[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
98 tayangan16 halaman

LP & Askep Fraktur

Lp askep fraktur

Diunggah oleh

wahyuismailstr
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
98 tayangan16 halaman

LP & Askep Fraktur

Lp askep fraktur

Diunggah oleh

wahyuismailstr
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N.

A DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR

TERBUKA TIBIA FIBULA SINISTRA DIRUANG IRINA A ATAS

RSUP PROF dr. R. D. KANDOU MANADO

OLEH :

MUH REZKI NURFAJAR AZIS

711490121032

POLTEKKES KEMENKES MANADO

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI NERS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusya kontinuitas jaringan tulang dan tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner and Suddarth, 2001). Fraktur
Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan maupun kiri akibat
pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki. (E.Oswari, 2011). Fraktur Tibia
adalah patah atau gangguan kontinuitas pada tulang tibia.
B. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur ada empat yang utama adalah :
1. Incomplit
Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
2. Complit
Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang
biasanya berubah tempat atau bergeser (bergeser dari posisi normal).
3. Tertutup (simple)
Fraktur tidak meluas dan tidak menyebabkan robekan pada kulit.
4. Terbuka (compound)
Fragmen tulang meluas melewati otot dan adanya perlukaan di kulit yang terbagi menjadi
3 derajad : Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada
tanda remuk, fraktur sederhana atau kominutif ringan dan kontaminasi minimal. Derajad
2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas, fraktur kominutif
sedang, dan kontaminasi sedang. Derajad 3 : terjadi kerusakan jaringan lunak yang
luas(struktur kulit, otot, dan neurovaskuler) serta kontaminasi derajad tinggi.
C. Etiologi
Menurut (Rasjad, 2009) penyebab paling utama fraktur tibia yang disebabkan oleh pukulan
yang membengkokkan sendi lutut dan merobek ligamentum medialis sendi tersebut,
benturan langsung pada tulang tibia misalnya kecelakaan lalu lintas, serta kerapuhan
struktur tulang. Penyebab terjadinya fraktur yang diketahui adalah sebagai berikut :
1. Trauma langsung (direct)
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan tulang seperti
pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan benturan benda keras oleh
kekuatan langsung.
2. Trauma tidak langsung (indirect)
Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih disebabkan oleh
adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau otot, contohnya seperti pada
olahragawan atau pesenam yang menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu
beban badannya.
3. Trauma pathologis
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteomielitis, osteosarkoma,
osteomalacia, cushing syndrome, komplikasi kortison/ACTH, osteogenesis imperfecta
(gangguan congenital yang mempengaruhi pembentukan osteoblast). Terjadi karena
struktur tulang yang lemah dan mudah patah.
a. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsobsi tulang melebihi kecepatan
pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh dan dapat
mengalami patah tulang.
b. Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum-sum tulang yang disebabkan oleh
bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar
melalui sirkulasi darah.
c. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan sendi dan tulang
rawan
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur tibia adalah :
1. Nyeri hebat pada daerah fraktur, dan bertambah jika ditekan/diraba
2. Tak mampu menggerakan kaki
3. Terjadi deformitas (kelainan bentuk) diakibatkan karena perubahan posisi fragmen tulang.
Dapat membentuk sudut karena adanya tekanan penyatuan dan tidak seimbangnya
dorongan otot. Dapat pula memendek ekstermitas bawah karena adanya tarikan dari otot
ektermitas bawah saat fragmen tergelincir dan tumpah tindih dengan tulang lainnya. Dan
dapat juga terjadi rotasional karena tarikan yang tidak seimbang oleh otot yang menempel
pada fragmen tulang sehingga fragmen fraktur berputar keluar dari sumbu longitudinal
normalnya.
4. Adanya krepitus (teraba adanya derik tulang) diakibatkan karena gesekan antara fragmen
satu dengan fragmen yang lainnya.
5. Terjadi ekimosis atau perdarahan subkutan diakibatkan kerusakan pembuluh darah
sehingga darah merembes dibawah kulit sekitar area kulit.
6. Terjadi pembengkakan dan perubahan warna pada kulit diakibatkan karena terjadi
ekstravasasi darah dan cairan jaringan di sekitar area fraktur.

