Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
1
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
ANALISIS NILAI TAMBAH (VALUE ADDED)
USAHA PEMASARAN DAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
DI KOTA CIREBON
Dedi Supriadi1, Eulis Henda Nugraha2, Restu Widayaka3, Rena4
1
Program Studi Perikanan, Universitas Padjadjaran, , 2Fakultas Teknologi Kelautan dan Perikanan, Universitas Nahdlatul Ulama
Cirebon, 3Program Studi Perikanan Tangkap, Politeknik Kelautan dan Perikanan Pariaman, 4 Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon
Email: d.supriadi2018@unpad.ac.id
ABSTRAK-Penelitian ini bertujuan untuk menghitung
ABSTRACT-This study aims to calculate the value added
besaran nilai tambah (Value Added) usaha pemasaran dan
pengolahan hasil perikanan di Kota Cirebon. Metode
penelitian ini lakukan secara deskriptif dengan metode
pemilihan responden menggunakan teknik purposive
sampling deskriptif. Data penelitian ini terdiri dari dua jenis
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa
hasil wawancara dengan responden, sedangkan data
sekunder didapat dari sejumlah instansi terkait. Besarnya
nilai tambah yang diperoleh dari setiap jenis produk dan
jenis olahan berbeda nilai tambah yang diperoleh. Hal ini
menggambarkan bahwa untuk pengembangan produk jauh
lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan hasil perikanan
dalam bentuk segar atau utuh. Berdasarkan hasil
perhitungan nilai tambah dari
12 jenis olahan
produk perikanan yang diteliti terbagi dalam
3 segmen
usaha didapatkan nilai tambah rata-rata tertinggi adalah
pengolahan hasil perikanan diversifikasi produk sebesar Rp.
2.480.648,82 (53,06%), kemudian diikuti oleh pengolahan
hasil perikanan tradisional sebesar Rp.1.484.040,57
(70,29%) dan yang terkecil adalah pemasaran ikan segar
sebesar Rp. 12.572,0 (30,87%). Selain itu terdapat 2 jenis
olahan yang menghasilkan nilai tambah lebih besar
dibandingkan dengan yang lainya yaitu olahan otak-otak
ikan produk dari Bapak M. Solachudin sebesar Rp.
8.647.500,00 (61,01%) dan diikuti oleh pengolah ikan asin
Ibu Tarmini sebesar Rp. 2.684.400,00 (89,48%) serta
sebanyak sepuluh jenis olahan produk perikanan lainnya
memiliki nilai tambah lebih kecil dari Rp.1.106.166,00.
(Value Added) of the marketing and processing of fishery
products in the city of Cirebon. This research method is
done descriptively with the method of selecting respondents
using descriptive purposive sampling technique. This
research data consists of two types, namely primary data and
secondary data. Primary data is in the form of interviews
with respondents, while secondary data is obtained from a
number of related agencies. The amount of added value
obtained from each type of product and type of processing
differs from the added value obtained. This illustrates that
for product development the value is much higher than that
of fishery products in fresh or whole form. Based on the
calculation of the added value of 12 types of processed
fishery products studied, divided into 3 business segments,
the highest average added value is the processing of fishery
product diversification of Rp. 2,480,648.82 (53.06%),
followed by the processing of traditional fishery products of
Rp. 1,484,040.57 (70.29%) and the smallest is marketing of
fresh fish of Rp. 12,572.0 (30.87%). In addition, there are 2
types of preparations that produce greater added value
compared to the others, namely processed fish brains, a
product of Mr. M. Solachudin for Rp. 8,647,500.00
(61.01%) and followed by the salted fish processor, Mrs.
Tarmini, for Rp. 2,684,400.00 (89.48%) and as many as ten
types of processed fishery products have added value less
than Rp. 1,106,166.00.
Keywords: Value added, fish marketing, fish processing,
and products.
Kata kunci: Nilai tambah, pemasaran ikan, pengolahan
ikan, produk.
