Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik atau system' lalu lintas yang tidak baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta. Rumus untuk mengenai kemacetan di Terminal adalah:
Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari ditemukan di Pasar, Sekolah, Terminal bus, stasiun (seperti kejadian angkot ngetem sembarangan, kebakaran di pemukiman, dan lain-lain), Lampu merah dan Persimpangan jalan raya maupun rel kereta api di atau perlintasan rel kereta api yang hampir setiap jalan 4 sampai 5 kali yang memakan waktu cukup lama yang akhirnya terjadi penumpukan kendaraan di perlintasan penyeberangan jalan rel kereta api seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, Palembang, Denpasar, Yogyakarta, Kota Bekasi, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Kemacetan lalu lintas dapat disebabkan adanya kecelakaan, banjir, tanah longsor, kebakaran yang menghanguskan mobil dan kebakaran di pemukiman.
Penyebab kemacetan
[sunting | sunting sumber]Kemacetan dapat terjadi karena beberapa alasan:
- Arus yang melewati jalan telah melampaui kapasitas jalan
- Terjadi kecelakaan terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas,
- Terjadi banjir sehingga kendaraan memperlambat kendaraan
- Ada perbaikan jalan,
- Bagian jalan tertentu yang longsor,
- Adanya rumah-rumah kumuh/bangunan liar,
- Kemacetan lalu lintas di Perlintasan sebidang karena adanya kereta api yang lewat,
- Adanya kendaraan keluar-masuk.
- Adanya pembangunan infrastruktur
Dampak negatif kemacetan
[sunting | sunting sumber]Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain disebabkan:[butuh rujukan]
- Kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah
- Pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih tinggi,
- Keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,
- Meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal,
- Meningkatkan stres pengguna jalan,
- Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya
Pemecahan permasalahan kemacetan
[sunting | sunting sumber]Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu lintas yang harus dirumuskan dalam suatu rencana yang komprehensif yang biasanya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Peningkatan kapasitas
[sunting | sunting sumber]Salah satu langkah yang penting dalam memecahkan kemacetan adalah dengan meningkatkan kapasitas jalan/parasarana seperti:
- Memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas sepanjang hal itu memungkinkan,
- Mengubah sirkulasi lalu lintas menjadi jalan satu arah,
- Mengurangi konflik di persimpangan melalui pembatasan arus tertentu, biasanya yang paling dominan membatasi arus belok kanan.
- Meningkatkan kapasitas persimpangan melalui lampu lalu lintas, persimpangan tidak sebidang/flyover,
- Mengembangkan inteligen transport sistem.
- Memberikan sanksi jika ada yang melanggar
Keberpihakan kepada angkutan umum
[sunting | sunting sumber]Untuk meningkatkan daya dukung jaringan jalan dengan adalah mengoptimalkan kepada angkutan yang efisien dalam penggunaan ruang jalan antara lain:
- Pengembangan jaringan pelayanan angkutan umum
- Pengembangan lajur atau jalur khusus bus ataupun jalan khusus bus yang di Jakarta dikenal sebagai Busway,
- Pengembangan kereta api kota, yang dikenal sebagai metro di Prancis, Subway di Amerika, MRT di Singapura
- Subsidi langsung seperti yang diterapkan pada angkutan kota di Transjakarta, Batam ataupun Jogjakarta maupun tidak langsung melalui keringanan pajak kendaraan bermotor, dan bea masuk kepada angkutan umum
Pembatasan kendaraan pribadi
[sunting | sunting sumber]Langkah ini biasanya tidak populer tetapi bila kemacetan semakin parah harus dilakukan manajemen lalu lintas yang lebih ekstrem sebagai berikut:
- Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi menuju suatu kawasan tertentu seperti yang direncanakan akan diterapkan di Jakarta melalui Electronic Road Pricing (ERP). ERP berhasil dengan sangat sukses di Singapura, London, dan Stockholm. Bentuk lain dengan penerapan kebijakan parkir yang dapat dilakukan dengan penerapan tarif parkir yang tinggi di kawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya, ataupun pembatasan penyediaan ruang parkir di kawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya,
- Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya pemilikan kendaraan, pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi.
- Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu, seperti diterapkan di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1 atau contoh lain pembatasan sepeda motor masuk jalan tol, pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- D. Chowdhury, L. Santen, and A. Schadschneider. Statistical Physics of Vehicular Traffic and Some Related Systems. Phys. Rep., 329:199–329, 2000. [1]
- D. Helbing. Traffic and related self-driven many-particle systems. Rev. Mod. Phys., 73(4):1067–1141, 2001. [2]
- B.S. Kerner, Introduction to Modern Traffic Flow Theory and Control: The Long Road to Three-Phase Traffic Theory, Springer, Berlin, New York 2009
- B.S. Kerner, The Physics of Traffic, Springer, Berlin, New York 2004
- Koslowsky, Meni; Avraham N. Kluger; and Mordechai Reich. Commuting Stress, New York: Plenum, 1995.
- Koslowksky, Meni, and Moshe Krausz. "On the Relationship Between Commuting, Stress Symptoms, and Attitudinal Measures", Journal of Applied Behavioral Sciences, December 1993:485–92.
- K. Nagel and M. Schreckenberg. A Cellular Automaton Model for Freeway Traffic. Journal de Physique I, 2:2221–2229, December 1992.
- K. Nagel. High-speed Microsimulations of Traffic Flow. PhD thesis, Universität zu Köln, 1994. [3] Diarsipkan 2007-06-10 di Wayback Machine.
- Small, Kenneth A. (2008). "Urban Transportation". Dalam David R. Henderson (ed.). Concise Encyclopedia of Economics (edisi ke-2nd). Indianapolis: Library of Economics and Liberty. ISBN 978-0-86597-665-8. OCLC 237794267.
- Victoria Transport Policy Institute (March 2013), Smart Congestion Relief – Comprehensive Analysis Of Traffic Congestion Costs and Congestion Reduction Benefits
- R. Wiedemann, Simulation des Straßenverkehrsflusses. Schriftenreihe des IfV, 8, 1974. Institut für Verkehrswesen. Universität Karlsruhe. (In German language).
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Institute of Transportation Engineers
- S. Maerivoet, Modelling Traffic on Motorways: State-of-the-Art, Numerical Data Analysis, and Dynamic Traffic Assignment[pranala nonaktif permanen], Katholieke Universiteit Leuven, 2006
- The Physics of Traffic Jams Diarsipkan 2008-12-04 di Wayback Machine.
- How Traffic Works from HowStuffWorks.com
- Traffic Bulldog – Commuter Advocacy
- Big Traffic Jams: A Photo Tour Diarsipkan 2012-01-10 di Wayback Machine. — slideshow by Life magazine
- Anatomy of a traffic jam Diarsipkan 2010-05-25 di Wayback Machine. (entry explaining a type of traffic jam from a private blog)