[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Respon Industri Pariwisata Terhadap Potensi Cuaca Ekstrim Darat Dan Laut Di Pulau Bali Erda Rindrasih1 , Subekti Mujiasih2 E.Rindrasih@uu.nl PhD Candidate, Faculty of Geoscience Utrecht University Belanda Subekti.mujiasih@bmkg.go.id 2 Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Bali 1 Pulau Bali terletak pada kawasan Indonesia tengah yang tercatat memiliki potensi cuaca ekstrim. Fenomena ini menyebabkan berbagai kejadian bencana dan merugikan kegiatan masyarakat apabila tidak diantisipasi. Demikian halnya kegiatan kepariwisataan, sangat memerlukan keadaan yang aman dan nyaman bagi wisatawan. Tulisan ini bermaksud untuk mengulas respon industri pariwisata terkait adanya potensi cuaca ekstrim di Pulau Bali. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan tambahan data nominal dan pengkuantifikasian untuk mendukung statement kualitatif. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap kecenderungan cuaca ekstrim di Pulau Bali selama empat tahun terakhir dan dampaknya terhadap industri pariwisata. Sedangkan catatan mengenai respon industri pariwisata, diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap para stakeholder pariwisata seperti Dinas Pariwisata Provinsi Bali (Dinpar), Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia Provinsi Bali (PHRI), Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali (BPBD), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Pusdalop. Hasil penelitian menunjukkan adanya informasi prakiraan cuaca ekstrim yang cukup memadai dari BMKG untuk wilayah Bali dan sekitarnya. Kendati demikian informasi tersebut mengalami beberapa persoalan untuk bisa sampai kepada penyedia jasa biro perjalanan wisata dan praktisi pariwisata. Kesimpulan dari studi ini adalah informasi cuaca ekstrim belum menjadi faktor yang di pergunakan oleh praktisi pariwisata dalam menentukan dan menyusun paket perjalanan wisata. Kata kunci cuaca ekstrim, pariwisata, bencana, persiapan, diseminasi informasi PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu industri besar yang berkontribusi bagi ekonomi Indonesia khususnya Provinsi Bali. Organisasi pariwisata dan perjalanan dunia (WTO) mencatat industri ini telah menghasilkan $8 trilyun pada tahun 2008, dengan pertumbuhan setiap tahun sebesar 3%. Menurut UNWTO, 46 dari 50 negara memiliki penghasilan utama dari kegiatan pariwisata. Sektor pariwisata apabila dikembangkan dan dikelola dengan baik memiliki potensi untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pariwisata juga membantu banyak pekerja untuk mendapatkan tambahan penghasilan pada hari hari libur mereka. Kendati demikian pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang sangat rentan terhadap kejadian di destinasi, misalnya akibat ketidakstabilan politik di dalam negeri, konflik sosial dan bencana alam. Pada tahun 2007 pertumbuhan kegiatan pariwisata dunia menurun 3,9% setelah kejadian terrorisme dan bencana alam. Tantangan yang penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan pariwisata adalah terlalu fokusnya pada pertimbangan ekonomi dari pada pertimbangan sosial dan lingkungan. Motivasi ekonomi telah mengarahkan dominasi tujuan pengembangan pariwisata, kebijakan promosi, khususnya di Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 1 negara berkembang seperti Indonesia. Pertimbangan keberlanjutan lingkungan belum menjadi dasar yang kuat dalam pengembangan pariwisata di wilayah Indonesia. Kejadian bencana seperti angin kencang, gempa bumi, kekeringan, erupsi gunung berapi dan tsunami terjadi 400 kali dalam setahun di seluruh dunia dengan rata rata 74,000 kematian dan lebih dari 230 milyar manusia terkena dampak (Centre for Research on the Epidemiology of Disaster (CRED), 2008). Di Indonesia, menurut BNPB pada tahun 2010 terdapat 1,999 kejadian bencana dan 2011 terdapat 1,663 kejadian bencana di Indonesia. Kurang lebih 85% dari kejadian bencana dikategorikan dalam bencana hydrometeorology. Pada tahun 2012 terdapat 487 orang meninggal dunia karena bencana alam dan 675,798 orang dievakuasi serta 33,847 rumah rusak. Selain itu sejak 2002 hingga 2013 jumlah kejadian puting beliung meningkat. Kini, kejadian bencana alam semakin sering melanda kawasan Indonesia. Pariwisata yang berbasis alam akan lebih terkena imbasnya dibandingkan pariwisata yang berbasis budaya. IPCC’s fourth assessment (AR4) mensitesiskan tentang hubungan antara perubahan iklim terhadap kegiatan pariwisata terutama di coastal area, sebagai berikut: (1) semakin hangatnya laut menyebabkan cepatnya peningkatan muka air laut dan meningkatkan suhu permukaan laut. Ekosistem laut mengalami perubahan, bahkan terdapat spesies yang tidak dapat bertahan hidup khususnya coral reefs akibat dari bleaching. (2) meningkatkan jumlah kejadian cyclone, khususnya di bagian utara atlantik yang kejadiannya berkorelasi dengan kenaikan suhu permukaan laut, (3) di bagian lintang tinggi terjadi penurunan tutupan es di kutub yang membentuk glacier and meningkatkan aliran glacier dari salju yang mencair, (4) perubahan dalam pola cuaca, misalnya peningkatan intensitas hujan yang dapat menyebabkan banjir di beberapa tempat dan juga penurunan intensitas hujan yang menyebabkan kekeringan untuk kawasan yang lainnya. Kejadian bencana akhir akhir ini menganggu industri pariwisata regional termasuk hilangnya nyawa wisatawan, pendapatan masyarakat (livelihood), rusaknya property dan turunnya jumlah kunjungan wisata pasca kejadian bencana. Hal ini bisa menjadi serius ketika salah satu negara penyetor wisatawan memberlakukan travel warning (peringatan bepergian) bagi warganya untuk mengunjungi negara lain akibat dari kejadian bencana. Belajar dari kejadian tersebut maka bisa kita garis bawahi bahwa industri pariwisata sangat dipengaruhi kondisi kenyamanan, keamanan dan keselamatan. Tulisan ini bermaksud untuk melihat dan mengkaji hubungan antara cuaca ekstrim dan pengaruhnya terhadap aktivitas manusia dimana dalam hal ini adalah aktivitas pariwisata. Kajian dalam tulisan ini mengambil lokasi di Pulau Bali yang merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia dengan lebih dari 56 % kunjungan wisatawan luar negeri mengunjungi Bali. Pulau Bali terletak pada kawasan Indonesia tengah yang tercatat memiliki potensi cuaca ekstrim. Fenomena ini menyebabkan berbagai kejadian bencana dan merugikan kegiatan masyarakat apabila tidak diantisipasi. Demikian halnya kegiatan kepariwisataan, sangat memerlukan keadaan yang aman dan nyaman bagi wisatawan Apakah cuaca ekstrim ? Cuaca ekstrim telah dijelaskan secara rinci dalam Peraturan Kepala BMKG nomor: Kep.009 Tahun 2010 tentang Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Peringatan Dini, Pelaporan dan Diseminasi Informasi. Cuaca Ekstrim didefinisikan sebagai kejadian