kegiatan perikanan tangkap. Kegiatan perikanan
PENDAHULUAN
Kota Cirebon merupakan salah satu wilayah
tangkap ini merupakan sumber pendapatan asli daerah
yang mempunyai perairan laut yang menjadi basis
bagi Kota Cirebon. Luas wilayah Kota Cirebon adalah
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
2
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
37,36 km2 dan wilayah laut 51,86 km2 (Dinas
dipenuhi lendir (Afrianto dan Liviawaty 1989).Kondisi
Kelautan, Perikanan, Peternakan, dan Pertanian Kota
ikan pada saat masih hidup bakteri-bakteri itu ada di
Cirebon, 2016). Salah satu kegiatan pemanfaatan
dalam usus, insang dan di permukaan tubuh ikan,
sumber daya perikanan tangkap di Kota Cirebon adalah
namun dalam keadaan non aktif sehingga tidak
usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
menyebabkan rusaknya daging ikan. Tetapi setelah ikan
Sejak beberapa tahun terakhir ini istilah nilai tambah
mati, dengan cepat bakteri-bakteri itu berkembang dan
(Value Added) menjadi trending topik di dunia
meningkat populasinya. Oleh karena itulah untuk
kelautan dan perikanan Indonesia. Betapa tidak,
mengantisipasi terjadinya kemunduran mutu daging ikan
hampir seluruh kebijakan pembangunan kelautan dan
perlu dilakukan pengolahan atau pengawetan (Irawan
perikanan selalu dikaitkan dengan upaya peningkatan
1995). Kegiatan pengolahan ikan di Indonesia masih
nilai tambah, yang harapannya akan berujung kepada
tergolong pengolahan ikan tradisional dan dilakukan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Hal ini
pada skala industri rumah tangga (Herawati, 2002).
merupakan
karena
Namun, pengembangan usaha kecil atau menengah
peningkatan nilai tambah sesungguhnya adalah amanat
saat ini menjadi perhatian, karena krisis ekonomi yang
konstitusi yang harus dilaksanakan. Berdasarkan pasal
melanda Indonesia telah menimbulkan harapan pada
3
2004
usaha kecil-mikro untuk dapat menjadi motor
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
perekonomian (Widyaningrum, 2003). Berdasarkan
Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan dinyatakan
jenis olahannya maka UMKM di bidang perikanan
bahwa salah satu tujuan pengolahan perikanan adalah
didominasi oleh jenis olahan ikan pindang, ikan asin
“meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan
dan ikan asap sebanyak 67,0%, kerupuk ikan dan abon
daya saing”. Amanat tersebut dipertegas dalam pasal
ikan sebanyak 17,9% terasi ikan dan tepung ikan 6,0%
24 ayat (1) yang menyebutkan bahwa “pemerintah
dan sisanya 4,9% olahan ikan segar dan ikan beku,
mendorong peningkatan nilai tambah hasil perikanan”.
serta 4,1% olahan bakso ikan, empek-empek ikan, dan
perkembangan
Undang-Undang
yang
Nomor
positif
31
Tahun
Pengolahan ikan merupakan salah satu dari
kegiatan
perikanan
untuk
Proses pengolahan berkaitan dengan penerapan
pembusukan
teknologi dalam upaya meningkatkan produksi dan
sehingga mampu disimpan dalam waktu lama. Proses
nilai tambah suatu komoditas. Apabila terjadi
perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas
peningkatan nilai tambah maa harga komoditas juga
enzim, mikro organisme atau oksidasi oksigen. Setelah
akan mengalami peningkatan. Industri perikanan
ikan mati, berbagai proses perubahan fisik maupun
tangkap dan industri pengolahan ikan menjadi inti dari
kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua perubahan ini
klaster industri perikanan karena pada kedua jenis
akhirnya mengarah ke pembusukan. Seluruh permukaan
industri tersebut terjadi aliran material (ikan) dan
tubuh ikan yang sedang mengalami proses pembusukan
proses pertambahan nilai (Purwaningsih.R, 2015).
mempertahankan
yang
bertujuan
otak-otak ikan (Ditjen PDSKP, 2015)
ikan dari proses
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
3
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
Justifikasi mengenai pentingnya nilai tambah
Kecenderungan pilihan konsumen terhadap
antara lain adalah bahwa ikan merupakan sumberdaya
ikan yang utama adalah bentuk hidup,segar/dingin atau
alam yang menjadi sumber penghidupan bagi berjuta-
produk olahan prima, sehingga mereka bersedia
juta umat manusia dan sebagai sumber pendapatan
membayar lebih mahal dibanding bentuk produk
negara. Oleh karena itu, eksploitasi sumberdaya ikan
lainnya. Namun karena bentuk hidup dan segar/dingin
harus memberi manfaat ekonomi yang sebesar-
mempunyai kendala teknis dalam distribusi, maka
besarnya, baik bagi para pelaku usahanya maupun bagi
jangkauan pemasarannya terbatas. Oleh karena itu,
negara. Manfaat ekonomi sumberdaya ikan ditentukan
pilihan konsumen lebih banyak kepada produk olahan.