E. PATOFISIOLOGI
pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
3. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
4. Hitung darah kapiler
- HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
- Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
- Kadar Ca kalsium, Hb
G. Penatalaksanaan
Konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu : rekognisi,
reduksi, retensi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi /Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.
2. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Yaitu upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara
optimal. Metode reduksi terbagi atas ;
 Reduksi Tertutup ; dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-
ujungnya saling berhubungan). Ektermitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan
sementara gips, bidai atau alat lain. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan
ekstermitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-X harus dilakukan untuk mengetahui apakah
fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
 Traksi ; alat yang dapat digunakan menarik anggota tubuh yang fraktur untuk meluruskan
tulang. Beratnya traksi disesuaikan dengan spaasme otot yang terjadi.
o Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menepelkan plester langsung
pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian
yang cidera dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72jam).
o Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cidera dan sendi
panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) kedalam tulang.
o Maintenance traksi merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara
langsung pada tulang dengan kawat atau pins.
 Reduksi Terbuka : dilakukan dengan pembedahan fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku, atau batangan logam digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai penyembuhan tulang yang solid
terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang, alat
tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
 OREF (Open Reduction Eksternal Fixation) adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal
dimana tulang di transfiksasikan di atas dan di bawahnya fraktur, sekrup atau kawat
ditransfiksi dibagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan
suatu batang lain. Fiksasi eksternal ini digunakan utnuk mengobati fraktur terbuka dengan
kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur komunitif
(hancur atau remuk). Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya, kemudian
dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien yang
mengalami kerusakan fragmen tulang.
 ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah metode penatalaksanaan patah tulang
dengan cara pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana dilakukan insisi pada
tempat yang mengalami cedera dan ditemukan sepanjang bidang anatomic temapt yang
mengalami fraktur.
3. Retensi/Immobilisasi
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimun. Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator
eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur.
4. Rehabilitasi
Bertujuan untuk mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan memungkinkan,harus segera dimulai
latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi.

H. Proses Penyembuhan Tulang


1. Tahap Hematoma atau Inflamasi (1-3 hari)
Hematoma terbentuk dari darah yang berasal dari pembuluh darah yang robek. Hematoma
dibungkus oleh jaringa lunak sekitar (periosteum dan otot). Hal ini terjadi sekitar 1-2 x 24 jam.
2. Tahap Proliferasi (3 hari – 2 minggu)
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum di sekitar frakur. Sel-sel ini menjadi
precursor osteoblast, dan akan tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi di jaringan
sumsum tulang.
3. Tahap Kallus (2-6 minggu)
Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus) dan memberikan rigiditasi pada fraktur. Jika
terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu.
4. Tahap Ossifikasi/Jaringan lunak mengeras (3 minggu-6 bulan)
Kallus mengeras dan menutup lubang frakturb(fraktur gap) antara periosteum dan korteks
menggambungkan fragmen. Dan secara bertahap tulang menjadi mature. Union tulang yang
dapat dipastikan melalui X-ray dikatakan telah terjadi ketika tidak ada gerakan dengan stress
(tekanan) ringan dan tidak ada tenderness dengan pressure (penekanan) langsung pada area
langsung.
5. Tahap Konsolidasi dan Remodelling (6 bulan – 1 tahun)
Kallus yang tidak diperlukan dibuang/reabsorbsi dari tulang yang sembuh. Proses reabsorbsi dan
penyimpanan tulang sepanjang garis yang fraktur memberikan kekuatan tulang dalam menahan
semua beban
I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada fraktur tibia adalah :
1. Komplikasi awal ;
Compartemant Syndrome : Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi ektermitas bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup
ektermitas bawah. Mekasnisme terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intra – compartment, hal
ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi, menyebabkan aliran balik balik
darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedema. Dengan adanya oedema tekanan
intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat
arteri di intrakompartemen. Gejalanya rasa sakit pada ektermitas bawah dan ditemukan
paraesthesia, rasa sakit akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini
berlangsung cukup lama dapat terjadi paralyse pada otot-otot ekstensor hallusis longus,
ekstensor digitorum longus dan tibial anterior.