cuaca yang tidak normal, tidak lazim yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Yang termasuk dalam kategori cuaca ekstrim adalah sebagai berikut: 1. Angin kencang adalah angin dengan kecepatan di atas 25 (dua puluh lima knot) atau 45 (empat puluh lima) km/ jam. 2. Angin Puting Beliung adalah angin kencang yang berputar dari awan cumulonimbus dengan kecepatan lebih dari 34.8 (tiga puluh empat koma delapan) knots sekitar 64,4 Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. (Enam Puluh Empat koma empat) kilometer (km)/jam yang terjadi dalam waktu singkat. Hujan Lebat adalah hujan dengan intensitas paling rendah 50 (lima puluh) millimeter (mm)/24 (dua puluh empat) jam dan/atau 20 (dua puluh) millimeter (mm)/jam. Hujan Es adalah hujan yang berbentuk butiran es yang mempunyai garis tengah paling rendah 5 (lima) millimeter (mm) dan berasal dari awan Cumulonimbus. Jarak pandang mendatar ekstrim adalah jarak pandang mendatar kurang dari 1000 (seribu) meter. Suhu udara ekstrim adalah kondisi suhu udara yang mencapai 3o C (Tiga derajat celcius) atau lebih di atas nilai normal setempat. Siklon tropis adalah sistem tekanan rendah dengan angin berputar sinklonik yang terbentuk di lautan wlayah tropis dengan kecepatan angin minimal 34,8 (tiga puluh empat koma delapan) knots atau 64,4 (enam puluh empat koma empat) kilometer (km)/jam di sekitar pusat pusaran. Angin puting beliung di lautan yang selanjutnya disebut waterspout adalah angin kencang yang berputar yang keluar dari awan cumulonimbus dengan kecepatan lebih dari 34,8 (tiga puluh empat koma delapan) knots atau 64,4 (enam puluh empat koma empat) kilometer (km)/jam dan terjadi di laut dalam waktu singkat. Gelombang laut ekstrim adalah gelombang laut signifikan dengan ketinggian lebih besar dari atau sama dengan dua meter. Gelombang Pasang (Storm surge) adalah kenaikan permukaan air laut di atas normal akibat pengaruh angin kencang dan atau penurunan tekanan atmosfer. METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan dukungan data kuantitatif yang digunakan untuk mempertegas dari analisis kualitatif. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap kecenderungan cuaca ekstrim di Pulau Bali selama lima tahun terakhir dan dampaknya terhadap industri pariwisata. Sedangkan catatan mengenai respon industri pariwisata, diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap para stakeholder pariwisata seperti Dinas Pariwisata Provinsi Bali (Dinpar), Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia Provinsi Bali (PHRI), Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali (BPBD), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Pusdalop. Wawancara dilakukan dengan para pejabat BMKG meliputi berdiskusi dengan Kepala Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar, Kepala Bidang Data dan Informasi, serta Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa, Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Bali dan Kepala Seksi Humas Pariwisata. Wawancara dilakukan dengan face to face, berhadap hadapan. Penulis mendatangi kantor kantor tersebut dan bertemu muka dalam diskusi yang berlangsung sekitar 60 hingga 180 menit. Penulis juga menyempatkan untuk berkantor di BMKG Provinsi Bali dan menyaksikan secara langsung (observasi) kegiatan pemrosesan data yang dilakukan oleh staf. Penulis mendapatkan kesempatan untuk mengikuti workshop tentang sertifikasi bencana yang diselenggarakan di salah satu hotel yang sedang menyiapkan diri untuk dievaluasi. Pendekatan penelitian semacam ini dirasa cukup efektif untuk bisa merekam dengan seksama alur dan fenomena social yang terjadi. Sebagaimana dituliskan oleh Coalter, 1999 yang menyatakan bahwa terlalu mengikuti metode klasik yaitu metode empiris telah mengurangi pemahaman yang penting dalam pariwisata. Dalam ilmu pariwisata diperlukan pemahaman yang lebih dari pada yang telah tertuang dalam data data dan kategorisasi (Coalter, 1999). Pendekatan ini juga didukung oleh pernyataan Cohen, 1988 bahwa peneliti yang mengaplikasikan metode kualitatif telah menghasilkan banyak kontribusi penting bagi ilmu pariwisata (Cohen, 1988). Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Geografis Pulau Bali Pulau Bali terletak di sebelah timur Pulau Jawa, merupakan bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km, berjarak sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara geografis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 km2 dengan panjang pantai mencapai 529 km. Batas fisiknya adalah sebagai berikut, utara berbatasan dengan Laut Bali, timur berbatasan dengan Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat), selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan barat berbatasan dengan Selat Bali (Provinsi Jawa Timur). Pulau Bali terdapat dua gunung api aktif yaitu Gunung Batur di Kabupaten Bangli dan Gunung Agung di Kabupaten Karangasem. Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali (3.142 mdpl) dan termasuk dalam jajaran gunung berapi yang berbentuk stratovolcano, dengan kawah yang cukup besar yang masih mengeluarkan asap dan uap air. Kondisi Bali bagian utara memiliki dataran yang sempit. Hal ini berbeda dengan Bali bagian selatan. Dataran rendah di Bali selatan menghampar dari Kabupaten Jembrana di barat sampai Kabupaten Karang Asem di timur. Di bagian ujung selatan terdapat semenanjung yaitu Benoa. Di Bali terdapat beberapa sungai, yang sebagian besar mengalir ke arah selatan dengan sungai terpanjangnya yaitu sungai Ayung. Sungai-sungai lainnya yaitu Sungai Pangi, Maran, Ho dan Empas. Selain sungai, di Bali juga terdapat danau yaitu danau Batur, Beratan, Buyan dan Tamblingan. Secara administratif, Provinsi Bali terbagi atas sembilan kabupaten/kota, 57 kecamatan dan 716 desa/kelurahan. Kabupaten dan kota yang termasuk dalam Provinsi Bali mencakup Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali, Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng. Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Dengan beragamnya kondisi geografis, Pulau bali memiliki potensi bencana alam yang sangat besar. Kepariwisataan Bali Sektor pariwisata menjadi andalan utama penghidupan masyarakat Bali. Sektor pariwisata menjadi lapangan usaha yang mendominasi kegiatan ekonomi di Pulau ini, hal ini dapat dilihat pada gambar 1. Dari tahun 2010 hinggal tahun 2013, sub lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor utama lokomotif bagi ekonomi masyarakat Pulau Bali. Sektor kedua yang unggul adalah pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Di Pulau Bali terdapat sekitar 54 lokasi destinasi wisata yang tersebar di delapan kabupatennya seperti gambar 1. Gambar 1. PDRB Provinsi Bali menurut lapangan usaha (Sumber: BPS Bali, 2015) Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 4 Di Kabupaten Buleleng terdapat Pantai Lovina, makam Jayaprana, air panas Banyuwedang, lingkungan Pura Pulaki, Pantai Kalibukbuk, pemandian Air Saneh dan Pantai Ponjok Batu. Di Kabupaten Jembrana terdapat Kebun Raya Bedugul, Danau Beratan, Tanah lot, air panas Penatahan, Alas Kedaton, Musium Subak Bal dan Jati Luh. Di kabupaten Badung terdapat Pura Uluwatu, Pura Taman Ayun, Alas Pala Sangeh, Pantai Sanur, Pantai Kuta, Legian, Seminyak, Pantai Suluban, Pantai Nusa Dua, Taman Penyu Pulau Serangan, Pantai Gangga, Museum Bali, Museum Le Mayeur, Werdi Budaya (Art Center), Mandala Wisata, Lila Ulangun, Oo-ngan dan monument Padang Galak. Di kabupaten Klungkung terdapat Goa Lawah dan Taman Gili Kertagosa. Di Kabupaten Karang Asem terdapat Pura Besakih, Bukit Putung, Desa Tenganan, Candi Desa, Taman Ujung, Tirta Gangga, Puri Maskerdam, Pantai Tulamben dan Bukit Jambul. Di Kabupaten Gianyar terdapat Istana tampak siring, Museum Ratna Warta, Danau Kawi, Gunung Kawi Sebatu, Taman Kemuda Saraswati, Wanara Wana Ubud dan Museum Purbakala. Di kabupaten Bangli terdapat panomara Gunung Batur dan Danau Batur, Desa Trunyan dan Sasana Budaya. Tak terkecuali di Kota Denpasar memilik bangunan kuno dengan arsitektur Bali yang menarik wisatawan. Gambar 2. Area Wisata Bali Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2015 Perbandingan jumlah kunjungan wisata ke Bali terhadap kunjungan wisata ke seluruh Indonesia, berkisar antara 22-37% dan kontribusi tersebut meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2000 share wisatawan Bali terhadap wisatawan seluruh Indonesia adalah 26 persen. Tiga belas tahun kemudian pada tahun 2013 share kunjungan wisatawan ke Bali terhadap total kunjungan wisatawan seluruh Indonesia adalah 37 persen. Peningkatan tersebut cukup signifikan yaitu 10% dalam 13 tahun, kendati demikian Bali juga menghadapi situasi yang sulit pada tahun 2001 – 2003 yang mengakibatkan penuruna wisatwan hingga 1 juta pengunjung. Hal ini terkait dengan kejadian terorisme di Indonesia yang kala itu menyasar Bali sebagai target operasi. Data terinci tentang sumbangan wisatawan Bali terhadap wisatawan Indonesia tersebut dapat dilihat pada table 1 dibawah ini. Tabel 1. Sumbangan Kunjungan Wisata Bali terhadap Indonesia Tahun 2000 Kedatangan Ke Indonesia Ke Bali 5,064,217 1,412,839 Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB Share (%) 27 5 2001 5,153,620 1,356,774 26.33 2002 5,033,400 1,285,844 25.55 2003 4,467,021 993,029 22.23 2004 5,321,165 1,458,309 27.41 2005 5,002,101 1,386,449 27.72 2006 4,871,351 1,260,317 25.87 2007 5,505,759 1,664,854 30.24 2008 6,234,497 1,968,892 31.58 2009 6,323,730 2,229,945 35.26 2010 7,002,944 2,493,058 35.6 2011 7,649,731 2,756,579 36.03 2012 8,044,462 2,892,019 35.95 2013 8,802,129 3,278,598 37.25 Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2014 Untuk mengilustrasikan tentang kecenderungan kunjungan wisatawan Bali yang terbagi dalam bulan kami menyajikan data dapat dilihat gambar 3 dan gambar 4. Jumlah kunjungan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri yang berkunjung ke Bali meningkat dari tahun ke tahun dapat dilihat kecenderungan bahwa puncak jumlah kunjungan adalah bulan Juni hingga Desember. Penurunan terjadi pada bulan Januari hingga Mei. Pola ini mengikuti pola hari libur di negara negara empat musim khususnya kawasan eropa, karena pada bulan Juni – Agustus adalah musim panas yang biasanya masyarakat kawasan empat musim diliburkan. Sehingga mereka memiliki cukup waktu untuk mengunjungi negara lain untuk tujuan rekreasi. Gambar 3. Jumlah kunjungan wisatawan domestic dan asing ke Bali setiap bulan Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2014 Potensi Bencana Pulau Bali Bencana menurut UU 24 Tahun 2007, meliputi bencana alam dan non alam. Bencana alam dapat diklasifikasikan menjadi bencana akibat fenomena geologi (seperti gempa bumi, tsunami, gerakan tanah, dan gunung api), dan bencana akibat faktor biologi (seperti epidemic dan wabah penyakit), bencana akibat kondisi hidrometerologi (seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan angin topan). Bencana non alam dapat terjadi akibat ulah manusia, seperti konflik sosial dan kegagalan teknologi. Pulau Bali memiliki beberapa potensi kejadian bencana yaitu gempabumi, tsunami, banjir, tanah longsor, puting beliung, gunung meletus dan cuaca ekstrim. Namun kejadian bencana yang sering terjadi adalah akibat cuaca esktrim. Hal ini karena dipengaruhi posisi geografis yang telah dijelaskan sebelumnya. Fenomena cuaca ekstrim pada dasarnya tidak akan menjadi kendala ketika tidak ada aktivitas manusia. Kendati demikian, hal tersebut hampir tidak mungkin karena manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dalam segala aktivitasnya. Kejadian cuaca ekstrim dapat menimbulkan bencana lanjutan yang terkadang memberikan kerugian yang lebih besar. Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 6 Hasil kajian identifikasi potensi bencana alam di Bali yang dilakukan Bappeda Bali dan PPLH Universitas Udayana pada tahun 2006 yang dimuat dalam dokumen Penyusunan Dokumen Managemen Mitigasi Bencana, dijelaskan daerah yang berpotensi bencana dan rawan bencana. Daerah-daerah tersebut dipetakan dalam peta potensi angin kencang dan peta rawan angin kencang, peta potensi banjir dan peta rawan banjir, peta potensi kekeringan dan dan rawan kekeringan, peta potensi longsor dan rawan longsor. Potensi tinggi terkena angin kencang 151.835,49 ha (gambar 4), kekeringan 12.947,12 ha (gambar 5), banjir 17.495,82 ha (Gambar 6), tanah longsor 85.121,55 ha (Gambar 7), (BPBD Bali, 2010). Gambar 4. Peta Potensi Angin Kencang Sumber: BPBD Provinsi Bali, 2015 Gambar 5. Peta Potensi Kekeringan Sumber: BPBD Provinsi Bali, 2015 Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 7 Gambar 6. Peta Potensi Banjir Sumber: BPBD Provinsi Bali, 2015 Gambar 7. Peta Potensi Longsor Sumber: BPBD Provinsi Bali, 2015 Bahkan perubahan iklim pernah di teliti dengan melihat kejadian dan fenomena alam di Pulau Bali. Dalam catatan Pusdalop pada tahun 2006 terjadi El Nino yang menimbulkan efek mundurnya awal musim hujan yang seharusnya terjadi pada bulan Oktober menjadi bulan November. Fenomena La Nina muncul karena suhu air laut di Pasifik bagian Timur lebih dingin dari biasanya. Ketika La Nina muncul, bagian sebelah barat pasifik mengalami peningkatan curah hujan sementara bagian sebelah timur pasifik mengalami pengurangan Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 8 curah hujan. Tercatat frekuensi La Nina menjadi lebih sering dari sebelumnya. La Nina muncul pada kisaran antara 2-7 tahun (Pusdalop, 2010). Kejadian Elnino dan La Nina menunjukkan adanya potensi cuaca ekstrim yang kemungkinan menyebabkan bencana di wilayah Bali. Histori cuaca ekstrim Dari catatan BMKG yang diperoleh dari berbagai sumber