Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
ABSTRAK Bagi masyarakat Kelantan, dialek adalah elemen utama dalam proses membina perasaan kenegerian dan seterusnya mengekalkan keahlian diri sebagai orang Kelantan. Namun begitu, situasi perbualan dalam bentuk lisan tentunya mempunyai kelainan daripada perbualan secara tulisan. Kajian ini meneliti penggunaan kata ganti nama diri dalam dialek Kelantan dalam WhatsApp Messenger. Aplikasi WhatsApp yang digunakan dalam telefon pintar dipilih sebagai sumber data memandangkan medium ini semakin mendapat tempat dalam masyarakat kini. Sebanyak 1,060 chat yang diperoleh melalui 'chat history' yang dihantar melalui e-mel untuk dicetak dijadikan sebagai data kajian. Untuk membincangkan data tersebut, model Grid Speaking (Hymes 1974) digunakan. Dapatan kajian bahawa kata ganti nama diri dalam dialek Kelantan adalah unik dan bervariasi. Kata ganti nama diri yang digunakan juga mempunyai kedudukan yang tidak tetap sebagai kata ganti nama diri pertama, kedua dan ketiga. Daripada segi penggunaan, kata ganti nama diri pertama lebih banyak digunakan berbanding kata ganti nama diri yang lain. Kata ganti diri 'ambo' merupakan yang paling kerap digunakan selain daripada kito, kawe, kite, ambe, dan kambo. Di samping itu, ejaan bagi satu-satu kata ganti diri juga tidak tetap selain daripada maksudnya yang juga berubah, contohnya ore, ogre, oram, orng, kotram, kokram dan kore. Penemuan ini diharap dapat membantu penyelidik bagi memahami variasi kata ganti nama diri dialek Kelantan yang digunakan secara meluas dalam aplikasi WhatsApp yang tentunya berbeza penggunaannya secara lisan yang lebih terhad iaitu ambo, aku, kawe, kito, demo, kami, mu, awok, dio, demo tu dan sdaro. ABSTRACT For the people of Kelantan, dialect is a key element in parochialism and this further maintained their strong Kelantanese identity. However, situation in the form of verbal conversation certainly have differences compared to formal conversation found in writings. This study examined the use of personal pronouns in Kelantan dialect in WhatsApp Messenger. WhatsApp is a form of an application that is commonly used in smartphones these days. This form of conversation through social media is selected as the data source because this medium has gained popularity among
Legenda Rakyat Bengkalis : Biografi Singkat Yung Dolah Tokoh itu bernama Yung Dolah, sering duduk di kedai kopi sambil minum kopi (yelah, tak 0 0 9 3 0 0 9 4 mungkin pulak minum jus kat kedai kopi), orang melayu menyebutnya kahwa atau kahwe 0 0 9 3 0 0 9 4 (dengan huruf e). Minum kopi sambil makan roti bakar di waktu pagi sebagai sarapan maupun di waktu sore melepas penat bekerja, bahkan terkadang di malam hari sambil kongkow-kongkow dengan teman-teman. Kebiasaan yang tak lepas dari budaya China dan Siam. Yung Dolah adalah nama seniman/penghibur legenda yang pernah di miliki Masyarakat Bengkalis yang hidup sekitar rentang tahun 1930-1975 (tidak ada catatan sejarah yang pasti tempat dan tanggal kelahiran beliau). Menurut beberapa sumber Yung Dolah bernama asli Abdullah bin Endong (masyarakat Bengkalis biasa memberikan nama yang pendek-pendek tanpa tambahan lain seperti Atan, Bidin, Selamat, Abu, Minah, Rogayah, Timah asal kata dari fatimah, daro, siti dll. Dikalangan masyarakat melayu Bengkalis dan udah lazim