[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

USULAN PENELITIAN SKRIPSI UNIVERSITAS ANDALAS HUBUNGAN PILAR-PILAR SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015 Oleh : RAHMI FIRMANSYAH No. BP. 1311216046 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2015 PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PILAR-PILAR SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015 Oleh : RAHMI FIRMANSYAH No. BP : 1311216046 Usulan penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan tim penguji proposal penelitian skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang, Januari 2015 Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II dr. Dien Muchsin Riviwanto, M.Kes NIP. XXXXXXXXXXXXXX NIP. XXXXXXXXXXXX PERNYATAAN PENGESAHAN DATA MAHASISWA: Nama Lengkap : Rahmi Firmansyah Nomor Buku Pokok : 1311216046 Tanggal Lahir : 30 Mei 1991 Tahun Masuk : 2013 Peminatan : Kesehatan Lingkungan & Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Nama Pembimbing Akademik : Suryati, S.Pd, M.Kes Kons Nama Pembimbing I : dr. Dien Nama Pembimbing II : Muchsin Riviwanto, M.Kes Nama Penguji I : Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D Nama Penguji II : Vivi Triana,SKM, MPH Nama Penguji III : Suksmerri, M.Kes JUDUL PENELITIAN: “HUBUNGAN PILAR-PILAR SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015” Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik dan administrasi untuk mengikuti ujian usulan penelitian skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. Padang, Februari 2015 Mengetahui, Mengesahkan, Dekan FKM UNAND Koordinator Skripsi Prof.dr.Nur Indrawati Lipoeto,M.Sc,Ph.D, Sp.GK Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D NIP. 196305071990012001 NIP. 198008052005011004 PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : DATA MAHASISWA: Nama Lengkap : Rahmi Firmansyah Nomor Buku Pokok : 1311216046 Tanggal Lahir : 30 Mei 1991 Tahun Masuk : 2013 Peminatan : Kesehatan Lingkungan & K3 Nama Pembimbing Akademik : Suryati, S.Pd, M.Kes Kons Nama Pembimbing I : dr. Dien Nama Pembimbing II : Muchsin Riviwanto, M.Kes Nama Penguji I : Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D Nama Penguji II : Vivi Triana,SKM, MPH Nama Penguji III : Suksmerri, M.Kes Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan usulan skripsi saya yang berjudul : “HUBUNGAN PILAR-PILAR SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015” Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Padang, April 2015 Materei Rp. 6000 Rahmi Firmansyah Nim.1311216046 KATA PENGANTAR Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx. Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx.Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx. Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx.Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx. Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx. Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx.Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx. Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx. Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx.Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx. DAFTAR ISI PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN PENGESAHAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN vi BAB 1 : PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 7 1.3 Tujuan Penelitian 7 1.3.1 Tujuan Umum 7 1.3.2 Tujuan Khusus 7 1.4 Manfaat Penelitian 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 9 BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 10 2.1 Radiasi Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Radiasi Pengion Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Radiasi Non Pengion Error! Bookmark not defined. 2.2 Medan Elektromagnetik Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Medan Magnet Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Medan Listrik Error! Bookmark not defined. 2.3 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Error! Bookmark not defined. 2.3.1 Pajanan dan Distribusi Error! Bookmark not defined. 2.3.2 Rekomendasi Ambang Batas Pajanan Error! Bookmark not defined. 2.4 Mekanisme Pajanan Medan Elekromagnetik Pada Manusia Error! Bookmark not defined. 2.5 Dampak Medan Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Error! Bookmark not defined. 