Askeb Komprehensif Mioma Uteri Fransiska
Askeb Komprehensif Mioma Uteri Fransiska
KABUPATEN SORONG
Oleh:
FRANSISKA F KAENSIGE
(NIM: 21530117014)
KABUPATEN SORONG
Oleh:
FRANSISKA F KAENSIGE
(NIM: 21530117014)
i
LEMBAR PERSETUJUAN
KABUPATEN SORONG
NIM : 21530117014
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KABUPATEN SORONG
1. (……………………....)
NIP.
Mengetahui
Plt. Ketua Jurusan Kebidanan
Sunaeni, M.Keb
NIP. 198109122012122001
iii
DAFTAR ISI
iv
3. Prosedur Histerektomi...........................................................................................19
4. Perawatan post operasi...........................................................................................20
D. Asuhan Manajemen Kebidanan.............................................................................24
1. Pengertian manajemen kebidanan.........................................................................24
2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen varney.............................24
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)......................................................26
BAB III.....................................................................................................................................27
HASIL ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF............................................................27
A. Deskripsi Lokasi Pengambilan Data......................................................................27
B. Uraian Kasus..........................................................................................................27
BAB IV....................................................................................................................................32
PEMBAHASAN......................................................................................................................32
A. Gambaran Umum Kasus........................................................................................32
B. Pengkajian Data Subjektif.....................................................................................32
C. Pengkajian Data Objektif.......................................................................................33
D. Analisa...................................................................................................................34
E. Penatalaksanaan.....................................................................................................35
BAB V......................................................................................................................................36
PENUTUP................................................................................................................................36
A. Kesimpulan............................................................................................................36
B. Saran......................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................38
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya askeb komprehensif ini dengan judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ny “Y” Dengan Post Operasi Mioma Uteri Di RSUD J.P.Wanane
Kabupaten Sorong” dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam penyusunan askeb komprehensif ini penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak yang terlibat dalam membantu penulis dalam menyelesaikan dan
1. Ibu Ariyani Pongoh, S.ST, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Sorong
5. dr. Hendrik Onesimus Timotius Mansa,Sp.B-KBD selaku Direktur Rumah Sakit Umum
6. Ibu Cory Situmorang, M.Keb selaku ketua program studi D.IV Kebidanan
Semoga budi baik yang telah diberikan kepada saya mendapatkan balasan rahmat dari
Allah SWT yang maha pemurah. Dalam penyusunan Askeb Komprehensif ini, saya
menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu saya mengharapkan
kritikan serta saran-saran sifatnya membangun agar askeb komprehensif ini menjadi
sempurna. Amin.
Penulis
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan reproduksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi
perhatian bersama dan bukan hanya individu bersangkutan, karena dampaknya luas
menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam
alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) (Rudiyanti &
Imron, 2016)
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organitation (WHO) adalah keadaan fisik,
mental maupun social yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. (Urip
et al., 2020)
Mioma uteri atau yang biasa disebut juga dengan Leiomioma merupakan salah satu
masalah yang sering timbul pada organ reproduksi wanita, mioma merupakan tumor jinak
yang memiliki ciri tersendiri, bulat, keras, berwarna putih hingga merah mudah pucat, dan
sebagian besar terdiri atas otot polos dengan beberapa jaringan ikat, berdasarkan otopsi novak
menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma pada wanita yang
berkulit hitam ditemukan lebih banyak. mioma merupakan tumor pelvis yang paling sering
terjadi pada kira-kira 25% wanita berkulit putih dan 50% wanita berkulit hitam hal ini
dikarenakan wanita yang berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita
tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor
1
ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Dengan pertumbuhan
mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita
berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Mioma uteri ini lebih sering
Hasil penelitian, wanita lebih rentan terkena berbagai penyakit dari pada lakilaki. Salah
satu penyakit yang ditakutkan oleh para wanita adalah penyakit yang berhubungan dengan
organ reproduksi wanita seperti mioma uteri. Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan
dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid. (Rudiyanti & Imron, 2016)
Mioma atau disebut juga leiomioma atau fibroid adalah tumor jinak yang berasal dari
sel-sel otot polos. Tumor itu mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin
terdiri dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi. Mioma bertumbuh dengan
mendorong perbatasan dengan sebuah kapsul palsu, dan bisa tumbuh menjadi sangat besar.
