The karst hills of Gombong Selatan have abundant potential water resources, especially in locatio... more The karst hills of Gombong Selatan have abundant potential water resources, especially in locations that have underground springs and rivers. The connectivity between the subsurface passageways that is difficult to know can threaten the potential of water resources, one of which is due to pollution caused by uncontrolled human activities. Therefore, identification of catchment systems and boundaries of water catchment areas in karst aquifers is needed that can contribute to sustainable water resources management policies. This catchment identification needs to be conducted because previous studies have never explored the eastern side of this karst area. This study aims to (1) define the underground river flow connectivity (upstream-downstream) of Banteng Cave; and (2) limiting the water catchment area of Banteng Cave. The method used to determine the subsurface connectivity system was carried out through an artificial tracer test, while the catchment area was delineated using a wate...
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) is one of the provinces in Indonesia that does not have a backup... more Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) is one of the provinces in Indonesia that does not have a backup or potential sources of non-renewable primary energy. The non-renewable energy demand until this time such as oil and gas is supplied from the outside of region. DIY is in the interconnection systems of Jawa Madura Bali (JAMALI) and does not have the large-scale power system. DIY has renewable energy sources such as hydro, solar, wind, wave and biomass energy. These renewable energy resources are alternative energy that have not been optimally used. The lack of the reserve energy resources that results dependence of energy supply from other areas should receive special attention from DIY government. To meet the energy demand, it is required to develop energy resources. Due to the development of energy resources requires long time and high cost, it is necessary to make energy planning well supported by energy policy. The purpose of this study is to identify the renewable energy potential...
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi bentuklahan, kandungan unsur besi dan jenis mineral... more Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi bentuklahan, kandungan unsur besi dan jenis mineral besi, persebarannya unsur besi serta potensinya. Metode yang digunakan adalah survey lapangan untuk analisis bentuklahan, pengambilan sampel dan analisis X Ray Fluorensce . Bentuklahan asal proses marine di wilayah penelitian dikonfigurasi oleh tiga jenis bentuklahan diantaranya bentuklahan gisik, bentuklahan beting gisik, dan swale. Kandungan besi pada titik di bentuklahan gisik secara berurutan G1-G5 adalah sebesar 47.4%, 40.3%, 22.2%, 39.7%, dan 15.2%. Sedangkan pada bentuklahan beting gisik kandungan unsur besi pada BG1-BG5 adalah sebesar 35.8%, 51.2%, 37.5%, 33.2%, dan 25.4%. Mineral besi yang terkandung secara umum didominasi dengan keberadaan mineral magnetit, ilmenit dan hematit. Persebaran unsur besi di wilayah penelitian memiliki kecenderungan semakin suatu titik menjauhi sumber material, maka kandungan unsur besi akan semakin rendah. Rata-rata kandungan unsur besi pada beting...
Karst area is highly susceptible to changes to climate parameters. One of the parameters is rainf... more Karst area is highly susceptible to changes to climate parameters. One of the parameters is rainfall variability. In addition to shaping the condition of water resources, rainfall in the Gunung Sewu karst area determines the nature of crop and livestock of the agriculture sectors―the local population's main economic activities, warranting the significance of the rainfall variability studies. Rainfall variability in karst areas also affects disaster conditions such as drought and floods. However, due to insufficient meteorological data in quality and quantity, there has been no rainfall variability studies conducted in this locality. The research intended to analyze rainfall variability in the Gunung Sewu karst area in 1979‒2013 by utilizing rainfall predictions from satellite images that many scholars had tested in different locations and recognized as having good quality. In the analysis, mean monthly rainfall was calculated, and the trends of annual rainfall and average rainfa...
UDC 551.44:556.33(594) Afid Nurkholis, Tjahyo Nugroho Adji, Eko Haryono, Ahmad Cahyadi & Slamet S... more UDC 551.44:556.33(594) Afid Nurkholis, Tjahyo Nugroho Adji, Eko Haryono, Ahmad Cahyadi & Slamet Suprayogi: Time series analysis application for karst aquifer characterisation in Pindul Cave karst system, Indonesia The karst hydrologic system in Pindul Cave can be categorised as ‘binary’ because it is recharged by the developed cave systems around it and by the Kedungbuntung ponor, which originates from an undeveloped karst system. The main objective of this study is to determine whether there are any differences in the aquifer characteristics that recharge to the Kedungbuntung ponor and the Pindul Cave outlet, using a time-series analysis approach. This analysis was conducted using univariate (autocorrelation) and bivariate (cross-correlation) statistical methods, which analyse data based on the domains of time (timebased analysis) and frequency (frequency-based analysis). Furthermore, the Master Recession Curve (MRC) calculation was conducted to confirm the time-series analysis res...
