Makalah ini berusaha mengkaji proporsi substansi materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dalam... more Makalah ini berusaha mengkaji proporsi substansi materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditinjau dari aspek resiko bencana alam. Hasil analisis dan kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam peninjauan kembali muatan materi resiko bencana dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang. Pentingnya pemetaan substansi materi ini dilatarbelakangi oleh kondisi geografis Indonesia yang sangat rentan terhadap terjadinya bencana alam khususnya bencana geologi. Analisis dilakukan terhadap KTSP untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Substansi materi IPBA untuk KTSP jenjang Pendidikan Dasar diidentifikasi pada KTSP matapelajaran IPA dan IPS. Adapun untuk substansi materi IPBA pada jenjang Pendidikan Menengah diidentifikasi dalam KTSP matapelajaran Fisika dan Geografi. Hasil analisis terhadap materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa untuk SD terintegrasi dalam mata pelajaran IPA dengan porsi 23,53 % dari jumlah keseluruhan materi IPA yang diberikan, untuk SMP diberikan pada mata pelajaran IPA dan IPS dengan porsi IPA 6,94% dan IPS 5,26%, untuk SMA diberikan pada mata pelajaran fisika dan geografi dengan porsi fisika 2,70% dan geografi 55,56% dari keseluruhan materi dikelas X atau 19,23% untuk program IPS. Dengan jumlah porsi materi IPBA yang relatif kecil dalam KTSP, maka pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik agar tercipta masyarakat yang siaga bencana. Proporsi materi IPBA yang masih relatif sedikit dalam KTSP juga menunjukkan bahwa pemikiran terhadap upaya pemahaman resiko bencana belum menjadi bagian yang signifikan dalam materi pembelajaran di sekolah.
It has been done a research in order to achieve volcano disaster preparedness behavior especially... more It has been done a research in order to achieve volcano disaster preparedness behavior especially Mt. Merapi (Java, Indonesia) for students of Elementary School. It examines whether science instruction influences volcano disaster preparedness, and whether disaster education and resources mediate between anxiety and disaster preparedness behavior. Research is conducted by qualitative design. About 14 students of SDN Kiyaran 2 grade 4 are involved as respondents. Data were collected through observation on teaching-learning process, focus group discussion and in-depth interview with all respondents (teacher and student of elementary school). Results showed that there was a lack comprehension of volcano eruption, disaster risk of it and disaster preparedness in students of Elementary School grade 4. Further, it was found that science instruction (disaster education) and resources are partial mediators between anxiety and volcano eruption preparedness. Implications of the findings are discussed within socioeconomic and cultural context of Special District of Yogyakarta, Indonesia.
Makalah ini berusaha mengkaji substansi KTSP dan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD) dalam ... more Makalah ini berusaha mengkaji substansi KTSP dan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD) dalam tinjauan .pendidikali mitigasi bencana gunung api. Analisis ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sejauh mana pendidikan dasar mernpersiapkan peserta didik untuk memahami karakterisrik gurumg api, potensi dan resika bencana erupsi gunung api yang kemungkinan ditirnbulkannya. Peserta didik di SD memegang peranan penting dalam upaya pendidikan mitigasi bencana sebab pengetahuan mengenai dampak dan resiko tinggal di sekitar gunung api harus diberikan sejak dini. Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang manfaat dan resiko tinggal di sekitar gunung api sangat rnembantu upaya menumbuhkan sikap kesiapsiagaan bencana erupsi gunung api. UNESCO/UNICEF (2012) telah menyusun lima dimensi dalam upaya mereduksi bahaya bencana alam. Salah satu dimensi tersebut adalah pemahaman ilmiah dan mekanisme terjadinya bencana alam. Hasil analisis, dan kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam peninjauan kembali muatan materi resiko bencana dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang maupun upaya penyusunan muatan Iokal bagi pembelajaran di jenjang SD. Pentingnya pemetaan substansi materi ini dilararbelakangi oleh kondisi geografis Indonesia yang sangat rentan terhadap terjadinya bencana alam khususnya bencana geologi. Analisis dilakukan terhadap KTSP dan Kurikulum 2013 untuk jenjang SekolahDasar
