[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

MAKALAH PATOLOGI KLINIK

DAFTAR ISI URINALISIS dan URIN KULTUR 4 1.1 Definisi 4 1.2 Indikasi 4 1.3 Kontraindikasi 5 1.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global 5 Persiapan alat 5 Jenis sampel urine 7 Prinsip pengumpulan spesimen urine 24 jam 7 1.5 Cara Pembacaan Urin 10 1.6 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur 12 SPECIFIC GRAVITY 15 2.1 Definisi 15 2.2 Indikasi 15 2.3 Kontraindikasi 15 2.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global 15 Persiapan alat 15 Prosedur pelaksanaan 16 2.5 Cara pembacaan 16 2.6 Peran perawat di tahap pre, intra dan post prosedur 17 OSMOLALITAS 18 3. 1 Definisi 18 3.2 Indikasi 18 3.3 Kontraindikasi 18 3.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global 18 Persiapan alat 18 Prosedur Pelaksanaan 19 3.5 Cara Pembacaan 21 3.6 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur 21 RENAL FUNCTION TEST 23 4.1 Definisi 23 4.2 Indikasi 23 4.3 Kontraindikasi 23 4.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global 23 Test Urine 23 Test Darah 26 4.5 Interpretasi Hasil 28 4.6 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur 29 DIAGNOSTIC IMAGING 30 Ultrasound (USG) 30 Kidney, Ureter and Bladder (KUB) 30 Tomografi Komputer (CT) 31 Magnetic Resonance Imaging (MRI) 31 Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau intravenous pyelogram) 31 Pielografi retrograde 32 Infusion drip pyelography 33 Sistogram 33 Sistouretrogram 33 Angiografi renal 33 UROLOGIC ENDOSCOPIC PROCEDURE 34 6.1 Definisi 34 6.2 Indikasi 34 6.3 Kontaindikasi 34 6.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global 35 Persiapan alat 35 Prosedur pelaksanaan 35 Pemeriksaan Sistoskopi 36 6.4 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur 37 Post prosedur 38 BIOPSY 40 7.1 Definisi 40 7.2 Indikasi 40 7.3 Kontraindikasi 40 7.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global 40 Persiapan alat 40 Prosedur Pelaksanaan 40 7.5 Cara Pembacaan 41 7.6 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur 41 Daftar Pustaka 43 URINALISIS dan URIN KULTUR 1.1 Definisi Urinalisis adalah salah satu tes laboratorium paling umum yang digunakan untuk menegakkan diagnosis, mendapatkan informasi mengenai fungsi organ dan metabolism tubuh, mendeteksi kelainan yang asimptomatik, serta dapat mengikuti perjalanan penyakit dan pengobatan. Urinalisis merupakan pemeriksaan sampel urin secara fisik, kimia, dan mikroskopik. Keuntungan dari urinalisis adalah bahwa tes ini non-invasif, specimen mudah didapatkan, hasil dapat diperoleh dengan cepat dan murah. (Nurachmah, Elly. 2000) Informasi dari urinalisis meliputi warna, berat jenis, pH, dan adanya protein, sel darah merah dan sel darah putih, urobilinogen, bekteri, silinder (cast), dan Kristal.Urine yang normal tidak menunjukkan adanya protein, bilirubin, urobilirubin, glukosa, keton, bakteri, atau esterase leukosit. Sedikit sel darah merah, sel darah putih, silinder, dan Kristal adalah temuan normal.(Nurachmah, Elly. 2000) 1.2 Indikasi Indikasi dilakukanya urinalisasi : Sebagai bagian dari pemeriksaan antenatal Selama persalinan Pada saat masuk rumah sakit untuk alasan apapun sebagai dasar observasi Ibu dengan gangguan atau pengorbanan tertentu, seperti diabetes mellitus, hipertensi, terapi antikoagulan Gejala klinis seperti rasa panas saat berkemih Parubahan urinasi Dysuria Pengeluaran secret uretra Hesitancy Nyeri pinggang Sering berkemih Penyakit renal Pajanan terhadap nfrotoksin Penyakit kolagen vascular Edema menyeluruh Abnormalitas kelenjar prostat. (Johnson, Ruth. 2004;Smeltzer & Bare. 2002) 1.3 Kontraindikasi Obat-obatan tertentu yang dikunsumsi oleh pasien dapat mempengaruhi hasil dari urinalisis, misalnya pil vitamin C, antibiotik dan beberapa obat tertentu yang digunakan untuk penyakit Parkinsondapat menyebabkan hasil urinalisis menjadi “false” positif sehingga diperlukan tes lain untuk mengkonfirmasi hasil. Jadi sebelum dilakukan tes, beritahukan ke dokter obat atau vitamin yang sedang dikonsumsi.Demam dan latihan berat juga dapat memberikan hasil “false” positif (National Kidney Foundation, 2002). 1.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global Persiapan alat : Cairan antiseptic Cairan sabun Air steril Kassa 4x4 cm Sarung tangan sekali pakai untuk diberikan pada klien wanita Urinal untuk klien pria Strip reagen atau “Dipsticks” Celemek (bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan urine) Wadah Urin. Wadah/botol penampung harus bersih dan kering, sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine. Kertas label. Setiap wadah harus dibuat keterangan Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan.Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis.Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine. Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.Pasien juga perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung spesimen. Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urine; mereka harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel; menampung urine midstream dengan baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi untuk mengeluarkan urine.Pada pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia. Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan.Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra.Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih.Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan menggunakan alkohol 70%.Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen urine : Spesimen urine pagi lebih pekat dan dapat mencerminkan berbagai keabnormalan Urin tidak boleh dibiarkan pada suhu ruangan karena akan berubah menjadi alkalin, akibat terkontaminasi bakteri pengubah urea dari lingkungan. Semua spesimen harus disimpan dalam lemari pendingin sesegera mungkin setelah diambil Pemeriksaan mikroskopik perlu dilakukan dalam waktu 1/2 jam sesudah pengambilan untuk mencegah dissolusi elemen seluler dan pertumbuhan bakteri (kecuali jika telah menggunakan metoda steril) Spesimen urin harus diambil dari klien dengan teknik alir tengah menggunakan kontainer bermulut lebar Jenis sampel urine Urin Sewaktu Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus.Urin ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa tanda khusus. (Gandasoebrata, 2006) Urin Pagi Urin pagi adalah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan pada siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, dan protein. (Gandasoebrata, 2006 ) Urin 24 Jam Urin 24 jam adalah urin yang dikeluarkan dan dikumpulkan selama 24 jam. Untuk pengumpulan urin ini diperlukan botol yang besar dan dapat ditutup rapat, botol ini harus bersih dan biasanya memerlukan pengawet. (Gandasoebrata, 2006 ) Urin Postprandial Urin Postprandial yaitu urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5 – 3 jam setelah makan, sangat baik untuk pemeriksaan terhadap reduksi dan kelainan sedimen. ( Gandasoebrata, 2006 ) Urin 2 Gelas dan urin 3 Gelas pada Orang Lelaki. Penampungan ini dipakai pada pemeriksaan urologis dan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang letaknya lesi atau radang