Indonesia diperkirakan memiliki luas area denudasional karst seluas 140.000.000 km2. Melalui pros... more Indonesia diperkirakan memiliki luas area denudasional karst seluas 140.000.000 km2. Melalui proses denudasi kawasan karst di Indonesia, jumlah karbondioksida yang terserap diperkirakan mencapai 13.482 Gg CO2/tahun. Nilai penyerapan karbon sebesar 13.428 Gg CO2/tahun ini hanya berasal dari proses denudasional, dengan menambahkan komponen-komponen vegetasi sebagai penutup lahan, laju penyerapan karbon akan semakin besar pada wilayah karst. Sejauh ini masih banyak mataair yang berada di daerah karst Rembang yang belum dikaji variabilitas CaCO3 dan laju penyerapan karbon atmosfer (CO2) secara detail. Besaran debit aliran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi agresivitas penyerapan karbondioksida (CO2), semakin besar debit aliran maka semakin besar karbondioksida (CO2) yang dapat terserap. Kawasan karst rembang dengan luas sekitar 30,2 km2 memiliki nilai laju penyerapan karbondioksida (CO2) sebesar 19,45 Gg CO2/tahun. Kemudian, hasil perhitungan tingkat pelarutan pada wilayah kaji...
ABSTRAK Hutan rawa gambut tropika sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan pada ekosistem ala... more ABSTRAK Hutan rawa gambut tropika sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan pada ekosistem alaminya seperti penebangan vegetasi hutan dan pembakaran, drainase dan pengelolaan lahan. Hal ini disebabkan karena ekosistem gambut sangat tergantung pada bahan-bahan organik pembentuk gambut yang dipengaruhi oleh ketersediaan air, kanopi penutup dan masukan serasah. Konversi hutan rawa gambut menyebabkan perubahan ekosistem yang bersifat anaerobik menjadi aerobik sehingga mempercepat proses dekomposisi atau penguraian bahan organik dan pencucian hara tanah gambut. Kondisi tersebut berarti mempengaruhi keseimbangan karbon (C) global. Perubahan keseimbangan C tersebut berarti telah terjadi perubahan fungsi lahan gambut sebagai penyerap (sink) dan pemendam (sequestration) C menjadi pelepas (emission) CO2 ke atmosfer. Perubahan tersebut sebagai akibat dari keberadaan saluran drainase lebar dan dalam yang menyebabkan penurunan jeluk muka air tanah (water table depth). Akibatnya kondisi tanah ...
Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi struktur ekologi bentanglahan dan menganalisis kes... more Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi struktur ekologi bentanglahan dan menganalisis kesesuaiannya sebagai habitat Kukang Jawa di Kabupaten Temanggung. Penelitian menggunakan penginderaan jauh citra Landsat 8 untuk pembuatan peta struktur ekologi bentanglahan dan parameter kesesuaian habitat. Kesesuaian habitat Kukang Jawa dilakukan dengan mencocokkan satuan peta lahan dengan kelas kesesuaian habitat. Kukang Jawa menggunakan matriks hutan untuk menjadi habitat, meliputi kegiatan berlindung dan mencari makan. Kukang Jawa menggunakan koridor cabang antarpohon untuk berpindah tempat. Luas kesesuaian habitat Kukang Jawa adalah 261,202 km2 (30,06%) sangat sesuai, 189,445 km2 (21,8 %) cukup sesuai, dan 418,189 km2 (48,13 %) tidak sesuai. Lokasi yang sangat sesuai untuk habitat Kukang Jawa diantaranya adalah Kecamatan Gemawang, Kandangan, Bejen, Pringsurat, dan Kranggan. Bentuklahan yang sangat sesuai sebagai habitat Kukang Jawa adalah aliran lava dan lahar, kerucut gunungapi, dan...