Makalah ini berusaha mengkaji proporsi substansi materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dalam... more Makalah ini berusaha mengkaji proporsi substansi materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditinjau dari aspek resiko bencana alam. Hasil analisis dan kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam peninjauan kembali muatan materi resiko bencana dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang. Pentingnya pemetaan substansi materi ini dilatarbelakangi oleh kondisi geografis Indonesia yang sangat rentan terhadap terjadinya bencana alam khususnya bencana geologi. Analisis dilakukan terhadap KTSP untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Substansi materi IPBA untuk KTSP jenjang Pendidikan Dasar diidentifikasi pada KTSP matapelajaran IPA dan IPS. Adapun untuk substansi materi IPBA pada jenjang Pendidikan Menengah diidentifikasi dalam KTSP matapelajaran Fisika dan Geografi. Hasil analisis terhadap materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa untuk SD terintegrasi dalam mata pelajaran IPA dengan porsi 23,53 % dari jumlah keseluruhan materi IPA yang diberikan, untuk SMP diberikan pada mata pelajaran IPA dan IPS dengan porsi IPA 6,94% dan IPS 5,26%, untuk SMA diberikan pada mata pelajaran fisika dan geografi dengan porsi fisika 2,70% dan geografi 55,56% dari keseluruhan materi dikelas X atau 19,23% untuk program IPS. Dengan jumlah porsi materi IPBA yang relatif kecil dalam KTSP, maka pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik agar tercipta masyarakat yang siaga bencana. Proporsi materi IPBA yang masih relatif sedikit dalam KTSP juga menunjukkan bahwa pemikiran terhadap upaya pemahaman resiko bencana belum menjadi bagian yang signifikan dalam materi pembelajaran di sekolah.
It has been done a research in order to achieve volcano disaster preparedness behavior especially... more It has been done a research in order to achieve volcano disaster preparedness behavior especially Mt. Merapi (Java, Indonesia) for students of Elementary School. It examines whether science instruction influences volcano disaster preparedness, and whether disaster education and resources mediate between anxiety and disaster preparedness behavior. Research is conducted by qualitative design. About 14 students of SDN Kiyaran 2 grade 4 are involved as respondents. Data were collected through observation on teaching-learning process, focus group discussion and in-depth interview with all respondents (teacher and student of elementary school). Results showed that there was a lack comprehension of volcano eruption, disaster risk of it and disaster preparedness in students of Elementary School grade 4. Further, it was found that science instruction (disaster education) and resources are partial mediators between anxiety and volcano eruption preparedness. Implications of the findings are discussed within socioeconomic and cultural context of Special District of Yogyakarta, Indonesia.
Makalah ini berusaha mengkaji substansi KTSP dan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD) dalam ... more Makalah ini berusaha mengkaji substansi KTSP dan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD) dalam tinjauan .pendidikali mitigasi bencana gunung api. Analisis ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sejauh mana pendidikan dasar mernpersiapkan peserta didik untuk memahami karakterisrik gurumg api, potensi dan resika bencana erupsi gunung api yang kemungkinan ditirnbulkannya. Peserta didik di SD memegang peranan penting dalam upaya pendidikan mitigasi bencana sebab pengetahuan mengenai dampak dan resiko tinggal di sekitar gunung api harus diberikan sejak dini. Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang manfaat dan resiko tinggal di sekitar gunung api sangat rnembantu upaya menumbuhkan sikap kesiapsiagaan bencana erupsi gunung api. UNESCO/UNICEF (2012) telah menyusun lima dimensi dalam upaya mereduksi bahaya bencana alam. Salah satu dimensi tersebut adalah pemahaman ilmiah dan mekanisme terjadinya bencana alam. Hasil analisis, dan kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam peninjauan kembali muatan materi resiko bencana dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang maupun upaya penyusunan muatan Iokal bagi pembelajaran di jenjang SD. Pentingnya pemetaan substansi materi ini dilararbelakangi oleh kondisi geografis Indonesia yang sangat rentan terhadap terjadinya bencana alam khususnya bencana geologi. Analisis dilakukan terhadap KTSP dan Kurikulum 2013 untuk jenjang SekolahDasar
Uploads
Papers by Mas Puji
resiko bencana dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang. Pentingnya pemetaan substansi materi
ini dilatarbelakangi oleh kondisi geografis Indonesia yang sangat rentan terhadap terjadinya bencana alam
khususnya bencana geologi. Analisis dilakukan terhadap KTSP untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Substansi materi IPBA untuk KTSP jenjang Pendidikan Dasar diidentifikasi pada KTSP matapelajaran IPA dan IPS. Adapun untuk substansi materi IPBA pada jenjang Pendidikan Menengah diidentifikasi dalam KTSP matapelajaran Fisika dan Geografi.
