https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
Perancangan Bangunan Kampus di Jakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Hijau
Ari Wijaya1, Fadhil Mushawwir2
Universitas Persada Indonesia Y.A.I1, Universitas Persada Indonesia Y.A.I 2
E-mail: arweje@yahoo.com1, mushawwirhomestudio@gmail.com 2
ABSTRAK
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki ibu kota yang minim akan ruang hijaunya.
Setiap pembangunan mayoritas tidak terlalu mementingkan keberadaan ruang hijau di sekitar
bangunan ditambah lagi akan polusi udara yang terus meningkat setiap tahunnya, oleh karena itu da
konsep arsitektur hijau menjadi salah satu solusi yang tepat untuk pada perencanaan suatu bangunan
di daerah Jakarta, apalagi bangunan yang dapat dikatakan membutuhkan lahan yang luas dan terdapat
aktifitas yang padat didalamnya. Universitas disebut sebagai roda penggerak inovasi dan
pengembangan teknologi dengan pendekatan triple helix dalam hilirisasi riset, yaitu sinergi antara
pemerintah, swasta dan perguruan tinggi. Permasalahan dalam mendesain suatu bangunan kampus
umumnya dihadapi pada masa sekarang adalah sumber vegetasi ataupun ruang hijau menjadi
berkurang bersamaan dengan perkembangannya pembangunan di setiap daerah, yang mana
permasalahan tersbut dapat berpengaruh besar atau memiliki efek samping terhadap lingkungan
dimana bangunan tersebut di bangun. Metode yang digunakan adalah metode dokumentatif.
Perencanaan dan perancangan yang dimaksud adalah untuk membuat suatu wadah atau fasilitas yang
dapat menampung kegiatan pendidikan dalam penyediaan fasilitas proses belajar dan mengajar baik
formal maupun non formal, teoritis maupun praktik.
Kata kunci: bangunan kampus, desain kampus, ruang hijau, arsitektur hijau
ABSTRACT
Indonesia is one of the countries that has a capital city that has minimal green space. Every
major development is not too concerned with the existence of green space around the building plus
air pollution which continues to increase every year, therefore the concept of green architecture is
one of the right solutions for planning a building in the Jakarta area, especially buildings that can
be said to require a large area and there is a solid activity in it. The university is referred to as the
driving wheel of innovation and technology development with a triple helix approach in research
downstream, namely the synergy between the government, the private sector, and universities. The
problem in designing a campus building is generally faced today is that the source of vegetation
or green space is decreasing along with the development of development in each area, which
problems can have a major effect or have side effects on the environment where the building is
built. The method used is the documentary method. The planning and design in question are to
create a container or facility that can accommodate educational activities in the provision of
teaching and learning process facilities, both formal and non-formal, theoretical and practical.
Keywords: campus building, campus design, green space, green architecture
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023
35
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
1. PENDAHULUAN
Tantangan industri ke depan 4.0
adalah 3D printing, internet of thing,
advanced robotics, artificial intelligence.
Karena dengan menggunakan teknologi
kita bisa mengurangi kesalahan salah satu
pekerjaan di era yang akan datang yang
dapat digantikan oleh robot. Universitas
punya peranan sangat penting dalam
menghadapi revolusi industri 4.0.
Universitas sebagai roda penggerak
inovasi dan pengembangan teknologi
dengan pendekatan triple helix dalam
hilirisasi riset, yaitu sinergi antara
pemerintah, swasta dan perguruan tinggi.
Kerjasama dapat dilakukan baik dengan
pihak luar negri dan dalam negeri untuk
menuju akreditasi Perguruan Tinggi
Unggul. Kolaborasi dengan Lembaga
internasional seperti pertukaran dosen dan
mahasiswa dengan didukung seluruh
sivitas akademika. Hal tersebut menjadi
acuan
untuk
pentingnya
sebuah
universitas bertaraf internasional di
Indonesia, apalagi pembanguna proyek
tersebut berlokasi di daerah Jakarta,
dimana Jakarta adalah kota dengan tingkat
perekonomian tertinggi di Indonesia.
