Farid Setiawan
Pengajar, Penulis-Peneliti, Penikmat Buku dan Kopi
Address: KAMPUS 4 UAD: Jl. Ahmad Yani (Ringroad Selatan) Tamanan Banguntapan Bantul Yogyakarta
Address: KAMPUS 4 UAD: Jl. Ahmad Yani (Ringroad Selatan) Tamanan Banguntapan Bantul Yogyakarta
less
InterestsView All (28)
Uploads
Thesis Chapters
Sebagai studi kualitatif, studi ini menggunakan model dokumentasi dari sejumlah referensi kepustakaan yang terdiri dari sumber primer dan sekunder. Data dari kedua sumber itu kemudian dikaji secara deskriptif, analitis, dan kritis, dengan menekankan kepada sumber-sumber primer, sedangkan sumber sekunder hanya dijadikan sebagai pelengkap. Sebagai penelitian sejarah, fokus studi ini untuk mengkaji teks yang ada di dalam dokumen. Dalam melakukan analisis konten, studi ini menggunakan metode hermeneutika Gadamer dan metode strukturalis genetik.
Dengan menggunakan kerangka kerja di atas, studi ini menyimpulkan, pertama, pendidikan Muhammadiyah didirikan disebabkan oleh lima faktor, yaitu kecerdasan pribadi sang pendiri (Dahlan), pengaruh pemikiran pembaruan Islam Timur Tengah, sekularisasi pendidikan kolonial Belanda, kemunduran pesantren, dan terakhir adalah pemberantasan buta aksara. Kedua, proses pendirian dan pengembangan pendidikan Muhammadiyah periode Dahlan terdiri dari tiga fase, yaitu perintisan, pemantapan gerakan, dan pengembangan gerakan.
Ketiga, terdapat dua jenis kurikulum di sekolah Muhammadiyah, yaitu kurikulum bagi sekolah umum dan kurikulum (khas) bagi sekolah keagamaan. Desain kurikulum dikembangkan pada kerangka inti kurikulum (core curriculum). Metode belajar yang cenderung diterapkan adalah perbincangan (hiwar), sedangkan dalam proses belajar, lebih ditekankan pada proses belajar yang berbasis nilai. Evaluasi belajar terdiri dari evaluasi proses dan hasil belajar.
Sistem biaya di sekolah Muhammadiyah terdiri dari fungsi biaya (untuk gaji guru, pengadaan alat pendidikan dan membangun gedung) dan sumber biaya (dari iuran anggota, ZIS anggota dan masyarakat, uang pangkal murid serta subsidi pemerintah Belanda). Dalam mengelola uang, Muhammadiyah mengacu paradigma sentralisasi, dengan prinsip efisiensi dan efektivitas, transparansi serta pengawasan secara ketat. Untuk menjaga keteraturan dan efektivitas kegiatan di sekolah, Muhammadiyah telah menyusun kalender pendidikan. Untuk memetakkan kualitas mutu, Muhammadiyah menyelenggarakan even tahunan, Congres Moerid, atau Olympiade Pendidikan.
Keempat, di dalam merespons kebijakan ordonansi guru tahun 1905 dan 1925, Muhammadiyah tidak memilih jalan konfrontatif, tetapi justru akomodatif. Dengan skema high politic dan allocative politics, Muhammadiyah menampilkan diri sebagai kelompok kepentingan yang melakukan tekanan terhadap Belanda agar kebijakan ordonansi guru dicabut.
Conference Presentations
Papers
Sebagai studi kualitatif, studi ini menggunakan model dokumentasi dari sejumlah referensi kepustakaan yang terdiri dari sumber primer dan sekunder. Data dari kedua sumber itu kemudian dikaji secara deskriptif, analitis, dan kritis, dengan menekankan kepada sumber-sumber primer, sedangkan sumber sekunder hanya dijadikan sebagai pelengkap. Sebagai penelitian sejarah, fokus studi ini untuk mengkaji teks yang ada di dalam dokumen. Dalam melakukan analisis konten, studi ini menggunakan metode hermeneutika Gadamer dan metode strukturalis genetik.
Dengan menggunakan kerangka kerja di atas, studi ini menyimpulkan, pertama, pendidikan Muhammadiyah didirikan disebabkan oleh lima faktor, yaitu kecerdasan pribadi sang pendiri (Dahlan), pengaruh pemikiran pembaruan Islam Timur Tengah, sekularisasi pendidikan kolonial Belanda, kemunduran pesantren, dan terakhir adalah pemberantasan buta aksara. Kedua, proses pendirian dan pengembangan pendidikan Muhammadiyah periode Dahlan terdiri dari tiga fase, yaitu perintisan, pemantapan gerakan, dan pengembangan gerakan.
Ketiga, terdapat dua jenis kurikulum di sekolah Muhammadiyah, yaitu kurikulum bagi sekolah umum dan kurikulum (khas) bagi sekolah keagamaan. Desain kurikulum dikembangkan pada kerangka inti kurikulum (core curriculum). Metode belajar yang cenderung diterapkan adalah perbincangan (hiwar), sedangkan dalam proses belajar, lebih ditekankan pada proses belajar yang berbasis nilai. Evaluasi belajar terdiri dari evaluasi proses dan hasil belajar.
Sistem biaya di sekolah Muhammadiyah terdiri dari fungsi biaya (untuk gaji guru, pengadaan alat pendidikan dan membangun gedung) dan sumber biaya (dari iuran anggota, ZIS anggota dan masyarakat, uang pangkal murid serta subsidi pemerintah Belanda). Dalam mengelola uang, Muhammadiyah mengacu paradigma sentralisasi, dengan prinsip efisiensi dan efektivitas, transparansi serta pengawasan secara ketat. Untuk menjaga keteraturan dan efektivitas kegiatan di sekolah, Muhammadiyah telah menyusun kalender pendidikan. Untuk memetakkan kualitas mutu, Muhammadiyah menyelenggarakan even tahunan, Congres Moerid, atau Olympiade Pendidikan.
Keempat, di dalam merespons kebijakan ordonansi guru tahun 1905 dan 1925, Muhammadiyah tidak memilih jalan konfrontatif, tetapi justru akomodatif. Dengan skema high politic dan allocative politics, Muhammadiyah menampilkan diri sebagai kelompok kepentingan yang melakukan tekanan terhadap Belanda agar kebijakan ordonansi guru dicabut.