2.6 Kerangka Teori 10 2.7 Kerangka Konsep 11 BAB 3 : METODE PENELITIAN 12 3.1 Jenis Penelitian 12 3.2 Waktu dan Tempat 12 3.3 Populasi dan Sampel 12 3.4 Definisi Operasional 15 3.5 Analisa Data Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rekomendasi IRPA/INIRC untuk ambang batas pajanan medan listrik dan medan magnet dengan frekuensi 50 – 60 Hz Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Diagram teori hubungan medan elektromagnetik terhadap hipersensitifitas(12,15,17) 10 Gambar 2.2 Diagram konsep hubungan pajanan kuat medan elektromagnetik terhadap hipersensitifitas 11 DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN SUTET : Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi SUTT : Saluran Udara Tegangan Tinggi PENDAHULUAN Latar Belakang Sanitasi lingkungan merupakan salah satu program prioritas dalam agenda internasional Millenium Development Goals (MDGs) yang ditujukan dalam rangka memperkuat pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan dalam pencapaian MDGs tahun 2015. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dan sehat dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, sehingga diharapkan usaha ini dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga. Sanitasi total berbasis masyarakat merupakan aksi terpadu melalui lima pilar stbm yaitu meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang Aman dan Pengelolaan Limbah Rumah Tangga yang Aman untuk menurunkan penyakit berbasis lingkungan terutama penyakit diare dan meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat. Berdasarkan data PBB tahun 2011 diketahui sejumlah 7 miliar penduduk dunia sekitar 2,6 miliar penduduk (37,1%) tidak mempunyai akses terhadap toilet atau jamban yang layak dan sebanyak 884 juta penduduk (12,6%) tidak memiliki akses terhadap air minum yang layak. Data terbaru tentang sanitasi ini seharusnya menjadi pemicu bagi semua pihak untuk lebih peduli dengan masalah sanitasi. Kurangnya akses terhadap sanitasi member dampak bagi kesehatan, salah satunya adalah penyakit diare. Di mana untuk 1 dolar AS yang diivestasikan di bidang air minum dan sanitasi akan memberikan dampak sebesar 8 dolar AS berupa kesehatan dan produktivitas. Kondisi sanitasi di Indonesia menggambarkan akses terhadap sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan 67% di pedesaan, namun akses terhadap sanitasi setempat yang aman (menggunakan septic tank) baru mencapai 71,06% (perkotaan) dan 32,47% (pedesaan). Alokasi pendanaan masih sangat rendah (2,4%) dari total anggaran Kementerian Pekerjaan Umum atau 0,86% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Kondisi sanitasi si Indonesia berada di peringkat 6 dari 9 negara ASEAN di bawah Vietnam dan di atas Myanmar. Target nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 menyatakan bahwa target untuk air minum perpipaan dan non perpipaan yaitu sebesar 54,08% (2011) dan 70% (2014). Sedangkan di Kota Padang sampai pada tahun 2014 baru mencapai 31% dari jumlah KK yang diperiksa. Akses air limbah off site dan on site menurut RPJMN adalah 75% (2011) dan 100% (2014), sedangkan Kota Padang pada tahun 2014 baru mencapai 75%. Target nasional dalam RPJMN untuk persampahan adalah 44,60% (2011) dan 80% (2014), sedangkan di Kota Padang pada tahun 2014 ini baru mencapai 30%. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2009 menyatakan diare merupakan penyebab kedua terbesar kematian balita di dunia (46 per 1000 kelahiran) dan penyebab ketiga terbesar kematian bayi (32 per 1000 kelahiran) atau sekitar 1,8 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya atau sekitar 42.000 orang per minggu karena penyakit diare. Penyebab utamanya adalah sanitasi yang tidak memadai dan rendahnya standar kesehatan. Dari jumlah tersebut mayoritas kematian terjadi di Asia dan 90% korbannya adalah anak-anak berusia dibawah lima tahun. Data Organisasi Kesehatan Anak Dunia (UNICEF) melaporkan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Di Indonesia berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) angka kematian balita karena diare tahun 2010 sekitar 162.000 balita meninggal per tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan diikuti korban yang tidak sedikit. Untuk mengatasi penyakit diare dalam masyarakat baik tata laksana kasus maupun untuk pencegahannya sudah cukup dikuasai. Akan tetapi permasalahan tentang penyakit diare masih merupakan masalah yang relatif besar. Angka kesakitan diare sekitar 200-400 kejadian di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah Anak di bawah Lima Tahun (BALITA). Sebagian dari penderita (1- 2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50- 