2. Komplikasi dalam waktu lama :


 Malunion : Dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang
tidak seharusnya. Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
 Delayed Union : adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan suplai darah ke tulang.
 Non Union : merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan
yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Non union di tandai dengan adanya pergerakan
yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga
disebabkan karena aliran darah yang kurang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. T.V. DENGAN POST OPERASI
FRAKTUR DI RUANGAN IRINA A ATAS RSUP PROF DR. RD. KANDOU MANADO

1. Pengkajian
a. Indentitas klien
Nama : Tn. T.V
Tanggal lahir/ umur : 38 Tahun
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Malalayang I
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal pengkajian : 20 Desember 2021
Nomor reka medic : 00752599
Diagnosa : Post operasi Fraktur terbuka tibia fibula sinistra

b. Penanggung jawab
Nama : Tn. R.B.
Umur : 32 thn
Alamat : Malalayang I
Hubungan : Anak ke 2
Pekerjaan : Swasta

II. Riwayat kesehatan


a. Keluhan utama : Nyeri pada luka operasi
b. Riwayat penyakir sekarang : pasien masuk rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas dengan
fraktur terbuka tibia fibula sinistra dan sudah dilakukan operasi debridement, sudah
perawatan hari ke 2, pasien hanya terbaring di tempat tidur dan mengatakkan sulit
meggerakkan kakinya. Semua ADL dibantu, kesadaran composmentis, orientasi pasien baik.
c. Riwayat penyakit dahulu : keluarga klien mengatakan klien pernah masuk rumah sakit
pada bulan mei 2020 dengan diagnose diare

III. Pengkajian pola fungsional gordon


a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien mengatakan nyeri pada eksterimas bawah kiri
b. Pola nutrisi metabolic
- Sebelum sakit : porsi makan klien normal 3x sehari
- Saat sakit : porsi makan klien normal 3x sehari
c. Pola eliminasi
- BAK:
Sebelum sakit : 3 kali sehari
Saat sakit : klien terpasang kateter, urine:1000cc, warna: kuning

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan dan minum 2
Mandi 2
Toileting 2
Berpakaian 2
Berpindah 2
Keterangan : 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

2) Latihan : saat melakukan aktivitas seperti biasa klien dibantu oleh orang lain
e. Pola kognitif
Klien mengatakan klien mengerti tentang penyakit yang dialami
f. Pola persepsi dan konsep diri
Klien dan keluarga berharap agar klien cepat sembuh
g. Pola tidur dan istirahat
- Sebelum sakit : 6-7 jam
- Saat sakit : 5-6 jam
h. Pola peran dan hubungan
Hubungan klien dan keluarga sangat baik
i. Pola nilai dan kepercayaan
Klien mengatakan selalu berdoa untuk kesembuhannya dan klien percaya tuhan selalu
melindunginya saat klien sakit

IV. Pemeriksaan fisik


a. Keadaan umum: Sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS 14 (E4M5V5)
b. Tanda-tanda vital :
TD: 130/72 Mmhg R: 20 x/menit
N: 80 x/menit SB: 36,5C
SP02: 99%
c. Keadaan fisik:
1. Kepala dan leher : bentuk kepala oval, warna rambut putih, kulit kepala bersih, tidak ada
lesi dan tidak ada kelainan
2. Mata : mata lengkap, simetris kiri/kanan, sclera putih, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor
3. Hidung : tidak ada cuping hidung, tidak ada secret, tidak ada kelainan
4. Leher : tidak ada kelenjar getah bening, kelenjar tiroid (-)
5. System pernafasan :
Thoraks : bentuk dada simetris, frekuensi nafas 22 x/menit, irama nafas teratur
Jantung : CRT <2 detik, tidak ada sianosis
6. Abdomen : tidak terlihat adanya benjolan, tidak ada luka operasi
7. Ekstremitas : pada ekstremitas bawah kiri sulit digerakkan karena adanya luka post
operasi
V. Pemeriksaan penunjang