The Gunung Kidul karst is the western part (65%) of the larger Gunung Sewu (Thousand Hills) karst... more The Gunung Kidul karst is the western part (65%) of the larger Gunung Sewu (Thousand Hills) karst area, which is generally considered a type example of cone- or kegelkarst (Lehmann, 1936). This classification is an over-simplification, however, in that the karst landscape within the Gunung Sewu is considerably differentiated in terms of landform morphology and genesis. In the Gunung Kidul, this differentiation is evident from aerial photographs, which provide basic information about landform patterns, including lineament information. These observations were confirmed by field investigation, which incorporated landform measurement and acquisition of lithological information. These detailed studies distinguish three Gunung Kidul karst subtypes: labyrinth-cone, polygonal, and residual cone karst. The labyrinth-cone subtype occurs in the central Gunung Kidul karst where hard, thick limestones have undergone intensive deformation. Polygonal karst has developed in the western perimeter on...
2021 IEEE International Smart Cities Conference (ISC2)
The development of a city is in accordance with the complexity level of problems. It is necessary... more The development of a city is in accordance with the complexity level of problems. It is necessary to make the planning for a new capital and it is also important to anticipate any possible problems that may happen in the future. A smart city is one of the solutions to apply in developing the new capital of Indonesia that is planned to be located in East Kalimantan. This paper contains literature review in providing the descriptions related to the concept and definition of smart city, the implementation of smart city in Indonesia and other countries, and the argument discussion on the need for developing elements of smart city in the preparation of the New Capital of Indonesia.
The definition of a karst drainage basin in the aquifer of the karst area is an absolute thing to... more The definition of a karst drainage basin in the aquifer of the karst area is an absolute thing to do as a water resource management unit. This research aimed to characterize the hydrogeology of the Gunungsewu Karst Area in the upper reach of the Gremeng Karst Drainage Basin. For this purpose, it was divided into three stages, namely geological survey, speleological survey, and artificial tracer test. The results indicate that the area observed lies in two or more geological formations: Semilir Formation, composed of sandstone and tuff from the ancient volcano Wonodadi eruptions, and Wonosari Formation, in which carbonate rocks consisting of massive coral limestone and bedded chalky limestone predominate. In volcanic rocks, the surface rivers have developed into allogenic streams flowing from underlying beds exposed updip. The contact between the two different formations results in the formation of ponors and springs. The artificial tracer test revealed two underground river systems ...
Taman Nasional Baluran memiliki kondisi geomorfologi dan iklim yang khas sehingga dapat membentuk... more Taman Nasional Baluran memiliki kondisi geomorfologi dan iklim yang khas sehingga dapat membentuk sabana. Masalah yang terjadi di Taman Nasional Baluran adalah adanya perubahan penutup lahan seiring berjalannya waktu. Kondisi tersebut diikuti dengan perubahan struktur ekologi bentanglahan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penutup lahan berdasarkan aspek geomorfologi dan dinamika perubahannya di Taman Nasional Baluran. Teknik sistem informasi geografis dan penginderaan jauh digunakan untuk menginterpretasi kondisi geomorfologi dan penutup lahan. Analisis ini juga menggunakan software FRAGSTAT untuk mengkuantifikasi landscape metrics. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap penutup lahan memiliki pola sesuai dengan kondisi geomorfologi. Temuan lain menunjukkan bahwa penutup lahan semak dan belukar, sabana, serta hutan lahan rendah mengalami perubahan luas secara signifikan selama tahun 1997-2019. Fragmentasi yang terjadi pada penutup lahan di Taman ...