diantaranya surat kabar dan laporan dari masyarakat, terdapat lebih dari 35 kejadian cuaca ekstri sepanjang 2012-2014. Kejadian bencana yang diakibatkan oleh cuaca ekstrim tidak terekam di dalamnya. Bulan Januri 2012, tercatat terdapat enam kali kejadian cuaca ekstrim diantaranya hujan yang sangat lebat melebihi kondisi normal yang menyebabkan debit air meningkat. Pada bulan Januari 2012 juga dilaporkan terjadi banjir di Denpasar dan Gianyar Bali serta tanah longsor di Bangli. Pada bulan tersebut juga terjadi angin kencang di wilayah Gianyar, Klungkung, dan Badung. Kondisi ini diperparah dengan terjadinya angin kecang dan gelombang yang tinggi di perairan Bali. Pada bulan Maret 2012, kejadian cuaca ekstrim tercatat sebanyak empat kali yang tercatat terjadi tanah longsor. Pada Bulan Desember terjadi angin kencang dan diikuti dengan tanah longsor. Pada tahun 2013 kondisi cuaca ekstrim meluas dari hanya Januari saja di tahun 2012 menjadi di bulan Februari 2013. Tercatat terdapat dua kejadian cuaca ekstrim di bulan Januari dan tujuh kejadian bencana cuaca ekstrim di bulan Februari 2013. Kejadian ini masih berlanjut di bulan Maret dengan adanya gelombang tinggi di wilayah Badung Selatan. Pada April dan Mei 2013 tidak terdapat kejadian cuaca ekstrim, namu bulan Juni, Juli dan Desmber masing masing tercatat satu kali kejadian cuaca ekstrim yaitu hujan lebat disertai petir. Kejadian ini diikuti dengan kejadian tanah longsor di Tabanan, Desa Sekumpul, dan Galungan Buleleng. Banjir bandang di Buleleng tercatat juga di tersebut. Tahun 2014, kecenderungan Januari dan Februari penuh dengan histori cuaca ekstrim masih terjadi. Cuaca ekstrim yang terjadi di awal tahun tersebut diantaranya hujan lebat, banjir bandang dan longsor. Bulan Juni dan Juli tidak terjadi cuaca ekstrim, hal ini berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Di tahun 2014, kejadian baru datang di bulan Agustus yaitu gelombang tinggi di Nusa Ceningan dan Gianyar. Bulan Desember tercatat terjadi longsor di Payangan Gianyar dan di Karangasem terjadi banjir dan longsor. Rangkuman kejadian cuaca ekstrim dan dampaknya dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini; Tabel 2. Histori cuaca ekstrim selama tiga tahun (2012 – 2014) Waktu 8 Januari 2012 12 Januari 2012 15 Januari 2012 17 Januari 2012 21 Januari 2012 24-25 Januari 2012 13 Maret 2012 14 Maret 2012 17 Maret 2012 25 Desember 2012 26 Desember 2012 07 – 10 Januari 2013 11-15 Januari 2013 03 Februari 2013 18 Februari 2013 19 Februari 2013 20 Februari 2013 22 Februari 2013 Kejadian Cuaca Ekstrim 3 tahun terakhir Kondisi cuaca Ekstrim (hujan lebat) di wilayah Bali Bagian selatan Kejadian Banjir di wilayah Denpasar dan Gianyar Bali Kejadian tanah longsor di wilayah Bangli Bali Kejadian angin kencang di wilayah Gianyar dan Klungkung Kejadian angin kencang di wilayah Badung Bali Kejadian angin kencang dan gelombang tinggi di wilayah Bali Kejadian tanah longsor dan banjir di wilayah Bali Kondisi cuaca ekstrim di wilayah Bedugul-Baturiti Kejadian angin kencang di wilayah Bali Kejadian tanah longsor di wilayah Baturiti Tabanan Kondisi cuaca ekstrim di wilayah Batur-Kintamani Angin Kencang, Banjir dan Gelombang Tinggi Di Wilayah Bali Kondisi Cuaca Terkait Kejadian Bencana di Wilayah Bali Pada Angin kencang Di Wilayah Penebel Tabanan Angin kencang Di Wilayah Tangguwisia Seririt Longsor Di Wilayah GitGit Buleleng Banjir Di Wilayah Budeng Negara Tanah Longsor Di Lemukih Buleleng Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 9 Waktu 24 Februari 2013 26 Februari – 03 Maret 2013 26 Februari 2013 05 Maret 2013 27 Juni 2013 06-08 Juli 2013 15 dan 20 Desember 2013 20 Desember 2013 23 Januari 2014 23 Janauri 2014 23 Januari 2014 25-26 Januari 2014 4 Februari 2014 14 Februari 2014 11 Agustus 2014 16 Agustus 2014 7 Desember 2014 27 Desember 2014 Kejadian Cuaca Ekstrim 3 tahun terakhir Angin Kencang Di Wilayah Pantai Lovina – Singaraja Bencana Banjir dan Tanah Longsor Beberapa Wilayah Di Bali Angin Kencang dan Gelombang Tinggi Di Wilayah Badung Selatan Angin Kencang Di Kabupaten Klungkung dan Buleleng Banjir Di Wilayah Ubud – Gianyar Bencana Tanah Longsor Di Wilayah Sidemen Klungkung Hujan Lebat dan Banjir Di Buleleng Hujan Lebat Disertai Petir Di Wilayah Tabanan Banjir Bandang di Buleleng Longsor di Tabanan Tanah longsor di desa Sekumpul dan Galungan Buleleng Hujan lebat di desa Buahan Kintamani Kondisi Cuaca ekstrim di daerah Bedugul Baturiti Kondisi cuaca di Pemogan Denpasar Gelombang tinggi di Nusa Ceninggan Bali Gelombang tinggi di Gianyar Banjir dan tanah longsor di Karang Asem Longsor di Payangan Gianyar Sumber: BMKG dan media masa, 2015 Berdasarkan catatan BMKG terdapat pula beberapa kejadian bencana yang menimpa daerah wisata. Angin kencang di wilayah Tanah lot 17 Maret 2012 akibat siklon tropis LUA. Angin kencang di Kuta tanggal 9 Januari 2013 karena Siklon Narelle. Cuaca ekstrim di Penyeberangan Sanur Nusa Penida tanggal 15 Januari 2013, angin kencang Pantai Lovina Singaraja tanggal 24 Februari 2013 penyebab siklon tropis Rusty, angin kencang di seluruh Bali pada tanggal 21 Februari 2015 penyebab siklon tropis Rusty, Angin kencang di pelabuhan Ketapang pada tanggal 5 Januari 2015. Terjadi pula angin kencang di Tanjung Benoa sekitar bulan Juli. Beberapa kejadian banjir karena hujan lebat yang menimpa daerah wisata adalah sebagai berikut; (1) Banjir di Bedugul tanggal 14 Maret 2012 penyebabnya adalah siklon tropis LUA, (2) Banjir di Pura Ulun Danu tanggal 15 Maret 2012, (3) Cuaca ekstrim di Kintamani tanggal 17 Januari 2013, (4) Banjir di Desa Trunyan Bali tanggal 28 Februari 2014, penyebabnya adalah hujan deras, (5) Cuaca ekstrim tanggal 31 Januari 2014 di wilayah Bali, (6) Cuaca ekstrim tanggal 16 Januari 2015 di wilayah Bali, dan (7) Banjir di Pantai Lovina tanggal 6 April 2015. Beberapa kejadian gelombang tinggi yang menimpa daerah wisata adalah sebagai berikut; (1) cuaca buruk seperti angin kencang, gelombang tinggi di Selatan Bali tanggal 1 Februari 2006 dan (2) angin kencang dan gombang tinggi di Buleleng tanggal 15 Maret 2012 Data lain yang bisa disajikan dalam tulisan ini tentang sejarah dan histori cuaca ekstrim diperoleh dari catatan BNPB. Pada tahun 2012 kecenderungan frekuensi kejadian lebih banyak dari tahun 2011 dan tahun tahun lainnya. Pada tahun 2011 terjadi 59 kejadian, 82 kejadian di tahun 2012, 28 kejadian di tahun 2013, 20 kejadian di tahun 2014 dan dua kejadian di tahun 2015, dimana laporan ini diperoleh pada bulan April 2015, sehingga catatan 2015 masih sedikit. Ada kemungkinan terjadi cuaca ekstrim pada tahun 2015 mendatang. Cuaca ekstrim yang paling sering terjadi adalah puting beliung, diikuti kebakaran, tanah longsor, banjir, gelombang pasang atau abrasi, kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan. Dalam kurun