In today's era, it has become easier for working parents to find childcare services because o... more In today's era, it has become easier for working parents to find childcare services because of the growing number of childcare institutions or services. However, limitations in a rural environment requires parents, especially working mothers to find childcare or caregiver substitutes in their social environment. This study aims to describe the concept of social care occurs in rural communities. This exploratory-descriptive qualitative research was carried out in Malang Regency, East Java, using the selected sample and snowball technique. The method used is semistructured interviews conducted with 3 people involved in childcare services for preschool children, and the data analysis model is taken from Miles and Huberman. The research results show that the social care concept has 3 dimensions: the mutually beneficial relationship of social exchange of childcarers and parents; carefree system of child care environment; and co-parenting mechanism. Partnership is performed voluntaril...
In today's era, it has become easier for working parents to find childcare services because of th... more In today's era, it has become easier for working parents to find childcare services because of the growing number of childcare institutions or services. However, limitations in a rural environment require parents, especially working mothers, to find caregiver substitutes in their social environment. This study aims to describe the concept of social care occurring in rural communities. This exploratory-descriptive qualitative research was carried out in Malang Regency, East Java, using the selected sample and snowball technique. The method used is semi-structured interviews conducted with three people involved in childcare services for preschool children, and the data analysis model is taken from Miles and Huberman. The research results show that the social care concept has three dimensions: the mutually beneficial relationship of social exchange between caregivers and parents; the carefree parenting strategies; and co-parenting mechanism. The partnership is performed voluntarily by offering strategies to find caregivers by increasing social cohesion in the community and involving children in activities with the social community. This study offers the strategies that can be implemented by working parents in finding caregivers in the social community by prioritizing informal kinship relations. Keywords childcare, preschool-aged children, rural, social community, working parents 2016). However, informal kinship care carried out by the 61 members of the social community has not been conceptualized 62 well in terms of a socio-demographic factors in rural 63 communities. Therefore, it is crucial to find a conceptual 64 depiction of social care that occurs in rural communities. 65 Theoretically, this research is expected to contribute 66 knowledge about the concept of social childcare, how social 67 communities can become partners in childcare, and how it 68 can be one of the literature references for future researchers. 69 Practically, this research is expected to help parents and 70 caregivers carry out the parenting process with the help of a 71 childcare partner.
Pokdarwis Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang dibentuk pada tahun 2018 dengan tujua... more Pokdarwis Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang dibentuk pada tahun 2018 dengan tujuan untuk mengelola obyek wisata Coban Pandawa. Memasuki tahun 2019, Pokdarwis Desa Sukodono mengalami kevakuman karena beberapa hal, salah satunya adalah rendahnya skill manajemen organisasi anggota pokdarwis sehingga kinerja organisasi menjadi terhambat. Pokdarwis merupakan organisasi yang independen dan bersifat swadaya dan swakarsa, sehingga dalam hal keuangan juga diharapkan dapat menjadi organisasi yang mandiri dan profesional. Program pendampingan difokuskan kepada pelatihan administrasi keuangan dengan tujuan meningkatkan kapasitas organisasi. Pelaksanaan program pengabdian dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahapan sosialisasi dan tahapan pelatihan administrasi keuangan.
Kumawula: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2020
Indeks minat baca di Indonesia masih sangat rendah, sehingga menyebabkan pemerintah melalui Keme... more Indeks minat baca di Indonesia masih sangat rendah, sehingga menyebabkan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015, yang mewajibkan siswa membaca buku selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai dengan tujuan untuk meningkatkan literasi siswa. Upaya peningkatan literasi siswa juga dilakukan oleh Pemerintah Desa Sukodono dengan membuat Perpustakaan Desa. Perpustakaan Desa dikelola oleh Karang Taruna, namun dalam perjalanannya Karang Taruna tidak maksimal dalam mengelola sehingga perpustakaan desa belum berfungsi sebagaimana mestinya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang untuk meningkatkan minat baca siswa dengan melakukan revitalisasi perpustakaan desa, yaitu penambahan koleksi pustaka, melibatkan stakeholder dalam kegiatan dan promosi perpustakaan melalui lomba. Kegiatan pengabdian melibatkan Karang Taruna sebagai pengelola perpustakaan desa dan sekolah dengan tujuan untuk menciptakan keberlanjutan terhadap upaya peningkatan literasi siswa. Hasil dari kegiatan pengabdian yang dilakukan antara lain meningkatnya minat baca siswa sekolah dasar Desa Sukodono, bertambahnya koleksi pustaka dan meningkatnya pengetahuan dan kemampuan organisasi Karang Taruna dalam pengelolaan perpustakaan desa.