This study aims to determine the differences in hydrochemistry, the factors influencing these dif... more This study aims to determine the differences in hydrochemistry, the factors influencing these differences, and their relationship with karst aquifer development in Jonggrangan Karst, Java Island, Indonesia. The discharges were measured in three springs and the slow-flow percentage was separated. Furthermore, Principal Component Analysis (PCA) was conducted to determine the factors affecting hydrochemical conditions, while the karst aquifer development level was analyzed using the Master Recession Curve (MRC) method. The three springs showed variations in hydrochemistry due to different discharge fluctuations controlled by the karst aquifer nature in releasing its groundwater storage. Anjani Spring showed most fluctuations, while Kiskendo and Mudal Springs were relatively stable. The results also revealed that the hydrochemical conditions were influenced by the same main principal factors. When slow-flow is dominant during the dry season, carbonate mineral dissolution-precipitation is the primary process, whereas when quick-flow is dominant during flood events, dilution by precipitation causes carbonate mineral dissolution. Meanwhile, mixing with rainwater, water infiltration from the unsaturated zone, and interaction with clastic rock were secondary principal factors. Based on MRC analysis, the Anjani Spring had the most developed aquifer with a value of 8, while the Kiskendo and Mudal Springs had a value of 5.5. The higher value of karst aquifer development at the Anjani Springs led to the development of more diverse and large voids (conduits), which allowed water to be transported with more variable velocity and residence time. Therefore, the hydrochemical conditions of this spring fluctuated the most compared to the other springs.
ASEAN Journal on Science and Technology for Development
The impact of humans on landscapes may differ across regions because anthropogenic intervention o... more The impact of humans on landscapes may differ across regions because anthropogenic intervention on the respective landscapes occurs in different human-induced contexts. This study was designed to assess the human-induced landscape evolution of the Citanduy Watershed, Java, Indonesia, and determine its anthropogenic signatures. Several approaches were used, namely anthropogenic landscape identification, anthropogenic soil development, sediment analysis, and monitoring of changes to Segara Anakan lagoon at the mouth of the Citanduy Rier. Five types of anthropogenic landscapes were observed in the research area, from a slightly modified landscape to a fully anthropogenic landscape. The anthropogenic signature was also found in the sediment of the lagoon. Present and recent environmental evolution of the lagoon was reconstructed based on series changes in the lagoon area. This reconstruction was then linked to the governmental program and anthropogenic intervention to reveal the complex...
Indonesia relies only on the limited number of repeat station networks due to the archipelago set... more Indonesia relies only on the limited number of repeat station networks due to the archipelago setting with the extensive sea with the clustery distributed pattern. This paper explored geostatistical modeling to overcome that typical data characteristic. The modeling used repeat station data from the 1985 to 2015 epoch. The research used ordinary kriging (OK) compared to the Spherical Cap Harmonic Analysis (SCHA) and Polynomial. The results show that the root means square error (RMSE) of each declination, inclination, and total intensity vary among epochs. OK method for declination component produces smaller average RMSE (7.67 minutes) than SCHA (9.26 minutes) and Polynomial (7.97minutes). For the inclination component, OK has an average RMSE of 9.55 minutes, smaller than SCHA (10.05) but slightly higher than Polynomial (9.36 minutes). For the total intensity component, OK produce an average RMSE of 63.58 nT, smaller than SCHA (82.24 nT) and Polynomial (68.97 nT). The finding shows t...
Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series
Allogenic recharge generally contributes to the formation of the main underground river system in... more Allogenic recharge generally contributes to the formation of the main underground river system in a karst area. However, allogenic recharge have a higher susceptibility to contamination than autogenic recharge. This is because recharge from allogenic rivers enters the underground river system without undergoing filtration by soil or rock cavities. This paper discusses changes to ministerial regulations related to karst management that have led to the exclusion of allogenic river areas from the management of allogenic rivers, examines the urgency of managing allogenic rivers, and recommends future management of karst areas from the perspective of water resources management. The change in the Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) regulation regarding karst management has led to a simplification of the scope related to the main tasks and functions of the Ministry of ESDM. This should be followed by making changes to regulations that are higher than the ministerial level regul...
Rice is an essential crop in Indonesia. Any aspects of rice to increase productivity have been we... more Rice is an essential crop in Indonesia. Any aspects of rice to increase productivity have been well studied and documented; however, there are still lacking well-documented studies on its environmental aspects, including climate change. Many researches might already be conducted, but only a few have been published in a peer-reviewed journal. There is still a lack of robust data on greenhouse gas (GHG) emissions from the rice field in Indonesia, factors affecting and the technology on how to reduce it. From the reviewed publications, it was found out that research only conducted under a controlled environmental setting. More research on understanding the controlling factors (e.g., water management, rice cultivar, soil types, and fertilizer) of GHG emission from rice field is still needed. The result will introduce a sustainable farming practice, with low in GHG emissions, high in productivity, simple to apply and generate more income to farmers. This review has identified the gaps f...
