Jurnal Telematika, vol. 12 no. 1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung
p-ISSN: 1858-2516 e-ISSN: 2579-3772
Perancangan dan Implementasi Payment Gateway
dengan metode Concurrency untuk Transaksi
Nontunai
Yoyok Gamaliel #1, Sinung Suakanto#2, Andreas#3
#
Departemen Teknologi Informasi, Institut Teknologi Harapan Bangsa
Jl. Dipatiukur no. 80-84, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
1yoyok@ithb.ac.id
2sinung@ithb.ac.id
3ndreaja16@gmail.com
Abstract— Nowadays, the use of technology in the non-cash
transaction system has started to shift the system of cash transaction.
In line with this situation, the issue of concurrency, the system’s
ability to handle the large amount of transactions at the same time,
is emerging. This matter may result in lost updates, uncommitted
dependencies, and inconsistent analysis. Therefore, it is required to
build a payment gateway system that is able to handle this issue. In
addition, the system must apply the standard format for non-cash
transactions. This paper will design a payment gateway system using
concurrency mechanism by applying Akka framework and ISO 8583
as a message format for non-cash transaction. The implementation
of the payment gateway system will enable the system to handle
concurrency and to use standard format transaction. The payment
gateway system is tested with 2 parameters, namely functionality and
concurrency.
Kata kunci— concurrency, transaksi nontunai, payment gateway,
framework Akka, ISO8583.
kartu debit, dan lain-lain. Transaksi nontunai telah dilakukan
dalam volume yang besar. Sejak diluncurkannya Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT) pada Agustus 2014, transaksi
nontunai telah mencapai Rp 4,3 triliun pada Oktober 2015 dan
volume transaksi sekitar 450 juta kali transaksi[3].
Hasil percobaan[9] berdasarkan model single-threaded
menunjukkan bahwa waktu rata-rata total untuk proses
pembayaran dan proses pada payment gateway lebih pendek
dibandingkan dengan model multiple-threaded. Alasan utama
dikarenakan adanya resource conflict untuk model multiplethreaded ketika concurrent processes mengakses Payment
Gateway yang hanya memiliki akses ke satu server[9]. Hal ini
menjadi masalah dalam motode concurrency. Masalah lainnya
yang dapat muncul adalah lost update, uncommitted data, dan
inconsistent retrievals[2]. Oleh karena itu, diperlukan suatu
sistem yang memiliki kemampuan dalam menangani
concurrency tersebut.
Framework Akka merupakan sebuah model pemrogramaan
dengan mekanisme concurrency. Akka telah banyak diadopsi
oleh banyak organisasi besar untuk digunakan dalam berbagai
industri seperti investasi, bank, merchant, retail, media sosial,
health care dan analisis data[8].
Transaksi nontunai memerlukan standar format data dalam
melakukan setiap transaksi. Standar tersebut antara lain ISO
8583 dan ISO 20022. Kedua standar tersebut digunakan dalam
melakukan transaksi nontunai. ISO 8583 digunakan untuk
transaksi nontunai dengan menggunakan kartu, sedangkan ISO
20022 digunakan untuk transaksi nontunai antar lembaga
keuangan.
Tujuan dari makalah ini adalah bagaimana merancang sistem
payment gateway yang mampu menangani concurrency dan
menerapkan format pesan ISO 8583 untuk transaksi nontunai.
Manfaat dari makalah ini adalah dapat membantu pihak
merchant dalam melakukan banyak transaksi ke banyak server
dengan menggunakan format data transaksi yang sama dan
didukung oleh mekanisme concurrency.
I. PENDAHULUAN
E-payment merupakan sistem pembayaran nontunai melalui
jaringan internet. Pada saat ini masyarakat dapat melakukan
transaksi tanpa menggunakan uang tunai seperti kartu kredit,
II. KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai transaksi nontunai,
ISO 8583, payment gateway, concurrency, dan framework
Akka.
