Books by Said Syarifuddin Abu Baedah
Irsyad Baitus Salam, 2021
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini t... more Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Isi di luar tanggung jawab Percetakan.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
GUNADARMA ILMU, 2017
Buku ini memuat enam puluh percakapan yang berhubungan dengan aktivitas keseharian, khususnya ke... more Buku ini memuat enam puluh percakapan yang berhubungan dengan aktivitas keseharian, khususnya ketika berada di Timur tengah (Negara-Negara Arab). Misalnya, ketika berada di air port, di stasiun kereta api, di terminal, di kampus, di pasar, dan lain-lain. Buku ini juga memuat beberapa kosa kata bahasa Arab kontemporer yang biasa ditemui di surat kabar, di majalah, dan buku-buku kontemporer yang berbahasa Arab, seperti yang berhubungan dengan ekonomi, politik, medis,dan
lain-lain.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Buku ; Progres Hukum Keluarga Islam di Indonesia Pasca Reformasi, 2020
Allah swt menurunkan syari’at Islam kepada Nabi Muhammad
saw. untuk disampaikan kepada manusia se... more Allah swt menurunkan syari’at Islam kepada Nabi Muhammad
saw. untuk disampaikan kepada manusia sebagai pedoman untuk
mengatur kehidupan mereka guna mencapai kebahagiaan hidup,
baik di dunia maupun di akhirat. Hukum Islam dengan al-Qur’an
dan Hadis sebagai sumber utamanya, memperkenalkan kepada
manusia tentang kebenaran-kebenaran dan tata nilai yang bersifat
universal, kekal, dan komprehensip, karena itu hukum Islam
memiliki daya untuk menampung keragaman yang menjadi ciri
khas keragaman manusia, sekaligus mampu untuk berkembang
sejalan dengan kemajuan peradaban manusia.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Papers by Said Syarifuddin Abu Baedah
Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam, 2020
This study aims to reveal the view of Imam Malik about
maslahat as an independent proposition in ... more This study aims to reveal the view of Imam Malik about
maslahat as an independent proposition in the determination
of Islamic law. Trying to explain the terminology of
maslahat, uncovering the dimensions of maslahat in the
determination of Islamic law, analyzing maslahat as a basis
of Islamic law that stands alone to establish Islamic law
according to Imam Malik, and citing examples of Imam
Malik's fatwa based on consideration of maslahat. This paper
is a qualitative descriptive study using a multidisciplinary
approach including normative, philosophical, and
sociological approaches. This study shows that maslahat
contains two sides, namely attracting or bringing benefit and
rejecting or avoiding harm in order to maintain the goals of
shari'ah, the establishment of Islamic law aims at realizing
human benefit that is universal, generally accepted and
lasting for all humans and in all circumstances. Imam Malik
is of the view that maslahat can be used as a basis for
independent legal considerations, without the need for
legitimation of the shar'i proposition. For example, Imam
Malik establishes the saliva of a holy dog. The fatwa is not
in line with the instructions of the hadith that classify it as
unclean. Imam Malik was not the first scholar to settle such
a law, but his companions had experienced such cases, they
then resolved these problems by issuing fatwas that were
"contrary to" the instructions of zhahir nas. Therefore, the
renewal of Islamic law can be done through maslahat
considerations, such as those taken by Imam Malik, in order
to provide legal answers to problems faced by the
community, so that Islamic law appears to live dynamically in a society that continues to experience changes and
developments
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Uploads
Books by Said Syarifuddin Abu Baedah
lain-lain.
saw. untuk disampaikan kepada manusia sebagai pedoman untuk
mengatur kehidupan mereka guna mencapai kebahagiaan hidup,
baik di dunia maupun di akhirat. Hukum Islam dengan al-Qur’an
dan Hadis sebagai sumber utamanya, memperkenalkan kepada
manusia tentang kebenaran-kebenaran dan tata nilai yang bersifat
universal, kekal, dan komprehensip, karena itu hukum Islam
memiliki daya untuk menampung keragaman yang menjadi ciri
khas keragaman manusia, sekaligus mampu untuk berkembang
sejalan dengan kemajuan peradaban manusia.
Papers by Said Syarifuddin Abu Baedah
maslahat as an independent proposition in the determination
of Islamic law. Trying to explain the terminology of
maslahat, uncovering the dimensions of maslahat in the
determination of Islamic law, analyzing maslahat as a basis
of Islamic law that stands alone to establish Islamic law
according to Imam Malik, and citing examples of Imam
Malik's fatwa based on consideration of maslahat. This paper
is a qualitative descriptive study using a multidisciplinary
approach including normative, philosophical, and
sociological approaches. This study shows that maslahat
contains two sides, namely attracting or bringing benefit and
rejecting or avoiding harm in order to maintain the goals of
shari'ah, the establishment of Islamic law aims at realizing
human benefit that is universal, generally accepted and
lasting for all humans and in all circumstances. Imam Malik
is of the view that maslahat can be used as a basis for
independent legal considerations, without the need for
legitimation of the shar'i proposition. For example, Imam
Malik establishes the saliva of a holy dog. The fatwa is not
in line with the instructions of the hadith that classify it as
unclean. Imam Malik was not the first scholar to settle such
a law, but his companions had experienced such cases, they
then resolved these problems by issuing fatwas that were
"contrary to" the instructions of zhahir nas. Therefore, the
renewal of Islamic law can be done through maslahat
considerations, such as those taken by Imam Malik, in order
to provide legal answers to problems faced by the
community, so that Islamic law appears to live dynamically in a society that continues to experience changes and
developments
lain-lain.
saw. untuk disampaikan kepada manusia sebagai pedoman untuk
mengatur kehidupan mereka guna mencapai kebahagiaan hidup,
baik di dunia maupun di akhirat. Hukum Islam dengan al-Qur’an
dan Hadis sebagai sumber utamanya, memperkenalkan kepada
manusia tentang kebenaran-kebenaran dan tata nilai yang bersifat
universal, kekal, dan komprehensip, karena itu hukum Islam
memiliki daya untuk menampung keragaman yang menjadi ciri
khas keragaman manusia, sekaligus mampu untuk berkembang
sejalan dengan kemajuan peradaban manusia.
maslahat as an independent proposition in the determination
of Islamic law. Trying to explain the terminology of
maslahat, uncovering the dimensions of maslahat in the
determination of Islamic law, analyzing maslahat as a basis
of Islamic law that stands alone to establish Islamic law
according to Imam Malik, and citing examples of Imam
Malik's fatwa based on consideration of maslahat. This paper
is a qualitative descriptive study using a multidisciplinary
approach including normative, philosophical, and
sociological approaches. This study shows that maslahat
contains two sides, namely attracting or bringing benefit and
rejecting or avoiding harm in order to maintain the goals of
shari'ah, the establishment of Islamic law aims at realizing
human benefit that is universal, generally accepted and
lasting for all humans and in all circumstances. Imam Malik
is of the view that maslahat can be used as a basis for
independent legal considerations, without the need for
legitimation of the shar'i proposition. For example, Imam
Malik establishes the saliva of a holy dog. The fatwa is not
in line with the instructions of the hadith that classify it as
unclean. Imam Malik was not the first scholar to settle such
a law, but his companions had experienced such cases, they
then resolved these problems by issuing fatwas that were
"contrary to" the instructions of zhahir nas. Therefore, the
renewal of Islamic law can be done through maslahat
considerations, such as those taken by Imam Malik, in order
to provide legal answers to problems faced by the
community, so that Islamic law appears to live dynamically in a society that continues to experience changes and
developments