waktu lima tahun sejak tahun 2011-2015, apabila kita perhatikan bencana alam yang terjadi, didominasi oleh bencana karena faktor hidrometeorologi. Salah satu bencana alam karena faktor hidrometeorologi adalah cuaca ekstrim sebagaimana tercatat diatas. Yang menarik dari kejadian cuaca ekstrim ini terjadi pada bulan Januari-Mei (BNPB, 2015), sedangkan jumlah kunjungan wisatawan yang mengunjungi Bali tertinggi adalah pada Bulan Juni – Agustus (Dinas Pariwisata, 2015). Meskipun berdasarkan catatan histori cuaca Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 10 ekstrim biasanya tidak terjadi di peak season, atau musim padat pengunjung, bukan berarti penyiapan dan penanggulangan harus diabaikan. Pada bulan Januari – Mei jumlah pengunjung cukup besar untuk menjadi tanggung jawab penyelenggara pariwisata. Catatan terbaru pada tahun 2014 terjadi bencana gelombang tinggi di Nusa Ceningan dan Gianyar pada bulan Agustus, ketika jumlah wisatawan cukup tinggi. Bukan tidak mungkin pada tahun tahun mendatang kejadian cuaca ekstrim akan bergeser pada peak season. Hal tersebut harus menjadikan perhatian bagi pengelola jasa wisata untuk memantau keadaan cuaca dan kemungkinan terjadinya bencana di Bali. Detil jumlah kejadian dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini. Gambar 8. Kejadian Bencana Alam 2011-2015 Sumber : bnpb.com, 2015 Dalam kejadian bencana, wisatawan termasuk dalam populasi rentan, hal ini karena wisatawan tidak memiliki cukup pemahaman tentang lingkungan sebagaimana masyarakat lokal. Menurut Faulkner, 2003, menyatakan bahwa bencana alam sesungguhnya hal yang dapat di antisipasi dengan adanya perencanaan yang baik yang bisa mengurangi atau menghindari kejadian bencana. Ia menambahkan bahwa studi tentang bencana alam dan perubahan lingkungan di negara kepulauan masih sedikit (Faulkner, 2003). Meskipun pemahaman tentang resiko bencana dan perubahan iklim di Indonesia meningkat namun aksi yang nyata untuk mengurangi resiko dalam bidang pariwisata masih belum dilakukan secara maksimal. Pelayanan Informasi dari Pemerintah (BMKG) Secara geografis, Bali mempunyai karakterististik alam yang berpotensi terjadinya bencana alam. Potensi kerugian akibat bencana alam berupa kerugian materil dan immateril sangat besar. Pada tulisan ini, kami ingin menyajikan hasil wawancara dengan beberapa stakeholder pemerintah dan swasta berkaitan dengan kejadian cuaca ekstrim yang dapat memberikan dampak bagi kegiatan pariwisata di Bali. Penurunan wisatawan pada masa-masa cuaca esktrim diperkuat oleh pernyataan dari Dinas Pariwisata, yaitu terjadi pada tahun 2013 dan 2015. Sehingga kegiatan pariwisata sebaiknya mempertimbangkan kondisi cuaca dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Berdasarkan interview BMKG telah memiliki standar pelayanan terhadap masyarakat khususnya dalam hal penyampaian informasi cuaca ekstrim. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BMKG mendasarkan diri pada Peraturan Presiden no 61 tahun 2008 Pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa tugas BMKG adalah melaksanakan pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Sedangkan salah satu fungsinya sebagaimana Pasal 3 butir e dan g adalah memberikan pelayanan data dan informasi, serta menyampaikan Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 11 informasi dan peringatan dini kepada pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi klimatologi, dan geofisika. Ketentuan ini dipertegas oleh Undang Undang no 31 tahun 2009 Pasal Pasal 1 ayat 4 bahwa BMKG melakukan kegiatan pengamatan, pengelolaan data, pelayanan, penelitian, rekayasa, dan pengembangan, serta kerja sama internasional dalam bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Kegiatankegiatan tersebut bertujuan untuk poin (a) mendukung keselamatan jiwa dan harta (Pasal 3 butir a); meningkatkan layanan informasi secara luas, cepat, tepat, akurat, dan mudah dipahami (Pasal butir 9e); Dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut BMKG berkoordinasi dengan instansi lain seperti kementerian perhubungan, BPBD, SAR atau Pemerintah daerah. Selain ketentuan nasional, ketentuan internasional juga mengatur cara kerja diseminasi yang tercakup dalam World Meteorological Organization No. tentang Public weather Services. Kegiatan yang telah dilakukan Ketentuan-ketentuan tersebut telah mendorong Balai besar MKG wilayah III melakukan upaya baik internal maupun eksternal. Upaya internal diantaranya adalah (1) Penyediaan data dan informasi melalui pemuktahkiran informasi tiap hari secara terus menerus dan melayani 24 jam. Informasi yang disampaikan oleh Balai besar MKG wilayah III adalah informasi prakiraan umum provinsi Bali, prakiraan cuaca wisata, prakiraan untuk wilayah perairan. (2) Peningkatan perangkat pengolahan data seperti komputer untuk model cuaca dan radar cuaca, (3) Peningkatan kapasitas SDM seperti adanya rekosiliasi database, rekonsiliasi cuaca ekstrim, Bimbingan teknis radar,pengiriman staf ke luar negeri, (4) Peningkatan metode-metode prakiraan cuaca melalui koordinasi antar stasiun se provinsi Bali melalui kegiatan ICIG, (5) Melakukan kajian kejadian cuaca esktrim yang dilaporkan media massa dalam bentuk Rekapitulasi Cuaca Ekstrim. Kajian dilakukan dengan memempertimbangkan unsure fenomena global serperti fenomena elnino dan dipole mode, fenomena regional seperti aktifitas monsoon dan Maddej Juliea Oscillation, suhu muka laut, posisi daerah pusat tekanan rendah atau siklon tropis, daerah pembeentukan awan aktif serta fenomena lokasl yang meliputi labilitas udara, liputan awan hasil pengamatan satelit dan atau radar, kondisi suhu, kelembaban dan unsure lain yang mendukung pada lokasi terjadinya cuaca ekstrim (SOP Cueks, 2010). Kajian ini menghasilkan beberapa hal. Pertama, Rekapitulasi cuaca esktrim setiap tahun. Rekapitulasi ini tersedia sejak tahun 2013. Kedua, Cuaca ekstrim putting beliung yang dilaporkan media massa tidak sepenuhnya benar, melainkan cuaca esktrim angin kencang. Untuk memudahkan analisa, klimatologi siklon tropis, curah hujan, suhu udara, arah dan kecepatan angin BMKG membuat informasi klimatologi siklon tropis dan streamline karena ini adalah faktor dominan yang mempengaruhi dinamika cuaca Bali (Gambar 10). Klimatologi siklon tropis menggambarkan frekwensi kejadian siklon tropis setiap bulan pada wilayah utara Indonesia dan selatan Indonesia. Sebelum menjadi siklon tropis, sirkulasi angin umumnya membentuk bibit badai yang dikenal dengan daerah pusat tekanan rendah. Jika kondisi suhu permukaan laut tetap hangat dan bertahan, maka bisa berkembang menjdi siklon tropis. Selain itu pola streamline membelok atau konvergensi diatas wilayah Bali. Klimatologi curah hujan, suhu udara menggambarkan kondisi minimum, maksimum dan ratarata dari masing-masing parameter. Sedangkan Klimatologi arah angin adalah arah angin dominan yang terjadi di wilayah Bali. Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 12 Gambar 9. Klimatologi beberapa paremeter cuaca Sumber: Dokumen Penulis, 2015 Kegiatan eksternal yang dilakukan oleh BMKG adalah diseminasi cuaca dengan alur seperti pada gambar 10. BMKG mengolah data dari berbagai sumber seperti data pengamatan, satelit, radar dan model cuaca sesuai dengan prosedur standar analisa cuaca, yang kemudian menghasilkan informasi cuaca. Informasi ini terdiri dari prakiraan cuaca perairan, prakiraan cuaca harian, prakiraan cuaca kabupaten dan prakiraan daerah wisata. Produk-produk ini disebarkan melalui facsimile, telepon, website, radio amatr, stasiun TV, dan Media Sosial. Berbagai jenis pengguna menerima informasi ini seperti instnasi pemerintah, swasta, masyarakat dan lain-lain. Gambar 10. Alur diseminasi cuaca BMKG Bali Sumber: Interview BMKG, 2015 BMKG melakukan upaya kerjasama dengan instansi lain melalui bentuk bentuk kerjasama sesuai dengan tugas dan fungsi dari lembaga tersebut. Beberapa upaya yang dilakukan BMKG adalah sebagai berikut; (1) Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain untuk diseminasi cuaca esktrim seperti RRI, PHRI, Dinas Pariwisata, BPBD, (2) Mengikuti berbagai kegiatan koordinasi antar instansi seperti kegiatan sertfikasi kebencanaan kepada pihak perhotelan, mengikuti apel siaga bencana, (3) Menyampaikan informasi kepada pihakpihak terkait melalui Fax, telpon, surat elektronik, group media social Telegram, Facebook, twitter dan website, (4) Melalui Fax adalah Polda Bali, Pemda Kabupaten Jembrana, Pemda Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 13 Kabupaten Tabanan, Pemda Kabupaten Klungkung, Korem dan kantor Gubernur, (5) Melalui surat elektronik kepada instansi pemerintah seperti BPBD kabupaten se-Bali, BPBD Provinsi Bali, Call Center Denpasar, Dinas Perhubungan Prov. Bali, Intelkam Poltabes Denpasar, Kepala Polda Bali, Kodam, PMI Prov. Bali, Pusdalops Prov. Bali, RRI Denpasar dan SAR Denpasar, Danlanal, Kantor ADPEL Benoa, Kantor ADPEL Gilimanuk, Kantor ADPEL Gilimanuk Kantor ADPEL Padang, Kantor Navigasi Benoa, Kantor Navigasi Benoa Pelabuhan Pengambengan, Dinas Pariwisata Prov. Bali, (6) Melalui Surat eletronik ke media cetak dan eletronik seperti Bali TV, BMC TV, Dewata TV, Pemred Bali Post, Pemred Denpost, Pemred Pos Bali, (7) Melalui Short Message Services (SMS) seperti BPBD Badung, BPBD Bangli, BPBD Denpasar, BPBD Gianyar, BPBD Karang Asem, BPBD Klungkung, BPBD Tabanan, RRI, BPBD Provinsi Bali, PMI, Kantor Gubernur, Pusdalops BPBD, Call center Denpasar, (8) Melalui wawancara live dengan media elektronik, (9) Melalui telpon seperti RRI, pihak hotel, masyarakat umum dll, (10) Melalui Display LCD Visumet yang dipasang di area wisata seperti Hardrock Café Pantai Kuta dan kantor Gubernur, (11) Siaran live dengan RRI, (12) Pres release kejadian cuaca esktrim, (13) Melalui Media social telegram. Gambar 12. Penandatangan MOU dengan RRI Gambar 13. Menghadiri Undangan Polri Gambar 14. Wawancara live Kepala BMKG Wilayah III dengan TVRI Gambar 15. Daftar user yang menelpon info cuaca Gambar 16. Info cuaca melalui Display LCD Visumet Gambar 17. Diseminasi info cuaca melalui Telegram Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 14 Sumber: Dokumentasi penulis, 2015 Sertifikasi Kesiapsiagaan Bencana bagi Penyedia Jasa Industri Pariwisata dan Penyedia Jasa Lainnya Dalam upaya menanggulangi dan meningkatan kesiapsiagaan di bidang pariwisata, pemerintah mencanangkan program sertifikasi kesiapsiagaan bencana bagi penyedia jasa industri pariwisata dan jasa lainya. Sejak awal tahun hingga bulan Oktober 2014, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali telah melaksanakan Verifikasi Kesiapsiagaan Bencana di beberapa hotel berbintang (bintang 4 & 5) di Bali. Sebelumnya BPBD telah melakukan sosialisasi kepada 130 hotel yang ingin mendapat sertifikasi. Namun hasilnya hanya 15 hotel yang lolos uji sertifikasi untuk tahun 2014. Khusus di kawasan Pantai Kuta, hanya tiga saja yang menerima piagam sertifikasi. Ketiga hotel tersebut adalah Patra Jasa Bali Resort, Hard Rock Hotel dan Discovery Kartika Plaza. Acara penyerahan sertifikat “Kesiapsiagaan Bencana” tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali. Hotel-hotel tersebut dinyatakan aman dan nyaman dengan segala sarana dan prasarana yang dimiliki. Pada saat acara penyerahan sertifikat kesiapsiagaan bencana, dihadiri oleh beberapa asosiasi pariwisata seperti PHRI Bali, BHA, dan beberapa perwakilan hotel penerima sertifikat. Adapun hotel-hotel yang menerima Sertifikat Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali untuk tahun 2014, sebanyak 15 hotel, sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. The Patra Jasa Bali Resort & Villas (Kategori Utama/Gold) Hard Rock Hotel (Kategori Utama/Gold) Nusa Dua Beach Hotel & Spa (Kategori Utama/Gold) Novotel Bali Nusa Dua Hotel & Residences (Kategori Utama/Gold) Intercontinental Bali Resort (Kategori Utama/Gold) The Westin Resort Nusa Dua Bali (Kategori Utama/Gold) Conrad Bali (Kategori Utama/Gold) Four Seasons Resort Bali at Jimbaran Bay (Kategori Utama/Gold) Melia Bali Villas & Spa Resort Nusa Dua (Kategori Utama/Gold) Sanur Paradise Plaza Hotel (Kategori Utama/Gold) The Laguna Resort & Spa (Kategori Utama/Gold) Le Meridien Bali Jimbaran (Kategori Utama/Gold) Discovery Kartika Plaza (Kategori Utama/Gold) Ayodya Resort Bali (Kategori Utama/Gold) The St. Regis Bali Resort (Kategori Utama/Gold) Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 15 Pada periode berikutnya, oleh Tim Verifikasi Kesiapsiagaan Bencana, yang terdiri dari beberapa instansi dan stakeholders pariwisata, akan dilaksanakan verifikasi kesiapsiagaan bencana di beberapa hotel khususnya hotel bintang empat dan bintang lima, sehingga diharapkan hotel-hotel sebagai salah satu perangkat kepariwisataan (akomodasi) memiliki standar serta kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Teknis pelaksanaan Sertifikasi Tujuan sertifikasi adalah memberikan penghargaan kepada sektor swasta yang telah melaksanakan kegiatan peningkatan kesiapsiagaan bagi perusahaannya dan telah sesuai dengan parameter yang ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan ini, dilandasi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut: (1) UU Nomor 24/Tahun 2007 Bab VI, pasal 28 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa Penanggulangan bencana bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana dan melibatkan unsur Pemerintah, unsur masyarakat dan unsur swasta, (2) Peraturan Menteri Pariwisata dan ekonomi kreatif RI Bab II pasal 2 (Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) hotel bertujuan untuk; mencegah dan mengurangi kerugian akibat ancamangangguan dan/atau