Keywords— Concurrency, Non-cash transactions, payment
gateway, framework Akka, ISO8583
Abstrak— Sistem transaksi non-tunai yang berbasis teknologi
kini telah mulai menggantikan system transaksi tunai. Berkaitan
dengan hal tersebut muncul isu tentang concurrency, yaitu
kemampuan system dalam menangani jumlah transaksi yang
banyak dalam waktu bersamaan. Adanya isu tersebut dapat
mengakibatkan lost update, uncommitted dependency, dan
inconsistent analysis. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem
payment gateway yang mampu menangani isu tersebut. Selain itu,
sistem tersebut harus menerapkan standar format untuk
transaksi nontunai. Makalah ini akan merancang sebuah sistem
payment gateway yang menggunakan mekanisme concurrency
dengan menggunakan framework Akka dan ISO 8583 sebagai
format pesan untuk transaksi nontunai. Implementasi dari sistem
payment gateway tersebut akan membuat sistem tersebut mampu
menangani concurrency dan menggunakan standard format data
transaksi. Sistem payment gateway ini diuji dengan 2 parameter,
yaitu fungsionalitas dan concurrency.
Jurnal Telematika, vol. 12 no. 1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung
A. Transaksi Non Tunai
Transaksi
nontunai
merupakan
transaksi
tanpa
menggunakan uang secara langsung (cash). Pembayaran
nontunai melibatkan jasa perbankan dalam penerapannya.
Bank sebagaimana fungsinya yaitu menghimpun dana
masyarakat, tentunya memberikan dan menyediakan jasa
dalam lalu lintas pembayaran bagi nasabahnya. Jasa dalam lalu
lintas pembayaran tersebut antara lain melalui cek, transfer
dana dari suatu rekening simpanan ke rekening simpanan
lainnya pada bank yang sama atau pada bank yang berbeda,
melalui kartu kredit, kartu debet, dan lain-lain[1].
Berdasarkan referensi [7] terdapat beberapa jenis transaksi
nontunai, seperti :
Cek
Kartu kredit
Kartu debet
Electronic money
B. ISO 8583
ISO 8583 merupakan sebuah format pesan dan aliran
komunikasi yang dapat berjalan pada sistem yang berbeda
sehingga dapat melakukan pertukaran transaksi, baik itu
request maupun response. ISO 8583 digunakan sebagai standar
pertukaran pesan transaksi antara acquirers dengan card
issuers. Transaksi yang dilakukan pada ATM dan mesin
pembayaran merchant menggunakan format pesan ISO 8583
untuk pertukaran key exchange, total rekonsiliasi dan keperluan
administrasi.
nomor 24 dan MTI. MTI untuk cek informasi saldo,
authorization dan verifikasi adalah 100 (request) dan 110
(response). Sedangkan MTI untuk pembayaran melalui point of
sale, penarikan tunai , pembayaran, transfer, dan pengembalian
adalah 200 (request) dan 210 (response). Tabel 1 berisi
informasi mengenai format yang digunakan untuk melakukan
transaksi.
TABEL I
FORMAT TRANSAKSI ISO 8583
Field
MTI
2
3
4
7
11
12
13
14
18
21
22
23
Gambar 1 Komponen Penyusun Format Pesan ISO 8583
Gambar 1 menunjukkan komponen penyusun format pesan
ISO 8583, yaitu [5]:
Message Length
Message length memuat informasi mengenai total lebar
sebuah pesan. Lebar data dari message length adalah 2
byte.
MessageType Indicator (MTI)
MTI memuat informasi mengenai versi ISO-8583,
message class, message function, dan message origin.
Lebar data dari MTI adalah 4 bit.
Bitmap
Bitmap memuat informasi mengenai pesan yang
menunjukkan data elements yang digunakan. Lebar data
dari bitmap adalah 8 byte.