lain yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urin seorang laki- laki. Penderita harus berkemih langsung ke dalam gelas – gelas itu tanpa menghentikan aliran urinnya. Prinsip pengumpulan spesimen urine 24 jam Yakinkan klien memahami prosedur Semua urine harus ditampung dalam 24 jam menggunakan teknik pengambilan steril Minta klien mengosongkan kandung kemih pada jam tertentu (misalnya jam 8 pagi) lalu urine dibuang Kumpulkan urine berikutnya selama 24 jam pada wadah yang memadai dan tertutup Kumpulkan spesimen terakhir pada jam 8 pagi hari berikutnya Simpan urine yang terkumpul di lemari pendingin Mulai dengan kandung kemih kosong dan akhiri dengan kandung kosong pula. Pengambilan spesimen urin aliran tengah (clean- catch midstream) Instruksi pada pasien laki-laki Buka glans penis dan bersihkan daerah di sekitar meatus dengan sabun. Hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang dibasahi air Jangan mengumpulkan urin yang pertama kali keluar, buang bagian ini Kumpulkan bagian berikutnya ke dalam botol steril bermulut lebar atau tabung gelas yang berdiameter besar dengan dilindungi oleh tutup yang steril Jangan mengumpulkan beberapa tetes urin terakhir karena sekresi prostat dapat masuk ke dalam urin pada akhir pancaran urin Instuksi pada pasien wanita Pisahkan kedua labia agar orifisium uretra tidak terhalang Bersihkan daerah di sekitar meatus urinarius dengan menggunakan spons yang dibasahi sabun cair Usap perineum dari depan ke belakang Hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang dibasahi air, dengan cara menghapusnya dari depan ke belakang Pertahankan labia agar tetap terpisah dan lakukan urinasi dengan kuat, tetapi bagian pertama urin yang memancar keluar jangan ditampung. (Koloni bakteri terdapat pada bagian distal orifisium uretra; pancaran urin yang pertama akan membasuh dan membersihkannya dari kontaminan uretra tersebut). Kumpulkan bagian pancaran-tengah dari aliran urin dengan memastikan agar wadah yang digunakan untuk mengumpulkan specimen urin tidak mengenai alat kelamin. Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (misalnya: keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urine, seperti harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel, serta menampung urine midstream dengan baik. Untuk pasien anak-anak, mungkin perlu dipengaruhi/dimotivasi untuk mengeluarkan urine.Pada pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genetalia. Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan.Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra.Prosedur ini menyebabkan 1-2% risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih. Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan menggunakan alcohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10-12 ml. masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat.Segera kirim sampel urine ke laboratorium. Aspirasi jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara mendapatkan sampel urine yang paling murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh. Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan alkohol 70% Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan spuit Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci hama (dilakukan oleh petugas yang berkompenten) Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup rapat Segera dikirim ke laboratorium Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine biasanya diperlukan sampel urine 24 jam. Cara pengumpulan urine 24 jam adalah sebagai berikut. Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urine pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan urine dan kontaminasi feses pada sampel urine wanita. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan urine dihentikan Specimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan 1.5 Cara Pembacaan Urin Warna Urine kuning berkaitan dengan urine yang terlalu pekat, sedangkan urine yang berwarna pucat menunjukkan urine yang terlalu cair.Bilirubinuria membuat warna urine menjadi cokelat tua, harus diwaspai pula jika urine membentuk busa kuning jika dikocok. Hematuria juga menimbulkan perubahan wrna: merah tua, bila perdarahan terjadi di ginjal atau ureter, merh terang bil perdarahan terjadi di uretra atau kandung kemih. Makanan juga dapat menyebabkan warna merah gelap pada urine, begitu jug obat-obatn seperti sulfasalozin membuat urine berwarna jingga. Kejernihan Urine menjdi keruh bil didiamkan selm bebeapa menit karena presipitasi zat yang terlarut di dalamnya, seperti asam urat. Proteinuria dpat menyebabkan urine tampk keruh atau berbusa dan bkterinuri juga dapat menyebabkan urine keruh dn kental. Bau Bau urine akan lebih keras bila konsentrasinya meningkat. Urine yang tertahan berbu monia karena pemechn uera menjadi amonium karbonat. Bau manis meruoakan indicator adanya keton, yng merupakan produk metabolism lemak. Infekssi dapat menyebabkan bau urine yng keras. Bau urine juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berbau Berat jenis Berat jenis urine mencerminkan kemampuan gijl untuk memektkn atau melrutkan urine. Berat jenis yang rendah berkaitan dengan diuresis,air, sedangkan berat jenis yng tinggi terjadi pada dehidrasi pH pH rendah menndakan urine lebih sam dari normal dan dapat mencetuskan terjadinya pembentukan batu ginjal atau kandung kemih. Protein Dapat mengindikasikan urine yang terkontaminasi, infeksi atau adanya penyakit ginjal.Hasil tes yang positif sementara biasanya tidak bermakna, karena adanya sejumlah kecil albumin dan globulin di dalam urine, untuk mendeteksi jumlah protein yang lebih besar diperlukan urine pagi. Untuk memastikan kemungkinan infeksi, harus diambil urine tengah, kemudian diperiksakan ke laboratorium untuk dianalisis Darah Darah tidak boleh terdapat di dalam urine, bilaterdapat di dalam urinemaka hal tersebut dapat mengindikasikan adanya infeksi, trauma, tumor, atau batu atau akibat kontaminai darah dari bagian tubuh lainnya, seperti rabas vagina atau hemoroid.Hasil positif memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Glukosa Glukos akan terdapat di dalam urine bila kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) atau bila kemampuan absorbs ginjal menurun. Glukosa dalam urine dapat mengindikasikan adanya diabetes mellitus, stress, atau terkadang pankreatitis atau sindroma Chusing. Keton Dapat terjadi karena pusa, muntah, atau diabetes yang tidk terkontrol serta akibat beberapa jenis obat Bilirubin Terjadi akibat penykit hati atau empedu, terutama bila aliran cairan empedu ke duodenum tersumbat. Beberapa obt menimbulkan hasil positif palsu, seperti klorpromazin dan hasil negative palsu dapat terjadi bila urine tidak segar, terutama bila sampel urine tersebut terkena sinar matahari. Urobilirubin Secara normal akan terdapat dalm jumlh kecil, bila jumlahnya banyak mungkin karena adanya gangguan hati atau hemolysis yang terlalu banyak. Nitrit Nitrat dari makanan diubah menjadi nitrit karena adanya bakteri, terutama bakteri gram negative seperti E. coli.Nitrit dalam urine mengindikasikan adanya infeksi saluran kemih, dan dlam keadaan ini diperlukan pemeriksaan sampel urine tengah ke laboratorium. Hasil negtif palsu dpt terjadi bil akteri tidak memiliki cukup waktu untuk mengubh nitrit, urine harus berda di dalam kandung kemih minimal 4 jam sebelum pengambilan sampel. Nilai rujukan : Urinalisis Dewasa Bayi baru lahir Anak Warna Kuning muda sampai kuning sawo Kuning muda sampai kuning tua Tampilan Jernih Jernih Jernih Bau Berbau khas Berbau khas pH 4,5-8,0 5-7 4,5-8 Berat jenis 1,005-1,020 1,001-1,020 1,005-1,030 Protein 2-8 mg/dl Glukosa Negative Negative Keton Negative Negative Darah Negative Negative Sel darah merah 1-2 Jarang Sel darah putih 3-4 0-4 Sedimen Jarang menimbulkan hialin Jarang 1.6 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur a. Peran perawat saat pre dan intra prosedur yaitu : Pertama-tama perawat harus menjelaskan tujuan dari procedure urinalisis ini kepada klien, menyiapkan berbagai alat untuk keperluan procedure.Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas.Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium.Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya.Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine.Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar. Edukasi yang harus perawat lakukan kepada klien sebelum prosedur antara lain Pada klien laki-laki: Buka glans penis dan bersihkan daerah sekitar meatus dengan sabun. Hialngkan semua bekas sabun dengan kapas yang dibasahi air Jangan mengumpulkan urin yang pertama kali keluar, buang bagian ini. Kumpulkan bagian berikutnya ke dalam botol steril bermulut lebaratau tabung gelas yang berdiameter besar dengan dilindungi oleh tutup yang steril Jangan mengumpulkan beberapa tetes urin terakhir karena sekresi prostat dapat masuk ke dalam urin pada akhir pancaran urin. Pada klien wanita : Pisahkan kedua labia agar orifisium uretra tidak terhalang Bersihkan daerah di sekitar meatus urinarius dengan menggunakan spons yang dibasahi sabun cair Usap perineum dari depan ke belakang Hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang dibasahi air, dengan cara menghapusnya dari depan ke belakang Pertahankan labia agar tetap terpisah dan lakukan urinasi dengan kuat, tetapi bagian pertama urin yang memancar keluar jangan ditampung. (koloni bakteri terdapat pada bagian distal orifisium uretra ; pancaran urin yang pertama akan membasuh dan membersihkannya dari kontaminan uretra tersebut) Kumpulkan bagian pancaran tengah dari aliran urin dengan memastikan agar wadah yang digunakan untuk mengumpulkan specimen urin tidak mengenai alat kelamin Peran perawat saat intra dan post prosedur : Menggunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik. Makukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap. mengirim spesimen ke laboraturium setelah diberi label dengan identitas lengkap dari klien mendokumentasikan prosedur dan respon klien dalam catatan klien SPECIFIC GRAVITY 2.1 Definisi Urine specific gravity adalah sebuah metode ilmiah untuk menilai dan memonitor level hidrasi dengan mengukur densitas (konsentrasi) dari sampel urin serta menilai kandungan kimia yang terdapat pada urin. Urine specific gravity ditentukan dengan membandingan berat dari specimen urin dengan yang sama dengan volume air terdistilasi, yaitu 1.000. Karena urin mengandung garam-garam yang terlarut, beratnya lebih dari 1.000. Urine specific gravity berkisar antara 1.010 to 1.025. Specific gravity diukur dengan urinometer (hydrometer yang khusus dikalibrasi dan didesain untuk dapat mengapung pada silinder urin), rekraktometer yang mengukur refraksi cahaya ketika ada cahaya yang melewati specimen urin, atau reagent strip test. 2.2 Indikasi Pada pasien yang mengalami trauma. Pada pasien yang mengalami penurunan atau kekurangan hormon atau vassopresin. Pasien DM, insipidus primer. Pasien dengan extensive accute renal tubular damage. 2.3 Kontraindikasi Berikut ini dapat meningkatkan berat jenis urine dan harus dihentikan sebelum pengujian: Dekstran Sukrosa Pewarna kontras intravena (hindari selama setidaknya 72 jam sebelum pengujian) 2.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global Persiapan alat Urinometer Gelas ukur Termometer Kertas saring Prosedur pelaksanaan Masukan urin yang diperiksa ke dalam gelas Urinometer 2/3 bagian atau secukupnya. Busa yang terjadi dihilangkan dengan kertas saring. Masukan tangkai Urinometer ke dalam gelas tersebut. Tangkai Urinometer haris diputar dengan ibu jari dan jari telunjuk supaya tidak menempel pada dinding gelas Urinometer. Karena putaran tadi,tangkai Urinometer akan terapung ditengah kemudian di baca. Catatlah suhu urin tersebut. Tiap-tiap urinometer telah ditera pada suhu tertentu. Bila suhu urin tidak sama dengan suhu tera, lakukan koreksi sebagai berikut : Tambahkan 0,001 pada angka yang dinyatakan urinometer bagi tiap penambahan suhu 3 0C diatas suhu tera, atau dikurangi 0,001 untuk setiap perbedaan suhu 3 0C dibawah suhu tera. 2.5 Cara pembacaan Nilai normal untuk tes ini adalah 1.000 to 1.030.Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsi ginjal normal.Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026.Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa Penurunan hasil tes ini menunjukkan : Aldosteronism Kelebihan volume cairan Diabetes insipidus - central Diabetes insipidus - nephrogenic Gagal ginjal Renal tubular necrosis Infeksi ginjal parah (pyelonephritis) Sedangkan peningkatan hasil tes ini menunjukkan : Addison's disease (jarang) Dehidrasi Diarrhea yang menimbulkan dehidrasi Glukosuria Gagal ginjal yang berhubungan dengan penurunan aliran darah ke ginjal. Renal arterial stenosis Shock Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH) 2.6 Peran perawat di tahap pre, intra dan post prosedur Hal pertama yang harus diperhatikan adalah identitas penderita yaitu nama, nomor rekam medis, tanggal dan jam pengambilan bahan. Identitas ini ditulis pada label di wadah urine dan harus sesuai dengan formulir permintaan. Apabila specimen urin telah dikumpulkan tetapi terpaksa menunda pemeriksaan, urine harus disimpan dalam lemari es suhu 2-80C.penyimpanan dalam lemari es mencegah dekomposisi urine oleh bakteri. Urine yang telah disimpan dalam lemari es akan menyebabkan presipitasi fosfat dan urat amorf serta memiliki berat jenis lebih tinggi bila diukur dengan urinometer. Oleh sebab itu, sebelum pemeriksaan dilakukan urine harus dibiarkan dahulu mencapai suhu kamar dan dicampur/dikocok. Pada keadaan tertentu sehingga urine harus dikirim ke tempat yang jauh dan atau tidak ada lemari es, biasanya digunakan pengawet urine OSMOLALITAS 3. 1 Definisi Tes osmolalitas dalah sebuah tes yang digunakan untuk menilai derajat relative pengenceran atau pemekatan uriin atau darah. Tesini juga dilakukan untuk mengevaluasi keseimbangan air, kemampuan tes ini juga untuk menilai kemampuan ginjal untuk memproduksi urin dan konsentrasinya, mengukur jumlah sodium, untuk mendeteksi adanya sejumlah toksin seperti methanol dan ethylen glycol, untuk memonitor secara osmotik terapi aktif obat seperti manitol. Tes osmolalitas ini juga dilakukan untuk memonitor keefektifan pengobatan untuk beberapa kondisi yang ditemukan 3.2 Indikasi Pasien dengan sindrom hiponatremia seperti : Kehausan Kebingungan Nausea Sakit kepala Letargi Seizure bahkan koma Pasien dengan keracunan methanol atau ethylen glycol Pasiendengan DM 3.3 Kontraindikasi Tidak ada 3.