Permasalahan dalam mendesain
suatu bangunan kampus yang umumnya
dihadapi pada masa sekarang adalah
sumber vegetasi ataupun ruang hijau
menjadi berkurang bersamaan dengan
perkembangannya pembangunan di setiap
daerah, yang mana permasalahan tersbut
dapat berpengaruh besar atau memiliki
efek samping terhadap lingkungan dimana
bangunan tersebut di bangun. Khususnya
di Indonesia, dimana Indonesia adalah
negara dengan peringkat ke 9 (Sembilan)
yang memiliki hutan terluas didunia.
Dengan adanya perkembangan yang pesat
dalam aspek pembangunan, hal tersebut
dapat mengancam berkurang jumlah
vegetasi yang ada di Indonesia saat ini.
Permasalahan tersebut dapat berpengaruh
dalam suatu rancangan arsitektur, maka
dari itu rancangan dan perencanaan suatu
bangunan harus di adaptasikan atau di
36
selaraskan sesuai dengan kebutuhan
terhadap permasalahan tersebut.
Indonesia adalah salah satu negara
yang memiliki ibu kota yang minim akan
ruang hijaunya. Dalam pembangunan
mayoritas tidak terlalu mementingkan
adannya ruang hijau di sekitar bangunan
atas efek samping dari pembangunan
tersebut terhadap lingkungan sekitar
karena hanya berorientasi pada aspek
ekonomi jangka pendek, di tambah lagi
polusi udara yang terus meningkat setiap
tahunnya, oleh karena itu dalam
perencanaan
pembangunan
harus
memperhatikan aspek hijau bangunanya
untuk mengurangi efek samping yang
tentunya dapat merugikan lingkungan
sekitar, terutama untuk mahluk hidup.
Ketika ingin membawa keberlanjutan ke
kampus melalui arsitektur bangunan
hijau, mengambil langkah-langkah untuk
mengimbangi jumlah energi yang
digunakan untuk memberi daya pada
berbagai jenis bangunan sangat penting.
Kampus adalah pemboros energi: Siswa
yang bersemangat sering begadang,
banyak profesor datang saat fajar untuk
mempersiapkan
pelajaran
untuk
mengakomodasi berbagai kegiatan.
2. LANDASAN TEORI
Cony R. Semiawan (1998:12)
secara umum tugas penyelenggaraan
pendidikan tinggi saat ini bertambah berat
karena
paradigma
baru
seperti
akuntabilitas,
kualitas
pendidikan,
otonomi dan evaluasi diri pendidikan
tinggi dipersyaratkan oleh masa depan
yang menuntut aktualisasi keunggulan
kemampuan manusia secara optimal, yang
sementara ini masih hidden excellence in
personhood. Prinsip tersebut dihadang
oleh berbagai masalah krusial dalam
strategi pengembangannya. Peradaban
baru abad ke 21 menuntut setiap
universitas untuk mampu menciptakan
lulusan universitas untuk berkinerja,
sehingga dapat bertahan (survive) dan
berkembang
mencapai
aktualisasi
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
keunggulan secara optimal. Conny R.
Semiawan (1998:33) pendidikan tinggi
antara
lain
berfungsi
untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi
manusia yang memiliki perilaku, nilai dan
norma sesuai sistem yang berlaku
sehingga mewujudkan totalitas manusia
yang utuh dan mandiri sesuai tata cara
hidup bangsa.
Penelitian ini menyoroti wewenang
para pengambil kebijakan di perguruan
tinggi yang berkaitan langsung dalam
kewenangannya menentukan kebijakan
kerjasama luar negeridisatuan pendidikan
perguruan tinggi untuk menguji sejauh
mana peran pengambil kebijakan di
perguruan
tinggi
dalam
upaya
peningkatan kerjasama luar negeri,
merupakan langkah strategis dari suatu
universitas untuk mencapai World Class
University.
Standar Sarana dan Prasarana
Perguruan Tinggi;
1) Lahan dimiliki oleh perguruan tinggi
atau diizinkan secara formal oleh
pemegang hak atas lahan untuk
dimanfaatkan oleh perguruan tinggi
untuk jangka waktu minimum 20
tahun.
2) Lokasi lahan sesuai dengan peruntukan
yang diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Peraturan Zonasi
atau rencana lainyang lebih rinci dan
mengikat,
dan
mendapat
izin
pemanfaatan ruang dari Pemerintah
Daerah setempat.