dengan gelar tersebut. Sedangkan Yong adalah sapaan atau gelar yang diberikan oleh orang-orang terdekat beliau, selain itu ada kat sapaan Bat (biasanya sebaya umur), Wak (sama dengan orang lebih tua dikit) Jang (biasanya panggilan sapaan ortu ke anaknya) serta Pakcik (sapaan buat yang dihormati atau para orang pendatang dan hubungan keluarga) selain itu Encik, Makcik...sama seperti diatas. Banyak pro dan kontra keberadaan sosok ini, akan tetapi sumber dari orang-orang dahulu mengatakan beliau sangat disenangi masyarakat dikarenakan kepandainya beliau bercerita dengan ucapan (verbal) mengenai cerita-cerita rakyat (Folk story). jadi jangan heran cerita Yung Dolah lewat tulisan kurang mengena lucunya, karena tidak ada penekanan intonasi, mimik serta jeda yang justru hilang ciri khas cerita tersebut. Bahkan keahlian Yung Dolah dalam bercerita sampai tidak mengenal batas waktu (unlimited story) bahkan tidak menggunakan bahan literatur (Story board) atau referansi, sehingga ceritanya mengalir begitu saja seperti air tanpa putus-putus, bahkan dalam satu cerita bisa dijabarkan menjadi 50 cerita baru yang saling berkaitan yang pasti lucunya sesuai dengan tingkat kepiwaian beliau menyampaikan. Bila ditelaah kisah-kisah lisan yang disampaikan Yung Dolah dalam kabar kocaknya, terlihat ada pesan yang sangat tinggi yang ingin disampaikan Yung Dolah. Paling tidak, ada beberapa nilai yang ingin disampaikan Yung Dolah dalam cerita lisannya tersebut, antara lain: Pertama, Yung Dolah memperlihatkan tingginya sastra Melayu dengan menggunakan gaya bahasa hiperbola dalam cerita-ceritanya. Dalam pendekatan sastra Indonesia, penggunaan kata-kata hiperbola tidak dikategorikan sebagai ekspresi cerita yang berisi kebohongan. Dalam seluruh ceritanya, dominasi gaya hiperbola yang disuguhkan Yung Dolah justru menggunakan kata-kata yang tak lazim digunakan untuk mengekspresikan kata-kata hiperbola yang sering digunakan masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini, Yung Dolah membuktikan diri sebagai sosok penutur cerita yang kaya dengan istilah kata hiperbola dan menunjukkan bahwa sastra Melayu memiliki gaya hiperbola yang luas dan dinamis. Untuk itu, sangatlah keliru bila banyak masyarakat yang menempatkan Yung Dolah sebagai sosok pembual yang mengisahkan cerita bohong. Hal ini dikarenakan kita tidak mengerti sastra sebagaimana yang ingin disampaikan Yung Dolah dalam cerita-ceritanya. Kedua, bila ditelaah secara seksama dari cerita-cerita yang disampaikan Yung Dolah, memperlihatkan kualitas intelektual Yung Dolah. Ia mampu mengarang cerita yang membuat pembaca dan pendengar menguras intelektualitas dan imaginasi mereka. Intelektualitas Yung Dolah bukan hanya didekati secara filosofis, akan tetapi secara matematis. Lihatlah bagaimana kualitas intelektualitas Yung Dolah tatkala ia menceritakan tentang Kapal Tanker, Tangga Sakti, Madu Lebah, Ikan Bilis, Radio Philips, Lime Meter, dan sebagainya. Tidak mungkin penutur mampu membuat cerita yang demikian bila tidak memiliki kualitas intelektual yang baik. Ketiga, pada beberapa ceritanya, Yung Dolah menitip pesan yang sangat tinggi kepada pembacanya. Pesan tersebut antara lain dapat dilihat pada beberapa cerita berikut, yaitu: Pertama, Kapal Tanker mengajak kita untuk aktif, pantang menyerah, berpikir matang, dan memanfaatkan alam secara seimbang. Kedua, Anak Ayam memberikan nilai bagaimana menjadi sosok pemimpin yang ideal. Ketiga, Keker
