[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Tugas 1 Mata Kuliah : Ekonomi Manajerial / EKMA4312 Nama mahasiswa : RATNA KUMALA NIM : 023927164 -------------------------------------------------------------------------------------------------------- Jelaskan bagaimana cara meningkatkan nilai perusahaan! Nilai perusahaan sama dengan nilai ekuiti ditambah dengan nilai bond. Nilai ekuiti sama dengan nilai sekarang aliran kas yang dihasilkan perusahaan untuk pemegang saham. Apabila perusahaan mampu memberikan harapan (eskpektasi) keuntungan secara berkesinambungan maka nilai ekuiti akan lebih besar dibanding dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Nilai ekuiti ini tercermin pada harga ekuiti (saham) yang tinggi. Sebaliknya, nilai ekuiti akan lebih rendah dari dana awal yang diinvestasikan oleh pemegang saham apabila diperkirakan perusahaan akan menderita kerugian untuk waktu yang panjang di masa datang. Harga saham perusahaan akan turun bila diperkirakan akan menderita kerugian di masa datang. Nilai bond sama dengan nilai sekrang dari aliran kas yang diberikan perusahaan kepada pemegang bond. Nilai bond dapat turun apabila peluang gagal bayar perusahaan terhadap kewajiban (komitmen) kepada pemegang bond membesar. Sebaliknya, apabila peluang gagal bayar perusahaan mengecil, nilai bond cenderung naik. Perusahaan yang menghasilkan keuntungan secara berkesinambungan akan memperkecil peluang gagal bayar terhadap pemegang bond sehingga tidak menurunkan nilai bond. Perusahaan yang memberikan keuntungan secara berkesinambungan meningkatkan nilai ekuiti dan tidak menurunkan nilai bond. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan berarti perusahaan menghasilkan keuntungan yang berkesinambungan bagi pemegang saham dan pemegang bond. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungan sekarang dengan mengorbankan keuntungan periode berikutnya. Misalnya, dengan cara mengurangi gaji karyawan sekarang. Berkurangnya gaji yang berarti mengurangi biaya akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Dalam kasus ini tambahan keuntungan periode sekarang harus dibayar dengan kerugian pada periode berikutnya, misalnya karyawan melakukan mogok kerja pada periode berikutnya. Mogok kerja oleh karyawan menyebabkan peningkatkan biaya produksi sehingga mengurangi keuntungan. Strategi ini tentu saja tidak sesuai dengan tujuan perusahaan, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan harus merealisasikan proyek-proyek yang menguntungkan secara periodik dan berkesinambungan. Perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal pada saat pendapatan marjinal sama dengan biaya marjinal. Apabila pendapatan marjinal lebih tinggi dibanding biaya marjinal, perusahaan dapat menambah keuntungan dengan menambah produk. Sebaliknya, apabila pendapatan marjinal kurang dari biaya marjinal, perusahaan dapat meningkatkan keuntungan dengan mengurangi produk. Jadi, keuntungan maksimal akan tercapai pada saat tambahan pendapatan produk terakhir sama dengan biaya marjinalnya. Selain itu, dalam mengalokasikan sumber dananya, perusahaan harus menggunakan konsep opprotunity cost. Hal ini untuk menghindari adanya inefisiensi. Apa saja yang mempengaruhi harga makanan naik? Sebenarnya harga bahan pangan tidak perlu mengalami kenaikan tinggi jika ada tindakan riil dari para pemangku kepentingan untuk bersepakat menahan laju kenaikan harga. Setidaknya terdapat dua belas faktor menyebabkan kenaikan harga bahan pangan yang dapat dijadikan sebagai dasar merumuskan kebijakan dan program aksi lebih fokus dan terarah. Kinerja produksi produsen barang