[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Jonathan bible

MY PERSONAL IDENTITY My name: Jonathan Febreson Kanesa Birthday: My mom delivered me as a baby on 13 February 2006 at Adi Husada Hospital.I was a big baby ( almost 4kg ) so my mom have to give birth by surgery/Caesar. My Hobbies: Playing games and watching movies. My Character: Funny and cheerful. MY RELATIONSHIP WITH MY PARENTS My parents name: Alexander Kanesa and Tanty Dyana My parents are good and kind,My dad drop and pick me at school everyday,My mom cook for me everyday and always take care of me.They always be my hero. How I love them: Obey and respect my parents. MY RELATIONSHIP WITH MY SIBLING I have a cute brother,his name is Dave Jefferson Kanesa and his birthday is on 9 April 2015. How he loves me: He always smile everytime I go back from school.He waits for me to play together. How I love him: We always play together and I always help my mom to take care of my brother. MY RELATIONSHIP WITH MY FRIENDS My friends: Kenneth,Kathleen,Lavinia,Sharon,Brandon,Jesslyn,Celine,Dea and Eiffeline. How they treat me: They are my good friends,we always playing together,sharing story and take care of each other. How I love them: I always sharing story and playing together. MY RELATIONSHIP WITH MY GOD My God is Jesus Christ. He is a powerful and greatest God. How He loves me: He sacrifice by giving His only one son to save my life. How He forgives me: If I confess my sin,He is faithful and righteous to forgive my sins and cleanse us from all unrighteousness ( 1 John 1:9 ) How He changes me: Everytime I remember His love to me,it makes me to be a good boy. How I love God: Obey His words,go to Sunday School,pray to God and read the Bible everyday. PENDAHULUAN Demak adalah kesultanan atau kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden Patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisongo, yang terdiri atas sembilan orang ulama besar, pendakwah Islam paling awal di Pulau Jawa. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi. Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Patah menjadi Sultan Demak Bintoro yang pertama. Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut Islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden Patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang tengah berada dalam kondisi yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu, Radeh Patah menyatakan kemandirian Demak dan mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar.             Letak kerajaan Demak berada di tepi pantai utara Pulau Jawa. Kerajaan ini sering dikunjungi pedagang-pedagang  Islam dan pedagang asing untuk membeli beras, madu,lilin dan lain-lain. Sampai abad ke-15, Demak di bawah kekuasaan Majapahit. Akan tetapi setelah Majapahit mundur, Demak berkembang pesat sebagai tempat penyebaran agama Islam dan tempat perdagangan yang ramai. Sebagai penguasa pertama adalah Raden Patah. Selain menjadi penguasa (bupati), Raden Patah juga sebagai penyiar agama Islam. Raden Patah memisahkan diri dari Majapahit sekitar tahun 1500. Dengan bantuan para Wali, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa yaitu kerajaan Demak.             Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan Teokrasi, yaitu pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak memperluas kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan pesisir Pulau Jawa, seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, Cirebon dan Banten.           Cepatnya kota Demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil Masjid Agung Demak. Dari sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah Islam ke seluruh Jawa. Masjid Agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan Walisongo yang berpusat di Masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan Wali bertukar pikiran tentang soal-soal keagamaan. PEMBAHASAN KERAJAAN DEMAK A.    Awal Kerajaan Demak Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna Hilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M. Kerajaan Demak itu didirikan oleh Raden Patah. Beliau selalu memajukan agama Islam dibantu oleh para Wali dan saudagar Islam. Raden Patah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang terakhir dari Garwa Ampean, dan Raden Patah dilahirkan di Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden Patah dididik secara Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama Islam. Setelah usia 20 tahun Raden Patah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama di bawah asuhan Raden Rahmat dan akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Patah menetap di Demak (Bintoro).  Pada kira-kira tahun 1475 M Raden Patah mulai melaksanakan perintah gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah tersebut. Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Patah dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan  agama, tetapi kemudian menjadi pusat perdagangan bahkan akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa. Desa Glagahwangi, dalam perkembangannya kemudian, karena ramainya akhirnya menjadi ibukota negara dengan nama Bintoro Demak. B.     Letak Kerajaan Demak Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal kemunculannya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam. Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (dari kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (Daerah Pasai). Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang. Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap saat. Pada abad XVI agaknya Demak telah menjadi gudang padi dari daerah pertanian di tepian selat tersebut. Konon, kota Juwana merupakan pusat seperti itu bagi daerah tersebut pada sekitar 1500. Tetapi pada sekitar 1513 Juwana dihancurkan dan dikosongkan oleh Gusti Patih, Panglima Besar Kerajaan Majapahit yang bukan Islam. Hal ini merupakan perlawanan terakhir kerajaan yang sudah tua itu. Setelah jatuhnya Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal di sebelah selatan Pegunungan Muria. Yang menjadi penghubung antara Demak dan daerah pedalaman di Jawa Tengah ialah Sungai Serang, yang sekarang bermuara di Laut Jawa antara Demak dan Jepara. Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik, sehingga persediaan padi untuk kebutuhan sendiri sangat cukup bahkan masih bisa untuk perdagangan ke daerah lain, apalagi mereka menguasai jalan penghubung di pedalaman Pegging dan Pajang. C.    Kehidupan Politik Ketika Kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah Pantai Utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan  di bawah pimpinan Demak. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah Kerajaan Demak sebagai Kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut : 1.      Raden Patah Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja Brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam Istana Majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama Kamboja), masih kerabat Raja Champa. Sang permaisuri memiliki ketidakcocokan dengan Putri pemberian Kaisar Yan Lu. Akhirnya dengan berat hati Raja menyingkirkan Putri cantik ini dari istana. Dalam keadaan mengandung, Sang Putri dihibahkan kepada Adipati Pelembang, Arya Damar. Di sanalah Raden Patah dilahirkan dari rahim Sang Putri China. Nama kecil Raden Patah adalah Pangeran Jimbun. Pada masa mudanya Raden Patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. Dua puluh tahun lamanya ia hidup di Istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke Majapahit. Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki usia belasan tahun, Raden Patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M. Patah sempat tinggal beberapa lama di Ampel Denta, bersama para saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu Laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, seorang panglima muslim. Raden Patah mendalami agama Islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti Raden Paku (Sunan Giri), Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, Raden Patah dipercaya menjadi ulama  dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya. Raden Patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisongo sebagai pusat Kerajaan Islam di Jawa. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Patah termasuk keturunan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Patah diangkat menjadi Bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Raden Patah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi Kerajaan Agraris-Maritim. Barang dagangan yang diekspor Kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai. Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Disamping itu, Kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transit (penghubung). Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama Islam sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Parangan. Pada masa pemerintahan Raden Patah, dibangun masjid Demak yang proses pembangunan masjid itu dibantu oleh para Wali atau Sunan. Raden Patah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia  menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agar lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak. Ketika kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Patah memerintahkan Adipati Unus memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahanya itu Adipati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor. 2.    Adipati Unus Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu  pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana. Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi Adipati Unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada Pangeran Sabrang Lor dihujani meriam oleh pasukan Portugis yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh Pangeran Sabrang Lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnovasi dan menyesuaikan medan. Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M. 3.      Sultan Trenggono Sulltan Trenggono memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggono berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu,Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta. Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggono memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan Trenggono berkuasa selama 42 tahun. Di masa jayanya, Sultan Trenggono berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggono memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada Raden Patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit. D.    