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global Persiapan alat 1. Kontainer penampung urin 2. Label identitas pasien : Fotometer Clinicon 4010 Semprit 10 mL, sekali pakai Tabung reaksi dan rak Cup eppendorf volume 0.5 mL Pipet semiotomatik 50 uL Centrifuge Kubota KN 70 Tip pipet biru dan kuning Urinometer Osmometer Osmonat 030 dari Gonotec GmBH Electrolyte Analyzer (AVL 9120) Termometer ruangan Timbangan analitik Ohaus Pot urin 20 mL Reagensia: Bahan kontrol dan kalibrator untuk Osmomat 030: Aqua bidestilata NaCl solution for Calibration (300 mosmol/kg H2O atau 9.463 gram NaCl/kg H2O) Antikoagulan Sodium Heparin 5 mL, 5000 IU/mL dari B Braun, stabil sampai tanggal kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2 – 8oC. ISE SNAP PACK untuk pemeriksaan elektrolit natrium dengan alat AVL 9120 electrolyte analyzer Kit Urea Kit Glukosa Reagent Strips for Urinalysis Multistix Prosedur Pelaksanaan Sebelum penelitian dimulai, dilakukan kalibrasi pipet serta uji ketepatan dan ketelitian osmometer 030. Pemeriksaan Osmolalitas Serum, Plasma dan urin dengan alat Osmomat 030 Prinsip pemeriksaan: Penentuan osmolalitas total suatu larutan dengan membandingkan titik beku air dan titik beku larutan sampel.Pada probe Osmomat 030 terdapat thermistor dan jarum logam, suhu pada jarum adalah 0oC sehingga terdapat kristal es pada ujungnya. Pada waktu sample masuk ke super cooled bath suhu sampe akan turun mencapai -7oC. Segera setelah sampel mencapai suhu -7oC proses kristalisasi sampel akan berlangsung, dimulai dengan meningkatnya kembali suhu sampel sehingga tercapai equilibrium pada titik beku sampel sebenarnya. Pada layar monitor dapat dibaca nilai titik beku larutan sampel tersebut. Besarnya perbedaan selisih suhu antara air murni dan larutan sampel yang diukur setara dengan besarnya osmolalitas Pemeriksaan kadar glukosa, ureum dan natrium serum untuk menentukan osmolalitas serum terhitung Pemeriksaan Kadar Glukosa Prinsip pemeriksaan: glukosa dengan glukosa oksidase akan membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida merubah warna indikator kolorimetrik quinoneimine yang dibaca pada 546 nm. GOD Glukosa + H2O Asam glukonat + 2H2O2 POD 2H2O2+ 4 – Aminoantipirin + fenol quinoneimine+4H2O Kadar glukosa (mg/dL) = A sampel x 100 mg/dL A standar Pemeriksaan Kadar Ureum Prinsip pemeriksaan: urea dihidrolisa oleh urase menghasilkan ion ammonium dan CO2. Ion ammonium bereaksi dengan hipoklorit dan salisilat yang memberikan warna hijau yang di baca pada 578 nm. Urease Urea NH4+ + CO2 NH4+ + hipoklorit + salisilat warna hijau Kadar ureum (mg/dL) = A sampel x 50 mg/dL A standar Pemeriksaan Kadar natrium serum dengan AVL 9020 elecrolyte analyzer Prinsip pemeriksaan: menggunakan prinsip pengukuran Ion Sensitive Electrode (ISE) Besarnya Osmolaitas terhitung adalah: Osmolalitas (mOsmol/L) = 2 x [Na] + [glukosa] + [BUN] 18 2.8 Keterangan: BUN = 0.467 x [ureum] Penetapan Osmolalitas terhitung urin berdasarkan berat jenis dengan urinometer. Penetapan BJ: Ukur suhu ruangan untuk koreksi suhu terhadap suhu Isi gelas ukur sampai ¾ penuh dengan urin, masukkan urinometer dengan gerakan memutar sehingga terapung bebas dan tidak bersentuhan dengan dinding tabung. Baca BJ setinggi meniskus bawah. Lakukan koreksi terhadap suhu bila terdapat perbedaan suhu kalibrasi urinometer dengan sampel. Osmolalitas urin terhitung (mOsmol/L) = (BJ - 1000) x 40 3.5 Cara Pembacaan Harga normal untuk tes ini kurang-lebih 300 mOsm/L (300 mmol/L). Jika nilai osmolalitas urin meningkat maka pasien diidentifikasi mengalami dehidrasi, DM, hiperglikemi, hipernatremi, keracunan ethanol/methanol/ethylene glycol, kerusakanginjal, terapimanitol, atausyok. Namun, jika serum osmolalitas menurun, pasien kemungkinan dapat mengalami hidrasi yang berlebih, hiponatremi, dansekresi ADH yang tidakadekuat. 3.6 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur Pre-procedure Menjelaskanprosedurkepadapasien Memberitahupasienapakahperluatautidaknyapersiapan (misalnya fasting urinmembutuhkan diet tinggi protein 3 harisebelumpemeriksaan) Intra-procedure Mengumpulkan specimen urin yang pertamapadapemeriksaan random sample. Untuk fasting specimen, menginstruksikan pasien untuk mengosongkan kandung kemih pada jam 6 pagi dan mengumpulkan urin pada jam 8 malam. Post-procedure Mengirim specimen kelaboratorium Menyediakan makanan dan cairan untuk pasien RENAL FUNCTION TEST 4.1 Definisi Renal function test adalahtes laboratorium yang memberi gambaran mengenai kesehatan ginjal.Tes inidapat membantu menentukan penyebab dan tingkat masalah ginjal.Tes ini juga dilakukan untuk mengevaluasi beratnya penyakit ginjal dan mengikuti perjalanan klinik pasien memberikan informasi tentang efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi ekskresinya. Tes dilakukan pada sample urin dan darah Hasil-hasil pemeriksaan fungsi ginjal dapat berada dalam batas-batas normal sampai terjadi penurunan fungsi ginjal hingga dibawah 50% dari nilai normal.Fungsi ginjal dapat dikaji secara lebih akurat jika dilakukan beberapa pemeriksaan dan kemudian hasil-hasilnya dianalisis bersama. Pemeriksaan fungsi ginjal yang umum dilakukan adalah kemampuan pemekatan ginjal, klirens kreatinin, kadar kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN) (Brunner dan Suddarth,2002) 4.2 Indikasi Untuk berbagai kondisi yang dicurigai ada kerusakan pada fungsi ginjal seperti gagal ginjal kronis. 4.3 Kontraindikasi Riwayat lengkap harus diambil sebelum tes fungsi ginjal untuk menilai makanan pasien dan asupan obat.Berbagai macam obat resep dan obat-yang dijual bebas dapat mempengaruhi darah dan ginjal hasil tes urine fungsi, seperti dapat beberapa makanan dan minuman. 4.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global Banyak kondisi yang dapat mempengaruhi kemampuan ginjal untuk menurunkan fungsi vital mereka.Beberapa yang menyebabkan penurunan yang cepat (akut) dalam fungsi ginjal, yang lainnya menyebabkan penurunan bertahap (kronis) dalam fungsi.Sejumlah tes laboratorium klinis yang mengukur tingkat zat yang biasanya diatur oleh ginjal dapat membantu menentukan penyebab dan tingkat kerusakan ginjal.Tes ini dilakukan pada sampel urin, serta pada sampel darah. Test Urine Ada berbagai tes urine yang menilai fungsi ginjal. Urinalisis Tes skrining yang sederhana dan murah yang pertama kali dilakukan jika dicurigai ada masalah pada ginjal. Sampel urin dikumpulkan secara acak dan diperiksa secara makroskopik seperti : warna, bau, penampilan, dan konsentrasi (berat jenis), kimia untuk zat-zat seperti protein, glukosa, dan pH (keasaman / kebasaan), dan mikroskopis untuk kehadiran selular elemen (sel darah merah, sel darah putih, dan sel epitel), bakteri, kristal. Jika hasil menunjukkan kemungkinan penyakit atau fungsi ginjal terganggu, satu atau lebih dari tes tambahan berikut biasanya dilakukan untuk lebih spesifik mendiagnosa penyebab dan tingkat penurunan fungsi ginjal. Pemeriksaan Klirens Kreatinin . Tes ini mengevaluasi seberapa efisien ginjal membersihkan zat yang disebut kreatinin