Hasil analisis terhadap materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa untuk SD terintegrasi dalam mata pelajaran IPA dengan porsi 23,53 % dari jumlah keseluruhan materi IPA yang diberikan, untuk SMP diberikan pada mata pelajaran IPA dan IPS dengan porsi
IPA 6,94% dan IPS 5,26%, untuk SMA diberikan pada mata pelajaran fisika dan geografi dengan porsi fisika
2,70% dan geografi 55,56% dari keseluruhan materi dikelas X atau 19,23% untuk program IPS. Dengan jumlah porsi materi IPBA yang relatif kecil dalam KTSP, maka pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik agar tercipta masyarakat yang siaga bencana. Proporsi materi IPBA yang masih relatif sedikit dalam
KTSP juga menunjukkan bahwa pemikiran terhadap upaya pemahaman resiko bencana belum menjadi bagian yang signifikan dalam materi pembelajaran di sekolah.
Research is conducted by qualitative design. About 14 students of SDN Kiyaran 2 grade 4 are involved as respondents. Data were collected through observation on teaching-learning process, focus group discussion and in-depth interview with all respondents (teacher and student of elementary school).
Results showed that there was a lack comprehension of volcano eruption, disaster risk of it and disaster preparedness in students of Elementary School grade 4. Further, it was found that science instruction (disaster education) and resources are partial mediators between anxiety and volcano eruption preparedness. Implications of the findings are discussed within socioeconomic and cultural context of Special District of Yogyakarta, Indonesia.
resiko bencana dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang. Pentingnya pemetaan substansi materi
ini dilatarbelakangi oleh kondisi geografis Indonesia yang sangat rentan terhadap terjadinya bencana alam
khususnya bencana geologi. Analisis dilakukan terhadap KTSP untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Substansi materi IPBA untuk KTSP jenjang Pendidikan Dasar diidentifikasi pada KTSP matapelajaran IPA dan IPS. Adapun untuk substansi materi IPBA pada jenjang Pendidikan Menengah diidentifikasi dalam KTSP matapelajaran Fisika dan Geografi.
Hasil analisis terhadap materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa untuk SD terintegrasi dalam mata pelajaran IPA dengan porsi 23,53 % dari jumlah keseluruhan materi IPA yang diberikan, untuk SMP diberikan pada mata pelajaran IPA dan IPS dengan porsi
IPA 6,94% dan IPS 5,26%, untuk SMA diberikan pada mata pelajaran fisika dan geografi dengan porsi fisika
2,70% dan geografi 55,56% dari keseluruhan materi dikelas X atau 19,23% untuk program IPS. Dengan jumlah porsi materi IPBA yang relatif kecil dalam KTSP, maka pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik agar tercipta masyarakat yang siaga bencana. Proporsi materi IPBA yang masih relatif sedikit dalam
KTSP juga menunjukkan bahwa pemikiran terhadap upaya pemahaman resiko bencana belum menjadi bagian yang signifikan dalam materi pembelajaran di sekolah.
Research is conducted by qualitative design. About 14 students of SDN Kiyaran 2 grade 4 are involved as respondents. Data were collected through observation on teaching-learning process, focus group discussion and in-depth interview with all respondents (teacher and student of elementary school).
Results showed that there was a lack comprehension of volcano eruption, disaster risk of it and disaster preparedness in students of Elementary School grade 4. Further, it was found that science instruction (disaster education) and resources are partial mediators between anxiety and volcano eruption preparedness. Implications of the findings are discussed within socioeconomic and cultural context of Special District of Yogyakarta, Indonesia.