3) Standar kebutuhan luas lahan pada
peraturan inipada dasarnya adalah
untuk menghitung kebutuhan lahan
untuk pendirian setiap program studi
Magister, Doktor, Spesialis dan/atau
Profesi yang berdiri sendiri, berada di
luar kampus utama, atau yang
ditambahkan pada program studi yang
sudah ada.
4) Luas lahan minimum sebuah kampus
program studi Magister, Doktor,
Spesialis dan/atau Profesi pada
perguruan tinggi dapat menampung
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
sarana dan prasarana untuk melayani
seluruh kegiatan pembelajaran dalam
perguruan tinggi tersebut.
5) Kampus yang menyelenggarakan
program studi Magister, Doktor,
Spesialis dan/atau Profesi yang
berlokasi relatif jauh dari kampus
utama harus dilengkapi dengan sarana
dan prasarana sesuai dengan standar
untuk melayani semua program studi
pada masingmasing lokasi kampus.
6) Lahan efektif adalah lahan yang
digunakan
untuk
mendirikan
bangunan, infrastruktur, lahan/tempat
praktik dan tempat parkir.
7) Luas lahan efektif tidak kurang dari
luas lantai dasar bangunan dikalikan
satu per Koefisien Dasar Bangunan
(1/KDB) ditambah luas lahan/tempat
praktik dan lahan yang diperlukan
untuk parkir kendaraan di luar
bangunan, dengan rumus sebagai
berikut:
Luas lahan = {Luas lantai dasar
bangunan x 1/KDB} + lahan praktik +
lahan parkir terbuka
(1)
8) Lahan kampus perguruan tinggi
penyelenggara
program
studi
Magister, Doktor, Spesialis dan/atau
Profesi memenuhi ketentuan rasio luas
lahan per mahasiswa dan luas lahan
minimum yang ditetapkan pada tabel:
Tabel 2.1.
Ratio Minimum dan Luas Lahan
Minimum Kampus Perguruan Tinggi
9)
Koefisien Dasar Hijau (KDH),
yaitu persentase bagian lahan yang
dihijaukan terhadap luas lahan
keseluruhan,
harus
mengikuti
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
setempat tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah, Rencana Rinci Tata
Ruang atau Peraturan Zonasi. Bila
Peraturan Daerah dimaksud belum
37
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
tersedia, Koefisien Dasar Hijau
minimum adalah 10%.
10) Lahan terhindar dari potensi bahaya
yang mengancam kesehatan dan
keselamatan jiwa, serta memiliki
akses untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat.
11) Kemiringan lahan rata-rata untuk
pendirian bangunan kurang dari 15%.
12) Lahan terhindar dari gangguangangguan berikut:
13) Pencemaran air, sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air dan
peraturan penggantinya.
14) Pencemaran udara, sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran
Udara dan peraturanpenggantinya.
15) Kebisingan,
sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup Nomor Kep.
48/MENLH/11/1996 Tentang Baku
Mutu Kebisingan dan peraturan
penggantinya.
Ketentuan
standar
bangunan
kampus sebgai berikut :
Status legal dan ketentuan hukum
lainnya bangunan dilengkapi izin
mendirikan
bangunan
dan
izin
penggunaan bangunan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Ketentuan teknis antara lain :
1) Standar kebutuhan luas bangunan pada
peraturan inipada dasarnya adalah
untuk
menghitung
kebutuhan
bangunan untuk pendirian setiap
program studi Magister, Doktor,
Spesialis dan/atau Profesi yang berdiri
sendiri, berada di luar kampus utama,
atau yang ditambahkan pada program
studi yang sudah ada.
2) Luas lantai bangunan dihitung
berdasarkan banyak dan jenis program
studi, serta banyak rombongan belajar
di masing-masing program studi
dengan rumus sebagai berikut:
38
Luas lantai bangunan total = Jumlah
seluruh luas lantai (ruang manajemen,
ruang akademik umum, ruang akademik
khusus, ruang penunjang)
(2)
3) Bangunan kampus perguruan tinggi
penyelenggara program studi Magister,
Doktor, Spesialis dan/atau Profesi
memenuhi ketentuan rasio luas
bangunan per mahasiswa dan luas
bangunan minimum sebagaimana
ditetapkan pada berikut :
Tabel 2.2.