dari darah. Kreatinin adalah produk limbah dari metabolisme energi otot, diproduksi pada tingkat yang konstan yang sebanding dengan massa otot individu. Karena tubuh tidak mendaur ulang zat ini maka, semua kreatinin disaring oleh ginjal dalam jumlah waktu tertentu dan diekskresikan dalam urin, sehingga pengukuran klirens kreatinin sangat spesifik untuk mengetahui fungsi ginjal.Selain itu tujuan dari pemeriksaan ini juga untuk mengukur volume darah dengan kreatinin yang telah dibersihkan dalam waktu 1 menit, memberika nilai rata-rata kecepatan filtrasi glomerulus serta berguna dalam mengikuti kemajuan status ginjal pasien. Prosedur pemeriksaan ini ialah semua urin dikumpulkan dalam periode 24 jam dan mengambil sampel darah dalam periode 24 jam. Cara pelaksanaannya penentuan klierens kreatinin : Tentukan volume urine penderita selama 24jam, kemudian hitung volume produksi urine per menit, dan ini disebut V (cc/menit). Tentukan kadar kreatinin didalam urine : U (mg%). Tentukan kadar kreatinin didalam urine : P (m%). Tentukan Tnggi badan, Berat badan, dan hitung luas permukaan tubuh (LPT) dengan memakai rumus Du BOIS. Klirens kreatinin dihitung berdasarkan rumus : K kreatinin = Ux v/p x 1,78/LPT (ml/menit). 1,78 adalah luas tubuh standart Nilai normal klirens kreatinin : Pria : 72 – 141 ml/menit. Wanita : 74 – 130 ml/menit. Tes Kemampuan Pemekatan Ginjal Tes pemekatan urin dilakukan dengan cara membatasi asupan air dan tes ini merupakan cara yang sensitif untuk mengetahui kemampuan tubulus ginjal dalam mereabsorpsi air dan menghasilkan urin yang pekat. Caranya: pada jam 7 pagi penderita mengosongkan kandung kemihnya, lalu setelah itu hanya boleh minum 150 – 200 ml air dan pada waktu antara makan tidak dibolehkan minum. Selain itu, penderita tidak boleh makan makanan yang banyak mengandung air, asupan makanan normal (asupan garam dan protein normal), tidak minum kopi, dan tidak mengkonsumsi diuretik. Kemudian urin dikumpulkan pada : I. Jam 7 – 11 : diukur volume dan BJnya II. Jam 11 – 15 : diukur volume dan BJnya III. Jam 15 – 19 : diukur volume dan BJnya IV. Jam 19 – 7 : diukur volume dan BJnya Jumlah urin siang (12 jam) = I + II + III Jumlah urin malam (12 jam) = IV Nilai Normal : Jumlah urin siang = 2- 4 x jumlah urin malam BJ makin besar , ada yang mencapai 1018 dan 1025 untuk urin malam Tes Osmolalitas Keluaran urea. Urea adalah bahan ampas dari metabolisme protein, dan dikeluarkan dalam air seni. Seperti keluaran kreatinin, tes ini mengukur jumlah urea yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam, dan juga membutuhkan pengukuran tingkat urea dalam darah. Uji protein urin. Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari darah dan menyerapnya kembali, sehingga tidak ada protein dalam urin atau hanya sejumlah kecil protein di dalam urin.Adanya sejumlah besar protein dalam urin merupakan indicator penting dari penyakit ginjal. Tes Elektrolit Salah satu fungsi utama ginjal adalah pengaturan keseimbangan elektrolit.Elektrolit yang biasa diperiksa di urin adalah natrium, klorida, kalium, kalsium,fosfor. Untuk tes elektrolit ini digunakan urin 24 jam.Natrium : Gagal ginjal dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan natrium.Sedangkan pada penyakit ginjal akut dapat terjadi peningkatan natrium di urin akibat tubulus tidak sanggup mereabsorbsi natrium. Klorida : Pada beberapa penyakit ginjal, ekskresi klorida dapat menurun. Kalium : Pada penyakit ginjal kronis, terjadi penurunan kadar kalium di urin karenasekresi tubular terganggu. Kalsium :Pemeriksaan kalsium umumnya dilakukan untuk mengetahui adanya batu ginjal. Selain itu, penurunan kadar kalsium biasanya terjadi pada nephrosis,nefritis akut, dan gagal ginjal kronik.Fosfor Pada nefritis dan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan kadar fosfor urin. Test Darah Ada beberapa tes darah yang dapat membantu dalam mengevaluasi fungsi ginjal diantaranya: Blood urea nitrogen tes (BUN). Urea adalah produk dari metabolisme protein.Produk ini limbah terbentuk dalam hati, kemudian disaring dari darah dan diekskresikan dalam urin oleh ginjal.Uji BUN mengukur jumlah nitrogen yang terkandung dalam urea.Tingkat BUN yang tinggi dapat menunjukkan disfungsi ginjal, tetapi karena nitrogen urea darah juga dipengaruhi oleh asupan protein dan fungsi hati, tes ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kreatinin darah, indikator yang lebih spesifik fungsi ginjal.Tes ini juga berfungsi sebagai indeks kapasitas eksresi urin. Prosedur tes BUN : Lima sampai tujuh mililiter darah vena dikumpulkan dalam pemisah serum atau tabung serum Sampel dikirim ke laboratorium kimia. Sebuah mesin analisis multifungsi menentukan Bun Beberapa laboratorium lebih menyarankan agar pasien tidak makan selama 8 jam sebelum tes. Tes kreatinin. Salah satu bahan ampas yang disaring oleh glomeruli adalah senyawa yang disebut kreatinin.Kreatinin adalah bahan ampas dari metabolisme tenaga otot, yang seharusnya dikeluarkan oleh ginjal dari darah ke dalam urin. Jadi jumlah kreatinin yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam dapat menunjukkan tingkat kerusakan (bila ada) pada glomeruli. Produksi kreatinin tergantung pada massa otot individu, yang biasanya berfluktuasi sangat sedikit. Pada fungsi ginjal yang normal, jumlah kreatinin dalam darah tetap relatif konstan dan normal ,hal ini karena kreatinin sangat sedikit dipengaruhi oleh fungsi hati.Tes ini disebut sebagai keluaran kreatinin (creatinine clearance), dan hasil tes ini dapat kurang lebih sama dengan GFR dan lebih sensitive terhadap kerusakan ginjal dibandingkan dengan BUN. Kecepatan Penyaringan Glomeruli Tes ini, yang umumnya disebut sebagai GFR (glomerular filtration rate), mengukur jumlah darah yang disaring oleh ginjal setiap menit.Sekarang umumnya GFR diestimasikan (eGFR) berdasarkan tingkat kreatinin dalam darah. Kemudian, eGFR dihitung dengan memakai salah satu dari beberapa rumusan, yang memakai variabel terkait usia, jenis kelamin dan (kadang) ras dan/atau berat badan. Juga ada rumusan khusus untuk anak, yang memakai variabel lain. Hasil diungkap sebagai volume darah yang disaring dalam mL/menit. Tes darah lainnya. Pengukuran kadar unsur-unsur lain diatur sebagian oleh ginjal juga dapat berguna dalam mengevaluasi fungsi ginjal. Ini termasuk natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfor, protein, asam urat, dan glukosa. 4.5 Interpretasi Hasil Hasil test LI 120 menunjukkan nilai normal atau nilai rujukan untuk beberapa tes di atas. Harus ditekankan bahwa nilai ini berbeda tergantung pada alat yang dipakai pada laboratorium yang melakukan tes dan cara penggunaannya. Laporan laboratorium yang diterima setelah melakukan tes menunjukkan nilai rujukan yang berlaku. Hasil test GFR menunjukkan kerusakan pada ginjal sebagaimana yang ditunjukkan oleh table Tahapan Penyakit Ginjal Kronis Stadium GFR Gambaran 1 90 Normal 2 60-89 Fungsi ginjal sedikit berkurang 3 30-59 Penurunan fungsi ginjal sedang, ± bukti kerusakan lain 4 15-29 Penurunan fungsi ginjal berat 5 <15 Kegagalan ginjal Nilai klirens kreatinin . Untuk koleksi urin 24 jam, hasil normal 90-139 ml / menit untuk pria dewasa berusia kurang dari 40 tahun, dan 80-125 ml / menit untuk wanita dewasa berusia kurang dari 40 tahun. Bagi orang-orang lebih dari 40 tahun , nilai menurun 6,5 ml / menit untuk setiap dekade kehidupan. Nilai klirens urea. Dengan klirens maksimal, normal adalah 64-99 ml / menit. Nilai osmolalitas urin . Dengan asupan cairan dibatasi (pengujian konsentrasi), osmolalitas harus lebih besar dari 800 mOsm / kg air. Dengan asupan cairan meningkat (pengujian dilusi), osmolalitas harus kurang dari 100 mOsm / kg setidaknya satu dari spesimen yang dikumpukan. Protein urin. Sebuah koleksi urin 24 jam harus berisi tidak lebih dari 150 mg protein. Blood urea nitrogen (BUN). 