oleh nilai (value) dari produk perikanan yang
Hal inilah yang menjadikan industri pengolahan ikan
dihasilkan, semakin tinggi nilai suatu produk maka
mempunyai peranan penting dalam menentukan nilai
akan semakin tinggi pula manfaat ekonomi ynag
hasil
diperoleh. Sementara itu, nilai suatu produk ditentukan
menentukan tingkat manfaat ekonomi sumberdaya
oleh kemauan konsumen untuk membayar (willingness
ikan. Guna mendapatkan manfaat ekonomi yang
to pay), dimana konsumen akan membayar lebih mahal
tinggi, pengolahan ikan harus diorientasikan untuk
bagi
dan
menghasilkan produk yang bernilai tambah dan
keinginannya (Direktorat Pengolahan Hasil KKP,
memiliki nilai jual tinggi.Upaya mengetahui nilai
2014).Menurut Kotler (1995), mengemukakan bahwa
tambah produk perikanan yang sudah berkembang di
kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki
Indonesia, perlu dilakukan identifikasi kondisi kini
kepuasan dasar, sedangkan keinginan adalah hasrat
produk-produk yang dikategorikan memiliki nilai
akan pemuas tertentu dari kebutuhan. Kebutuhan
tambah hasil produksi unit-unit pengolahan yang
konsumen terhadap ikan yang paling utama adalah
terbesar di berbagai wilayah, khususnya yang
sebagai sumber protein, sedangkan keinginannya
dipasarkan di dalam negeri.
produk
yang
memenuhi
kebutuhan
bervariasi tergantung dari latar belakang ekonomi,
perikanan,
yang
pada
gilirannya
akan
Peran serta pelaku industri pengolahan dalam
sosial dan budaya konsumen yang bersangkutan.
meningkatkan
Dengan demikian, untuk mendapatkan nilai yang
pengolahan hasil perikanan mempunyai fungsi penting
tinggi dari suatu produk perikanan maka fungsi ikan
dalam: (a) menekan kerusakan dan kehilangan (losses);
sebagai sumber protein harus benar-benar dijaga atau
(b) meningkatkan kualitas produk; (c) penyediaan
dengan kata lain kandungan proteinnya tidak boleh
pasokan pangan dan gizi sesuai keinginan masyarakat
mengalami penurunan. Disamping itu, ikan yang telah
melalui diversifikasi produk; (d) penghubung atau
ditangkap/dipanen harus diperlakukan sedemikian
perantara pusat
rupa sehingga memenuhi preferensi konsumen yang
dituju (Direktorat Pengolahan Hasil KKP, 2014).
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
perekonomian,
dimana
industri
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
4
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
produsen primer dengan pusat konsumen yang
Mulyadi (2014), “Biaya langsung (direct cost) biaya
umumnya berada di wilayah barat Indonesia; (e)
yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah
mendorong perkembangan industri pangan dan non
karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang
pangan untuk memanfaatkan limbah hasil industri
dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung tidak
perikanan; (f) peningkatan manfaat dan nilai tambah;
akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan
(g) meningkatkan daya saing; (h) peningkatan daerah
mudah
dan pangsa pasar; (i) penyediaan lapangan kerja; dan
dibiayai”. Biaya tidak langsung (disebut juga biaya
(j) peningkatan pendapatan (pelaku, PAD, devisa)
overhead pabrik) adalah biaya yang tidak dapat
(Sahubawa dan Ustadi, 2014).
dibebankan secara langsung dengan unit produksi.
diidentifikasikan
dengan
sesuatu
yang
Menurut Arsyad (1999) istilah biaya bisa
Misalnya gaji pimpinan, gaji mandor, biaya iklan untuk
diartikan macam-macam dan pengertiannya digunakan
lebih dari satu macam produk, dan sebagainya.
dan menurutnya biaya tetap (fixed cost) adalah biaya-
Menurut Mulyadi (2014), “Biaya tidak langsung (in
biaya yang tidak tergantung pada tingkat output. Biaya
direct cost) adalah biaya yang terjadi tidak hanya
variabel (variable cost) berubah-ubah sesuai dengan
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya ini tidak
perubahan output. Pujawan (2012) menuliskan ada tiga
dapat dihubungkan secara langsung pada unit yang
komponen
diproduksi”.
biaya
yang
dipertimbangkan
dalam
klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan volume
Biasanya biaya langsung mudah ditetapkan,
produski yaitu :
namun biaya tidak langsung seringkali jauh lebih
1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya-biaya yang
mudah. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah
besarnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi.
biaya yang tidak dapat dihubungkan dan dibebankan
Biaya yang relatif tetap.
secara langsung dengan unit
yang diproduksi.
2. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya-biaya
Umumnya, biaya tidak langsung mencakup listrik dan
yang besarnya tergantung (biasanya secara linear)
utilitas, distribusi dan penjualan, pemeliharaan gedung,
terhadap volume produksi.
dan biaya lainnya yang berkaitan dengan kantor. Hal
3. Biaya total (total cost) adalah jumlah dari biayabiaya tetap dan biaya-biaya variabel.
tersebut membuat biaya tidak langsung dianggap
sebagai biaya bisnis. Berdasarkan definisi bahwa nilai
Biaya Langsung adalah biaya yang secara
tambah adalah perbedaan (selisih) antara nilai barang
langsung berhubungan dengan produksi suatu barang.
dan biaya bahan-bahan atau suplai yang digunakan
Oleh karena itu, secara langsung dapat dibebankan
untuk memproduksi barang tersebut.
pada barang itu. Misalnya bahan baku langsung, upah
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung
tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses
besaran nilai tambah (Value Added) usaha pengolahan
produksi, ongkos angkut, dan sebagainya. Menurut dan pemasaran hasil perikanan di Kota Cirebon.
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
5
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat
pada populasi.Teknik purposive sampling adalah suatu
METODE PENELITIAN
Penelitian mengambil lokasi di Wilayah Kota
teknik penentuan dan pengambilan sampel yang
Cirebon, dengan pertimbangan bahwa wilayah ini
ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu
memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup
(Sugiyono 2015). Pertimbangan-pertimbangan yang
besar
untuk
dilakukan dalam teknik purposive sampling ini bisa
pengolahan dan pemasaran hasil
beragam dan bergantung pada kebutuhan dari
perikanan. Lokasi penelitian meliputi 4 (empat)
penelitian yang akan dilakukan. Sampel penelitian
lokasi antara lain Kelurahan Kesenden Kecamatan
terdiri dari 12 pelaku usaha pengolahan dan
Kejaksan, Kelurahan Lemahwungkuk Kecamatan
pemasaran.
LemahwungkuK, Kelurahan Panjunan Kecamatan
METODE PENGUMPULAN DATA
sehingga
pengembangan
sangat
prospektif
Lemahwungkuk, dan Kelurahan Jagasatru Kecamatan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
Pekalipan. Keempat lokasi ini merupakan pusat bagi
bersumber dari data primer dan data sekunder. Data
kegiatan usaha pengolahan dan pemasaran hasil
primer adalah sumber data yang langsung memberikan
perikanan skala kecil. Pelaksanaan penelitian bulan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009).
Juli sampai dengan September tahun 2016.
Didukung oleh pendapat dari Kriyantono (2010) data
Jenis
penelitian
adalah
primer adalah data yang diperoleh oleh dari sumber
penelitian deskriptif. Menurut Noor (2011), penelitian
data pertama atau tangan pertama di lapangan. Teknik
deskriptif
pengumpulan
adalah
yang
penelitian
dilakukan
yang
berusaha
data
primer
dilakukan
melalui
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang
wawancara dan pengisian kuisioner oleh responden
terjadi saat sekarang. Teknik penarikan sampel
mengenai pendapatan pengolahan produk ikan tuna.
dilakukan secara purposive sample. Menurut Arikunto
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
(2010), purposive sample ini dilakukan dengan cara
dengan cara membaca, mempelajari dan memahami
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-
random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya
buku, serta dokumen perusahaan (Sugiyono, 2009)
tujuan tertentu. Subjek yang diambil merupakan subjek
METODE ANALISIS DATA
Untuk menganalisis data yang diperoleh, data
pemasaran hasil perikanan, sehingga diperoleh nilai
primer diolah dengan cara tabulasi dan kemudian
tambah secara faktual. Data kuantitatif dianalisis
dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan cara
dengan menggunakan pendekatan (Rokhman, 2008)
menggambarkan kinerja pelaku dan pengolahan dan
sebagai berikut :
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
6
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
VA =
(𝑃 – 𝑇𝐶 ) + 𝐼𝐶
X 100%
𝑃
Keterangan :
VA
TC
: Unit biaya produksi total
P
: Harga jual
IC
: Unit biaya tidak langsung
: Nilai tambah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Cirebon memiliki potensi dibidang
di Kota Cirebon banyak didominasi oleh pengusaha
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang
skala kecil yang diantaranya adalah pemasaran ikan
sangat
ketersediaan
segar, pengolah hasil ikan tradisional dan pengolah
sumberdaya ikan, lahan industri maupun akses
hasil ikan diversifikasi produk. Data yang ada dari
transportasi. Pengolahan dan pemasaran hasil
Dinas Kelautan Perikanan Peternakan dan Pertanian
perikanan merupakan tahapan lanjutan dalam proses
Kota Cirebon, besarnya jumlah produksi dan
hasil tangkapan ikan dilaut
nilainya berdasarkan Tempat Pelelangan Ikan seperti
cukup
besar,
baik
dari
pada umumnya.