Rasio Minimum dan Luas Lantai
Minimum Perguruan Tinggi
4) Bangunan
memenuhi
ketentuan
intensitas dan tata bangunan yang
diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota setempat tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah,Rencana
Rinci Tata Ruang, Peraturan Zonasi,
Bangunan, atau peraturan lainnya yang
mengikat. Bila Peraturan Daerah
dimaksud belum tersedia, maka:
⁻ Koefisien Dasar Bangunan, yaitu
persentase luas lantai dasar
bangunan terhadap luas lahan,
maksimum adalah 80% dari luas
lahan di luar luas lahan praktik
dan parkir di luar bangunan.
⁻ Jarak bebas bangunan gedung
yang meliputi Garis Sempadan
Bangunan terhadap as jalan batas
kepemilikan persil, tepi sungai,
tepi pantai, jalan kereta api,
dan/atau Saluran Udara Tegangan
Tinggi atau Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi,dan jarak
antara bangunan gedung dengan
batas-batas persil mengikuti
peraturan yang berlaku nasional.
⁻ Garis Sempadan Bangunan muka
minimum 10 meter, dan Garis
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
Sempadan Bangunan samping
dan belakang minimum 4 meter.
5) Bangunan memenuhi persyaratan
keselamatan.
6) Bangunan memenuhi persyaratan
Kesehatan.
7) Bangunan memenuhi persyaratan
kenyamanan.
8) Bangunan
bertingkat
dilengkapi
tangga yang bentuk, lokasi dan
jumlahnya
mempertimbangkan
kemudahan, keamanan, keselamatan,
dan kesehatan pengguna. Bangunan
bertingkat lebih dari empat lantai
dilengkapi dengan elevator.
9) Bangunan dilengkapi sistem keamanan
dengan setiap ruangan dapat dikunci
denganbaik saat tidak digunakan.
10) Bangunan dilengkapi instalasi listrik
dengan daya yang memadai untuk
menunjang seluruh peralatan listrik
yang digunakan, minimum 5 VA
untuk setiap m2 luas lantaibangunan.
Instalasi
memenuhi
ketentuan
Peraturan Umum Instalasi Listrik.
11) Pembangunan gedung atau ruang
baru harus dirancang, dilaksanakan,
dan diawasisecara profesional.
12) Kualitas bangunan gedung minimum
adalah kelas A, sesuai dengan Pasal
45 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan, dan mengacu pada SNI
konstruksi yang diterbitkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum.
13) Bangunan perguruan tinggi dapat
bertahan minimum 20 tahun.
14) Pemeliharaan bangunan perguruan
tinggi adalah sebagai berikut:
a) Pemeliharaan ringan, meliputi
pengecatan ulang, perbaikan
sebagian daun jendela/pintu,
penutup lantai, penutup atap,
plafon, instalasi air dan listrik,
dilakukan minimum sekali dalam
5 tahun.
b) Pemeliharaan berat, meliputi
penggantian sebagian kecil atau
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
sebagian besar rangkarangka
bangunan terutama yang terbuat
dari kayu, serta penutup atau
pelapis atap, dilakukan minimum
sekali dalam 20 tahun
Konsep arsitektur hijau menjadi
topik yang menarik saat ini, salah satunya
karena kebutuhan untuk memberdayakan
potensi site dan menghemat sumber daya
alam akibat menipisnya sumber energi tak
terbarukan. Arsitektur hijau ialah sebuah
konsep
arsitektur
yang
berusaha
meminimalkan pengaruh buruk terhadap
lingkungan alam maupun manusia dan
menghasilkan tempat hidup yang lebih
baik dan lebih sehat, yang dilakukan
dengan cara memanfaatkan sumber energi
dan sumber daya alam secara efisien dan
optimal.
‘Green’ dapat diinterpretasikan
sebagai sustainable (berkelanjutan),
earthfriendly (ramah lingkungan), dan
high performance building (bangunan
dengan performa sangat baik). Ukuran
'green' ditentukan oleh berbagai faktor,
dimana terdapat peringkat yang merujuk
pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau.
Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green'
jika dikaitkan dengan praktek arsitektur
antara lain penggunaan renewable
resources,
passive-active
solar
photovoltaic,
teknik
menggunakan
tanaman untuk atap, taman tadah hujan,
menggunakan kerikil yang dipadatkan
untuk area perkerasan, dan sebagainya.
Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan
pada pengurangan penggunaan energi
(misalnya energi listrik), lowenergy house
dan zero energy building dengan
memaksimalkan
penutup
bangunan
(building envelope). Penggunaan energi
terbarukan seperti energi matahari, air,
biomass, dan pengolahan limbah menjadi
energi juga patut diperhitungkan.
Pada tahun 1994 the one green
archirtecture of Amerika atau U.S. Green
building Council mengeluarkan sebuah
standar yang bernama Leadership in
Energy and Environmental Design
(LEED)
standards
dengan
dasar
39
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
kualifikasi sebagai berikut:
1) Pembangunan yang berkelanjutan
2) Pelestarian air
3) Peningkatan efisiensi energi
4) Bahan bangunan terbarukan
5) Kualitas lingkungan dan ruangan
Brenda dan Robert Vale, 1991,
dalam bukunya yang berjudul Green
Architecture Design fo Sustainable Future
mengungkapkan bahwa Arsitektur Hijau
memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Conserving Energy (Hemat Energi)
2) Working with Climate (Memanfaatkan
kondisi dan sumber energi alami)
3) Respect for Site (Menanggapi keadaan
tapak pada bangunan)
4) Perencanaan mengacu pada interaksi
antara bangunan dan tapaknya
5) Respect for User (Memperhatikan
pengguna bangunan)
6) Limitting New Resources
(Meminimalkan Sumber Daya Baru)
7) Holistic
3. METODOLOGI
Metode
dokumentasi
adalah
pengumpulan data yang bersumber
dari tulisan. Dokumentasi digunakan
untuk
mengungkap
kembali
jika
diperlukan untuk keperluan analisa atau
pembanding lainnya.
Contoh Bangunan Arsitektur Hijau
Sumber : http://www.hargreaves.com
Gambar 3.1 University of Cincinnati
Ohio USA, Campus Green
40
Dari memprioritaskan pendidikan
lingkungan di kelas hingga menetapkan
standar keberlanjutan yang lebih tinggi
termasuk bangunan hemat energi dengan
manajemen kualitas udara dan air terus
merevolusi menuju kampus yang hijau
dan ramah lingkungan.
Sumber. Sgu.ac.id
Gambar 3.2.Swiss German
University(SGU)
Sejak didirikan, SGU sebagai
universitas internasional di Indonesia
telah didedikasikan untuk memberikan
pendidikan berkualitas yang sesuai
dengan standar internasional dan
bertujuan untuk mengembangkan para
profesional yang terampil yang memenuhi
tuntutan industri.
Sebagai
pelopor
dalam
menawarkan kurikulum internasional dan
program gelar internasional di Indonesia,
SGU telah menjalin kemitraan dengan 17
universitas dan 250 perusahaan yang
tersebar di seluruh Eropa yang
menempatkan
institusi
di
antara
universitas yang paling sukses dengan
koneksi Eropa.
Demi
mendukung
kualitas
internasional yang dimiliki, SGU
menyediakanfasilitas kampus yang dapat
menunjang
pendidikan.
SGU
menyediakan
fasilitas yang dapat
digunakan para mahasiswa untuk belajar,
di antaranya adalah Engineering Lab,
Computer Lab, Hotel Room Replika,
Studio, Food and Beverages Lab, Life
Sciences, Classroom, Investment Gallery,
Enterpreneur Development Center, dan
Library.
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep perancangan bangunan
kampus dengan pendekatan arsitektur
hijau Jakarta, konsep tapak, ruang,
sirkulasi, estetika bangunan, struktur dan
utilitas.