8-20 mg / dl.Kreatinin. 0,8-1,2 mg / dl untuk laki-laki, dan 0,6-0,9 mg / dl untuk wanita. Nilai rendah untuk keluaran kreatinin dan urea menandai penurunan kemampuan ginjal untuk menyaring bahan ampas ini dari darah dan menghilangkannya dalam air seni.Sebagaimana keluaran menurun, tingkat kreatinin, urea dan asam urik dalam darah meningkat. Karena dipengaruhi oleh masalah lain, tingkat BUN yang tinggi secara sendiri tidak tentu menandai masalah ginjal, tetapi memberi kesan adanya masalah pada ginjal. Sebaliknya, tingkat kreatinin yang tinggi dalam darah sangat spesifik menandai penurunan pada fungsi ginjal. 4.6 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur Blood Urea Nitrogen Pre-procedure Menjelaskan prosedur kepadapasien Intra-procedure Mengambil sample darah vena dalam red-top-tube Cegahhemolisis Post-procedure Menekan dengan kasa pada area venipuncture Observasi perdarahan pada area venipuncture b. Creatinine dan Creatinine Clearence Pre-procedure Beripasien air minimal 600 ml, hindari pemberian the. kopi, alcohol pada hari pemeriksaan Kumpulkan urin 24 jam untuk analisis dan menentukan volume total urin Ambil specimen darah selama periode pengumpulan urin. Analisa serum creatinine dan creatinine di sample urine DIAGNOSTIC IMAGING Ultrasound (USG) Ultrasound atau pemeriksaaan USG menggunakan gelombang suara yang dipancarakan ke dalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam system urinarius akan menghasilkan gambar-gambar ultrasound yang khas. Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malformasi, perubahan ukuran organ ataupun obstruksi dapat diidentifikasi. Pemeriksaan USG merupakan teknik noninvasif dan tidak memerlukan persiapan khusus kecuali menjelaskan prosedur serta tujuannya kapada pasien.Karena sensitivitasnya, pemeriksaan USG telah menggantikan banyak prosedur diagnosis lainnya sebagai tindakan diagnostic pendahuluan. Teknik ini sederhana, tidak menimbulkan nyeri dan aman. USG bisa digunakan untuk: Mempelajari ginjal, ureter dan kandung kemih; dengan gambaran yang baik meskipun ginjal tidak berfungsi baik. Mengukur laju pembentukan urin pada janin yang berumur lebih dari 20 minggu dengan cara mengukur perubahan volume kandung kemih. Dengan demikian bisa diketahui fungsi ginjal janin. Pada bayi baru lahir, USG merupakan cara terbaik untuk mengetahui adanya massa di dalam perut, infeksi saluran kemih dan kelainan bawaan pada sistem kemih. Memperkirakan ukuran ginjal dan mendiagnosis sejumlah kelainan ginjal, termasuk perdarahan ginjal. Menentukan lokasi yang terbaik guna mengambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi. Kidney, Ureter and Bladder (KUB) Pemeriksaan radiologi abdomen yang dikenal dengan istilah KUB dapat dilaksanakan untuk melihat ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan seperti batu dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis ginjal), kista, tumor atau pergeseran ginjal akibat abnormalitas pada jaringan disekitarnya. Tomografi Komputer (CT) Pemeriksaan CT berguna untuk memeriksa lebih lanjut kelainan-kelainan yang terdapat pada USG atau IVU.CT dilakukan dengan memakai kontras kecuali jika yang ingin dilihat hanya terbatas untuk kelainan perdarahan atau kalsifikasi. Media kontras ini akan difiltrasi oleh glomeruli dan dikonsentrasikan di tubukus sehingga dapat memperhatikan kelainan pada pemeriksaan ginjal dan neopalsma atau kista. Pembuluh darah ginjal dan ureter juga dapat dilihat. CT juga berguna untuk mengevaluasi lesi massa atau penumpukan cairan pada ginjal atau rongga retroperitoneal teruama sekali bila dengan pemeriksaan USG terhalang oleh adanya gas atau pasiennya gemuk. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Hilangnya batas kortikomedular pada pemeriksaan MRI merupakan gambaran penyakit ginjal yang tidak spesifil. Kista ginjal juga mudah dapat dilihat, akan tetapi seperti halnya pemeriksaan CT, pusat kalsifikasi tidak dapat dipastikan. Pada tingkatan lesi ginjal yang solid, MRI lebih unggul dari pada CT oleh karena MRI dapat melihat trombus pada pembuluh darah dan dapat membedakan pembulu darah kolateral hilar dari nodus. Dengan MRI dapat dibedakan lesi massa adrenal dengan feokromositoma yang mempunyai gambaran sangat karakteristik. MRI juga sangat bermanfaat untuk mendiagnosis trombosis vena ginjal. Pada Prosedur MRI kontraindikasi yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah : penderita dengan plate & screw Penderita dengan pacu jantung Penderita dengan hearing aid / gigi palsu harus dilepas Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau intravenous pyelogram) Pemeriksaan urografi intravena yang juga dikenal dengan nama intravenous pyelogaram(IVP) memungkinkan visualisasi ginjal ureter dan kandung kemih. Media kontras radiopaque disuntikan secara intravena dan kemudian dibersihkan dari dalam darah serta dipekatkan oleh ginjal. Tebal nefrotomogram dapat dilaksanakan sebagai bagian dari pemeriksaan untuk melihat berbagai lapisan ginjal serta struktur difus dalam setiap lapisan dan untuk membedakan massa atau lesi yang padat dari kista didalam ginjal atau trakrus urinarius. Pemeriksaaan IVP dilaksanakan sebagai bagian dari penkajian pendahuluan terhadap semua masalah urologi yang dicurigai, khususnya dalam menegakan diagnose lesi pada ginjal dan ureter. Pemeriksaan ini juga memberikan perkiraan kasar terhadap fungsi ginjal.Sesudah media kontras (sodium diatrisoat atau meglumin diatrisoat) disuntikan secara intravena, pembuatan foto rontgen yang multiple dan seril yang dilakukan untuk melihat struktur drainase. Peran perawat sebelum menjalani pemeriksaan IVP :sebelum pemeriksaan dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal yaitu : pemeriksaan kreatinin dan ureum melalui pemeriksaan darah. Pasien yang mengkonsumsi obat metformin, juga harus diperhatikan untuk menstop konsumsi obat tersebut 48 jam sebelum dan setelah prosedur, serta memiliki fungsi ginjal yang baik Mempersiapkan inform consent Riwayat pasien di anamnesis untuk mendapatkan riwayat alergi yang dapat menimbulkan reaksi yang merugikan terhadap media kontras. Preparat laksan dapat diberikan pada malam harinya sebelum jadwal pemeriksaan untuk mengeluarkan feses dan gas dari traktus urinarius. Pemberian cairan dapat dibatasi 8 hingga 10 jam sebelum pemeriksaan untuk meningkatkan produksi urin yang pekat, namun pada pasien-pasien tertentu seperti : usia lanjut, DM yng tidak terkontrol, multiple myeloma mungkin tidak dapat mentolerir keadaan dehidrasi. Konsultasikan pada dokter untuk