaruh terhadap kejadian YP, baik pada handling saat vaksinasi, grading, penimbangan berat – badan, dan lain sebagainya. Selain karena handling dapat menyebabkan gagalnya folikel telur masuk ke dalam saluran produksi juga dapat menyebabkan ayam stress dimana stress dapat menekan sistem imun. Handling yang baik dan lembut diharapkan dapat mengurangi kejadian YP. 3. Ketepatan waktu lighting ( pencahayaan ) Lighting dapat menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya YP. Bagaimana hal ini dapat terjadi ? Dimasa grower ayam diberikan pencahayaan yang minim sekitar 2 – 5 lux, salah satu tujuannya adalah untuk memperkecil kegiatan aktivitas ayam sehingga nutrisi yang ada akan terpakai optimal untuk pembentukan tulang ( fleshing ) dan penambahan masa otot ( berat badan ). Saat memasuki masa produksi pencahayaan akan berubah menjadi lebih terang sekitar 65 lux. Cahaya merupakan faktor eksternal yang dapat menstimulasi berkembangan organ reproduksi ayam. Melalui adanya perubahan intensitas cahaya yang diterima oleh mata akan diteruskan ke kelenjar hipofisa anterior yang mana nantinya kelenjar ini akan menghasilkan hormon GnRh yang akan merangsang ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen. Jadi penetuan waktu yang tepat kapan harus mengubah intensitas cahaya sangatlah penting, agar kesiapan ayam dalam menerima perubahan tersebut dapat seragam. Sebenarnya langkah terbaik yang bisa diambil adalah kita harus menjamin bahwa ayam di usia 16 minggu sudah memiliki CV yang kecil, fleshing yang hampir sama, sehingga tanda – tanda maturity yang diperlihatkan ayam di usia 18 – 20 minggu lebih seragam.