Desemviri
Artikel ini adalah bagian dari seri Politik dan Ketatanegaraan Romawi Kuno |
Zaman |
|
Konstitusi Romawi |
Preseden dan Hukum |
|
Sidang-Sidang Rakyat |
Magistratus |
Magistratus Luar Biasa |
Gelar dan Pangkat |
Desemviri atau desemvirs merupakan istilah Latin yang artinya "sepuluh orang", yaitu salah satu dari sepuluh komisi yang didirikan oleh Republik Romawi.
Nama terpenting dari dua desemvirs secara formal berhubungan dengan Penulisan Hukum Decemvirs atas Konsuler Imperium (Legibus Scribundis Consulari Imperio) yang mereformasi dan mengkodifikasi hukum Romawi selama Konflik Pemerintahan antara kaum patrician Romawi kuno dan plebs biasa. Desemviri lainnya meliputi Penanganan Litigasi Desemviri atau "Decemviri Adjudging Litigation" (Decemviri Litibus Iudicandis), Pengorbanan Desemviri atau "Decemviri Making Sacrifices" (Decemviri Sacris Faciundis), dan Distribusi Tanah Publik Desemviri atau "Decemviri Distributing Public Lands" (Decemviri Agris Dandis Adsignandis).
Decemviri Legibus Scribundis Consulari Imperio
[sunting | sunting sumber]Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Penyusunan "Decemviri Legibus Scribundis Consulari Imperio" terjadi dalam konteks Konflik Pemerintahan yang berlangsung selama dua ratus tahun antara pemerintahan Patrician dan pemerintahan Plebeian (yang berasdl aari rakyat jelata). Kaum Patrician berkembang menjadi kelas atas dengan memonopoli imamat yang memainkan peran penting dalam politik Roma kuno, selain itu di Republik Awal, konsulat (kantor dua tahunan yang memilih Republik Romawi serta tentaranya), dan kursi senat yang tidak terpilih, merupakan badan penasehat bagi konsul. Mereka juga merupakan pemilik sebagian besar tanah. Bentuk eksploitasi tenaga kerja selama periode kuno ini merupakan "nexum", yang oleh para sejarawan disebut perbudakan hutang, kerja paksa, atau "debt slavery". Di mana para debitur menjanjikan layanan perburuhannya sebagai jaminan hutang. Pembaharuan yang dilakukan oleh debitur bertanggung jawab dalam ikatan kerja mereka seumur hidup.[1]
Pada awal abad ke 5 SM terjadi peningkatan masalah hutang akibat penggunaan tanah publik (ager publicus) oleh pemilik tanah kaya dalam rangka memperluas perkebunan mereka (yang membatasi jumlah lahan yang tersedia bagi petani kecil), di mana wilayah Roma diserang oleh masyarakat tetangga dan perpajakan. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya masalah penyalahgunaan, akibat para debitur yang tidak mau membayar. Karena tidak adanya undang-undang serta prosedur yudisial yang jelas, para kreditur memenjarakan dan menyiksa para debitur, terkadang pula, menjualnya sebagai budak. Hal ini menyebabkan terjadinya peristiwa Secessio plebis pertama (494 SM); yang merupakan awal mula Konflik Pemerintahan.
Kaum plebeian menuntut supaya negara melindungi petani kecil dari penyalahgunaan debitur yang gagal bayar oleh kreditur, di mana patrician menjadi sang pemilik tanah yang kaya. Bila hal ini tidak diumumkan, mereka terpaksa memboikot retribusi tersebut. Pada waktu itu tentara Romawi merupakan milisi paruh waktu bagi buruh tani yang dirancang setiap tahunnya untuk musim kampanye militer, yang kemudian kembali pada lahan pertanian mereka. Menolak pemanggilan dan memberikan pengaruh politik yang signifikan bagi kaum plebian. Ketika tuntutan mereka tidak dipenuhi, pada saat mereka kembali dari sebuah kampanye pertahanan militer, tentara tersebut menolak mematuhi perintah, kemudian berpisah dengan Mons Sacer yang berada di luar Roma. Mereka mengancam akan tinggal di sana hingga tuntutan mereka terpenuhi. Negosiasi disepakati dan pemisahan diri berakhir.