memberikan air minum saat sebelum pemeriksaan. Pasien tidak boleh dehidrasi berlebihan karena hal ini akan dapat mengencerkan media kontras dan membuat visualisasi urinarius kurang adekuat. Jelaskan kepada pasien bahwa kemungkinan akan terasa panas di sepanjang perjalanan pembuluh darah saat media kontras disuntikkan. Pielografi retrograde Dalam pielografi retrograd, kateter uretra dimasukan lewat ureter ke dalam pelvis ginjal dengan bantuan sistoskopi.Kemudian media kontras dimasukkan dengan gravitasi atau penyuntikan melalui kateter.Pielografi retrograd biasanya dilakukan jika pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan jelas system pengumpul.Pemeriksaan pielografi retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya teknik-teknik yang digunakan dalam urografi ekskretorik. Infusion drip pyelography Merupakan pemberian lewat infuse larutan encer media kontras dengan volume yang besar untuk menghasilkan opasitas parenkim ginjal dan mengisi seluruh traktus urinarius. Metode ini berguna bila teknik urografi yang biasa dikerrjakan tidak berhasil memperlihatkan struktur drainase. Sistogram, Sebuah kateter dimasukkan kedalam kandung kemih, dan kemudian media kontras disemprotkan untuk mellihat garis besar dinding kandung kemih serta membantu dalam mengevaluasi refluks vesikouretral. Sistogram juga dilakukan bersama dengan perekaman tekanan yang dikerjakan secara bersamaan di dalam kandunng kemih. Sistouretrogram Menghasilkan visualilsasi uretra dan kandung kemih yang bisa dilakukan melalui penyuntikan retrograde media kontras ke dalam uretra serta kandunng kemih atau dengan pemeriksaan sinar X sementara pasien mengekskresikan media kontras. Angiografi renal Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri renalis.Arteri femoralis atau aksilaris ditusuk dengan jarum khusus dan kemudian sebuah kateter disisipkan melalui arteri femoralis serta iliaka ke dalam aorta atau arteri renalis.Media kontras disuntikkan untuk menghasilkan opasitas suplai arteri renalis.Angiografi memungkinkan evaluasi dinammika aliran darah, memperlihatkan vaskulatur yang abnormal dan membantu membedakan kista renal dengan tumor renal. UROLOGIC ENDOSCOPIC PROCEDURE 6.1 Definisi Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas pemecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. 6.2 Indikasi 1. Pasien dengan gejala nyeri di ulu hati yang menetap dan sudah berlangsung lama 2. Adanya perdarahan gastroinstestinal berupa melena dan hematemesis 3. Untuk mendapatkan informasi dari kelainan-kelainan yang didapatkan pada pemeriksaan radiologis 4. Memantau penyembuhan tukak peptic ata kelainan-kelainan di lambung dan duodenum 6.3 Kontaindikasi 1. Penderita tidak kooperatif atau psikopat 2. Penderita tidak puasa 3. Penyakit jantung berat (MCI, gagal jantung berat dapat dilakukan bila didampingin oleh dokter spesialis jantung, peralatan yang lengkap 4. Penderita dengan penyakit paru berat 5. Penderita dalam keadaan syok dan koma 6. Keadaan sesak nafas 7. Tumor mediastinum 8. Stenosis esophagus korosif 6.4 Prosedur Pelaksanaan Secara Global Persiapan alat Monitor TV Procecor Sumber cahaya Printer, ribbon dan kertasnya Gastrointestinal Fiberskop Suction pump Aquades Forcep biopsy Kertas biopsy Botol kecil bertutup berisi formalin 10& Bengkok Kassa Penyangga mulut Jeli pelumas skop Pinset anatomis Anastesi local spray (Xylocain spay 10%) Spuit Sarung tangan steril Sarung tangan no steril Gunting perban Plester Oksigen set Prosedur pelaksanaan Salah satu prosedur paling umum dalam endourology adalah extracorporeal shock wave lithotripsy, Beberapa tindakan endourologi itu adalah: Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) Memanfaatkan mesin pencitraan disebut lithotriptor untuk target dan memecahkan batu dengan proyeksi gelombang kejut. Setelah batu telah hancur, potongan-potongan kecil dengan aman dapat dieliminasi melalui urin. Prosedur ini terbatas pada batu-batu kecil, namun faktor lain yang dapat menghambat kesuksesan dengan teknik ini meliputi lokasi batu, batu strategis di daerah tertentu dari ginjal atau kandung kemih mungkin sulit dideteksi dan ditargetkan, atau mungkin berhasil ditargetkan, tetapi fragmen rusak dapat menjadi terjebak dan tidak dapat dilalui melalui urin. PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy) Yaitu mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. Litotripsi Yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam bili-buli.Pemecah batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. Uretroskopi atau uretro-renoskopi: yaitu memasukkan alat uretroskopi peruretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan uretroskopi / urestrorenoskopi ini. Ekstraksi Dormia: yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia. Pemeriksaan Sistoskopi Merupakan metode untuk melihat lanngsung uretra dan kandung kemih. Alat sistokop, yang dimasukan melalui uretra ke dalam kandung kemih, memiliki system lensa optis yang sudah ada pada alat itu sendiri sehingga akan meemberikan gambar kandung kemih yang diperbesar dan terang. Sistoskop tersebut dapat dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih secara lengkap selain visualisasi orifisium uretra dan uretra pars prostatika. Kateter uretra yang halus dapat dimasukan melalui sistoskop sehingga ureterdan pelvis ginjal dapat dikaji. Sistoskop juga memungkinkanahli urologi untuk mendapatkan spesimen urin dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal tersebut.Alat forceps dapat dimasukkan melalui sistoskop untuk keperluan biopsi.Batu dapat dikeluarkan dari uretra, kandung kemih dan ureter melalui sistoskop.Alat endoskop dimasukkan dengan melihatnya secara langsung.Uretra dan kandunng kemih diinspeksi.Larutan irigasi steril disemprotkan untuk menimbulkan distensi kandung kemih dan membilas keluar semua bekuan darah sehinngga visualisasi menjadi lebih baik. Penggunaan cahaya denngan intensitas tinggi dan lensa yang bisa ditukar-tukar memungkinkan visualisasi yang sangat baik serta memudahkan pembuatan gambar-gambar yang diam dan yang bergerak dari struktur ini.Sebelum melaksanakan prosedur pemeriksaan dapat diberikan preparat sedativ.Anestesi topical local disemprotkan kedalam uretra sebelum ahli urologi memasukkan alat sistoskop.Pemberian diazepam (valium) intravena bersama dengan preparat anestesi topical uretra dapat diberikan.Sebagai alternative lain dapat dilakukan anestesi spinal atau umum. Setelah menjalani pemeriksaan sistoskopik, kadang-kadang penderita kelainan patologik obstruktif mengalami retensi urin sebagai akibat dari edema yang disebabkan oleh instrumentasi. Penderita hyperplasia prostat harus dipantau dengan cermat akan adanya kemungkinan retensi urin. Pasien yang menjalani instrumentasi traktus urinarus (yaitu, sistoskopi) perlu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dan gejala infeksi urinarius. Edema uretra yang terjadi sekunder akibat trauma local dapat menyumbat aliran urin, oleh karena itu pemantauan akan adanya tanda-tanda dan gejala obstruksi pada pasien juga perlu dilakukan. 6.4 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur Pre Prosedur: a.       Petugas memakai pengaman diri b.      