The karst hills of Gombong Selatan have abundant potential water resources, especially in locatio... more The karst hills of Gombong Selatan have abundant potential water resources, especially in locations that have underground springs and rivers. The connectivity between the subsurface passageways that is difficult to know can threaten the potential of water resources, one of which is due to pollution caused by uncontrolled human activities. Therefore, identification of catchment systems and boundaries of water catchment areas in karst aquifers is needed that can contribute to sustainable water resources management policies. This catchment identification needs to be conducted because previous studies have never explored the eastern side of this karst area. This study aims to (1) define the underground river flow connectivity (upstream-downstream) of Banteng Cave; and (2) limiting the water catchment area of Banteng Cave. The method used to determine the subsurface connectivity system was carried out through an artificial tracer test, while the catchment area was delineated using a wate...
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) is one of the provinces in Indonesia that does not have a backup... more Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) is one of the provinces in Indonesia that does not have a backup or potential sources of non-renewable primary energy. The non-renewable energy demand until this time such as oil and gas is supplied from the outside of region. DIY is in the interconnection systems of Jawa Madura Bali (JAMALI) and does not have the large-scale power system. DIY has renewable energy sources such as hydro, solar, wind, wave and biomass energy. These renewable energy resources are alternative energy that have not been optimally used. The lack of the reserve energy resources that results dependence of energy supply from other areas should receive special attention from DIY government. To meet the energy demand, it is required to develop energy resources. Due to the development of energy resources requires long time and high cost, it is necessary to make energy planning well supported by energy policy. The purpose of this study is to identify the renewable energy potential...
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi bentuklahan, kandungan unsur besi dan jenis mineral... more Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi bentuklahan, kandungan unsur besi dan jenis mineral besi, persebarannya unsur besi serta potensinya. Metode yang digunakan adalah survey lapangan untuk analisis bentuklahan, pengambilan sampel dan analisis X Ray Fluorensce . Bentuklahan asal proses marine di wilayah penelitian dikonfigurasi oleh tiga jenis bentuklahan diantaranya bentuklahan gisik, bentuklahan beting gisik, dan swale. Kandungan besi pada titik di bentuklahan gisik secara berurutan G1-G5 adalah sebesar 47.4%, 40.3%, 22.2%, 39.7%, dan 15.2%. Sedangkan pada bentuklahan beting gisik kandungan unsur besi pada BG1-BG5 adalah sebesar 35.8%, 51.2%, 37.5%, 33.2%, dan 25.4%. Mineral besi yang terkandung secara umum didominasi dengan keberadaan mineral magnetit, ilmenit dan hematit. Persebaran unsur besi di wilayah penelitian memiliki kecenderungan semakin suatu titik menjauhi sumber material, maka kandungan unsur besi akan semakin rendah. Rata-rata kandungan unsur besi pada beting...
Karst area is highly susceptible to changes to climate parameters. One of the parameters is rainf... more Karst area is highly susceptible to changes to climate parameters. One of the parameters is rainfall variability. In addition to shaping the condition of water resources, rainfall in the Gunung Sewu karst area determines the nature of crop and livestock of the agriculture sectors―the local population's main economic activities, warranting the significance of the rainfall variability studies. Rainfall variability in karst areas also affects disaster conditions such as drought and floods. However, due to insufficient meteorological data in quality and quantity, there has been no rainfall variability studies conducted in this locality. The research intended to analyze rainfall variability in the Gunung Sewu karst area in 1979‒2013 by utilizing rainfall predictions from satellite images that many scholars had tested in different locations and recognized as having good quality. In the analysis, mean monthly rainfall was calculated, and the trends of annual rainfall and average rainfa...
UDC 551.44:556.33(594) Afid Nurkholis, Tjahyo Nugroho Adji, Eko Haryono, Ahmad Cahyadi & Slamet S... more UDC 551.44:556.33(594) Afid Nurkholis, Tjahyo Nugroho Adji, Eko Haryono, Ahmad Cahyadi & Slamet Suprayogi: Time series analysis application for karst aquifer characterisation in Pindul Cave karst system, Indonesia The karst hydrologic system in Pindul Cave can be categorised as ‘binary’ because it is recharged by the developed cave systems around it and by the Kedungbuntung ponor, which originates from an undeveloped karst system. The main objective of this study is to determine whether there are any differences in the aquifer characteristics that recharge to the Kedungbuntung ponor and the Pindul Cave outlet, using a time-series analysis approach. This analysis was conducted using univariate (autocorrelation) and bivariate (cross-correlation) statistical methods, which analyse data based on the domains of time (timebased analysis) and frequency (frequency-based analysis). Furthermore, the Master Recession Curve (MRC) calculation was conducted to confirm the time-series analysis res...