Data Elements
Data elements memuat informasi transaksi. Lebar data
dari data elements adalah 16 byte.
Berbagai jenis transaksi seperti melakukan cek informasi
saldo, authorization, verifikasi, pembayaran melalui point of
sale, penarikan tunai, transfer, dan pengembalian memiliki
formatnya masing-masing, bergantung pada data element
p-ISSN: 1858-2516 e-ISSN: 2579-3772
24
26
30
32
35
38
39
41
42
43
45
46
49
59
63
111
Description
Message Type Indicator
DE-002 Primary Account
Number (PAN)
DE-003 Processing Code
DE-004 Amount transaction
DE-007 Date and time
transmission
DE-011 System Trace Audit
Number (STAN)
DE-012 Date and time local
transaction
DE-013 Data effective
DE-014 Expiration date
DE-018 Message Error
Indicator
DE-021 Transaction life cycle
identification data
DE-022 Point-of-Service data
code
DE-023 jCard Sequence
Number
DE-024 Function Code
DE-026 Merchant Category
Code
DE-030 Amount original
DE-032 Acquiring institution
identification code
DE-035 Track 2 data
DE-038 Approval Code
DE-039 Result Code
DE-041 Card Acceptor
Terminal ID
DE-042 Card Acceptor
Identification Code
DE-043 Card acceptor
name/location
DE-045 Track 1 data
DE-046 Amount fees
DE-049 Verification Data
DE-059 Transport Data
DE-063 Display message
DE-111 Discretionary handback
data
Req
100
07
Resp
100
16
M
26
30
27
26
30
M
ME
M
ME
02
02
36
33
33
M
02
M
M
O
O
O
O
06
15
31
M
16
15
16
O
O
06
O
45
O
O
O
O
45
16
ME
ME
Jurnal Telematika, vol. 12 no. 1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung
C. Payment Gateway
Payment gateway merupakan layanan yang mengotorisasi
pembayaran dalam e-business dan online retails. Payment
gateway setara dengan POS (point-of-sale) yang berada pada
outlet atau merchant. Umumnya payment gateway memiliki 2
komponen, yaitu [6]:
virtual terminal yang mengizinkan sebuah merchant
untuk menjaga keamanan login dan key pada nomor
kartu kredit atau
website shopping-cart yang terhubung dengan gateway
melalui API, sehingga memungkinkan real time
processing dari website merchant tersebut.
D. Concurrency
Concurrency merupakan salah satu isu pada sistem transaksi
nontunai karena dalam transaksi nontunai banyak transaksi
yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Concurrency dapat
menimbulkan beberapa masalah, diantaranya [2]:
Lost update
Masalah yang muncul ketika dua proses melakukan
perubahan data di waktu yang sama sehingga perubahan
data pada salah satu proses mengalami overwritten oleh
proses yang lain.
Uncommitted data
Masalah yang muncul ketika terdapat satu buah proses
yang gagal melakukan perubahan data sehingga terjadi
rolled back. Di waktu yang bersamaan, proses yang lain
mengakses uncommitted data tersebut sehingga data
yang diperoleh akan salah.
Inconsistents retrievals
Inconsistents retrievals terjadi ketika sebuah transaksi
membaca beberap nilai data dari database, tetapi ada
transaksi kedua yang merubah beberapa nilai data
tersebut pada saat transaksi pertama masih berlangsung.
E. Framework Akka
Framework Akka merupakan sebuah toolkit bersifat open
source yang menyediakan kemudahan, concurrent, dan
aplikasi distribusi. Adanya framework Akka dapat membuat
sebuah aplikasi yang dapat berjalan pada cloud atau dibanyak
perangkat dan efisien dalam pemanfaatan kapasitas komputasi.