Filem Pendekar Bujang Lapok adalah mengisahkan tiga orang anak muda iaitu Ramli, Sudin dan Aziz yang berguru secara kebetulan dengan Wak Mustar. Kependekaran Wak Mustar sewaktu membelasah pekerja-pekerja penambang menarik minat berguru dengannya. Pada mula kemunculan mereka tidak disenangi oleh Ros kerana menganggap mereka itu pencuri. Namun, kejujuran dan keikhlasan mereka dapat menjernihkan keadaan. Kisah Wak Mustar membelasah orang-orang-orang penambang tidak habis di situ, tetapi Ahmad Nisfu selaku tauke mereka datang ke rumah Wak Mustar untuk menagih gantirugi kerosakan penambang semasa berlaku kekacauan di antara orang-orang Ahmad Nisfu dengan orang ramai. Namun, Ramli, Sudin dan Aziz bertindak (mengertak) menghalang Ahmad Nisfu dan orang-orangnya menagih gantirugi daripada Wak Mustar. Ahmad Nisfu dan orang-orangnya pulang dengan harapan untuk membalas dendam. Ramli, Sudin dan Aziz terus diajar oleh Wak Mustar ilmu pencak silat. Mereka disuruh oleh Wak Mustar bertapa, dan Wak Mustar berpesan jika apa yang berlaku itu hanyalah cubaan. Maka terjadilah insiden lucu Ros dilarikan oleh orang-orang Ahmad Nisfu. Wak Mustar, Isterinya dan Aini mendapatkan pertolongan Ramli, Sudin dan Aziz yang sedang bertapa di perkuburan. Kedatangan Wak Mustar, Isterinya dan Aini tidak dihiraukan oleh mereka, kerana menganggapkan kesemuanya itu hanyalah cubaan. Setiapkali Wak Mustar meminta pertolongan, mereka semua sebut cubaan sehingga memperlihatkan satu kelucuan. Namun, isteri Wak Mustar dapat memberi keyakinan kepada mereka mengatakan anak gadis yang digilai mereka telah dicolek. Apabila Ramli, Sudin dan Aziz menyedari perkara itu benar-benar terjadi tetapi bukan cubaan, maka mereka bergegas meninggalkan perkuburan tersebut. Tiba di rumah Ahmad Nifsu, mereka terus menyerang menggunakan kepintaran masing-masing sehingga tewas samseng penambang yang ramai hanya dengan tiga orang bujang lapok. Kisah ini memperlihatkan tiga orang bujang bermati-matian mempertahankan seorang gadis bernama Ros. Walau apapun kisahnya, namun filem ini dapat mencuit hati audiens kerana memaparkan zaman sekolah buta huruf yang cuma ada di tahun 60 hingga 70an sahaja. Ianya sebagai menggambarkan waktu itu masih ramai penduduk tanah air ini yang buta huruf dan kerajaan mengadakan sekolah untuk memberi kemudahan kepada rakyat sebagai memperlihatkan keprihatinan kerajaan kepada rakyat.
Paratextos y prosas en el Siglo de Oro: los entresijos de la escritura, ed. V. Núñez Rivera, A Coruña, SIELAE, pp. 163-177.
El factor Cervantes: anatomía de los prólogos de La Galatea al Persiles2024 •
Este trabajo pretende acercarse a la clave distintiva de la poética prologal de Cervantes: luego de un repaso panorámico de los prólogos de La Galatea al Persiles, se pasa seguidamente al examen de la labor de crítica metaliteraria, las variaciones de la figuración de la escritura y el proceso de construcción de la imagen autorial. / This work aims to approach the distinctive key of Cervantes’ prologue poetics: after a panoramic review of the prologues from La Galatea to Persiles, it is proposed an examination of the work of metaliterary criticism, the variations in the figuration of writing and the process of authorial image construction.