Pengolahan dan pemasaran produk hasil perikanan
pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah produksi dan nilai produksi ikan tahun 2015
Tempat
Pelelangan
Ikan
(1)
1. Cangkol
2. Pesisir
3. Kesenden
4. Kejawanan
Jumlah
Ikan
Udang
Berat
Nilai
(Kg)
(000 Rp)
(2)
(3)
13.730
113.959
144.200
1.153.600
382.450
3.059.600
3.596.400
8.631.360
4.136.790
Berat
(Kg)
(4)
6.300
34.100
39.000
-
12.958.519
Jumlah
Nilai
Berat
(000 Rp)
(Kg)
(5)
(6)
472.500
20.030
896.148 178.300
975.000 421.450
- 3.596.400
79.400
2.343.648
Nilai
(000 Rp)
(7)
1.011.699
2.049.748
4.034.600
8.631.360
4.216.180
15.302.167,00
Sumber : Laporan Tahunan DKP3 Kota Cirebon Tahun 2016
Perkembangan hasil produksi perikanan laut perikanan lainnya di Kota Cirebon 2015 disajikan pada
baik yang dibekukan, ikan asin dan olahan hasil
tabel 2.
Tabel 2.Perkembangan hasil produksi perikanan laut dibekukan dan olahan lainnya
Tempat
Pelelangan Ikan
dan Industri
Olahan Ikan
1
1. Cangkol
2. Pesisir
3. Kesenden
4. Kejawanan
Ikan Asin dan Olahan
Hasil Perikanan Lainnya
Berat
Nilai
(Kg)
(.000 Rp.)
2
3
1.500
52.500
10.600
530.000
12.000
600.000
5.562
139.050
Dibekukan / Dieskan
Berat
(Kg)
4
23.780
184.800
413.800
3.566.400
Nilai
(.000 Rp.)
5
897.740
2.266.900
4.313.400
8.409.928,95
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
Jumlah
Berat (Kg)
6
25.280
195.400
425.800
3.571.962
Nilai
(.000 Rp.)
7
950.240
2.796.900
4.913.400
8.548.978,95
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
7
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
5.IndustriOlahan
Lainnya
75.945
3.037.800
-
-
75.945
3.037.800
105.607
31.538.500
4.188.780
15.887.968,95
4.294.387
81.312.658
Sumber : Laporan Tahunan DKP3 Kota Cirebon Tahun 2016
penjualan dan ketersediaan bahan baku. Adapun hasil
Berdasarkan hasil penelitian dari 12 Responden
analisis nilai tambah dari masing-masing responden
pada beberapa komoditas olahan yang ada memiliki
antara lain :
perhitungan nilai tambah (Value Added) yang berbeda.
1.Pemasaran Ikan Segar
Hal tersebut dikarenakan faktor modal, market
1.1 Pemasaran ikan bandeng
Responden pemasaran ikan bandeng bernama
(PPN) Kejawanan diwilayah Kota Cirebon. Wilayah
Ibu Dadang Daniah yang beralamatkan didaerah
Pemasaran/Distribusi ikan kembung di Pasar kanoman
Pesisir Kota Cirebon. Bahan baku untuk pemasaran
Kota Cirebon dan Lingkung daerah Pesisir.
Ikan bandeng disuplai dari dari Tambak Pembudidaya
1.4 Pemasaran rebon basah
Bandeng diwilayah Kabupaten Cirebon. Wilayah
Responden pemasaran rebon basah bernama
pemasaran/distribusi ikan bandeng dilingkup daerah
Ibu Romlah yang beralamatkan di daerah Kesenden
Pesisir Kota Cirebon.
Kota Cirebon. Bahan baku untuk pemasaran Ikan
1.2 Pemasaran ikan talang
rebon basah disuplai dari dari Pelabuhan Perikanan
Responden pemasaran ikan talang bernama Ibu
Nusantara (PPN) Kejawanan di wilayah Kota Cirebon.
Wartini yang beralamatkan didaerah Kesenden Kota
Wilayah pemasaran/distribusi rebon basah di Pasar
Cirebon. Bahan baku untuk pemasaran Ikan talang
Kalitanjung Kota Cirebon dan Kesenden.
disuplai dari dari Pelabuhan Perikanan Nusantara
Berdasarkan hasil perhitungan analisis nilai
(PPN) Kejawanan diwilayah Kota Cirebon. Wilayah
tambah yang telah dilakukan, maka didapatkan besaran
Pemasaran/Distribusi ikan talang di Pasar Kalitanjung
nilai tambah masing-masing produk seperti pada
Kota Cirebon dan Lingkung daerah Kesenden.
tabel
1.3 Pemasaran ikan kembung
Responden pemasaran ikan kembung bernama
Ibu Rasina yang beralamatkan didaerah Pesisir Kota
Cirebon. Bahan baku untuk pemasaran Ikan kembung
disuplai dari dari Pelabuhan Perikanan Nusantara
Tabel 3. Hasil analisis nilai tambah pemasaran ikan segar
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
3.