Perang Saudara di Demak Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen. Dan akhirnya sultan Trenggono manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa kekuasaan Sultan Trenggono (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan Pajang. Sultan Trenggono meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan Prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran Kalinyamat, anak yang keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggono secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng. Dalam pertempuran ini tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa dikejar. Sunan Prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah Majapahit di daerah Surakarta.  Dalam babad tanah Jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian Kalinyamat, maka janda dari pangeran Kalinyamat membuat sayembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah Tati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah Mataram. E.     Peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI Kerajaan Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit. Sebelum raja Demak merasa sebagai raja Islam merdeka dan memberontak pada kekafiran (Majapahit). Tidak diragukan lagi bahwa sudah sejak abad XIV orang Islam tidak asing lagi di kota kerajaan Majapahit dan di bandar bubat. Cerita-cerita Jawa yang memberitakan adanya “kunjungan menghadap raja” ke Keraton Majapahit sebagai kewajiban tiap tahun, juga bagi para vasal yang beragama Islam, mengandung kebenaran juga. Dengan melakukan “kunjungan menghadap raja” secara teratur itulah vasal menyatakan kesetiaannya sekaligus dengan jalan demikian ia tetap menjalin hubungan dengan para pejabat keraton Majapahit, terutama dengan patih. Waktu raja Demak menjadi raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak ada jalan lain baginya.  Bahwa banyak bagian dari peradaban lama, sebelum zaman Islam telah diambil alih oleh Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa Tengah, terbukti jelas sekali dari kesusastraan Jawa pada zaman itu. Bertambahnya bangunan militer di Demak dan Ibukota lainnya di Jawa pada abad XVI, selain karena keperluan yang sangat mendesak, disebabkan juga oleh pengaruh tradisi kepahlawanan Islam dan contoh ynag dilihat di kota-kota Islam di luar negeri. Peranan penting masjid Demak sebagai pusat perabadaban kerajaan Islam pertama di Jawa dan kedudukannya di hati orang beriman pada abad XVI dan sesudahnya. Terdapatnya jemaah yang sangat berpengaruh dan dapat berhubungan dengan pusat Islam Internasional di luar negeri. Bagian-bagian penting peradaban jawa Islam yang sekarang, seperti wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat dan pembuatan keris, kelihatannya sejak abad XVII oleh hikayat Jawa dipandang sebagai hasil penemuan para wali yang hidup sezaman dengan kesultanan Demak. Kesenian tersebut telah mendapat kedudukan penting dalam peradaban Jawa sebelum Islam, kemungkinan berhubungan dengan ibadat. Pada waktu abad XV dan XVI di kebanyakan daerah Jawa tata cara kafir harus diganti dengan upacara keagamaan Islam, seni seperti wayang dan gamelan itu telah kehilangan sifat sakralnya. Sifatnya lalu menjadi “sekuler”. Perkembangan sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan “modern” juga mendapat pengaruh dari proses sekularisasi karya-karya sastra yang dahulu keramat dan sejarah suci dari zaman kuno. Peradaban “pesisir” yang berpusat di bandar-bandar pantai utara dan pantai timur Jawa, mungkin pada mulanya pada abad XV tidak semata-mata bersifat Islam. Tetapi kejayaannya pada abad XVI dan XVII dengan jelas menunjukkan hubungan dengan meluasnya agama Islam. F.     Keruntuhan Kerajaan Demak Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trenggono adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568. Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat menjadi bupati di daerah-daerah tersebut. Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggantinya. Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atas tahta Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya. Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mampu mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram. G.    Demak di Bawah Kekuasaan Raja-Raja Mataram Setelah sekitar 1588 Panembahan Senapati berkuasa di Jawa Tengah sebelah selatan, raja-raja Pati, Demak, dan Grobongan dianggapnya sebagai sampun kareh (sudah dikuasai). Sekitar 1589 mereka diperintah ikut dia bersama prajurit Mataram ke Jawa Timur, menaklukkan raja-raja Jawa Timur. Maksud raja Mataram ini gagal, tampaknya terutama karena campur tangan Sunan Giri. Panembahan Senapati terpaksa kembali ke Mataram dengan tangan hampa. Mungkin sekali penguasa Demak, Pati dan Grobongan yang pada 1589 telah bersikap sebagai taklukan yang patuh itu, sama dengan mereka yang telah mengakui Sultan Pajang, yang sudah tua dan meninggal pada 1587, sebagai penguasa tertinggi. Jadi, agaknya Pangeran Kediri di Demak, setelah mengalami penghinaan di Pajang sebelumnya ternyata masih berhasil memerintah tanah asalnya beberapa waktu. Pada 1595 orang Demak memihak raja-raja Jawa Timur, yang mulai melancarkan serangan terhadap kerajaan Mataram yang belum sempat berkonsolidasi. Serangan tersebut dapat dipatahkan, tetapi panglima perang Mataram, Senapati Kediri yang sudah membelot ke Mataram gugur dalam pertempuran dekat Uter. Sehabis perang, Panembahan mengangkat Ki Mas Sari sebagai adipati