Hematologi
Leukosit 4.000-10.00 /ul 5,3 /ul
Eritrosit 4.70-6.10 10^6/ul 4.10 10^6/ul
Hemoglobin 11.5-26.5 g/dl 12.0 g/dl
Hematokrit 37.0-47.0 % 36.6 %
Trombosit 150-450 10^3/ul 225 10^3/ul
MCH 27.0-35.0 Pg 29.4 Pg
MCHC 30.0-40.0 g/dl 32.9 g/dl
MCV 0-15 mm 45 mm
KIMIA KLINIK
SGOT < 33 U/L 56 U/L
SGPT < 43 U/L 19 U/L
Ureum darah 10-40 mg/dL 19 mg/dL
Creatinin Darah 0.5-1.5 mg/dL 0,7 mg/dL
Gula darah sewaktu 70-125 mg/dL 265 mg/dL
Chlorida darah 98.0-109.0 mEq/dL 102.0 mEq/dL
Kalium darah 3.50-5.30 mEq/dL 3.30 mEq/dL
Natrium darah 135-153 mEq/dL 136 mEq/dL

VI. Terapi obat


- IVFD Nacl 0,9%
- Ranitidin 50 mg/12 jam
- Diviti 30mg
- Ceftriaxone IV 2 gr/8 jam

Analisa data
No Data Etiologi Masalah

1. Data subjektif: Agen pencedera fisik D.0077 Nyeri akut


Klien mengatakan nyeri pada (prosedur operasi)
kaki kiri
P: nyeri adanya luka operasi
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri pada bagian kaki
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul

Data objektif:
-Klien tampak meringis
TD: 130/72 mmhg R :
20x/menit
N: 80 x/menit SB: 36,5C
SP02: 99%
2. Data subjektif: Kerusakan integritas D.0054 Gangguan
Klien mengatakan sulit struktur tulang mobilitas fisik
menggerakkan ekstremitas
bagian bawah kiri karena
fraktur

Data objektif:
-Aktivitas klien terbatas dan
harus di bantu oleh keluarga
dan perawat diruangan
-gerakan ekstremitas bawah
kiri terbatas
3. Data subjektif: Factor mekanis D.0129 Gangguan
Klien mengeluh nyeri di kaki (penekanan pada tonjolan integritas kulit/jaringan
bagian kanan karena ada luka tulang)
fraktur tibia terbuka sinistra
Data Objektif:
- Terdapat luka fraktur
terbuka pada tibia sinistra
- adanya luka operasi dengan
panjang luka 30cm

Diagnosa keperawatan

1. D.0077 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan adanya luka operasi
2. D.0054 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas stuktur
tulang
3. D.0129 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan Factor mekanis
(penekanan pada tonjolan tulang)
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

1. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan Tingkat Nyeri (L.08066) Manajamen Nyeri (I. 08238)
Agen pencedera fisik (prosedur operasi) Setelah di lakukan tindakan keperawatan Observasi
selama 3x5 jam, maka Tingkat Nyeri - Monitor TTV
Menurun dengan kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik durasi,
- Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi skla nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi respons nyeri non verbal
- Kesulitan tidur menurun Teraupetik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.TENS,
hipnotis akupresur, terapi musik,
biodfeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan kebisingan)
Edukasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. D.0054 Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I.05173)
berhubungan dengan kerusakan integritas Setelah di lakukan tindakan keperawatan Observasi
struktur tulang selama 3x5 jam, maka Mobilitas Fisik - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Meningkat dengan kriteria hasil: lainnya
- Kekuatan otot meningkat - Identifikasi toleransi fisik melakukan
- Pergerakan ekstremitas meningkat pergerakan
- Nyeri menurun - Monitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
Teraupetik
- Fasilitasi aktivits mobilisasi dengan alat
bantu (mis.pagar tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
3. D.0129 Gangguan integritas kulit/jaringan Integritas kulit dan jaringan (14125) Perawatan Luka (I.14564)
berhubungan dengan Factor mekanis Setelah di lakukan tindakan keperawatan Observasi
(penekanan pada tonjolan tulang) selama 3x5 jam, maka Integritas Kulit - Monitor tanda-tanda infeksi
Meningkat dengan kriteria hasil: Teraupetik
- Kerusakan jaringan menurun - Lepaskan balutan dan plester secara
- Kerusakan lapisan kulit menurun perlahan
- Nyeri menurun - Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,sesuai kebutuhan
- Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi ,jika
perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai kebutuhan pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Implementasi keperawatan