Menjelaskan ulang kepada pasien/keluarga tentang kegiatan/tindakan yang akan dilakukan c.       Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. d.      Melepaskan gigi palsu dan kacamata (bila ada) Intra Prosedur: a.        Mamberikan suntikan premedikasi (sulfas atropine 0,25% + buskopan 20 mg, 10 mg diazepam/ sesuai program dokter) b.      Mengatur posisi pasien tidur dengan posisi miring kekiri, tangan kiri dibawah bantal dan tangan kanan diatas paha kanan dan kaki ditekukkan c.      Memasang penyangga mulut (mouth piece) d.      Menghubungkan skop dengan sumber cahaya dan suction kemudian menghidupkan alat e.     Perawat 1 berdiri dibelakang kepala pasien, bertugas mempertahankan posisi ekstensi kepala pasien dan mempertahankan fiberskop. Perawat 2 berdiri di sebelah kanan dokter f.      Kemudian perawat 1 memegang/menahan mouth piece agar fiberskop tidak tergigit oleh pasien g.        Pada saat fiberskop dimasukkan. Perawat mengobservasi/memonitor tanda-tanda vita dan tingkat kesadaran, bila ada perubahan-perubahan yang mengkhawatirkan laporkan pada dokter. h.    Melakukan suction, bila terdapat slim/air liur banyak i.      Setelah selesai dokter mengeluarkan fiberskop, perawat mengobservasi pasien sambil melepaskan mouth piece j.      Pasien dan alat dirapikan Post prosedur a.       Membersihkan dan merapikan pasien yang telah selesai menjalani tindakan gastroskopi b.      Memindahkan pasien ke ruang pemulihan c.       Mengukur dan mencatat tanda-tanda vital : tensi, nadi, pernafasan, suhu diruang pemulihan d.      Memeriksa tingkat kesadaran pasien dengan cara memanggil nama pasien, memberikan rangsangan, memeriksa reaksi pupil e.       Bila dipakai anastesi topical penderita di anjurkan untuk tidak makan/minum 1 – 2 jam pasca gastroskopi untuk menghindari aspirasi f.       Biasanya penderita akan tertidur selama kurang lebih ½ jam dan pada umumnya hampir semua dapat meninggalkan tempat pemeriksaan 1 – 2 jam sesudah gastroskopi dilakukan g.      Bila diberikan sedasi, pasien harus diobservasi diruang pemulihan sampai kesadaran pulih betul h.      Pasien berobat jalan harus ada yang mendamping dan diberikan instruksi untuk langsung pulang dan tidak boleh membawa kendaraan sendiri atau mengoperasikan mesin i.        Bila pasien datang tanpa didampingi oleh keluarga usahakan tidak memakai sedasi atau ditahan lebih lama sampai memungkinkan untuk pulang sendiri j.        Bila terjadi perdarahan hebat dianjurkan menghubungi perawat secepatnya k.      Bila dilakukan biopsi, dianjurkan makan makanan cair atau bubur saring selama beberapa waktu tergantung apa yang ditemukan dan berapa banyak biopsi dilakukan. Bila ada perdarahan pasien diminta menghubungi segera perawat l.        Melakukan serah terima dengan perawat ruang rawat inap m.    Membersihkan dan membereskan alat n.      Membuat jadwal pemeriksaan ulang (bila diperlukan, terutama pasien yang mendapatkan tindakan terapy gastroskopi) BIOPSY 7.1 Definisi Pada biopsi ginjal, diambil contoh jaringan ginjal dan diperiksa dengan mikroskop.Bopsi ginjal dilakukan dengan menusukan jarum biopsi melalui kulit kedalam jaringan renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang kecil didaerah pinggang.Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan mikroskopik electron serta imunofluoresen, khususnya bagi penyakit glomerulus. 7.2 Indikasi Memperkuat diagnosis gangguan ginjal Menilai hasil pengobatan Gagal ginjal Glomerulus nefritis Pada pasien cangkok ginjal untuk mencari tanda-tanda penolakan 7.3 Kontraindikasi Hanya satu ginjal yang berfungsi Ginjal berukuran kecil Hipertensi Gangguan perdarahan Prosedur Pelaksanaan Secara Global Persiapan alat Jarum infuse set tempat jaringan yang diambil pisau bedah bantal pasir Prosedur Pelaksanaan Dilakukan pemeriksaan laboratorium Betas lengkap terutama fungsi ginjal, yaitu VCT, urine lengkap, masa protrombin (masa pembekuan dan masa perdarahan) dan dash lengkap dan BNO/lVP Prosedur, pasien dipuasakan selama 6 hingga 8 jam sebelum pemeriksaan. Set infuse dipasang. Spesimen urin dikumpulkan dan disimpan untuk dibandingkan dengan specimen pascabiopsi. Jika akan dilakukan biopsi jarum, pasien diberitahukan agar menahan nafas ketika jarum biopsi ditusukan. Pasien yang sudah dalam keadaan sedasi di tempatkan dalam posisi berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakan dibawah perut. Kulit pada lokasi biopsy diinfiltrasi denngan preparat anestesi local. Lokasi jarum dapat dipastikan melalui fluuoroskopi atau ultrasound dengan menggunakan teknik khusus. Pada biopsi terbuka dilakukan insisi yang kecil didaerah ginjal dapat dilihat secara langsung. 7.5 Cara Pembacaan Hasil Normal Hal ini berarti sampel jaringan yang diperiksa, masih dalam keadaan normal Hasil Abnormal Hasil biopsi yang tidak normal menandakan bahwa jaringanatau selmemilikistruktur, bentuk, ukuran,atau kondisi yang tidak biasa.Mungkin anda memilikipenyakit,seperti kanker, atau yang lain (tergantung pada hasil biopsi anda). 7.6 Peran Perawat di Tahap Pre, Intra dan Post Prosedur a. Pre biopsy : Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksan koagulasi perlu dilakukan lebih dahulu untuk mengidentifikasi setiap resiko terjadinya perdarahan pascabiopsi. b. Pasca Biopsy: Pantau kondisi klien dengan ketat untuk mendeteksi kemungkinan hematuria yang terjadi segera setelah biopsy dilakukan Deteksi tanda-tanda dini perdarahan, tanda-tanda vital harus dipantau setiap 5-15 menit sekali selama satu jam pertama dan kemudian dengan frekuensi yang semakin dikurangi sesuai indikasi seperti kenaikan atau penurunan tekanan darah, takikardi, anoreksia, muntah, dan timbulnya gangguan rasa nyaman dengan rasa pegal serta nyeri tumpul di daerah abdomen. Setiap keluhan nyeri pada punggung dan bahu atau disuria harus segera dilaporkan. Instruksi pasien agar tidak melakukan aktivitas berlebihan, olahraga, atau mengangkat beban yang berat selama kurang lebih 2 minggu Daftar Pustaka Deska, Kathleen & Pagana, Timothy J Pagana. 2010. Mosby’s Manual of Diagnostic and laboratory Test. Fourth Edition. Mosby : Elsevier St. Louis Espinel CH, Gregory AW. Differential diagnosis of acute renal failure. Clin Nephrol. Feb 1980;13(2):73-7. Gaithersburg: Aspen Fiscbach, F & dunning. Marshall B. 2009. A Manual of labolatory and diagnostic tests. Wolters Kluwer Health : Lippincott Williams & Wilkins. Levinsky NG, Davidson DG, Berliner RW. Effects of reduced glomerular filtration on urine concentration in the presence of antidiuretic hormone. J Clin Invest. May 1959;38(5):730-40. Rose BD. Pathophysiology of Renal Disease. 2d ed. New York: McGraw-Hill; 1987:p. 82-2. Rubenstein, David., Wayne, David., Bradley, JOhn. 2007. Kedokteran Klinis. Edisi: 6. Jakarta: Erlangga. Skipper, Annalynn. 1995. Nutrition Support Policies, Procedures. Forms and Formulas. Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi: 8. Jakarta: EGC SPORN IN, LANCESTREMERE RG, PAPPER S. Differential diagnosis of oliguria in aged patients. N Engl J Med. Jul 19 1962;267:130-2. Johnson, Ruth. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC Nurachmah, Elly. 2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC 43