Gambar 4.1. Diagram Pola Pikir
Perencanaan
Dalam aspek manusia identifikasi
pengguna kampus akibat adanya
multicultural,
menentukan
aktivitas
kegiatan manusia di kampus, menentukan
kapasitan
pengguna
kampus,
merencanakan besaran ruang sesuai
kapasitas
yang
telah
ditentukan,
merencanakan sirkulasi manusia yang
dapat menampung kapasitas pengguna
agar tidak terjadi persilangan gerak
manusia, menyediakan fasilitas yang
menunjang kebutuhan pengguna kampus.
Dalam aspek lingkungan Membuat
lingkungan
yang
sehat,
Dapat
menanggapi
keadaan
tapak
pada
bangunan, Meminimalkan pengaruh
buruk terhadap lingkungan alam sekitar
maupun manusia, Memanfaatkan sumber
energi dan sumber daya alam secara
efisien dan optimal, Kelayakan ruang
terbuka diarea kampus yang dapat
menunjang aktivitas, Tingkat kebisingan
dari jalan tol, jalan raya dan dari area
sekitar, Akses pencapaian entrance dan
exit.
Dalam aspek banguan, memberi
kesan bangunan arsitektur hijau di
kawasan ibu kota padat penduduk,
menampilkan citra bangunan yang
mengangkat arsitektur hijau sebagai
konsep dasar
bentuk
bangunan,
mengintegrasikan segala aktivitas baik
dalam ruangan maupun di luar ruangan,
membagi zona-zona fungsi ruang
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
didalam bangunan untuk kenyamanan
dan mempermudah pengguna kampus,
menerapkan prinsip – prinsip arsitektur
hijau pada massa bangunan agar dapat
menyebarkan dampak positif terhadap
lingkungan sekitar, membuat bangunan
majemuk yang saling terkoneksi sesuai
dengan fungsipelayanan, massa bangunan
dapat sesuai dengan kriteria arsitektur
hijau,
membuat
perbedaan
area
umum(kampus) dan privasi(asrama).
Analisa Tapak
Jakarta memiliki luas sekitar 664,01
km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan
penduduk berjumlah 11.100.929 jiwa
(2020). Wilayah metropolitan Jakarta
(Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar
28 juta jiwa, merupakan metropolitan
terbesar di Asia Tenggara atau urutan
kedua di dunia.
Gambar 4.2. Peta RT/RW Jakarta
⁻ Analisa Kebisingan
Menempatkan area pengelola di
bagian depan, area service di belakangdan
area pendidikan diantara keduanya.
Penempatan area pendidikan yang diapit
oleh area pengelola dan area service
dimaksudkan
untuk
mengurangi
kebisingan yang akan terjadi di area
pendidikan.
⁻ Analisa Fungsi Bangunan Sekitar
⁻ Analisa Pemilihan Pintu Masuk
⁻ Analisa Lintasan Matahari ;
Gambar 4.3. Lintasan Matahari
41
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
Dapat dirancang orientasi bangunan tidak
menghadap langsung ke arah timur-barat,
dengan memposisikan bangunan dengan
kemiringan beberapa derajat dari garis
timur-barat. Selain itu dapat pula
memposisikan bangunan menghadap
utara-selatan, sehingga sinar matahari
tidak secara langsung masuk ke dalam
bangunan. alternatif solusi memberikan
secondary skin terhadap sisi yang terkena
matahari langsung.
Analisa Kegiatan
Pada kegiatan komplek kampus
terdapat alur sirkulasi yaitu sirkulasi
aktifitas manusia, aksesibilitas dan
sirkulasi pada site.
a. Sirkulasi Manusia
b. Aksesibilitas
c. Sirkulasi pada Site
Analisa Program Ruang
Analisis ruang berisi mengenai
besaran tiap ruangan dalam bangunan. Hal
ini dimaksudkan agar mengetahui standar
ruang dan jumlah luasan yang diperlukan.
Standar ruang tersebut bersumber dari
data asitek, beberapa peraturan perundang
undangan yang berlaku dan asumsi yang
didasarkan pada kebutuhan penggunanya.
Analisis ruang akan menentukan jumlah
luasan pada bangunan secara keseluruhan.