bencana di hotel dan mewujudkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan di hotel. Selain Undang-Undang kebencanaan, dalam Rencana Pennggulangan Bencana Provinsi Bali juga sangat jelas mengisyaratkan bahwa peningkatan kapasitas menjadi prioritas program yang harus dilaksanakan. Dilatar belakangi pemikiran tersebut, Gubernur propinsi Bali menurunkan Surat Keputusan Nomor: 1849/04-1/HK/2013 yang isinya adalah pembentukan dan susunan keanggotaan tim verifikasi kesiapsiagaan bencana. Tim verifikasi ini dibentuk untuk melaksanaan pembinaan dan penilaian kesiapsiagaan sesuai dengan standard dan kritaria penanggulangan bencana. Tim ini juga mempuyai tugas sebagai berikut : a. Menyusun indikator atau parameter kesiapsiagaan menghadapi bencana; b. Menyusun standar operating procedure (SOP) pelaksanaan pembinaan dan penilaian; c. Melaksanakan proses identifikasi risiko bencana; d. Melaksanakan penilaian kesiapsiagaan sesuai dengan indikator atau parameter yang telah ditentukan; e. Merekomendasikan hasil penilaian kepada Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Bali; f. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur melalui Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali Tim Verikasi melibatkan berbagai instansi seperti Gubernur Bali, Kepala BPBD Provinsi Bali, Kepala Pelaksana BBPD Provinsi Bali, Kepala UPT Pusat Pengendalian Operasional Penanggulan Bencana BPBD Provinsi Bali, Korem 163/Wirasatya, Polda Bali, PHRI, Dinas Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, Dinas Sosial Provinsi Bali, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Setda Provinsi Bali, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali, Forum Pengurangan Resiko Bencana Provinsi Bali, Kantor SAR Denpasar, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, PMI Provinsi Bali, Sekretaris BPBD provinsi Bali, Bidang Kedaruratan dan logistik BPBD Provinsi Bali, Bidang rehabilitasi dan Rekonsyruksi BPBD Provinsi Bali, Bidang Kesiapsiagaan Bencana BPBD Provinsi Bali, staf Pusdalops BPBD Provinsi Bali Tugas tim ini adalah menyusun petunjuk pelaksaan teknis yang akan digunakan oleh tim perusahaan swasta, bisnis dan sektor swasta dan penyedia jasa lainnya mencakup perencanaan kegiatan, aspek/parameter penilaian kesiapsiagaan bencana, mekanisme kerja, dan metode sesuai dengan kaidah majamen bencana, siklus bencana dan bagaimana mekanisme pembuatan proposal sertifikasi kepada BPBD Provinsi Bali. Petunjuk teknis ini berisi hal-hal sebagai berikut: Pendahuluan, Pengertian dan Prinsip, Aspek-aspek penilaian, Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 16 Persiapan dan Pengorganisasian, Kelengkapan Administrasi, Kelengkapan piranti keras, Mekanisme pengajuan sertifikasi, Dana/Pembiayaan. Aspek penilaian meliputi komponen penilaian, tingkat penilaian, Pembobotan nilai dan tingkat sertifikasi. 1. 2. 3. 4. 5. Komponen Penilaian meliputi : 1. Pengetahuan bencana a. Pengetahuan umum b. Partisipatif dalam kegiatan kebencanan 2. Infrastruktur 3. Mitigasi a. Mitigasi Struktural b. Mitigasi Non Struktural 4. Kesiapsiagaan dan Kapasitas Respons a. Kesiapsiagaan b. Sistem peringatan dini c. Kapasitas Respons 5. Keamanan Tingkat penilaian dibagi menjadi 5 yakni : Nilai 0 (nol) belum (dimulai, pernah, tersedia, direncanakan) Nilai 1 (satu) langkah awal (sudah dilakukan, sudah direncanakan) Nilai 2 (dua) sedang (berjalan/dilakukan) Nilai 3 (tiga) hampir selesai (dilaksanakan/dilakukan) Nilai 4 (empat) sudah selesai/pernah (dialakukan/dilaksanakan) Pembobotan nilai Jumlah nilai masing-masing sektor dikalikan dengan bobot nilai yang ditetapkan yakni : a. Sektor Kesiapsiagaan dan Kapasitas Response nilai bobotnya adalah 3 (tiga) b. Sektor Ilmu Pengetahuan bencana nilai bobotnya adalah 2 (dua) c. Sektor Mitigasi nilai bobotnya adalah 2 (satu) d. Keamanan nilai bobotnya adalah 1 (satu) Nilai Maksimal Yang dimaksud dengan nilai maksimal adalah nilai yang diperoleh X jumlah parameter/persektor X nilai bobot. Jenis sertifikasi dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis sertifikasi sesuai dengan nilai/ angka yang diperoleh setelah dijumlahkan seluruh komponen penilaian dengan ketentuan sebagai berikut : a. Sertifikasi tingkat Pratama, mencapai nilai 60-69,9% dari nilai total maksimal (532) b. Sertifikasi tingkat Madya, mencapai nilai 70-89,9% dari nilai total maksimal (532) c. Sertifikasi tingkat Utama, mencapau nilai 90-100% dari nilai masimal (532) Permasalahan Pertama, seperti telah diketahui bersama Bali menjadi tujuan wisata domestik dan mancangera. Hal ini ditandai oleh jumlah kunjungan wisatawan mancanegara meningkat dari tahun ke tahun (Statistik Pariwisata Bali, 2013). Selain itu, hampir seluruh Bali, merupakan daerah tujuan wisata (Dinpar, 2013). Namun demikian, informasi yang disampaikan oleh BMKG belum menjadi faktor penting bagi pengelola jasa pariwisata dalam menentukan dan menyusun itinerary perjalanan. Kedua, Dinas Pariwisata Propinsi Bali telah memprogramkan banyak desa menjadi desa wisata (Dinpar Bali, 2015). Desa desa yang menjadi obyek wisata didominasi oleh desa yang verada di lereng gunung yang berpotensi terjadi longsor. Dengan demikian diperlukan upaya penyiapan dan antisipasi kejadian bencana di obyek wisata khususnya desa wisata. Kelemahan desa wisata adalah bahwa daerah wisata dikelola oleh masyarakat yang kadang kadang memiliki kemampuan antisipasi bencana yang masih tradisional. Meskipun tidak bisa disimpulkan bahwa antisipasi cara tradisional tidak efektif, namun demikian sentuhan program pemerintah diperlukan untuk memberikan pengarahan yang seperlunya bagi desa desa wisata yang berpotensi terjadi bencana. Ketiga, respon industri pariwisata cukup bagus. Mereka sangat membutuhkan sertifikat ini untuk memberi jaminan rasa aman dan nyaman kepada para tamu hotel dan Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 17 tentunya meningkatkan pemasukan bagi hotel. Penilaian dilakukan selama satu bulan untuk setiap hotel. Menurut Sekretaris PHRI berharap persoalan penanggulangan bencana alam tidak hanya karena adanya tsunami tetapi juga tanah longsor. Hal ini disebabkan mulai booming hotel-hotel didirikan di tepi tebing. Upaya sertifikasi kesiapsiagaan hotel di kawasan Bali disambut baik oleh banyak pihak, terutama disambut baik oleh pihak hotel. Melalui wawancara yang dilakukan dengan PHRI Provinsi Bali diperoleh informasi bahwa dengan adanya sertifikat kesiapsiagaan hotel dapat meningkatkan selling point atau nilai jualnya. Nilai jual yang tinggi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan promosi dari hotel. Dengan demikian hotel dapat bersaing dengan hotel hotel lainnya yang belum bersertifikasi. Pasar merespon hal tersebut dengan memilih hotel yang sudah memiliki standar kesiapsiagaan bencana. Kendati demikian, berdasarkan