Namun, tuntutan kaum plebeian tidak sepenuhnya terpenuhi. Sebaliknya, mereka memperoleh pengakuan atas institusi-institusi yang telah mereka ciptakan selama pemberontakan tersebut yaitu Dewan Plebeian (yaitu sebuah majelis yang dibatasi oleh para plebeian di mana mereka dapat memperdebatkan persoalan mereka)[2] Tribunus plebis.[3] Tribunus plebis bertindak sebagai pembela kaum plebeian karena disiksa oleh konsul atau pejabat melalui provocatio, di mana kekuatan memveto tindakan konsul dan pejabat. Mereka menggunakannya untuk tindakan yang mereka anggap tidak adil atau kasar terhadap kaum plebeian manapun. Mereka juga berkumpul dan memimpin Dewan Plebeian, serta mengajukan tagihan dalam pemungutan suara. Unsur konflik ini adalah tentang apakah resolusi dewan ini harus mengikat semua warga negara Romawi, termasuk bangsawan, atau hanya di kalangan plebeian. Lembaga-lembaga plebeian sejajar dan terpisah dari negara Romawi (yang terdiri dari konsul, senat dan dua majelis populer lainnya). Livy mengatakan, "Dua negara telah diciptakan dari satu, masing-masing faksi memiliki magistrat (resmi), dan hukumnya sendiri."[4] Peran utama institusi plebeian di masa awal konflik pemerintahan merupakan pembelaan diri.[5]
Langkah selanjutnya dalam konflik tersebut adalah Lex Terentilia yang diajukan oleh Gaius Terentilius Harsa, yaitu sebuah tribun plebeian, pada tahun 462 SM. Hal ini menyediakan komisi lima orang untuk menetapkan norma-norma yang dengannya kekuatan konsul akan ditetapkan. Dengan penggulingan monarki dan pendirian republik ini, kekuasaan raja dipindahkan ke konsul, yang merupakan perwakilan kekuasaan agung.[6][7]
Dengan demikian, kekuatan konsuler tidak terdefinisikan dan oleh karenanya tidak memiliki batas. Gaius Terentilus ingin mereka mendefinisikannya, sehingga dibatasi, sebagai cara pembuktian atas perlindungan lebih lanjut bagi para plebeian. Kaum bangsawan atau patrician menentang pembatasan ini dan berhasil menunda perdebatan tentang undang-undang tersebut selama delapan tahun. Pada tahun 454 SM tribun plebeian menjatuhkan pencarian sia-sia dari undang-undang ini. Mereka meminta senat untuk "menyetujui pengangkatan badan legislator, yang dipilih dalam jumlah yang sama dari kaum plebeian dan kaum patrician supaya memberlakukan apa yang akan berguna bagi kedua pemerintahan tersebut dan menjamin kebebasan yang sama bagi masing-masing pihak".[8] Para bangsawan menjawab bahwa hal ini layak dipertimbangkan, tetapi hanya para bangsawan atau patrician saja yang dapat membuat undang-undang. Meskipun diperdebatkan oleh para sejarawan seperti Niebuhr, Cornell dan Grant, menurut Livy dan Dionysius, tiga utusan dikirim ke Athena Klasik untuk mempelajari Hukum Solon dan menanyakan tentang hukum negara-negara kota Yunani lainnya. Pada 452 SM para utusan tersebut "kembali dengan hukum Athena." Tribun-tribun plebeian mendesak supaya memulai penyusunan undang-undang tersebut. Kemudian disepakati dalam menunjuk desemviri dengan kekuatan konsuler yang tidak dikenai banding dan penangguhan baik konsulat maupun masyarakat kaum plebeian.[9] Hal ini membuat desemvirat menjadi magistrasi yang luar biasa (yaitu badan pemerintahan dengan kekuatan luar biasa), yang juga merupakan sebuah komisi yang bertugas menyusun undang-undang. Setelah berdebat panjang tentang apakah kaum plebeian harus duduk di desemvirat tersebut; tribun plebeian menyetujui sebuah panel khusus bagi kaum bangsawan atau patrician dengan perjanjian bahwa undang-undang yang telah mereka sepakati tidak dicabut.[10]