Memasuki era revolusi industri 4.0 yang telah dijalani dengan berbagai disrupsinya, membawa gagas... more Memasuki era revolusi industri 4.0 yang telah dijalani dengan berbagai disrupsinya, membawa gagasan lebih lanjut sebagaimana diajukan oleh Jepang untuk menjadikan masyarakat sebagai pusat dari teknologi yang berkembang pesat. Diskursus yang dibahas kemudian mencakup bagaimana berbagai teknologi tersebut membawa kebermanfaatan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Gagasan yang diajukan oleh Jepang tersebut disebut sebagai gambaran perkembangan Society 5.0 yang merupakan kelanjutan dari hunting society (Society 1.0), agricultural society (Society 2.0), industrial society (Society 3.0), dan information society (Society 4.0). Society 5.0 digambarkan sebagai masyarakat yang menjadikan manusia sebagai pusat perkembangan teknologinya. Dengan demikian, perkembangan teknologi informasi tidak hanya semata ditujukan untuk akselerasi pembangunan ekonomi semata, melainkan juga untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan sosial yang ada. Gagasan ini kemudian mengemuka dan membawa diskusi lebih lanjut bagaimana proyeksi Society 5.0 di Indonesia. Secara khusus, sebagai mahasiswa Psikologi, muncul pertanyaan bagaimana menempatkan Psikologi sebagai kontributor penting dalam menyambut society 5.0 di Indonesia. Peran Psikologi yang luas diharapkan dapat menyentuh berbagai lapisan sistem di masyarakat mulai dari keluarga, organisasi hingga komunitas. Hal tersebut mendorong Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk menyelenggarakan sebuah konferensi ilmiah untuk mahasiswa Psikologi yaitu Konferensi Mahasiswa Psikologi Indonesia (KMPI) yang telah diselenggarakan secara daring pada 29 Agustus 2020 lalu. Tema Revitalisasi Peran Psikologi dalam Keluarga, Organisasi, dan Komunitas: Tantangan dalam Menyambut Society 5.0 ini mendapat respons yang sangat baik dari mahasiswa Psikologi di berbagai penjuru Tanah Air dengan diterimanya puluhan artikel yang membahas mengenai peran psikologi dalam menyambut Society 5.0 dan isu-isu lain yang turut mengiringinya. Artikel tersebut disatukan dalam sebuah prosiding yang sedang pembaca nikmati sekarang. Akhirnya, tim editor mengucapkan terima kasih kepada peserta sekaligus kontributor artikel dalam prosiding ini. Semoga sumbangsih ilmu tersebut mengalir tiada henti, dan tergandakan tiada batas. Psikologi Prioritas!
In today's era, it has become easier for working parents to find childcare services because o... more In today's era, it has become easier for working parents to find childcare services because of the growing number of childcare institutions or services. However, limitations in a rural environment requires parents, especially working mothers to find childcare or caregiver substitutes in their social environment. This study aims to describe the concept of social care occurs in rural communities. This exploratory-descriptive qualitative research was carried out in Malang Regency, East Java, using the selected sample and snowball technique. The method used is semistructured interviews conducted with 3 people involved in childcare services for preschool children, and the data analysis model is taken from Miles and Huberman. The research results show that the social care concept has 3 dimensions: the mutually beneficial relationship of social exchange of childcarers and parents; carefree system of child care environment; and co-parenting mechanism. Partnership is performed voluntaril...
In today's era, it has become easier for working parents to find childcare services because of th... more In today's era, it has become easier for working parents to find childcare services because of the growing number of childcare institutions or services. However, limitations in a rural environment require parents, especially working mothers, to find caregiver substitutes in their social environment. This study aims to describe the concept of social care occurring in rural communities. This exploratory-descriptive qualitative research was carried out in Malang Regency, East Java, using the selected sample and snowball technique. The method used is semi-structured interviews conducted with three people involved in childcare services for preschool children, and the data analysis model is taken from Miles and Huberman. The research results show that the social care concept has three dimensions: the mutually beneficial relationship of social exchange between caregivers and parents; the carefree parenting strategies; and co-parenting mechanism. The partnership is performed voluntarily by offering strategies to find caregivers by increasing social cohesion in the community and involving children in activities with the social community. This study offers the strategies that can be implemented by working parents in finding caregivers in the social community by prioritizing informal kinship relations. Keywords childcare, preschool-aged children, rural, social community, working parents 2016). However, informal kinship care carried out by the 61 members of the social community has not been conceptualized 62 well in terms of a socio-demographic factors in rural 63 communities. Therefore, it is crucial to find a conceptual 64 depiction of social care that occurs in rural communities. 65 Theoretically, this research is expected to contribute 66 knowledge about the concept of social childcare, how social 67 communities can become partners in childcare, and how it 68 can be one of the literature references for future researchers. 69 Practically, this research is expected to help parents and 70 caregivers carry out the parenting process with the help of a 71 childcare partner.