kebutuhan pokok umumnya masih belum mencapai tingkat efisien. Hal demikian mengakibatkan biaya rata-rata (avarage costs) lebih tinggi dan produsen menetapkan harga barang menjadi relatif mahal. Sebab produsen tentu akan bertindak rasional untuk menghindari kerugian sekaligus berupaya menciptakan keuntungan sesuai target mereka. Tetapi tindakan produsen ini sangatlah tidak bijak karena menyulitkan konsumen dan daya saing produksi mereka menjadi rendah. Faktor keterlambatan waktu dalam menyediakan pasokan barang kebutuhan pokok. Faktor ini selalu menjadi masalah krusial di setiap daerah karena menimbulkan kesenjangan antara permintaan yang tinggi dan persediaan. Apalagi banyak daerah yang belum memiliki badan pengendali penjamin ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok. Akibatnya daerah mengalami kesulitan mengendalikan harga yang terlanjur naik drastis. Faktor kebijakan pemerintah yang menaikkan bahan bakar dan energi beberapa waktu lalu ternyata masih dirasakan sebagai biaya tambahan dalam proses produksi. Dalam hal ini, produsen mengalami kesulitan menyesuaikan pengelolaan produksi mereka terhadap kenaikan harga bahan bakar dan energi terutama menyangkut harga bahan baku maupun bahan pendukung yang turut mahal. Akibatnya harga jual terpaksa dinaikkan. Faktor kondisi cuaca ekstrim di sejumlah daerah yang menyebabkan penurunan jumlah produksi terutama produk tanaman pangan, holtikultura, dan hasil perikanan laut. Sejumlah bencana, seperti banjir, longsor, angin kencang, curah hujan yang besar, kemarau berkepanjangan dan gelombang ombak laut yang tinggi adalah fenomena alam yang memengaruhi keterbatasan pasokan yang berimplikasi pada kenaikn harga. Faktor ekspektasi konsumen dan produsen juga mempengaruhi perubahan tingkat harga. Perilaku konsumen yang rasional selalu menginginkan tingkat harga yang sesuai persepsi mereka. Konsumen akan bertindak melakukan pembelian pada tingkat harga terendah tetapi dengan kualitas baik. Konsumen akan melakukan pembelian secara besar-besaran apabila harga yang ditawarkan produsen sangat murah dengan perkiraan harga akan kembali naik ketika memasuki waktu tertentu. Pembelian besar-besaran dalam jangka waktu lama tentu akan menjadi momentum produsen kembali menaikkan harga mengeruk keuntungan sekaligus menghindari kerugian pada masa datang. Ekspektasi konsumen dan produsen ini merupakan efek psikologis yang mendorong kenaikan harga. Faktor spekulasi harga yang dilakukan para spekulan sehingga menyebabkan harga menjadi terdistorsi. Tindakan spekulasi jelas membuat harga terus melonjak karena para spekulan menyimpan barang kebutuhan pokok dengan sengaja dan mengeluarkan barang ke pasar ketika tingkat harga sudah tinggi. Tindakan ini adalah perbuatan yang masuk dalam kategori pelanggaran hukum pidana karena sangat merugikan masyarakat banyak dan berpotensi membuat perekonomian mengalami stagnasi ekonomi yang parah. Kenaikan harga juga bisa disebabkan faktor pelayanan publik buruk terutama sektor transportasi dan lokasi pasar yang jauh dari pemukiman konsumen. Sektor ini sering menjadi penyebab utama kekurangan pasokan karena mutu jalan dan kendaraan yang kurang mendukung kelancaran pengiriman barang. Kenaikan harga dapat terjadi karena faktor informasi harga yang tidak simetris (asymetric information). Informasi harga sering tidak sama antara produsen yang satu dengan yang lain. Misalnya, perubahan harga selalu merupakan inisiatif segelintir produsen sehingga mempengaruhi pedagang lain untuk menetapkan harga akhir. Di samping itu, banyak konsumen tidak mengetahui berapa biaya produksi sebenarnya sehingga