Indonesia diperkirakan memiliki luas area denudasional karst seluas 140.000.000 km2. Melalui pros... more Indonesia diperkirakan memiliki luas area denudasional karst seluas 140.000.000 km2. Melalui proses denudasi kawasan karst di Indonesia, jumlah karbondioksida yang terserap diperkirakan mencapai 13.482 Gg CO2/tahun. Nilai penyerapan karbon sebesar 13.428 Gg CO2/tahun ini hanya berasal dari proses denudasional, dengan menambahkan komponen-komponen vegetasi sebagai penutup lahan, laju penyerapan karbon akan semakin besar pada wilayah karst. Sejauh ini masih banyak mataair yang berada di daerah karst Rembang yang belum dikaji variabilitas CaCO3 dan laju penyerapan karbon atmosfer (CO2) secara detail. Besaran debit aliran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi agresivitas penyerapan karbondioksida (CO2), semakin besar debit aliran maka semakin besar karbondioksida (CO2) yang dapat terserap. Kawasan karst rembang dengan luas sekitar 30,2 km2 memiliki nilai laju penyerapan karbondioksida (CO2) sebesar 19,45 Gg CO2/tahun. Kemudian, hasil perhitungan tingkat pelarutan pada wilayah kaji...
ABSTRAK Hutan rawa gambut tropika sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan pada ekosistem ala... more ABSTRAK Hutan rawa gambut tropika sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan pada ekosistem alaminya seperti penebangan vegetasi hutan dan pembakaran, drainase dan pengelolaan lahan. Hal ini disebabkan karena ekosistem gambut sangat tergantung pada bahan-bahan organik pembentuk gambut yang dipengaruhi oleh ketersediaan air, kanopi penutup dan masukan serasah. Konversi hutan rawa gambut menyebabkan perubahan ekosistem yang bersifat anaerobik menjadi aerobik sehingga mempercepat proses dekomposisi atau penguraian bahan organik dan pencucian hara tanah gambut. Kondisi tersebut berarti mempengaruhi keseimbangan karbon (C) global. Perubahan keseimbangan C tersebut berarti telah terjadi perubahan fungsi lahan gambut sebagai penyerap (sink) dan pemendam (sequestration) C menjadi pelepas (emission) CO2 ke atmosfer. Perubahan tersebut sebagai akibat dari keberadaan saluran drainase lebar dan dalam yang menyebabkan penurunan jeluk muka air tanah (water table depth). Akibatnya kondisi tanah ...
Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi struktur ekologi bentanglahan dan menganalisis kes... more Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi struktur ekologi bentanglahan dan menganalisis kesesuaiannya sebagai habitat Kukang Jawa di Kabupaten Temanggung. Penelitian menggunakan penginderaan jauh citra Landsat 8 untuk pembuatan peta struktur ekologi bentanglahan dan parameter kesesuaian habitat. Kesesuaian habitat Kukang Jawa dilakukan dengan mencocokkan satuan peta lahan dengan kelas kesesuaian habitat. Kukang Jawa menggunakan matriks hutan untuk menjadi habitat, meliputi kegiatan berlindung dan mencari makan. Kukang Jawa menggunakan koridor cabang antarpohon untuk berpindah tempat. Luas kesesuaian habitat Kukang Jawa adalah 261,202 km2 (30,06%) sangat sesuai, 189,445 km2 (21,8 %) cukup sesuai, dan 418,189 km2 (48,13 %) tidak sesuai. Lokasi yang sangat sesuai untuk habitat Kukang Jawa diantaranya adalah Kecamatan Gemawang, Kandangan, Bejen, Pringsurat, dan Kranggan. Bentuklahan yang sangat sesuai sebagai habitat Kukang Jawa adalah aliran lava dan lahar, kerucut gunungapi, dan...
