Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2024, Abdus Salam
Ibnu Maskawaih : Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi pada mulanya Tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan kemudian dilakuan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak, Al Ghazali: daya kekuatan /sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.
Soal : 1. Dekripsikanlah pengalaman saudara dalam mengikuti perkuliahan akhlak tasawuf selama satu semester ini ! Pengalaman saya dalam perkuliahan akhlak tasawuf adalah awalnya saya merasa canggung tentang apa itu mata kuliah akhlak tasawuf, bahwasanya karena saya tamatan dari sekolah menengah atas (SMA). Waktu di SMA pelajaran tentang agama yang dipelajari itu hanya dasarnya seperti pelajaran Agama Islam, jadi ketika pertama kali mengikuti perkuliahan akhlak tasawuf ini saya tidak mengerti apa itu akhlak tasawuf. Tapi setelah dipikir-pikir saya beruntung bisa dapat kuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, karna bahwasanya di Uinsu bukan hanya belajar tentang mata kuliah pokok yang ada pada jurusan, tetapi juga belajar tentang Agama Islam seperti mata kuliah akhlak tasawuf ini. Hari pertama mengikuti akhlak tasawuf, sudah wajibnya kami sekelas memperkenalkan diri kami masing-masing dan juga dosen yaitu Bapak Ja'far memperkenalkan dirinya. Setelah memperkenalkan diri, selanjutnya memberikan silabus dalam perkulihan akhlak tasawuf selama satu semester kedepan. Dalam perkuliahan yang pasti dilakukan adalah presentasi. Presentasi merupakan sistem perkuliahan yang dasa, karena itu untuk membuat mahasiswanya dalam percaya diri untuk mempresentasikan hasil materi yang dibuat. karena dari awal saya tidak mengerti apa itu mata kuliah akhlak tasawuf, saya pun mulai mempelajari apa itu akhlak tasawuf. setelah saya membaca buku tentang akhlak tasawuf, saya mulai mengerti apa itu tasawuf. kemudian saya tau tasawuf itu merupakan ilmu yang mengkaji tentang akhlak mulia dan penyucian jiwa manusia. Dan tujuannya tersebut yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Istilah tasawuf terdiri atas tiga kata, yaitu : yang pertama, berasal dari kata al-shuf, yaitu wol. Mereka disebut sufi karena mereka mengenakan jubah ynag terbuat dari bulu domba. Kedua, al-shaf yaitu barisan pertama. Para kaum sufi berada pada barisan pertama dihadapan Allah Swt, karena keinginan mereka terhadap Allah Swt. Ketiga, ahl al-shuffah yaitu mereka disebut sufi karena sifat sufi menyamai orang –orang yang berada di serambi masjid yang hidup pada masa Nabi Muhammad Saw. Keempat, al-shafa yaitu kesucian. Para sufi menyucikan akhlak mereka dari dosa-dosa atau kejahatan duniawi dan menjaga moral.
Setiap manusia pasti selalu menginginkan kebebasan dalam hidupnya. Kebebasan dalam berpikir, berekspresi maupun dalam melakukan kegiatannya, yaitu kegiatan yang disadari, disengaja maupun yang dilakukan demi suatu tujuan yang selanjutnya disebut tindakan. Mereka diberi kebebasan dalam melakukan sesuatu asalkan sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan, tidak juga melampaui batas wajar syariat. Manusia hidup didunia pasti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kehidupannya, baik itu tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, terhadap agama maupun budaya. Adanya akibat ini maka seorang manusia mempunyai taggung jawab atas apa yang diperbuatnya.
Dikutip dari Buku Gerbang Tasawuf , dalam Muqqaddimah buku beliau Ibnu Khaldun telah mengulas bahawasanya tasawuf dikategorikan sebagai sebuah disiplin ilmu.
Kata tasawuf sudah dikenal, namun bersmaan dengan hal itu pengertian terhadap kata ini kabur dalam beragam makna yang adakalanya malah bertentangan. Hal ini terjadi karena tasawuf atau mistisisme telah jadi semacam milik bersama berbagai agama, filsafat, dan kebudayaan, dalam berbagai kurun masa. Dalam kenyataannya setiap sufi selalu berusaha mengungkapkan pengalamannya dalam kerangka ideology dan pemikiran yang berkembang di tengah masyarakatnya, ini berarti ungkapan-ungkapannya itu tidak dapat bebas dari kemunduran dan kemajuan kebudayaan zamannya sendiri.
MIDDLE EASTERN STUDIES, 2024
ABSTRACT: This article examines the transformation of Direklerarası Street, located on Istanbul’s historical Divanyolu, from the 1720s to the 1920s. Originally built in 1729 as an arasta to generate revenue for Ibrahim Pasha’s madrasa, it featured an innovative architectural style comprising rows of shops facing each other and colonnaded sidewalks. It served as a commercial and social centre for the Janissary Corps until their abolition in 1826. Around the 1860s, Direklerarası integrated into the entertainment and social milieu surrounding Beyazıt Square, particularly during the Ramadan months, and evolved into the primary promenade street of intramural Istanbul with the proliferation of literary cafés, teahouses, and theatres from the 1880s onwards. However, starting from the 1910s, changing socio-cultural and urban dynamics led to the decline of Direklerarası’s reputation and popularity. Conceptualizing Direklerarası as both a spatial entity and a reflection of the cultural dynamics of the late Ottoman capital, this article scrutinizes its transformation driven by social interactions, local entrepreneurship, and political interventions, focusing on spatial experiences, entertainment, spectacle, promenade culture, and clientele. KEYWORDS: Ottoman Istanbul, Direklerarası, Arasta Bazaar, Promenade Street
Journal of Scientific Exploration
James Matlock’s Signs of Reincarnation discusses important issues related to the belief in reincarnation. These include the historical and social prominence of this belief in various cultures around the world, especially its place in spiritual and religious communities. Matlock also explores data seemly suggestive of reincarnation and attempts to develop a theory of reincarnation that can account for the data collected by parapsychological investigators and researchers. In this way, Matlock aims to show that belief in reincarnation is defensible as a conclusion drawn from what he calls “signs” of reincarnation. Matlock does a good job mapping out the wide range of beliefs about reincarnation across time and culture. His description of various case studies and their salient features is highly informative. And his effort to develop a theory of reincarnation—what he calls a “processual soul theory”—is a laudable attempt at trying to accommodate the various details of intere...
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Answers Research Journal, 2022
Boletín de Humanidades y Ciencias Sociales del Real Instituto de Estudios Asturianos, nº 195, 2022
Ayer. Revista de Historia Contemporánea
CyI JobBoard, 2020
Anuario Colombiano de Historia Social y de la Cultura, 2024
Epos : Revista de filología, 1986
Iberian journal of the history of economic thought, 1970
Edumatic: Jurnal Pendidikan Informatika, 2021
Pediatric Research, 1989
Journal of Leadership Education, 2014
Eurosurveillance
Review of Metaphysics , 2024
56.2, 2024
Genes & Development, 2000