Desemvirat pertama
[sunting | sunting sumber]Desemviri diresmikan pada tahun 451 SM. Kedua konsulat yang memilih yang terdiri dari Appius Claudius Crassinus Inregillensis Sabinus dan Titus Genucius Augurinus mengundurkan diri. Begitu pula dengan magistrat lainnya, serta tribun plebeian. Sebagai kompensasi atas hilangnya jabatan mereka, Appius Claudius dan Titus Genucius diangkat dalam desemviri. Publius Sestius Capitolinus Vaticanus salah satu konsul pada tahun sebelumnya (452 SM) telah mengajukan proposal ke senat meskipun terdapat penentangan dari rekannya. Ketiga utusan tersebut juga merupakan bagian dari desemviri.[11] Menurut Livy, anggota yang paling berpengaruh adalah Appius Claudius di mana menurutnya, "merupakan tangan pemandu di seluruh magistrasi ... berkat bantuan para pleb."[12]
Setiap hari, desemviri berbeda memimpin magistrasi tersebut, selain itu pria ini memiliki dua belas liktor (atau pengawal para konsul) dengan fasces (yang terdiri dari kumpulan tongkat sebagai simbol otoritas tertinggi yang kadang bersumbu). Aturan mereka adil, dan administrasi keadilan mereka patut dicontoh. Meski tidak dikenai banding, mereka menyerah satu sama lain saat sebuah seruan diajukan. Mereka menyusun undang-undang mereka pada sepuluh meja perunggu dan menyampaikannya kepada masyarakat, serta meminta umpan balik dan mengubahnya sesuai dengan hal tersebut. Mereka disetujui oleh majelis tinggi yang lebih tinggi, yaitu Majelis Prajurit. Terdapat pendapat bahwa dua meja lagi dibutuhkan supaya memiliki korpus dari semua hukum Romawi; yang diputuskan dalam memilih desemvirat baru.[13]
Desemvirat pertama terdiri dari:
- Appius Claudius Crassus, konsul
- Titus Genucius Augurinus, konsul
- Titus Veturius Geminus Cicurinus
- Gaius Julius Iulus
- Aulus Manlius Vulso
- Servius Sulpicius Camerinus Cornutus
- Publius Sestius Capitolinus Vaticanus
- Publius Curiatius Fistus Trigeminus
- Titus Romilius Rocus Vaticanus
- Spurius Postumius Albus Regillensis
Decemvirate kedua
[sunting | sunting sumber]Banyak pria diteliti untuk pemilihan desemvirat kedua. Menurut Livy, Appius Claudius melakukan kecurangan pemilihan dan mengumumkan pemilihan dirinya sendiri dan sembilan orang menjadi pendukungnya. Desemvirat baru ini menjadi tirani. Kesepuluh pria tersebut memiliki dua belas liktor dan fasces-nya memiliki sabit (meskipun senjata di dalam tembok kota dilarang). Melihat sejumlah 120 liktor ini membuat semua orang ketakutan. Mereka melakukan persidangan di balik pintu tertutup dan mengeluarkan keputusan yang sewenang-wenang. Terdapat rumor bahwa mereka ingin memerintah terus-menerus. Semua orang membenci mereka. Ketika mereka mengeluarkan dua meja tambahan, tidak ada lagi pembenaran bagi peraturan mereka dan masyarakat menunggu pemilihan. Namun, ketika waktunya tiba, mereka tidak ditahan dan desemviri berubah menjadi sebuah kekerasan.[14]
Tentara Sabin menyerang wilayah Romawi dan berkemah di sana, di mana tentara [Aequi] menyerang sekutu Roma. Menurut Livy, desemviri memanggil senat, tapi para senator tidak muncul. Bagi para plebeian menunjukkan ketidakabsahan desemviri karena masa jabatan mereka telah berakhir, dan sekarang dimaksudkan untuk menjadi warga negara biasa. Mereka mempertimbangkan supaya memboikot draf militer tersebut. Namun, para senator telah pergi ke peternakan mereka. Senat dipanggil kembali dan kali ini beberapa senator hadir. Para plebeian melihat ini sebagai pengkhianatan