The Gunung Kidul karst is the western part (65%) of the larger Gunung Sewu (Thousand Hills) karst... more The Gunung Kidul karst is the western part (65%) of the larger Gunung Sewu (Thousand Hills) karst area, which is generally considered a type example of cone- or kegelkarst (Lehmann, 1936). This classification is an over-simplification, however, in that the karst landscape within the Gunung Sewu is considerably differentiated in terms of landform morphology and genesis. In the Gunung Kidul, this differentiation is evident from aerial photographs, which provide basic information about landform patterns, including lineament information. These observations were confirmed by field investigation, which incorporated landform measurement and acquisition of lithological information. These detailed studies distinguish three Gunung Kidul karst subtypes: labyrinth-cone, polygonal, and residual cone karst. The labyrinth-cone subtype occurs in the central Gunung Kidul karst where hard, thick limestones have undergone intensive deformation. Polygonal karst has developed in the western perimeter on...
2021 IEEE International Smart Cities Conference (ISC2)
The development of a city is in accordance with the complexity level of problems. It is necessary... more The development of a city is in accordance with the complexity level of problems. It is necessary to make the planning for a new capital and it is also important to anticipate any possible problems that may happen in the future. A smart city is one of the solutions to apply in developing the new capital of Indonesia that is planned to be located in East Kalimantan. This paper contains literature review in providing the descriptions related to the concept and definition of smart city, the implementation of smart city in Indonesia and other countries, and the argument discussion on the need for developing elements of smart city in the preparation of the New Capital of Indonesia.
The definition of a karst drainage basin in the aquifer of the karst area is an absolute thing to... more The definition of a karst drainage basin in the aquifer of the karst area is an absolute thing to do as a water resource management unit. This research aimed to characterize the hydrogeology of the Gunungsewu Karst Area in the upper reach of the Gremeng Karst Drainage Basin. For this purpose, it was divided into three stages, namely geological survey, speleological survey, and artificial tracer test. The results indicate that the area observed lies in two or more geological formations: Semilir Formation, composed of sandstone and tuff from the ancient volcano Wonodadi eruptions, and Wonosari Formation, in which carbonate rocks consisting of massive coral limestone and bedded chalky limestone predominate. In volcanic rocks, the surface rivers have developed into allogenic streams flowing from underlying beds exposed updip. The contact between the two different formations results in the formation of ponors and springs. The artificial tracer test revealed two underground river systems ...
Taman Nasional Baluran memiliki kondisi geomorfologi dan iklim yang khas sehingga dapat membentuk... more Taman Nasional Baluran memiliki kondisi geomorfologi dan iklim yang khas sehingga dapat membentuk sabana. Masalah yang terjadi di Taman Nasional Baluran adalah adanya perubahan penutup lahan seiring berjalannya waktu. Kondisi tersebut diikuti dengan perubahan struktur ekologi bentanglahan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penutup lahan berdasarkan aspek geomorfologi dan dinamika perubahannya di Taman Nasional Baluran. Teknik sistem informasi geografis dan penginderaan jauh digunakan untuk menginterpretasi kondisi geomorfologi dan penutup lahan. Analisis ini juga menggunakan software FRAGSTAT untuk mengkuantifikasi landscape metrics. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap penutup lahan memiliki pola sesuai dengan kondisi geomorfologi. Temuan lain menunjukkan bahwa penutup lahan semak dan belukar, sabana, serta hutan lahan rendah mengalami perubahan luas secara signifikan selama tahun 1997-2019. Fragmentasi yang terjadi pada penutup lahan di Taman ...
This study aims to determine the differences in hydrochemistry, the factors influencing these dif... more This study aims to determine the differences in hydrochemistry, the factors influencing these differences, and their relationship with karst aquifer development in Jonggrangan Karst, Java Island, Indonesia. The discharges were measured in three springs and the slow-flow percentage was separated. Furthermore, Principal Component Analysis (PCA) was conducted to determine the factors affecting hydrochemical conditions, while the karst aquifer development level was analyzed using the Master Recession Curve (MRC) method. The three springs showed variations in hydrochemistry due to different discharge fluctuations controlled by the karst aquifer nature in releasing its groundwater storage. Anjani Spring showed most fluctuations, while Kiskendo and Mudal Springs were relatively stable. The results also revealed that the hydrochemical conditions were influenced by the same main principal factors. When slow-flow is dominant during the dry season, carbonate mineral dissolution-precipitation is the primary process, whereas when quick-flow is dominant during flood events, dilution by precipitation causes carbonate mineral dissolution. Meanwhile, mixing with rainwater, water infiltration from the unsaturated zone, and interaction with clastic rock were secondary principal factors. Based on MRC analysis, the Anjani Spring had the most developed aquifer with a value of 8, while the Kiskendo and Mudal Springs had a value of 5.5. The higher value of karst aquifer development at the Anjani Springs led to the development of more diverse and large voids (conduits), which allowed water to be transported with more variable velocity and residence time. Therefore, the hydrochemical conditions of this spring fluctuated the most compared to the other springs.