Inti dari Akka disebut actor[8]. Actor merupakan sebuah
obyek yang memiliki state dan behavior. Actor berkomunikasi
dengan melakukan pertukaran pesan dimana pesan tersebut
disimpan pada kotak pesan penerima [8]. Actor merupakan
perwujudan dari transaksi single-thread yang terjadi secara
concurrent dan asynchronous secara menyeluruh pada semua
sumber yang tersedia di sebuah aplikasi[4].
III. ANALISIS
Analisis sistem transaksi nontunai dilakukan dengan melihat
kebutuhan sistem transaksi nontunai, spesifik sistem transaksi
nontunai, dan perancangan sistem transaksi nontunai dengan
payment gateway.
p-ISSN: 1858-2516 e-ISSN: 2579-3772
A. Analisis Kebutuhan Sistem Transaksi Nontunai
Pada umumnya sistem transaksi nontunai konvensional
melibatkan pihak merchant dengan server, dimana merchant
mengirimkan request data transaksi langsung ke server. Setelah
itu, server mengolah data transaksi dan mengirimkan response
kepada merchant. Akan tetapi hal tersebut dapat menurunkan
kerja sebuah server apabila server menangani request dari
banyak merchant. Selain itu, sebuah merchant yang terhubung
ke banyak server dapat mengirimkan pesan dengan format yang
berbeda-beda. Dari sistem konvensional dapat dilihat bahwa
diperlukan sebuah teknologi yang menghubungkan antara
server dengan merchant. Teknologi tersebut harus dapat
menangani jumlah transaksi yang banyak dalam waktu yang
bersamaan dan menggunakan satu format data transaksi yang
sama.
B. Spesifikasi Sistem Transaksi Nontunai
Teknologi yang mampu mengatasi kekurangan pada sistem
transaksi konvensional adalah payment gateway. Payment
gateway berfungsi untuk menangani jumlah transaksi yang
banyak dari beberapa merchant dalam waktu yang bersamaan
dengan menggunakan format data transaksi yang sama.
Payment gateway menggunakan framework Akka yang
memiliki kemampuan concurrency dan menggunakan ISO
8583 sebagai format pesan transaksi.
C. Perancangan Sistem Transaksi Nontunai dengan Payment
Gateway
Sistem transaksi nontunai dengan payment gateway terdiri 3
bagian, yaitu merchant, payment gateway, dan server.
Arsitektur sistem dapat dilihat pada Gambar 2.
Merchant berfungsi sebagai tempat untuk user melakukan
transaksi. Payment gateway menghubungkan antara merchant
dengan server. Server berfungsi untuk memproses data
transaksi dari mechant.
Gambar 2 Arsitektur Payment Gateway
Jurnal Telematika, vol. 12 no. 1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung
p-ISSN: 1858-2516 e-ISSN: 2579-3772
IV. IMPLEMENTASI
Implementasi sistem payment gateway menjelaskan
mengenai proses implementasi perangkat lunak, modul, data
transaksi, dan program pada payment gateway.
Gambar 3 Modul Payment Gateway
A. Implementasi Perangkat Lunak
Perangkat lunak digunakan untuk membantu pengembangan
sistem payment gateway. Perangkat lunak yang digunakan
adalah framework Akka dan ISO8583. Framework Akka ini
digunakan untuk menangani jumlah data transaksi yang banyak
dalam waktu bersamaan. ISO 8583 digunakan untuk protokol
dan format pesan transaksi nontunai. Diagram alur pada
Gambar 5 menunjukkan implementasi perangkat lunak proses
transaksi pada payment gateway.
Perancangan payment gateway ini terdiri dari beberapa
modul. Modul-modul tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
B. Implementasi Data Transaksi
Fungsi-fungsi dari setiap modul yaitu :
Data transaksi yang dibutuhkan oleh sistem payment
Modul Koneksi
gateway
sebagai berikut:
Fungsi dari modul koneksi adalah menghubungkan
MTI
(Message Type Identifier). MTI digunakan untuk
merchant dengan server. Data yang diterima dan dikirim
mengetahui
jenis transaksi
oleh payment gateway diatur oleh modul koneksi.