wawancara dengan pihak hotel, terdapat keluhan bahwa hal ini menjadikan biaya tambahan bagi mereka. Hotel harus mengeluarkan dana tambahan untuk melakukan pelatihan terhadap seluruh staf. Hotel harus mengeluarkan biaya untuk pengadaan alat alat yang diperlukan untuk kesiapsiagaan. Keempat, hasil wawancara dengan wisatawan yang berkunjung ke Bali menunjukkan sebenarnya mereka cukup sadar dengan bahaya yang mungkin akan terjadi selama perjalanan. Sebelum dating ke Bali beberapa dari mereka membaca majalah dan buku petunjuk perjalanan yang diterbitkan oleh luar negeri seperti National Geography, Lonely Planet dsb. Persoalan yang adalah saat ini wisatawan dari mancanegara mengakses data cuaca dari penyedia jasa luar negeri. Rekomendasi Kemudahan akses informasi, informasi yang akurat tidak akan berguna ketika masyarakat sulit dalam melakukan akses. Untuk itu diperlukan informasi yang mudah diakses baik oleh pihak hotel, pihak biro perjalanan wisata, masyarakat dan wisatawan itu sendiri. Mungkin akan berguna apabila informasi cuaca tersebut dapat diberikan langsung kepada wisatawan sehingga bagi wisatawan yang masuk dalam segmen backpaker akan dapat mengambil keputusan tentang perjalanannya. Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan dinas terkait dan masyarakat. Institusi pemerintah dalam penanganan bencana menunjukkan kinerja yang semakin membaik. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, Pusdalop, BNPB, BMKG, memiliki forum khusus yang membahas tentang persoalan dan kejadian bencana. Forum ini diadakan rutin sebagai ajang koordinasi antar institusi. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan adanya informasi prakiraan cuaca ekstrim yang cukup memadai dari BMKG untuk wilayah Bali dan sekitarnya. Kendati demikian informasi tersebut mengalami beberapa persoalan untuk bisa sampai kepada penyedia jasa biro perjalanan wisata dan praktisi pariwisata. Informasi cuaca tersedia di hotel berbintang dan telah menjadi keharusan bagi hotel berbintang untuk menyediakan informasi cuaca. Informasi cuaca belum diakses secara maksimal oleh tour operator. Karena dalam upaya menyusun paket wisata, pertimbangan cuaca tidak menjadi alasan utama selain hal lain misalnya jarak tempuh, jumlah wisatawan, jenis kendaraan dll. Rekomendasi dari tulisan ini adalah perlunya kemudahan akses informasi yang disiapkan kepada masyarakat umum dan wisatawan. Selain itu juga direkomendasikan adanya peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan dinas terkait dan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2010). Buku laporan Bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daeraha Provinsi Bali. Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 18 Anonim, (2011). Buku laporan Bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daeraha Provinsi Bali. Anonim, (2012). Buku laporan Bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daeraha Provinsi Bali. Anonim, (2013), Rekapitulasi Analisa Cuaca Ekstrim Provinsi Bali Tahun 2012. Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar. Anonim, (2014), Rekapitulasi Analisa Cuaca Ekstrim Provinsi Bali Tahun 2013. Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar. Anonim, (2015), Rekapitulasi Analisa Cuaca Ekstrim Provinsi Bali Tahun 2014. Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar. Anonim, (2010), Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Peringatan Dini, Pelaporan dan Dismeinasi Indofrmasi Cuaca Ekstrim.Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika No.KEP.009 Tahun 2010. Anonim, (2015). Petunjuk Teknis Sertifikasi Kesiapsiagaan Bencana Bagi penyedia Jasa Industri Pariwisata, Bisnis dan Penyedia Jasa Lainnya. BPBD Provinsi Bali Coalter, F. (1999). Leisure sciences and leisure studies: The challenge of meaning. Leisure Studies: Prospects for the Twenty-First Century, , 507-519. Cohen, E. (1988). Authenticity and commoditization in tourism. Annals of Tourism Research, 15(3), 371-386. Faulkner, B. (2003). Towards a framework for tourism disaster management. Managing Tourist Health and Safety in the New Millennium, , 155-176. Sidemen, P. 2015. Situs http://www.phribali.or.id/general/sertifikat-kesiapsiagaanbencana.htmSitus http://dibi.bnpb.go.id/ diakses tanggal 12 Mei 2015 Situs http://metrobali.com/2014/10/30/bpbd-bali-nyatakan-15-hotel-di-bali-katagori-aman/ diakses tanggal Situs http://popbali.com/peta-pulau-dan-kawasan-wisata-di-bali/peta-pulau-bali/ diakses tanggal 1 Mei 2015 Situs https://www.facebook.com/balipost/posts/429177427148904?stream_ref=5 diakses tanggal 2 April 2015 Situs https://www.facebook.com/bisnisbalicom/posts/431658206906622 diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://balipost.com/read/headline/2015/02/21/30204/atap-kudeta-restoran-disapu-anginkencang-lima-wisatawan-asing-terluka.html diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://www.nusabali.com/opendoc.php?id=32289&page=&date= diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://www.denpostnews.com/seputar-bali/angin-kencang-kunjungan-ke-wisata-tirtaanjlok.html diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://www.travelerbali.com/index.php?act=detail&id=638 diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://bisnisbali.com/2013/01/19/news/pariwisata/ss.html diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://www.beritasatu.tv/news/banjir-wisata-desa-trunyan-bali-ditutup-sementara/ diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://kabar24.bisnis.com/read/20130116/186/131482/cuaca-ekstrem-wisata-bahariberisiko-rugi diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://bali.tribunnews.com/2015/04/06/banjir-sebabkan-kemacetan-hingga-15-km-dikawasan-wisata-lovina Situs http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/2/2/par3hl.htm diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://regional.kompas.com/read/2012/03/16/15435352/Cuaca.Ekstrem.Tewaskan.8.Or ang.di.Bali diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana diakses tanggal 2 April 2015 Situs http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/132314541LILI_SOMANTRI/makalah_bali.pdf diakses tanggal 5 Mei 2015. Situs http://balipost.com/read/headline/2014/01/31/3405/libur-imlek-dongkrak-tingkat-huniahotel-di-denpasar.html diakses tanggal 6 Mei 2015 Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 19 Situs http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/03/01/1114270/Cuaca.Ekstrem.Wisman. ke.RI.Anjlok diakses tanggal 8 Mei 2014 Situs http://nasional.kompas.com/read/2015/03/05/04171241/Faktor.Cuaca.Sebabkan.Jumla h.Kunjungan.Wisatawan.Asing.di.Januari.Anjlok diakses tanggal 8 mei 2015 Statistik Pariwisata Bali 2013. 2013. Dinas pAriwisata Provinsi Bali. Makalah dipresentasikan dalam PIT Riset Kebencanaan ke‐2 Tahun 2015 UGM dan BNPB 20