Analisa Penerapan Arsitektur Hijau Pada
Bangunan
Rancangan dan perencanaan bangunan
kampus arsitektur hijau solusi yang kuat
untuk masalah perkotaan yang sebenarnya
sangat umum, yaitu mempertemukan
keinginan pemerintah kota setempat
untuk penggunaan yang menguntungkan
dari sebuah site dengan kebutuhan publik
akan ruang terbuka hijau. Rencana
bangunan kampus arsitektur hijau Jakarta
berharap dapat memenuhi kedua
kebutuhan dalam satu struktur dengan
menciptakan model agro-urban yang
inovatif.
Berangkat dari sebuah pemikiran “kota
untuk bangunan dan pinggiran kota untuk
taman” yang menurut saya adalah salah,
karena terlalu mudah untu membuangalam
di pinggiran kota dan meninggalkan
42
warna abu – abu di kota dan itu adalah ide
yang sama sekali menurut saya tidak
memiliki imajinasi.
Mak dari itu dalam proses perancangan
dan perencanaan bangunan kampus
arsitektur hijau Jakarta ini, akan
menekankan
kesinambungan
zona
tanaman dengan bangunan kampus
arsitektur hijau Jakarta, dan untuk
merepresentasikan lansekap dari taman
sebagai pohon tinggi yangrindang, bukan
vegetasi rendah yang cenderung terjadi di
sekitar bangunan di kawasan kota, ada
juga bangunan yang akan berbentuk
tangga dan taman atap akan diadopsi
diatasnya. Terkait bangunan sebagai
gunung(tanggga), dan pohon yang
rindang serta bertemakan keindahan alam,
maka akan diadopsi konfigurasi ruang dan
konfigurasi
vegetasi
yang
merepresentasikan Indonesia sebagai
pemilik hutan terbesar ke-9 di dunia.
Selain itu bangnan ini berharap dapat
mewujudkan atas dukungan terhadap
proyek reboisasi dari pemerintah pusat,
memberikan suatu kontribusi untuk
regenarasi
lingkungan
dan
keanekaragaman hayati perkotaan tanpa
harus memperluas area kota. Bangunan
bangunan kampus arsitektur hijau Jakarta
ini pun berencana untuk menjadi rumah
bagi ratusan pohon bahkan ribuan
tanaman, yang mana tumbuhan itu akan di
distribusikan ke setiap lantai dan di
tempatkan sesuai dengan posisi bangunan
terhadap sinar mataharo. Karena system
tanman bangunan ini sangat membantu
dalam
menciptakan
kelembapan,
menyerap CO2, mengurangi debu dan
menghasilkan O2 serta tentunya tanaman
ini dapan melindungi dari sinar matahari
secara langsung dan juga polusi suara,
yang mana letak lahan bangunan ini
berada dipusat kota.
Pengairan pohon–pohon/ tanaman
yang
akan
diterapkan
itu
pun
menggunakansystem tetes/ penyemprotan
(sprinkler) otomatis yang diatur di pusat
penampungan. Air yang digunakan di
ambil dari air pembuangan (sudah melalui
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
proses penjernihan) dan air tanah yang
disatukan di dalam tangki penampungan
serta tentunya pemanfaatan kembali air
hujan yang akan di tampung untuk
digunakan kembali. Irigasi dikendalikan
secara elektrik, yang mampu menghitung
kebutuhan riil air yangperlukan oleh setiap
tanaman. Setiap katup di sistem irigasi
juga tidak saling ketergantungan satu
dengan yang lain, sehingga menjamin
aliran air berjalan denganbaik.
Selanjutnya pada fasad akan di berikan
kulit ganda (secondary skin/solar
shading) pada bangunan, dan akan
diberikan jarak pada kulit bangunan
utama, sehingga limbah udara ataupun
hawa panas yang dihasilkan dari matahari
sore hari akan di ekstrasi melalui tepi
blakon/bangunan pada sisi kulit ganda.
Setelah itu pada perencanaan area parkir
pun akan di berikan area tersendiri yang
mana itu adalah basement, namun parker
kendaraan pun akan langsung kita giring
ke area basementdimana kendaraan (tidak
termasuk sepeda) tidak akan melalui atau
berkatifitas diarea kampus, sehingga
lingkungan kampus akan bersih dari area
polusi udara.