60% di antaranya dapat meninggal. Kelompok ini setiap tahunnya mengalami kejadian lebih dari satu kejadian diare. Target Crude FatalityRate (CFR) KLB diare diharapkan <1%, dengan demikian secara nasional, CFR KLB diare tidak memenuhi target program. Hal ini terjadi pada umumnya karena penderita terlambat memperoleh pertolongan, yang antara lain akibat letak geografis yang sulit dan biasanya jauh dari sarana pelayanan kesehatan. Penanganan diare sesuai standar di fasilitas kesehatan pada tahun 2012 sebesar 36,6% dengan capaian tertinggi di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur yang masing-masingsebesar 100%. Sampai saat ini penyakit diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian, khususnya pada bayi dan balita di Indonesia. Pemerintah telah menerapkan berbagai strategi pemberantasan dan pengendalian penyakit diare ini. Beberapa dasar pelaksanaan pemberantasan penyakit ini antara lain, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1216/MENKES/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sekaligus merupakan program pemerintah untuk menurunkan angka kejadian diare dan meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak – anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak – anak, dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme salah satunya seperti air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Penyakit diare dapat ditanggulangi dengan penanganan yang tepat sehingga tidak sampai menimbulkan kematian terutama pada balita. Perilaku yang dapat menyebabkan kejadian diare seperti buang air besar sembarangan, tidak mencuci tangan pakai sabun, tidak menggunakan air yang direbus, tidak mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup, tidak menggunakan jamban, dan tidak membuang tinja bayi dengan benar, serta tidak melakukan pengelolaan sambah dan limbah yang aman. Perilaku serta kemandirian masyarakat untuk hidup sehat masih belum memadai. Peningkatan kemitraan dan tersedianya sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang mendukung penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan merupakan tantangan yang sangat penting. Sementara itu, penyakit diare sampai saat ini masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang. Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro enteritis yang disebabkan oleh kuman. Penderita yang berobat ke Puskesmas diobati sesuai dengan prosedur tetap penatalaksanaan kasus diare dengan pengobatan yang rasional. Pada tahun 2014 dari 876.880 penduduk Kota Padang diperkirakan kasus diare sebanyak 18.765 penderita. Kasus diare yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2014 sebanyak 7.721 kasus, dimana pasien perempuan lebih banyak 4.111 kasus dibanding pasien laki laki 3.651 kasus. Jika dilihat trend beberapa tahun terakhir maka terjadi penurunan kasus diare, dimana pada tahun 2014 terjadi 7.827 kasus diare, tahun 2013 sebanyak 8.472 kasus dan tahun 2012 terjadi kasus diare sebanyak 8.842 kasus. Untuk kelompok umur balita terdapat sebanyak 3.047 penderita pada tahun 2014, dimana Balita laki laki lebih banyak 1.625 kasus dibanding Balita perempuan 1.422 kasus. Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014 menunjukkan bahwa angka kejadian diare tertinggi berada pada wilayah kerja Puskesmas Pauh sebanyak 659 kasus. Sementara itu, data dari laporan Pauh tahun 2014, kasus diare pada balita sebanyak 239 balita. Sementara itu, laporan Puskesmas Pauh tahun 2014 menunjukkan bahwa kasus diare jauh menurun dari jumlah penemuan kasus pada tahun 2013 yaitu sebanyak 300 kasus. Penyebab penurunan kasus ini karena sebahagian besar wilayah kerja puskesmas Pauh sudah menerima program STBM dan Pamsimas yang merupakan upaya untuk meningkatkan partisipasi dan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan dan penatalaksanaan kasus diare. Sementara itu hasil wawancara dengan tenaga sanitarian di Puskesmas Pauh penyebab diare pada balita karena perilaku dan kebiasaan masyarakat yang tidak sehat dan akses sanitas sekitar yang tidak baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2011), hubungan sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare pada balita di kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara tahun 2011 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare. Sejalan dengan hasil penelitian Margareth (2012) tentang hubungan sanitasi total terhadap kejadian diare pada masyarakat di Kabupaten Sumedang dengan cakupan wilayah pengembangan