kebebasan. Namun, para senator mencela desemviri tersebut dan mencoba melawan mereka, memanggil warga negara mereka secara pribadi dan menolak memanggil retribusi. Pada akhirnya mereka mengizinkan proklamasi retribusi mereka dalam diam karena mereka takut pemberontakan rakyat akan memperkuat tribun plebeian, yaitu musuh politik mereka. Kaum plebeian mendaftar karena mereka takut pembalasan akibat kekerasan karena tidak ada hak untuk mengajukan banding. Beberapa desemviri memimpin dua tentara untuk melawan kedua musuh tersebut. Karena mereka bukan orang militer yang baik, kedua tentara tersebut dirutekan.[15]
Menurut Livy, Appius Claudius melakukan pengawasannya pada Verginia; putri seorang plebeian, Lucius Verginius, yang merupakan seorang perwira yang absen dari Roma dengan tentara. Setelah gagal merayunya dengan uang dan janji, Appius Claudius memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan ini supaya meminta salah satu dari orang-orangnya untuk mengakuinya sebagai budaknya. Kemudian kakinya diseret dari forum, sehingga teriakan perawatnya menarik perhatian para kerumunan. Penuntut tersebut mengatakan bahwa dia bertindak sah dan telah memanggilnya ke pengadilan. Verginia pergi ke pengadilan yang diikuti oleh teman dan kenalannya. Hakim pada saat itu adalah Appius Claudius. Penggugat mengatakan bahwa gadis itu lahir di rumahnya, kemudian dia mengarahkannya ke Verginius sebagai miliknya, tapi dia masih merupakan budaknya. Teman-teman Verginia meminta penundaan hingga Verginius hadir dan meninggalkan Verginia dalam tahanan para terdakwa.
Appius Claudius setuju untuk memanggil Verginius; tetapi menempatkan Verginia dalam tahanan penggugat. Kekasih Verginia, Icilius, tiba di forum tersebut, tetapi dihentikan oleh seorang liktor. Dia memohon kasusnya dengan keras dan menarik perhatian orang banyak. Para pendukung Verginia mengirim kerabat dan kakak Icilius supaya segera pergi ke kamp militer Verginius. Penuntut tersebut menekan Icilius untuk membayar jaminan bagi Verginia. Banyak orang menawarkan uang, supaya Verginia diserahkan kepada keluarganya.
Appius Claudius menulis surat kepada rekan-rekannya di kamp tersebut untuk tidak membiarkan Verginius pergi, serta supaya menangkapnya. Namun, ketika utusan sampai di sana, Verginius sudah benar-benar pergi. Saat fajar tiba, sekumpulan orang menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi. Verginius tiba, dan memimpin putrinya dan sejumlah besar pendukungnya. Dia meminta bantuan masyarakat untuk menuntut haknya. Air mata para matron yang menemani Verginia memindahkan orang lebih dari sekadar kata-kata. Appius Claudius menjunjung tinggi kasus penggugat dan memutuskan Verginia kepadanya, bahkan tanpa mendengarkan Verginius. Orang banyak pun tercengang. Ketika penggugat berhasil mengambilnya, Verginius meneriakkan bahwa dia telah menikahkan Verginia kepada Icilius, bukan kepada Appius Claudius, serta tidak mencemarkan nama baiknya. Appius Claudius mengklaim bahwa dia tahu perihal pertemuan yang menghasut dan menyuruh Verginius supaya diam, serta para pejuang supaya merebut budak (Verginia). Kerumunan itu tidak bereaksi. Menurut Livy, Verginius menikam putrinya hingga mati dengan mengatakan bahwa itulah satu-satunya cara yang dapat menegaskan kebebasannya. Appius Claudius memerintahkan penangkapannya, tetapi orang-orang menahannya ketika dia berjalan ke pintu gerbang kota. Akibatnya, orang banyak mengajukan tentang pemulihan tribun plebeian dan hak pengajuan banding.[16]