ID.
ID
digunakan
untuk menentukan tujuan data
Modul Parsing
transaksi
dari
merchant
ke server.
Fungsi dari modul parsing adalah untuk melakukan
Merchant
Code.
Merchant
code digunakan untuk
pembagian data agar mendapatkan data yang dibutuhkan.
menentukan
tujuan
data
transaksi
dari server ke
Modul Autentikasi
merchant.
Fungsi dari modul autentikasi adalah untuk memberikan
izin kepada merchant untuk mengirimkan data transaksi.
Modul Format Data
Fungsi dari modul format data adalah untuk
menyesuaikan format data transaksi dengan format yang
digunakan merchant dan server.
Modul Error Response
Fungsi dari modul error response adalah untuk
memberikan response kepada merchant jika terjadi
kesalahan atau kegagalan transaksi.
Modul Identifikasi
Fungsi dari modul identifikasi adalah untuk
mengidentifikasi data transaksi tersebut sehingga dapat
menentukan server atau merchant yang dituju.
Gambar 4 menunjukkan alur transaksi yang terjadi antara
merchant dengan server melalui payment gateway.
Gambar 5 Proses Transaksi Payment Gateway
Gambar 4 Alur Payment Gateway
Jurnal Telematika, vol. 12 no. 1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung
V. PENGUJIAN
Proses yang terjadi pada payment gateway ketika menerima
dan mengirimkan pesan dari merchant ke server dapat dilihat
pada Gambar 6.
Pengujian dilakukan pada implementasi sistem yang telah
dilakukan. Pengujian yang dilakukan untuk menjadi tolak ukur
dari payment gateway. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan jaringan internet yang ada di kampus. Pengujian
dilakukan terhadap fungsionalitas dan concurrency.
p-ISSN: 1858-2516 e-ISSN: 2579-3772
0100600040000000000012
45645645645631a00x0001
Waktu rata-rata / transaksi
0110700040000000000012
45645645645631a00x0000
000550000001
0.05265s
Payment gateway menerima request data transaksi yang
tidak sesuai format. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel III.
TABEL III
PENGUJIAN FUNGSIONALITAS REQUEST TIDAK SESUAI FORMAT
Respons
e
Gateway
Request Merchant
30
Payment gateway menerima duplikat transaksi. Hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel IV.
TABEL IV
Gambar 6 Proses Data Transaksi pada Payment Gateway
A. Fungsionalitas
Berdasarkan fungsionalitas dari payment gateway, pengujian
dibagi menjadi 4 yaitu :
Payment gateway mampu melakukan request dan
response. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel II.
TABEL II
PENGUJIAN FUNGSIONALITAS REQUEST DAN RESPONSE
Request
Digit
Nilai
0-3
0100
60004
0
00000
1
4-21
0
(bitmap)
00001
2
45645
226
2 (ID)
33
45645
6
Field
MTI
3 (Kode
Proses)
3439
31a00x
18
(Mercha
nt ID)
4043
0001
Response
Digit
Nilai
0-3
0110
70004
0
00000
1
4-21
0
(bitmap)
00001
2
45645
6
2 (ID)
22-33
45645
6
3
(kode
34-39 31a00x
proses)
00000
4
0
40-51
(amount)
05500
0
18
(Mercha
52-55 0001
nt ID)
Field
MTI
PENGUJIAN FUNGSIONALITAS DUPLIKAT TRANSAKSI
Kondisi
Request
1
Request
2
(duplika
t)
Request
0100600040000000
00
0012456456456456
01 a00x0001
0100600040000000
00
0012456456456456
01 a00x0001
Response
011070004000000000
001245645645645601
a00x00000005500000
01
94
B. Concurrency
Pengujian sistem dalam menangani concurrency dilakukan
untuk mengetahui kemampuan sistem dalam menangani
banyak transaksi dari beberapa merchant. Terdapat 2 skema
pengujian sistem dalam menangani concurrency, yaitu :
Skema A (single merchant) adalah payment gateway
menerima data transaksi dari 1 merchant. Skema A ini
memiliki 3 kondisi, yang terdiri dari :
– Kondisi 1: payment gateway menangani 100
transaksi dari 1 merchant.