meragukan harga jual barang yang ditetapkan para pedagang. Dalam kondisi ini tentu akan dimanfaatkan para spekulan dan menyuburkan praktek-praktek spekulasi. Faktor permintaan tinggi yang berlebihan dapat memengaruhi lonjakan harga ketika merupakan barang yang sangat tergantung pada musim. Lonjakan harga lebih disebabkan datangnya musim yang berlangsung pada waktu tertentu, seperti hari besar agama, masa penerimaan siswa baru, dan menjelang perayaan hari-hari nasional. Faktor publikasi rencana pemerintah yang akan menaikkan harga komoditas tertentu jauh sebelum pelaksanaan kebijakan dimulai dapat memengaruhi kenaikan harga. Akibatnya, produsen bersama pedagang mengantisipasinya dengan menekan harga terlebih dahulu. Harga yang terbentuk tentu bukanlah harga yang secara sistematis merupakan akumulasi dari biaya-biaya produksi. Tata niaga kebutuhan pokok cenderung dikuasai kelompok tertentu pada jalur distribusi yang dengan seenaknya menaikkan harga sehingga harga di tingkat konsumen meningkat drastis. Pada tata niaga bahan pangan kemungkinan besar terjadi praktek pemungutan rente yang berarti harga tidak terbentuk sesuai hukum pasar. Biaya rente yang dipungut pada jalur distribusi dipastikan masuk ke harga jual. Akibatnya konsumen turut memikul beban biaya rente yang terdapat dalam harga yang diterima konsumen. Jelaskan tentang principal agent problems dan berikan contohnya! Pincipal agent problem merupakan permasalahan dalam pendelegasian dari pemegang saham (principal) kepada manajer (agent). Principal agent problem ini disebut juga sebagai moral hazard. Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa perilaku moral hazard adalah perilaku yang rasional. Namun, perilaku rasional manajer ini tidak sesuai dengan kehendak pemegang saham. Konflik kepentingan antara principal dan agent ini perlu dikurangi. Salah satu solusi principal agent adalah dengan membentuk struktur upah yang menstimulasi manajer untuk memberikan usahanya yang lebih banyak. Struktur upah manajer perlu dikaitkan dengan usaha manajer. Struktur upah baiknya dikaitkan pula dengan jumlah output perusahaan yang mudah diobservasi sehingga mendorong manajer untuk bekerja lebih giat dalam meningkatkan produksi karena akan menghasilkan upah yang lebih besar bagi dirinya. Permasalahan hubungan principal dan agent banyak terjadi dalam perusahaan. Moral hazard membuat inefisiensi. Moral hazard dalam perusahaan dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya pegawai santai selama jam kerja, pegawai bekerja tidak teliti, dan manajer mempunyai fasilitas berlebihan. Secara umum perilaku moral hazard menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak efisien atau tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Moral hazard merupakan permasalahan penggunaan input tenaga kerja. Oleh karena itu, perusahaan sering mengarahkan operasinya pada teknologi yang semakin padat modal atau padat mesin. Mesin tidak memunculkan moral hazard. Moral hazard dapat membuat perusahaan bangkrut, terutama apabila pegawai tingkat atas yang melakukannya. Bank Baring di Inggris bangkrut karena perilaku moral hazard Nick Leeson. Oleh karena itu, bank yang rentan terhadap perilaku moral hazard pegawainya cenderung meminimalisasi risiko dengan menggunakan transaksi mesin. Transaksi dengan ATM diyakini mempunyai kesalahan yang relatif amat kecil dan mesin tidak dapat melakukan “demo”. Mentransfer risiko ke manajer sendiri artinya, manajer menanggung risiko perusahaan. Misalnya, gaji manajer hanya bergantung pada kinerja manajer sendiri. Bayangkan pengusaha yang mengelola perusahaannya sendiri, seperti petani. Hasil yang diperoleh petani bergantung pada usahanya sendiri, apabila malas tentu hasilnya sedikit. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas produk dan berikan contohnya! Elastisitas adalah sensitivitas permintaan produk karena perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, misalnya harga produk, harga produk lain, pendapatan, dan ongkos advertensi. Misalnya, produsen tidak akan menaikkan harga produknya apabila kenaikan harga produk menurunkan permintaan secara signifikan. Elastisitas harga adalah sensitivitas permintaan produk karena perubahan harga produk. Elastisitas harga diperoleh dengan menghitung berapa persen perubahan barang yang diminta konsumen akibat perubahan harga sebesar 1%. Apabila naiknya harga sebesar 1% diimbangi dengan turunnya jumlah barang yang diminta <1% ini disebut inelastis, sebaliknya bila jumlah barang yang diminta berkurang >1% disebut elastis. Elastisitas silang adalah sensitivitas permintaan produk karena perubahan harga produk lain. Contoh elastisitas silang adalah naiknya harga minyak tanah mendorong naiknya permintaan LPG. Elastisitas pendapatan adalah sensitivitas permintaan produk karena perubahan pendapatan. Naiknya pendapatan seseorang akan mendorong bertambahnya konsumsi atau jumlah barang yang dibeli. Untuk barang pokok elastisitasnya kurang dari 1 (inelastis), untuk barang mewah umumnya lebih dari 1 (elastis). Nilai elastisitas ini dihitung dengan menggunakan regresi. Analisis regresi ini menggunakan konsep-konsep statistika secara intensif. Bagaimana cara seorang konsumen mengoptimalkan utiliti-nya? Asumsinya, pelaku ekonomi yang rasional dapat melakukan ordering dan memberikan peringkat terhadap pilihan-pilihannya. Implikasinya menunjukkan karakteristik hubungan kesukaan, dan ini bersifat transitif kemudian akan mengoptimalkan pilihannya, memaksimumkan kepuasan (utiliti-nya). Kebiasaan konsumen adalah mengoptimalkan utiliti-nya, konsumen berupaya untuk memaksimumkan utiliti-nya dengan kendala yang dihadapinya karena konsumen menghadapi kendala berupa anggaran. Dihadapkan dengan law diminishing return, indifference curve, teori alokasi harga, fungsi utiliti, permintaan individu, dan pasar berbagai kendala harga dan keputusan jumlah konsumsi yang tidak sama hasilnya. Law of diminishing returns berarti utiliti seseorang ada batasnya. Pertambahan utiliti karena pertambahan konsumsi disebut marjinal utiliti. Marjinal utiliti konsumsi pertama lebih besar dibanding dengan marjinal utiliti konsumsi kedua. Marjinal utiliti konsumsi kedua lebih besar dibanding dengan marjinal utiliti ketiga, dan seterusnya. Konsumen akan mengonsumsi produk hingga nilai marjinal utiliti produk terakhir sama dengan harga produk terakhir tersebut. Teori alokasi harga mengatakan bahwa yang mengalokasikan sumber daya konsumen adalah harga. Harga adalah signal kelangkaan sebuah barang atau jasa. Harga tidak berkaitan dengan kegunaan dari sbuah barang. Barang yang langka mempunyai harga tinggi. Intan yang gunanya relatif sedikit, tetapi langka membuat harganya tinggi. Udara yang gunanya tinggi karena tersedia banyak sekali, harganya nol (gratis). Ukuran utiliti adalah ordering. Ukuran ordering hanya memberikan peringkat (order). Artinya, utiliti sebesar 4 lebih tinggi dibandingkan utiliti sebesar 2. Namun, tidak berarti bahwa 4 adalah dua kali utiliti sebesar 2. Ukuran utiliti hanya mensyaratkan ukuran ordering dan memenuhi hukum penurunan marjinal utiliti (law of diminishing marginal utility). Permintaan pasar adalah penjumlahan dari semua permintaan individu yang ada di pasar terhadap produk tertentu.