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
8
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
No
Kegiatan Usaha
Unit Biaya
Produksi
Total (TC)
1
Pemasaran ikan bandeng
2
Pemasaran ikan talang
3
Pemasaranikan kembung
4
Pemasaran ikan rebon
Rata-Rata
Harga Jual
(P)
111.367
136.367
87.867
41.319
150.000
150.000
100.000
80.000
Unit Biaya
Nilai Tambah Nilai Tambah
Tidak
(VA) %
(VA) Rp
Langsung
(IC)
6.667
30,20
5.595,60
6.667
13,53
20.300,00
6.667
18,80
18.800,00
10.069
60,94
5.595,60
30,87
12.572,80
2.Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional
Ikan pepes ikan kuro disuplai dari nelayan Samadikun
2.1 Pengolahan ikan asin tigawaja
Kota Cirebon. Wilayah pemasaran/distribusi pepes
Responden pengolahan tradisional ikan asin
tigawaja bernama Ibu Tarmini yang beralamatkan
ikan kuro pemasarannya di Pasar Pagi Kota Cirebon.
2.4 Terasi udang
didaerah Kesenden Kota Cirebon. Bahan baku untuk
Responden pengolah terasi udang bernama
pemasaran ikan asin tiga wajah basah disuplai dari dari
Bapak Buang yang beralamatkan didaerah Cangkol
Desa
Wilayah
Kota Cirebon. Bahan baku untuk pemasaran terasi
pemasaran/distribusi ikan asin tigawaja di toko oleh-
udang disuplai dari Pelabuhan Perikanan Nusantara
oleh Kota Cirebon.
(PPN)
2.2 Pengolahan ikan asin tanjan
pemasaran/distribusi terasi udang di wilayah Kota
Bondet
Kabupaten
Responden pengolahan
Cirebon.
ikan asin tanjan
Kejawanan
kota
Cirebon.
Wilayah
Cirebon dan Kabupaten Cirebon.
bernama Ibu Satiah yang daerah Kesenden Kota
Berdasarkan hasil perhitungan analisis nilai
Cirebon. Bahan baku untuk pemasaran Ikan asin tanjan
tambah yang telah dilakukan, maka didapatkan besaran
disuplai dari nelayan Samadikun Kota Cirebon dan
nilai tambah masing-masing produk seperti pada tabel
beberpa wilayah lain di Kabupaten Cirebon. Wilayah
4.
pemasaran/distribusi ikan asin tanjan adalah di pasar
Jagasatru.
2.3 Pengolahan pepes ikan kuro
Responden pengolahan pepes ikan kuro
bernama Ibu Saeni yang beralamatkan
di daerah
Kesenden Kota Cirebon. Bahan baku untuk pemasaran
Tabel 4. Hasil analisis nilai tambah pengolahan hasil perikanan tradisional
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
9
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
No
Kegiatan Usaha
1
Pengolahan ikan asin
tigawaja
2
Pengolahan ikan asin
tanjan
3
Pengolahan pepes ikan
kuro
4
Pengolahan terasi udang
Rata-Rata
Unit Biaya
Produksi
Total (TC)
Harga Jual
(P)
Unit Biaya
Nilai Tambah Nilai Tambah
Tidak
(VA) %
(VA) Rp
Langsung
(IC)
519.000,00
89,48 2.684.400,00
834.600,00
3.000.000,00
515.000,00
2.500.000,00
155.000,00
85,60
2.140.000,00
80.137,00
105.000,00
20.137,00
42,86
5.595,60
663.833,00
1.750.000,00
20.000,00
63,21
70,29
1.106.166,67
1.484.040,57
3. Pengolahan Hasil Perikanan Diversifikasi Produk
daerah Pesisir Kota Cirebon. Bahan baku untuk
3.1 Pengolah kerupuk kulit ikan
pemasaran otak-otak ikan disuplai dari Muara Angke
Responden pengolah kerupuk kulit
ikan
Jakarta. Wilayah pemasaran/distribusi otak-otak ikan
bernama Bapak Selamet Widodo yang beralamatkan
pemasarannya di luar kota dan di Wilayah III Kota
di daerah Pesisir Kota Cirebon. Bahan baku untuk
Cirebon.
pemasaran kerupuk kulit ikan disuplai dari PPN
3.4 Pengolahan Abon Lele
Kejawanan,
Nelayan Bondet
Cirebon.
Wilayah
Responden pengolahan abon lele bernama Ibu
pemasaran/distribusi ikan kerupuk kulit ikan adalah di
Alfiyah yang beralamatkan di daerah Jagasatru Kota
beberapa Wilayah III Cirebon.