– Kondisi 2: payment gateway menangani 300
transaksi dari 1 merchant.
Skema B (multiple merchant) adalah payment gateway
menerima data transaksi dari 2 merchant. Skema B ini
memiliki 3 kondisi, yang terdiri dari :
– Kondisi 1: payment gateway menangani 100
transaksi dari setiap merchant.
– Kondisi 2: payment gateway menangani 300
transaksi dari setiap merchant.
Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel V.
Jurnal Telematika, vol. 12 no. 1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung
TABEL V
PENGUJIAN CONCURRENCY
Jumla
h
Merch
ant
Jumlah
Transaksi
/
merchant
Waktu
transaksi
maksimu
m
1
1
100
300
0.75s
0.187s
Waktu
transaks
i
minimu
m
0.015s
0.015s
2
2
100
300
0.219s
3.031s
0.015s
<0.01s
waktu
ratarata/
transaks
i
0.05265s
0.033587
s
0.04171s
0.043857
s
Pemrosesan
data
transaksi
yang salah
p-ISSN: 1858-2516 e-ISSN: 2579-3772
dan
mengirimka
n-nya.
Data
transaksi
ditolak
Pemrosesan
duplikat
transaksi
Data
transaksi
duplikat
ditolak
Server
tidak aktif
Data
transaksi
ditolak
Concurrenc
y
Dapat
mengolah
data
transaksi
dari lebih
dari 1
merchant
Gambar 7 menunjukkan hasil perbandingan waktu rata-rata
proses transaksi yang dilakukan oleh satu merchant dan dua
merchant.
Gambar 7 Waktu Rata-Rata Transaksi Payment Gateway
Pada proses transaksi 1 merchant, rata-rata waktu yang
diperlukan untuk 20 transaksi berada pada keadaan saturasi
0.01 sekon sampai 0.02 sekon. Pada proses transaksi 2
merchant, untuk jumlah transaksi yang sama, dicapai keadaan
saturasi pada 0,02 sekon sampai 0,05 sekon, dimana terjadi
penambahan waktu proses transaksi 0,02 sampai 0,03 sekon.
Rangkuman dari seluruh hasil pengujian fungsionalitas dan
concurrency dapat dilihat pada Tabel VI.
TABEL VI
KESIMPULAN PENGUJIAN FUNGSIONALITAS DAN
CONCURRENCY
Skema
Pemrosesan
request dan
response
Hasil yang
diharapkan
Dapat
mengolah
data
transaksi
dari
merchant
dan server
Hasil
pengamata
n
Payment
gateway
dapat
mengolah
dan
mengirimka
n data
Kesimpula
n
[X] OK
[ ] Not
OK
transaksi ke
merchant
dan server.
Payment
gateway
memberika
n error
response
code
Payment
gateway
mengolah
request
pertama dan
memberika
n error
response
untuk
duplikat
transaksi
Payment
gateway
memberika
n No
Response
Code ke
merchant
Payment
gateway
dapat
mengolah
data
transaksi
dari 2
merchant
dalam
waktu
bersamaan.