di Demak. Rupanya karena pemimpin pemerintahan yang sebelumnya tidak memuaskan atau ternyata tidak dapat dipercaya. Tumenggung Endranata I di Demak ini pada tahun-tahun kemudian agaknya juga tidak bebas dari pengaruh plitik pesisir yang berlawanan dengan kepentingan Mataram di Pedalaman. Pada tahun 1627 ia terlibat dalam pertempuran antara penguasa di Pati, Pragola II dan Sultan Agung. Ia di bunuh dengan keris sebagai pengkhianat atas perintah Sultan Agung. Sesudah dia masih ada lagi seorang tumenggung Endranata II yang menjadi bupati di Demak. Tumenggung ini seorang pengikut setia Susuhunan Mangkurat II di Kartasura yang memerintah Jawa Tengah pada perempat terakhir abad XVII. Pada tahun 1678 disebutkan adanya Tumenggung Suranata di Demak. Sebagai pelabuhan laut agaknya kota Demak sudah tidak berarti pada akhir abad XVI. Sebagai produsen beras dan hasil pertanian lain, daerah Demak masih lama mempunyai kedudukan penting dalam ekonomi kerajaan raja-raja Mataram. Sampai abad XIX di banyak daerah tanah Jawa rasa hormat pada  masjid Demak dan makam-makam Kadilangu masih bertahan di antara kaum beriman, kota Demak dipandang sebagai tanah suci. Hal itulah yang terutama menyebabkan nama Demak dalam sejarah Jawa tetap tidak terlupakan di samping nama Majapahit. KESIMPULAN Kerajaan ini hanya berumur pendek. Namun, para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Patah, yang berhasil menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu anaknya, Patih Yunus (Adipati Unus) berkuasa. Dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindhu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis. Setelah wafatnya Patih Yunus pada tahun 938 H/1531 M, memerintahlah raja paling terkenal dari kerajaan ini yaitu Raden Trenggono (Sultan Trenggana). Dia adalah seorang mujahid besar yang di antara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya Islam ke daerah Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H/1546 M. Kebudayaan yang berkembang di kerajaan Demak bercorak Islam. Hal tersebut tampak dari peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa masjid, makam, batu nisan, kitab suci Al-Quran, kaligrafi dan karya sastra. Sampai sekarang pun Demak di kenal sebagai pusat pendidikan agama Islam. BUKTI-BUKTI PENINGGALAN KERAJAAN DEMAK 1. Masjid Agung Demak Peninggalan Kerajaan Demak yang paling terkenal adalah Masjid Agung Demak. Masjid ini didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479. Sampai saat ini, bangunan ini masih berdiri kokoh meskipun sudah mengalami beberapa renovasi. Masjid ini berada di Desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Selain itu, masjid ini juga menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa lalu sudah menjadi pusat pengajaran serta penyebaran Islam di Jawa. Jika kamu tertarik untuk melihat keunikan arsitektur serta nilai-nilai filosofisnya, maka datanglah ke masjid ini. 2. Pintu Bledek Dalam bahasa Indonesia, bledek artinya petir. Oleh karena itu, pintu bledek dapat diartikan dengan pintu petir. Pintu bledek dibuat pada tahun 1466 oleh Ki Ageng Selo dan menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak. Namun berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, pintu ini dinamai pintu bledek karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari sebuah petir yang menyambar. Saat ini, pintu bledek sudah tidak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Kini pintu bledek sudah dimuseumkan karena mulai lapuk dan tua. Pintu bledek menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak yang kini tersimpan rapi di dalam Masjid Agung Demak. 3.Soko Tatal dan Soko Guru Soko Guru adalah sebuah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang memiliki fungsi sebagai penyangga tegak kokohnya Masjid Demak. Ada sekitar 4 buah Soko Guru yang digunakan di masjid ini. Berdasarkan cerita yang beredar, semua Soko Guru tersebut dibuat oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mendapat tugas untuk membuat seluruh tiang tersebut sendiri. Hanya saja, ketika dia baru bisa membuat 3 buah tiang setelah masjid sudah siap berdiri. Kemudian Sunan Kalijaga dengan sangat terpaksa untuk menyambungkan semua tatal sisa pembuatan 3 Soko Guru. Selanjutnya dengan kekuatan spiritualnya beliau mengubahnya menjadi Soko Guru yang terbuat dari tatal. 4. Bedug dan Kentongan Bedug dan kentongan yang berada di Masjid Agung Demak juga merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tidak boleh dilupakan. Pada masa lalu kedua alat ini digunakan untuk memanggil masyarakat sekitar masjid supaya segera datang melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Kentongan berbentuk seperti tapal kuda. Adapun filosofi dari bedug dan kentongan adalah bahwa jika kentongan tersebut dipukul, maka masyarakat sekitar harus segera pergi ke masjid secepat orang naik kuda. 5. Situs Kolam Wudlu Situs kolam wudlu dibuat karena seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Tempat ini dahulunya dipakai sebagai tempat berwudhu para santri atau musafir yang sedang berkunjung ke Masjid. Akan tetapi, sekarang situs ini sudah tidak bisa dipakai lagi dan hanya boleh dilihat sebagai benda peninggalan sejarah. KERJA KELOMPOK IPS KELAS 5c KERAJAAN DEMAK O L E H : CELINE TANNIA PRAJOGO EARLY ANGEL THIE ERNEST KENNETH JESLYN VICTORIA LIM JONATHAN FEBRESON KANESA