Cirebon. Bahan baku untuk pemasaran abon leled
3.2 Pengolahan emping rasa udang
isuplai dari pembudidaya lele di Kota Cirebon.
Responden pengolahan emping rasa udang
bernama Ibu Sumiati yang beralamatkan
didaerah
Wilayah pemasaran/distribusi abon lele adalah di
Wilayah III Kota Cirebon.
Pesisir Kota Cirebon. Bahan baku untuk pemasaran
Berdasarkan hasil perhitungan analisis nilai tambah
emping rasa udang disuplai dari PPN Kejawanan Kota
yang telah dilakukan, maka didapatkan besaran nilai
Cirebon dan nelayan Bondet Kabupaten Cirebon.
tambah masing-masing produk seperti pada tabel 5.
Wilayah pemasaran/distribusi emping rasa udang
pemasarannya di Wilayah III Cirebon.
3.3 Pengolahan Otak-Otak Ikan
Responden
pengolahan
otak-otak
ikan
bernama Bapak M. Sholachudin yang beralamatkan di
Tabel 5. Hasil analisis nilai tambah pengolahan hasil perikanan diversifikasi produk
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
10
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
No
Kegiatan Usaha
Unit Biaya
Produksi
Total (TC)
1
Pengolahan
kerupuk
kulit ikan
2
Pengolahan emping rasa
udang
3
Pengolahan
otak-otak
ikan
4
Pengolahan abon lele
Rata-Rata
Harga Jual
(P)
Unit Biaya
Nilai Tambah Nilai Tambah
Tidak
(VA) %
(VA) Rp
Langsung
(IC)
55.000,00
45,85
5.595,60
2.112.667
3.800.000,00
562.667,00
850.000,00
55.000,00
27,33
232.333,00
6.348.800 14.175.000,00
821.300
61,01
8.647.500,00
396.389
78,05
53,06
1.037.166,67
2.480.648,82
698.222
1.375.000,00
Besarnya nilai tambah yang diperoleh dari
2.684.400,00 (89,48%) serta sebanyak sepuluh jenis
setiap jenis produk dan jenis olahan berbeda nilai
olahan produk perikanan lainnya memiliki nilai
tambah yang diperoleh. Hal ini menggambarkan
tambah lebih kecil dari Rp.1.106.166,00. Berdasarkan
bahwa untuk pengembangan produk jauh lebih tinggi
hasil penelitian Mahardana et al. (2014) tentang
nilainya dibandingkan dengan hasil perikanan dalam
analisis nilai tambah olahan ikan di Kabupaten
bentuk segar atau utuh. Berdasarkan hasil perhitungan
Tabanan didapatkan besarnya nilai tambah terbesar
nilai tambah dari 12 jenis olahan produk perikanan
dalam satu kali proses produksi terdapat pada
yang diteliti terbagi dalam 3 segmen usaha didapatkan
pengolahan abon lele Rp 61.583,33/kg bahan baku,
nilai tambah rata-rata tertinggi adalah pengolahan hasil
diikuti oleh pepes lele Rp 29.650,00/kg dan nila goreng
perikanan
diversifikasi
produk
sebesar
Rp.
Rp 11.380,00/kg. hasil perhitungan juga menunjukan
kemudian
diikuti
oleh
bahwa dari 3,6 ton bahan baku menghasilkan nilai
sebesar
tambah Rp 73.511.904,00 per tahun. Lebih lanjut
Rp.1.484.040,57 (70,29%) dan yang terkecil adalah
berdasarkan hasil penelitian Hamidi,W (2016) tentang
pemasaran ikan segar sebesar Rp. 12.572,0 (30,87%).
analisis nilai tambah agroindustri abon ikan patin di
Selain itu terdapat 2 jenis olahan yang menghasilkan
Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar
nilai tambah lebih besar dibandingkan dengan yang
Kabupaten Kampar Provinsi Riau menunjukkan nilai
lainya yaitu olahan otak-otak ikan produk dari Bapak
tambah yang dihasilkan dari pengolahan abon ikan
M. Solachudin sebesar Rp. 8.647.500,00 (61,01%) dan
patin sebesar
2.480.648,82
pengolahan
(53,06%),
hasil
perikanan
tradisional
Rp 12.121,83/kg.
diikuti oleh pengolah ikan asin Ibu Tarmini sebesar Rp.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka besaran
nilai tambah
responden yang
meliputi pemasaran ikan segar,
(vallue added) rata-rata dari 12
pengolahan hasil ikan tradisional dan pengolahan
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
11
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
hasil ikan diversifikasi produk adalah sebagai berikut
dalam bentuk segar atau utuh. Berdasarkan hasil
:
perhitungan nilai tambah dari 12 jenis olahan produk
1.
2.
3.