[X] OK
[ ] Not
OK
[X] OK
[ ] Not
OK
[X] OK
[ ] Not
OK
[X] OK
[ ] Not
OK
VI. KESIMPULAN
Payment gateway yang dirancang dengan menggunkaan
framework Akka memiliki kemampuan concurrency, dimana
transaksi yang terjadi dari beberapa merchant yang terjadi
secara bersamaan dapat diproses dan diotorisasi. Pada
pengujian concurrency dengan multi merchant diperoleh waktu
minimum adalah kurang dari 0,01 sekon, dan waktu maksimum
adalah 3,031 sekon. Waktu rata-rata transaksi pada satu
merchant lebih pendek dibandingkan dengan waktu rata-rata
dua merchant, dimana terjadi perbedaan 0.02 sekon sampai
0.03 sekon. Dari segi fungsionalitas sistem payment gateway
mampu menerima dan mengirimkan request dari merchant
serta response dari server dengan waktu rata-rata 0.052 sekon.
Selain itu, payment gateway mampu menangani kesalahan atau
kegagalan transaksi dengan mengirimkan response code
kepada merchant.
Jurnal Telematika, vol. 12 no. 1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung
Untuk pengembangan ke arah yang lebih baik perlu
dilakukan untuk meningkatkan keamanan dan konektivitas.
Adapun saran-saran terhadap pengembangan sistem payment
gateway ini sebagai berikut :
Menambahkan sisi keamanan dari payment gateway
dengan mengenkripsi data transaksi.
Concurrency diuji tingkat saturasinya terhadap jumlah
transaksi dan jumlah server.
DAFTAR REFERNSI
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
Ditriano dan Rayna. (2015, November). “Analisis penggunaan transaksi
non-tunai di kalangan pengusaha kota medan.”. [On-line]. Tersedia:
repository.usu.ac.id [Oktober. 30, 2016].
EduGrabs. (2015, September. 2). Concurrency problems in transaction.
[On-line]. Available: www.edugrabs.com [October. 12, 2016].
Gianie. 2015. Menjadi masyarakat nontunai. [On-line]. Available:
www.print.kompas.com [October. 10, 2016].
J. Allen. (2013, August). Effective Akka. [On-line]. Available: www.itebooks.info [September. 28, 2016].
jPOS. jPOS Common Message Format (n.d.). [On-line]. Available:
www.jpos.org [October. 30, 2016].
K. Jamdaade and H. Champaneri. (2015, June). “Secured electronic
payment gateway.” International Journal of Technology Enhancements
and Emerging Engineering Research. [On-line]. 3(6). Available:
www.ijteee.org [October. 12, 2016].
S. Hidayati, I. Nuryanti, dkk. “Operasional E-Money”. [On-line].
Tersedia: http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-ekonomi/Default.aspx
[November. 10, 2016]
[8]
[9]
p-ISSN: 1858-2516 e-ISSN: 2579-3772
Typesafe Inc,. “Akka Scala Documentation”. [On-line]. Tersedia:
http://doc.akka.io/docs/akka/2.4.2/AkkaScala.pdf [Februari. 16, 2016]
S. Pattnaik, P.R. Ghosh, A.K. Bharti, “The Working Model of An EPayment System,” Journal of Theoretical And Applied Information
Technology”, March 2010, vol. 13, pp. 10-13
Yoyok Gamaliel, kelahiran Ciamis tahun 1974 dan
memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Kristen
Satya Wacana, dan Master of Engineering dari University of
South Australia. Minat penelitian pada analisis data serta
pemodelan dan simulasi sistem. Saat ini aktif sebagai staf
pengajar di Departemen Teknologi Informasi Institut
Teknologi Harapan Bangsa.
Sinung Suakanto, kelahiran Klaten tahun 1982 dan
memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Teknik Elektro ITB.
Melanjutkan pendidikan doktoral di bidang Teknik Elektro
dalam bidang jaringan komunikasi juga di ITB. Minat
penelitian pada bidang jaringan sensor, cloud computing, serta
teknologi informasi. Saat ini aktif sebagai staf pengajar di
Departemen Teknologi Informasi Institut Teknologi Harapan
Bangsa.
Andreas, kelahiran Bandung, Jawa Barat 1994, menyelesaikan
S1 di Jurusan Sistem Komputer ITHB pada Agustus 2017.