Metropolitan Bandung Area tahun 2011 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat sanitasi total terhadap kejadian diare pada balita dengan hasil p value chi square 0.0001 (<0.05). Berdasarkan survey awal ke sepuluh rumah masyarakat yang berada di daerah Wilayah Kerja Puskesmas Pauh, hanya tiga responden yang memiliki jamban pribadi yang dilengkapi septic tank, tiga responden yang melakukan cuci tangan pakai sabun di lima waktu, tujuh responden yang melakukan pengolahan air minum yang baik, empat responden yang melakukan pengelolaan sampah rumah tangga yang baik serta hanya satu responden yang melakukan pengelolaan limbah rumah tangga yang baik, dan dari sepuluh responden tersebut, dua diantaranya balitanya pernah mengalami diare. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pilar-pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat perumusan masalah atau pertanyaan, yaitu : Apakah terdapat hubungan antara pilar-pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pilar-pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Lumbung Bukit Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015. . Tujuan Khusus Mengetahui hubungan perilaku stop BABS dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015. Mengetahui hubungan perilaku CTPS dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015. Mengetahui hubungan perilaku mengolah mengolah Makanan dan Minuman yang aman dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015. Mengetahui hubungan perilaku mengolah sampah rumah tangga yang benar dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015. Mengetahui hubungan hubungan perilaku mengolah limbah rumah tangga yang benar dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015. Manfaat Penelitian Bagi instansi terkait Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan tentang hubungan pilar-pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian penyakit diare sehingga dapat meningkatkan penyuluhan dan pemicuan STBM terhadap masyarakat luas. Bagi masyarakat Menambah pengetahuan tentang hubungan pilar-pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian penyakit diare sehingga masyarakat dapat lebih meningkatkan kesehatan perorangan dan lingkungannya. Bagi peneliti lain Sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang hubungan pilar-pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian penyakit diare. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan pilar-pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Lambung Bukit wilayah karja Puskesmas Pauh tahun 2015. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teori Berdasarkan dasar teori yang telah diuraikan, maka dikembangkan suatu kerangka teori yaitu: Kejadian Diare LINGKUNGAN (Environment) MANUSIA (Host) PENJAMU (Agent) Perilaku stop BABS Perilaku CTPS Pengolahan Air Minum dan Makanan yang Aman Pengolahan Sampah yang Baik Pengolahan Limbah yang Baik Lingkungan Biologis Lingkungan Fisik Lingkungan Sosial Budaya E. Coli Entero Agregatif Shigella Cryptosporidium Gambar 2. SEQ Gambar \* ARABIC \s 1 1 Modifikasi Teori John Ghordon Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang merupakan dari hasil penelitian didapatkan variabel yang diduga mempunyai hubungan kuat dengan kejadian Diare yang dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini: Variabel Independen Variabel Dependen PILAR-PILAR STBM Perilaku stop BABS Perilaku CTPS Kejadian Diare Pengolahan Air Minum yang Aman Pengolahan Sampah Rumah Tangga yang Benar Pengolahan Limbah Rumah Tangga yang Benar Gambar 2. SEQ Gambar \* ARABIC \s 1 2 Diagram konsep hubungan pilar-pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan Kejadian Diare METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Dalam penelitian ini sebagai variabel dependennya adalah kejadian diare pada balita, sedangkan sebagai variabel independennya adalah pilar-pilar stbm yang diamati dan diukur pada waktu yang sama. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 – Mei 2015 di Wilayah Kerja Pauh Kota Padang. Populasi dan Sampel Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita (umur 0-5) tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pauh Kota Padang yaitu sebanyak 3.896 orang ibu balita. Sampel Besar Sampel Sampel penelitian diambil dari populasi ibu yang mempunyai balita (umur 0-5 tahun) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pauh Kota Padang dan memenuhi criteria inklusi serta terpilih menjadi sampel. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow dalam Notatmodjo: Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan Z = Nilai baku distribusi normal utuk α = 0,05 dan derajat kepercayaan 95% (1,96) p = proporsi untuk sifat tertentu yang tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu, maka p = 0,5 N = Jumlah populasi kepala keluarga d = Penyimpangan terhadap populasi/derajat ketepatan yang diinginkan (10%) Dengan demikian besar sampel yang diperlukan adalah : n = 93 KK Untuk mengantisipasi terjadinya drop out maka disiapkan sampel cadangan sebanyak 10% dari besar sampel yaitu sebanyak 9 orang. Jadi besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini pada = 0,05 dan 95% CI = 1,96 adalah sebanyak 102 orang ibu balita. Teknik Pengambilan Sampel Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel secara probability sampling yaitu dengan teknik probability proporsional to size, yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan secara proporsional. Kriteria Sampel Kriteria Inklusi Bersedia menjadi responden dan dapat berkomunikasi dengan baik. Responden dan balitanya berada di Wilayah Kerja Puskesmas pada saat dilakukan penelitian. Kriteria Eklusi Responden tidak bisa ditemui setelah dikunjungi sebanyak tiga kali. Responden dalam keadaan sakit, dan tidak bisa diwawancarai. Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala Hasil Ukur Kejadian Diare Jumlah balita yang mengalami berak (buang air besar) encer atau bahkan dapat berupa air saja lebih sering dari biasanya (lebih dari 3 kali/hari). Wawancara dengan menggunakan kuesioner Nominal 1 = Tidak Diare 0 = Diare Stop BABS Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas atau kelompok masyarakat tidak buang air besar sembarangan. Wawancara dengan menggunakan kuesioner Ordinal 1 = Stop BABS ≥ median 0 = BABS < median CTPS Perilaku cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir . Wawancara dengan menggunakan kuesioner Ordinal 1= Baik ≥ median 0 = Buruk <median PAMM-RT Melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga yang aman Wawancara dengan menggunakan kuesioner Ordinal 1= Aman ≥ median 0= Tidak Aman <median(26) Pengelolaan Sampah RT Melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang Wawancara dengan menggunakan kuesioner Ordinal 1= Baik ≥ median 0 = Buruk <median Pengelolaan Limbah RT Melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga baik yang dapat memutus mata rantai penularan penyakit. Wawancara dengan menggunakan kuesioner Ordinal 1= Baik ≥ median 0 = Buruk <median Teknik Pengumpulan Data Data Primer Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang meliputi data karakteristik responden, kejadian diare, 5 pilar STBM yaitu: Stop BABS, CTPS, Pengolahan Air Minum Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Pengelolaan Limbah Rumah Tangga. Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia, Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, Profil Dinas Kesehatan Kota Padang, Laporan Tahunan Puskesmas Pauh. Teknik Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah dengan bantuan komputer. Langkah-langkah dalam pengolahan data adalah : Editing Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut. Coding Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan . Entry Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer. Cleaning Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Analisis Data Data di analisis secara statistik dimulai dari analisi univariat dan bivariat dengan meggunakan komputer. Adapun tahapan analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel independen yaitu pilar-pilar STBM (perilaku Stop BABS, perilaku CTPS, PAM-RT, pengelolaan sampah RT, dan pengelolaan limbah RT) dan variabel dependen yaitu kejadian diare pada balita. Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, yaitu antara pilar-pilar STBM (perilaku Stop BABS, perilaku CTPS, PAM-RT, pengelolaan sampah RT, dan pengelolaan limbah RT) dan variabel dependen yaitu kejadian diare pada. Untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara variabel tersebut, dilakukan uji statistik Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95 % dengan p < 0,05. Melalui perhitungan uji Chi-Square ditarik suatu kesimpulan, bila p lebih kecil dari nilai α 0,05 (p < 0,05) maka akan ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen dan bila nilai p lebih besar dari nilai α 0,05 (p > 0,05) berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen. DAFTAR PUSTAKA 19 28 12 13