ASEAN Journal on Science and Technology for Development
The impact of humans on landscapes may differ across regions because anthropogenic intervention o... more The impact of humans on landscapes may differ across regions because anthropogenic intervention on the respective landscapes occurs in different human-induced contexts. This study was designed to assess the human-induced landscape evolution of the Citanduy Watershed, Java, Indonesia, and determine its anthropogenic signatures. Several approaches were used, namely anthropogenic landscape identification, anthropogenic soil development, sediment analysis, and monitoring of changes to Segara Anakan lagoon at the mouth of the Citanduy Rier. Five types of anthropogenic landscapes were observed in the research area, from a slightly modified landscape to a fully anthropogenic landscape. The anthropogenic signature was also found in the sediment of the lagoon. Present and recent environmental evolution of the lagoon was reconstructed based on series changes in the lagoon area. This reconstruction was then linked to the governmental program and anthropogenic intervention to reveal the complex...
Indonesia relies only on the limited number of repeat station networks due to the archipelago set... more Indonesia relies only on the limited number of repeat station networks due to the archipelago setting with the extensive sea with the clustery distributed pattern. This paper explored geostatistical modeling to overcome that typical data characteristic. The modeling used repeat station data from the 1985 to 2015 epoch. The research used ordinary kriging (OK) compared to the Spherical Cap Harmonic Analysis (SCHA) and Polynomial. The results show that the root means square error (RMSE) of each declination, inclination, and total intensity vary among epochs. OK method for declination component produces smaller average RMSE (7.67 minutes) than SCHA (9.26 minutes) and Polynomial (7.97minutes). For the inclination component, OK has an average RMSE of 9.55 minutes, smaller than SCHA (10.05) but slightly higher than Polynomial (9.36 minutes). For the total intensity component, OK produce an average RMSE of 63.58 nT, smaller than SCHA (82.24 nT) and Polynomial (68.97 nT). The finding shows t...
Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series
Allogenic recharge generally contributes to the formation of the main underground river system in... more Allogenic recharge generally contributes to the formation of the main underground river system in a karst area. However, allogenic recharge have a higher susceptibility to contamination than autogenic recharge. This is because recharge from allogenic rivers enters the underground river system without undergoing filtration by soil or rock cavities. This paper discusses changes to ministerial regulations related to karst management that have led to the exclusion of allogenic river areas from the management of allogenic rivers, examines the urgency of managing allogenic rivers, and recommends future management of karst areas from the perspective of water resources management. The change in the Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) regulation regarding karst management has led to a simplification of the scope related to the main tasks and functions of the Ministry of ESDM. This should be followed by making changes to regulations that are higher than the ministerial level regul...
Rice is an essential crop in Indonesia. Any aspects of rice to increase productivity have been we... more Rice is an essential crop in Indonesia. Any aspects of rice to increase productivity have been well studied and documented; however, there are still lacking well-documented studies on its environmental aspects, including climate change. Many researches might already be conducted, but only a few have been published in a peer-reviewed journal. There is still a lack of robust data on greenhouse gas (GHG) emissions from the rice field in Indonesia, factors affecting and the technology on how to reduce it. From the reviewed publications, it was found out that research only conducted under a controlled environmental setting. More research on understanding the controlling factors (e.g., water management, rice cultivar, soil types, and fertilizer) of GHG emission from rice field is still needed. The result will introduce a sustainable farming practice, with low in GHG emissions, high in productivity, simple to apply and generate more income to farmers. This review has identified the gaps f...
Uploads
Papers by Eko Haryono