Pemasaran ikan segar sebesar Rp. 12.572,0
perikanan yang diteliti terdapat 2 jenis olahan yang
(30,87%).
menghasilkan nilai tambah lebih besar dibandingkan
Pengolahan hasil perikanan tradisional sebesar
dengan yang lainya yaitu olahan otak-otak ikan
Rp.1.484.040,57 (70,29%).
produk dari
Pengolahan hasil perikanan diversifikasi produk
8.647.500,00 dan diikuti oleh pengolah ikan asin Ibu
sebesar Rp. 2.480.648,82 (53,06%).
Tarmini sebesar Rp. 2.684.400,00 serta sebanyak
Bapak M. Solachudin sebesar Rp.
Besarnya nilai tambah yang diperoleh dari setiap
sepuluh jenis olahan produk perikanan lainnya
jenis produk dan jenis olahan berbeda nilai tambah
memiliki
yang diperoleh. Hal ini menggambarkan bahwa
Rp.1.106.166,00.
nilai
tambah
lebih
kecil
dari
untuk pengembangan produk jauh lebih tinggi
nilainya dibandingkan dengan
hasil
perikanan
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto,E dan Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan
dan Pengolahan Ikan. Penerbit
Kanisius.
Yogyakarta.
Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik.Rineka Cipta. Jakarta.
Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan
Pembangunan Ekonomi Daerah Edisi
Pertama. BPFE Yogakarta.
Dinas Kelautan Perikanan Peternakan dan Pertanian
Kota Cirebon, 2016. Laporan Tahunan 2015.
Direktorat Jenderal PDSKP. 2015. Direktorat
Jenderal P2HP Memfasilitasi 197 UMKM
Perikanan untuk Mendapatkan Sertifikat
Kelayakan
Pengolahan
(SKP).
http//:www.djpdskp.kkp.go.id.
Hamidi,W.2016. Analisis Nilai Tambah Agroindustri
Abon Ikan Patin di Desa Koto
Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar Provinsi Riau (Studi Kasus
pada CV.Graha Pratama Fish). Jurnal
Agribisnis. Vol 18 No. 1 Juni 2016. 56-64.
Herawati E.S. 2002. Pengolahan Ikan Secara
Tradisional:
Prospek
dan
Peluang
Pengembangan. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian .Vol 21 No 3.
Irawan, Agus, 1995. Pengawetan Ikan Dan Hasil
Perikanan. CV. Aneka. Bogor.
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Predana Media Group. Jakarta.
Kotler,P.1995.
Manajemen
Pemasaran
:
Analisis,Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian.
Salemba
Empat-Prentice
Hall.Jakarta.
Direktorat Pengolahan Hasil. Ditjen P2HP.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014.
Mahardana.I.P.A , I.G.A.A. Ambarawati, dan I
Petunjuk Teknis Pemetaan Ragam Unggulan
Nyoman Gede Ustriyana.Analisis Nilai
dan Perhitungan Nilai Tambah Produk
Tambah Usaha Olahan Ikan (Kasus pada
Perikanan. Jakarta.
Kelompok Pengolah dan Pemasar Dwi
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM
Vol.7 No.2, April 2021, Hal 1-12
JURNAL INVESTASI
12
Dedi Supriadi, Eulis Henda Nugraha, Restu Widayaka dan Rena
Tunggal di Banjar Penganggahan, Desa
Tengkudak Kecamatan Penebel, Kabupaten
Tabanan).
E-Jurnal
Agribisnis
dan
Agrowisata. Vol. 4. No. 1. April 2015. 56-64.
Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Salemba Empat.
Yogyakarta.
Noor, Juliansyah, 2011. Metode Penelitian, Skripsi,
Tesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiah, Kencana
Prenada Media Group.Jakarta.
Pujawan, I. N. 2012. “Ekonomi Teknik”, Surabaya :
Guna Widya.
Purwaningsih.R, 2015. Analisis Nilai Tambah
Produk Perikanan Lemuru pelabuhan Muncar
Banyuwangi. JITI. 14 (1). Jun 2015.13-23.
Rokhman,A.2008. Peranan Kebijakan Publik,
Orientasi Kewirausahaan dan Kompetensi
Sumber daya Manusia dalam Pengembangan
Produk Perikanan Prima. Disertasi- tidak
diterbitkan. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi
(Mixed Methods).CV. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. CV. Alfabeta.Bandung.
Sahubawa,L
dan
Ustadi.2014.
Teknologi
Pengawetan
dan
Pengolahan
Hasil
Perikanan.Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
Perikanan.
Widyaningrum N. 2003. Eksploitasi Terhadap
Pengusaha Kecil Melalui Rantai Hulu Hilir. J.
Analisis Sosial 8. 1-2.
ISSN: 2442-4432 @ 2021FEM