Desemvirat kedua terdiri dari:
- Appius Claudius Desemviri
- Marcus Cornelius Maluginensis
- Lucius Sergius Esquilinus
- Lucius Minucius Esquilinus Augurinus
- Quintus Fabius Vibulanus
- Quintus Poetelius Libo Visolus
- Titus Antonius Merenda
- Kaeso Duillius Longus
- Spurius Oppius Cornicen
- Manius Rabuleius
Desemviri Litibus Iudicandis
[sunting | sunting sumber]Decemviri litibus iudicandis ("Sepuluh orang yang menilai tuntutan hukum") adalah pengadilan sipil kuno yang secara tradisional berhubungan dengan Raja Servius Tullius) khususnya berkaitan dengan pertanyaan yang berkaitan dengan status individu. Hal ini pada awalnya berfungsi sebagai keputusan dewan juri di bawah kepresidenan praetor, tetapi desemviri ini kemudian menjadi hakim minor tahunan (magistratus minores) dari Republik, yang dipilih oleh Comitia Populi Tributa dan membentuk bagian dari Vigintisexviri ("Dua puluh enam orang").[17]
Suetonius dan Dio Cassius mencatat Prinsipat, di mana Caesar Augustus dipindahkan ke presidensi desemviri di bagian peradilan Centumviri ("Seratus Orang"). Di bawah hukum kekaisaran, desemvirat memiliki yuridiksi dalam kasus-kasus kapital.
Decemviri Sacris Faciundis
[sunting | sunting sumber]Decemviri sacris faciundis (juga disebut decemviri sacrorum) memiliki fungsi religius dan merupakan hasil klaim kaum plebs untuk berbagi administrasi agama negara (di mana lima desemviri merupakan kaum plebeian, dan lima lainnya merupakan kaum bangsawan atau patrician). Mereka pertama kali diangkat pada tahun 367 SM sebagai pengganti patrician duumviri ("Dua Pria") yang memiliki tanggung jawab dalam perawatan dan konsultasi buku Sibylline dan perayaan permainan Apollo.[17] Keanggotaan di perguruan tinggi gerejawi ini (collegium) adalah untuk kehidupan, dan perguruan tinggi yang meningkat menjadi sebuah quindecimvirate; yaitu sebuah perguruan tinggi yang terdiri dari lima belas anggota yang diganti namanya (lihat quindecimviri sacris faciundis) pada akhir abad Republik tersebut, oleh diktator Lucius Cornelius Sulla. Gaius Julius Caesar yang menambahkan anggota keenam belas, tetapi preseden ini tidak diikuti.
Decemviri Agris Dandis Adsignandis
[sunting | sunting sumber]Decemviri agris dandis adsignandis ditunjuk dari waktu ke waktu untuk mengendalikan pendistribusian lahan publik (ager publicus).[17]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]Kutipan
[sunting | sunting sumber]- ^ Cornell, T.J., The Beginnings of Rome, p. 266
- ^ Cornell, The Beginnings of Rome, pp. 260–262
- ^ Cornell, T. J., The Beginnings of Rome, pp. 259–260
- ^ Livy, The History of Rome, 2.44.9
- ^ Raaflaub, (ed.), chapter 7, From Protection and Decense to Offense and Participation: Stages in the Conflict of the Orders
- ^ Polybius, Histories, 6.11,
- ^ Cicero, On the Laws, 3.3
- ^ Livy, The History of Rome, 3.32
- ^ Clay, Agnes (1911). "Decemviri". In Chisholm, Hugh. Encyclopædia Britannica 7 (11th ed.). Cambridge University Press.
- ^ Livy, The history of Rome, 3.33
- ^ Livy, The History of Rome, 3.33.3-5
- ^ Livy, The History of Rome, 3.33.7
- ^ Livy, The History of Rome, 3.33.7-10, 34
- ^ Livy, 3.3.35-38.1-2
- ^ Livy, 3.3.38-42
- ^ Livy, 3.44-48
- ^ a b c Clay, Agnes (1911). "Decemviri". Dalam Chisholm, Hugh. Encyclopædia Britannica. 7 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 912.
Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Artikel ini terdiri dari teks domain publik di Kamus Yunani dan Romawi Kuno edisi tahun 1875.