LA EDAD MEDIA Y SUS COSTUMBRES
EDAD MEDIA2021 •
A los fines de ubicar esta etapa historia cronológicamente decimos que la edad media comienza con la caída del imperio romano de occidente en el año 476 y termina con la toma de Constantinopla por los turcos en 1453. La Edad Media de Europa Occidental fue una larga etapa, de logros culturales muy dispares.-La Alta Edad Media comprende los siglos V al IX: se caracteriza por la quiebra de la Unidad Romana que deja paso a los nuevos estados germano-latinos, empeñados en alcanzar su estabilidad y recomponer las instituciones de los vencidos. Será una etapa muy dura, de evidente retroceso cultural y de laboriosa gestación de nuevos valores.-La Era Feudal, comprende los siglos IX al XIII. Fracasado el intento de recomponer la Unidad y ante nuevas y más feroces invasiones (norman dos y húngaros) se evidencia la extrema debilidad de los gobiernos centrales, incapaces de proveer a la defensa, obligando al pueblo a recurrir el auxilio de los señores locales.-La Baja Edad Media, comprende los siglos XIII y XIV. Finalizan los Tiempos Medievales, y en Europa se avizoran notabilísimos cambios en todos los órdenes de la vida que presagian la proximidad de la Edad Moderna. Fue una etapa muy fecunda que se distinguió por el constante progreso intelectual-en filosofía, literatura y arte-por una asombrosa prosperidad material, y un nuevo concepto de la libertad humana, alcanzados por los pueblos europeos. RESUMEN DE LOS PRINCIPALES SUCESOS DE LA EDAD MEDIA En el siglo II d.de C. el imperio romano había llegado a su apogeo, tan poderoso y vasto como era posible imaginarse, para conservar el dominio de sus territorios necesitaba mantener grandes ejércitos distribuidos por todas sus fronteras. Cada general pretendía ser emperador. La producción agrícola consecuentemente también decaía y Roma se vió obligada a depender de otras provincias, como las del norte de África, para subsistir. Los esclavos , que representaban un alto porcentaje de la población, también eran bárbaros, es decir, el imperio estaba barbarizado. Ya en el año 395, Teodosio, fue el último emperador de todo el imperio , y que antes de morir lo dividió en el imperio de oriente y occidente. La capital del imperio de oriente fue la ciudad llamada Constantinopla (Bizancio), fundada por Constantino, (actual Estambul), con la intención de asegurar la estabilidad del imperio. Roma fue la capital de occidente. El imperio de occidente día a día se vió más débil y consecuentemente más amenazada por los bárbaros. ESTRUCTURA SOCIAL EN LA EDAD MEDIA: LA IGLESIA: Como representante de Dios en la tierra, nominalmente constituía la cúspide de la sociedad medieval, aunque su poder era de hecho cuestionado por los señores feudales. LA NOBLEZA: Estaba integrada por los señores feudales, que eran los propietarios de la tierra y contaban con fuerza militar propia. El rey: De hecho, era también un señor feudal, por lo general el más poderoso, cuya voluntad los demás convienen en acatar, aunque no en todos los casos. EL CAMPESINADO: Aunque de él dependía la producción agraria, este sector era el más explotado. Los campesinos libres trabajaban en arriendo parcelas de tierra y pagaban impuestos por ello. A partir de este último hecho. comienza una nueva etapa en la Historia,
Lhee Sagoe Press
BERFILSAFAT DARI TEORI KE KONTEKS Sebuah Usaha Membumikan Nalar Filsafat dalam Problematika Aceh2023 •
Eidos Revista De Filosofia De La Universidad Del Norte
El Olvidar Del Cuerpo2014 •
La rivoluzione in psicologia e psichiatria
Prefazione di David Lazzari2024 •
BENTHAM SCIENCE PUBLISHERS eBooks
Functional Consequences of Respiratory Diseases2014 •
Indian Journal of Science and Technology
Effect of Spacing, Nitrogen and Phosphorus on Growth, Flowering and Yield of Heliconia cv. Golden Torch under Nethouse2016 •
JAMA dermatology
Sclerotherapy for Reticular Veins in the Lower Limbs: A Triple-Blind Randomized Clinical Trial2017 •
Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM)
Hubungan Perfeksionsime dengan Parental Burnout Ibu Bekerja yang Dimoderasi oleh Perceived Social SupportRevista Mexicana de Ciencias Agrícolas
Climatic change in the avocado-producing area of Michoacán: long-term precipitation and temperature analysis2011 •
International journal of sports and physical education
Physical Fitness, Hemodynamic Parameters and Body Fat Percentage in Urban Cameroonian Adolescents with Normal Weight and Overweight/Obese2022 •