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
Dasar
pertimbangan
analisis
zoning didalam tapak adalah sebagai
berikut:
1) Zona hijau ditetapkan sebagai area
penghubung antar bangunan dan area
yang beabs dari polusi udara yang
diciptakan oleh kendaraan, selain itu
zona hijau adalah zona untuk aktivitas
mahasiswa dan juga untuk area
pengihauan.
2) Zona biru adalah zona bagi pengelola,
dimana zona ini terbuka untuk publik,
baik pengunjung mahasiswa dan
tentunya staf pengelola. Zona ini
terdapat hall yang dapat disewakan
untuk umum.
3) Zona merah digunakan untuk aktifitas
utama universitas yaitu pendidikan
4) Zona Cyan digunakan untuk area
privat, dimana area itu diperuntukkan
untukasrama dosen dan mahasiswa.
5) Zona magenta adalah zona penunjang
seperti gelanggang olah raga dan
rumah peribadatan, dan untuk rumah
peribadaatan dapat di jangkau untuk
publik.
6) Zona abu – abu adalah sirkulasi utama
kendaraan.
5. KESIMPULAN
Gambar 4.4. Analisa Zoning Tapak
Gambar 4.5. Skema Hubungan Antar
Zona
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023
⁻ Konsep arsitektur hijau secara tidak
langsung adalah salah satu solusi yang
tepat untuk pada perencanaan suatu
bangunan di daerah Jakarta. Bangunan
yang dapat dikatakan membutuhkan
lahan yang sangat besar dan terdapat
aktifitas yang padat didalamnya.
⁻ Pembangunan kampus di Jakarta
berserta
fasilitas
pendukungnya
dianggap perlu sebagai sarana dan
prasarana yang nantinya mampu
mengembangkan mental, bakat, hobi,
inovasi, kritis, semangat belajar, dan
aspek sosialisasi dan lainnya yang
berbasis internasional bagi seluruh
civitas akademika.
43
P-ISSN :2580-4308
E-ISSN :2654-8046
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-teknologi/issue/archive
⁻ Orientasi bangunan Bangunan akan
dibuat majemuk (bermassa banyak),
dan orientasi bangunan menghadap
kearah pusat terhadap tapak, selain itu
konsep ini dapat merepresentasikan
bahwa segala ilmu berawal dan
berpusat
terhadap
buku
(perpustakaan).
⁻ Kebisingan; Area pusat pendidikan
harus dijauhkan dari area bising yaitu
area barat dan utara, dan pada area
tersebut akan diberikan jumlah
vegetasi yg cukup menutupi.
008/11/konsep-green- architecturearsitektur_10.html
Anisa. 2010. Aplikasi Green Architecture.
Rumah Tradisional/Kenyamanan
Thermal oleh Setyowati. Jurnal
Teknologi Vol.6, No.2, Juli 2014.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/j
urtek/article/view/219/194
Nusa Graha Semesta. 2017. Arsitektur
Hijau.http://nusarealty.com/arsitekt
ur-hijau/
DAFTAR PUSTAKA
Rad, Farham Moghaddan and Gholian,
Mohammad. 2014. Leadership in
Energy and Environmental Design.
European Online Journal of Natural
and Social Sciences 2014 Vol.3,
No.4 Special Issue on Architecture,
Urbanism, and Civil
Engineering. Retrieved from
http://environmentecology.com/environment-andarchitecture/81-the-leadership-inenergy-and-environmental-designleed-.html
Nugroho, Agung Cahyo. 2011. Sertifikasi
Arsitektur/
Bangunan
Hijau:
Menuju Bangunan yang Ramah
Lingkungan. Jurnal Arsitektur
Universitas Bandar Lampung,
Desember hlm 12-22
Iswanto Hadi Yanuar,dkk. 2013. Desain
Pengembangan Green Architecture
Di Kawasan Dago Dengan
Pendekatan Arsitektur Tradisional
Sunda.http://artikel.dikti.go.id/inde
x.php/pkm-p/article/viewfile/39/39
Nusa Graha Semesta. 2017. Arsitektur
Hijau.http://nusarealty.com/arsitekt
ur-hijau/
Hindarto, P. 2008. Konsep Green
Architecture/Arsitektur Hijau oleh
Budi
Pradono.
Dalam
:
http://www.astudioarchitect.com/2
44
Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 7 No 2 Juli 2023