Pokdarwis Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang dibentuk pada tahun 2018 dengan tujua... more Pokdarwis Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang dibentuk pada tahun 2018 dengan tujuan untuk mengelola obyek wisata Coban Pandawa. Memasuki tahun 2019, Pokdarwis Desa Sukodono mengalami kevakuman karena beberapa hal, salah satunya adalah rendahnya skill manajemen organisasi anggota pokdarwis sehingga kinerja organisasi menjadi terhambat. Pokdarwis merupakan organisasi yang independen dan bersifat swadaya dan swakarsa, sehingga dalam hal keuangan juga diharapkan dapat menjadi organisasi yang mandiri dan profesional. Program pendampingan difokuskan kepada pelatihan administrasi keuangan dengan tujuan meningkatkan kapasitas organisasi. Pelaksanaan program pengabdian dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahapan sosialisasi dan tahapan pelatihan administrasi keuangan.
Kumawula: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2020
Indeks minat baca di Indonesia masih sangat rendah, sehingga menyebabkan pemerintah melalui Keme... more Indeks minat baca di Indonesia masih sangat rendah, sehingga menyebabkan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015, yang mewajibkan siswa membaca buku selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai dengan tujuan untuk meningkatkan literasi siswa. Upaya peningkatan literasi siswa juga dilakukan oleh Pemerintah Desa Sukodono dengan membuat Perpustakaan Desa. Perpustakaan Desa dikelola oleh Karang Taruna, namun dalam perjalanannya Karang Taruna tidak maksimal dalam mengelola sehingga perpustakaan desa belum berfungsi sebagaimana mestinya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang untuk meningkatkan minat baca siswa dengan melakukan revitalisasi perpustakaan desa, yaitu penambahan koleksi pustaka, melibatkan stakeholder dalam kegiatan dan promosi perpustakaan melalui lomba. Kegiatan pengabdian melibatkan Karang Taruna sebagai pengelola perpustakaan desa dan sekolah dengan tujuan untuk menciptakan keberlanjutan terhadap upaya peningkatan literasi siswa. Hasil dari kegiatan pengabdian yang dilakukan antara lain meningkatnya minat baca siswa sekolah dasar Desa Sukodono, bertambahnya koleksi pustaka dan meningkatnya pengetahuan dan kemampuan organisasi Karang Taruna dalam pengelolaan perpustakaan desa.
Memasuki era revolusi industri 4.0 yang telah dijalani dengan berbagai disrupsinya, membawa gagas... more Memasuki era revolusi industri 4.0 yang telah dijalani dengan berbagai disrupsinya, membawa gagasan lebih lanjut sebagaimana diajukan oleh Jepang untuk menjadikan masyarakat sebagai pusat dari teknologi yang berkembang pesat. Diskursus yang dibahas kemudian mencakup bagaimana berbagai teknologi tersebut membawa kebermanfaatan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Gagasan yang diajukan oleh Jepang tersebut disebut sebagai gambaran perkembangan Society 5.0 yang merupakan kelanjutan dari hunting society (Society 1.0), agricultural society (Society 2.0), industrial society (Society 3.0), dan information society (Society 4.0). Society 5.0 digambarkan sebagai masyarakat yang menjadikan manusia sebagai pusat perkembangan teknologinya. Dengan demikian, perkembangan teknologi informasi tidak hanya semata ditujukan untuk akselerasi pembangunan ekonomi semata, melainkan juga untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan sosial yang ada. Gagasan ini kemudian mengemuka dan membawa diskusi lebih lanjut bagaimana proyeksi Society 5.0 di Indonesia. Secara khusus, sebagai mahasiswa Psikologi, muncul pertanyaan bagaimana menempatkan Psikologi sebagai kontributor penting dalam menyambut society 5.0 di Indonesia. Peran Psikologi yang luas diharapkan dapat menyentuh berbagai lapisan sistem di masyarakat mulai dari keluarga, organisasi hingga komunitas. Hal tersebut mendorong Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk menyelenggarakan sebuah konferensi ilmiah untuk mahasiswa Psikologi yaitu Konferensi Mahasiswa Psikologi Indonesia (KMPI) yang telah diselenggarakan secara daring pada 29 Agustus 2020 lalu. Tema Revitalisasi Peran Psikologi dalam Keluarga, Organisasi, dan Komunitas: Tantangan dalam Menyambut Society 5.0 ini mendapat respons yang sangat baik dari mahasiswa Psikologi di berbagai penjuru Tanah Air dengan diterimanya puluhan artikel yang membahas mengenai peran psikologi dalam menyambut Society 5.0 dan isu-isu lain yang turut mengiringinya. Artikel tersebut disatukan dalam sebuah prosiding yang sedang pembaca nikmati sekarang. Akhirnya, tim editor mengucapkan terima kasih kepada peserta sekaligus kontributor artikel dalam prosiding ini. Semoga sumbangsih ilmu tersebut mengalir tiada henti, dan tergandakan tiada batas. Psikologi Prioritas!