No Hari/tanggal, Implementasi keperawatan Jam Evaluasi


jam
1 Selasa - Memonitor TTV 12.00 S:
21-11-2021 TD: 130/72 Mmhg R: 20X/menit - Pasien mengeluh nyeri karena ada luka fraktur
N: 80X/menit SB: 36,5C tibia terbuka, nyeri di rasakan seperti di tusuk-
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik durasi, tusuk, skala nyeri 6, dirasakan terus-menerus
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri saat diam dan digerakkan
Hasil: nyeri karena ada fraktur tibia fibula terbuka, O:
nyeri di rasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang - Pasien tampak meringis
timbul, saat diam dan saat digerakkan - Pasien tampak gelisah
- Mengidentifikasi skala nyeri TD: 130/72 Mmhg R: 20X/menit
Hasil: pasien mengatakan skala nyeri 6 N: 80X/menit SB: 36,5C
- Mengidentifikasi respons nyeri non verbal A: Masalah belum teratasi
Hasil: pasien tampak meringis dan menahan nyeri P: Intervensi di lanjutkan
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk - identifikasi lokasi, karakteristik durasi,
mengurangi nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Hasil: Teknik nonfarmakologis yang di berikan - identifikasi skala nyeri
yaitu teknik relaksasi napas dalam - Identifikasi respons nyeri non verbal
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa - Ajarkan teknik non farmakologis
nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, - Kolaborasi pemberian analgetik
kebisingan)
Hasil: suhu ruangan panas
- Berkolaborasi pemberian anlagetik
Hasil: Injeksi diviti 30 mg subcutan

2. Selasa - Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik S:


21-12-2021 lainnya Klien mengatakan nyeri saat menggerakkan ekstremitas
Hasil : pasien mengeluh nyeri karena ada fraktur bawah kiri
tibia terbuka O:
- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan - ADL dibantu
pergerakan - Gerakaan ekstremitas bawah kiri terbatas
Hasil: pasien mampu bergerak miring kiri A: Masalah belum teratasi
miring kanan dengan bantuan perawat P : Intervensi dilanjutkan
- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar tempat tidur)
Hasil: menaikkan pagar tempat tidur kiri dan
kanan dan memastikan pagar sudah terkunci
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Hasil: keluarga membantu dalam mengatur
posisi pasien (posisi MiKa MiKi)
- menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Hasil: Keluarga klien mengerti tentang prosedur
mobilisasi
3. Selasa - Memantau tanda-tanda infeksi 12.00 S: Pasien mengeluh nyeri karena luka fraktur tiba
21-12-2021 Hasil: Luka bersih. tidak ada pendarahan terbuka di kaki
- Mempertahankan teknik steril saat melakukan O: Kondisi luka bersih, balutan luka luka tampak
perawatan luka rapid an bersih
Hasil : setelah membuka perban luka handscoen on A: Masalah belum teratasi
steril setelah itu di ganti dengan handscoen steril, P: Lanjutkan intervensi
menghindari terjadinya infeksi - Monitor tanda-tanda infeksi
- Melepaskan balutan dan plester secara perlahan - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Hasil: pasien tampak kooperatif, balutan luka - Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
tampak berwarna kuning nontoksik,sesuai kebutuhan
- Membersihkan dengan cairan NaCl
Hasil: membersihkan luka dengan NaCl 0,9% - Pasang balutan sesuai jenis luka
dengan mengunakan kasa - Pertahankan teknik steril saat melakukan
- Memasang balutan sesuai jenis luka perawatan luka
Hasil: menggunakan Therasorb sebagai dasar - Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
balutan luka untuk membantu penyerapan eksudat - Kolaborasi pemberian antibiotik
luka yang keluar
- Mengganti balutan sesuai jumlah dan drainase
Hasil: jumlah balutan yang di gunakan 4 kasa, 1
therasorb, dan kasa roll
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
Catatan Perkembangan

No Hari/tanggal, Implementasi keperawatan Jam Evaluasi


jam

Anda mungkin juga menyukai