Uploads
Papers
Conference Presentations
Gagasan yang diajukan oleh Jepang tersebut disebut sebagai gambaran perkembangan Society 5.0 yang merupakan kelanjutan dari hunting society (Society 1.0), agricultural society (Society 2.0), industrial society (Society 3.0), dan information society (Society 4.0). Society 5.0 digambarkan sebagai masyarakat yang menjadikan manusia sebagai pusat perkembangan teknologinya. Dengan demikian, perkembangan teknologi informasi tidak hanya semata ditujukan untuk akselerasi pembangunan ekonomi semata, melainkan juga untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan sosial yang ada.
Gagasan ini kemudian mengemuka dan membawa diskusi lebih lanjut bagaimana proyeksi Society 5.0 di Indonesia. Secara khusus, sebagai mahasiswa Psikologi, muncul pertanyaan bagaimana menempatkan Psikologi sebagai kontributor penting dalam menyambut society 5.0 di Indonesia. Peran Psikologi yang luas diharapkan dapat menyentuh berbagai lapisan sistem di masyarakat mulai dari keluarga, organisasi hingga komunitas. Hal tersebut mendorong Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk menyelenggarakan sebuah konferensi ilmiah untuk mahasiswa Psikologi yaitu Konferensi Mahasiswa Psikologi Indonesia (KMPI) yang telah diselenggarakan secara daring pada 29 Agustus 2020 lalu.
Tema Revitalisasi Peran Psikologi dalam Keluarga, Organisasi, dan Komunitas: Tantangan dalam Menyambut Society 5.0 ini mendapat respons yang sangat baik dari mahasiswa Psikologi di berbagai penjuru Tanah Air dengan diterimanya puluhan artikel yang membahas mengenai peran psikologi dalam menyambut Society 5.0 dan isu-isu lain yang turut mengiringinya. Artikel tersebut disatukan dalam sebuah prosiding yang sedang pembaca nikmati sekarang. Akhirnya, tim editor mengucapkan terima kasih kepada peserta sekaligus kontributor artikel dalam prosiding ini. Semoga sumbangsih ilmu tersebut mengalir tiada henti, dan tergandakan tiada batas. Psikologi Prioritas!
Teaching Documents
Drafts
Gagasan yang diajukan oleh Jepang tersebut disebut sebagai gambaran perkembangan Society 5.0 yang merupakan kelanjutan dari hunting society (Society 1.0), agricultural society (Society 2.0), industrial society (Society 3.0), dan information society (Society 4.0). Society 5.0 digambarkan sebagai masyarakat yang menjadikan manusia sebagai pusat perkembangan teknologinya. Dengan demikian, perkembangan teknologi informasi tidak hanya semata ditujukan untuk akselerasi pembangunan ekonomi semata, melainkan juga untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan sosial yang ada.
Gagasan ini kemudian mengemuka dan membawa diskusi lebih lanjut bagaimana proyeksi Society 5.0 di Indonesia. Secara khusus, sebagai mahasiswa Psikologi, muncul pertanyaan bagaimana menempatkan Psikologi sebagai kontributor penting dalam menyambut society 5.0 di Indonesia. Peran Psikologi yang luas diharapkan dapat menyentuh berbagai lapisan sistem di masyarakat mulai dari keluarga, organisasi hingga komunitas. Hal tersebut mendorong Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk menyelenggarakan sebuah konferensi ilmiah untuk mahasiswa Psikologi yaitu Konferensi Mahasiswa Psikologi Indonesia (KMPI) yang telah diselenggarakan secara daring pada 29 Agustus 2020 lalu.
Tema Revitalisasi Peran Psikologi dalam Keluarga, Organisasi, dan Komunitas: Tantangan dalam Menyambut Society 5.0 ini mendapat respons yang sangat baik dari mahasiswa Psikologi di berbagai penjuru Tanah Air dengan diterimanya puluhan artikel yang membahas mengenai peran psikologi dalam menyambut Society 5.0 dan isu-isu lain yang turut mengiringinya. Artikel tersebut disatukan dalam sebuah prosiding yang sedang pembaca nikmati sekarang. Akhirnya, tim editor mengucapkan terima kasih kepada peserta sekaligus kontributor artikel dalam prosiding ini. Semoga sumbangsih ilmu tersebut mengalir tiada henti, dan tergandakan tiada batas. Psikologi Prioritas!