Tempat pertumbuhan yang paling sering adalah didalam korpus uteri (Rudiyanti & Imron,
2016)
Diperkiraan insiden mioma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita. Di negara maju
angka kejadian mioma uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Di Indonesia,
mioma uteri ditemukan 2.39%–11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Bila
mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan
terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat
2
Data World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa di dunia setiap tahunnya
ada 6,25 juta penderita tumor. Dalam 20 tahun terakhir ini di perkirakan 9 juta manusia
meninggal karena tumor.Perlu dicatat bahwa 2/3 kejadian ini terjadi di negara yang sedang
berkembang dan menimbulkan angka mortalitas dan morbilitas yang cukup tinggi. (Urip et
al., 2020)
Angka kasus mioma uteri di Indonesia sebesar 20 per 1000 wanita dewasa. Angka
kejadian mioma uteri di indonesia menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Mioma
uteri ditemukan di Indonesia sebesar 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015. (Urip et al.,
2020)
Resiko yang paling ditakuti dari mioma uteri yaitu mengalami degenerasi keganasan, di
samping itu bisa mengalami torsi sehingga menimbulkan nekrosis, nyeri akut atau infeksi.
Sehingga mioma uteri memerlukan penanganan yang professional dan multi disiplin.
Dengan masih tingginya kejadian mioma uteri, maka penulis merasa tertarik akan
membahas secara spesifik mengenai masalah ini dengan menggunakan metode pendekatan
manajemen asuhan kebidanan dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny “Y”
Dengan Post Operasi Mioma Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sorong ”
B. Rumusan Masalah
Adapun ruang lingkup pembahasan karya tulis ilmiah ini meliputi penerapan “Asuhan
Kebidanan Pada Ny “Y” Dengan Post Operasi Mioma Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sorong
C. Tujuan
3
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan “Asuhan Kebidanan Pada Ny “Y” Dengan Post Operasi Mioma
2. Tujuan Khusus
1. Dapat mengkaji dan menganalisa data pada Ny “Y” Dengan Post Operasi Mioma
2. Dapat merumuskan diagnosa masalah aktual pada Ny “Y” Dengan Post Operasi
4. Dapat melakukan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny “Y” Dengan Post
Dengan Post Operasi Mioma Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sorong
4
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dalam dasar penggunaan asuhan kebidanan pada klien
mioma uteri.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Gangguan Reproduksi
reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada wanita dapat meliputi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos pada dinding
uterus. Beberapa istilah dari mioma uteri adalah fibromioma, laiomioma, miofibroma,
fibroleiomioma, atau uterin fibroid. Mioma uteri merupakan tumor uterus yang
banyak ditemukan pada 20-25% wanita diatas umur 35 tahun. (Fillat, 2018)
Mioma uteri adalah tumor jinak berbatas tegas dan tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Tumor jinak ini banyak ditemukan
pada traktus geniltalia wanita, terutama pada wanita sesudah produktif (menopause).
Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia subur atau produktif tetapi kerusakan
reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif yaitu berupa
Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang mengandung sel-sel otot polos
dan jaringan ikat dengan ciri bulat, keras, berwarna merah muda pucat. Umumnya
6
2. Etiologi Mioma Uteri
Etiologi yang pasti dari terbentuknya mioma uteri sampai saat ini belum dapat
dipastikan dengan jelas. Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadi
mioma uteri. Dalam jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor estrogen
pada setiap individu, diantara nodul mioma pada uterus yang sama. Perbedaan ini
berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesterone (Fillat, 2018)
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) mioma uteri berasal dari sel otot polos
berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan
meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan
esktraseluler.
1. Estrogen
Mioma uteri banyak ditemukan setelah menarche. Pertumbuhan mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri
7
miomatus, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari
2. Progesteron
Menurut Aspiani (2017) ada beberapa faktor predisposisi lain yang dapat
1. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40-
50% pada usia diatas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche
(sebelum haid).
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
4. Kehamilan
8
5. Paritas
Mioma uteri sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
6. Ras
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita dengan kulit hitam lebih beresiko
urinarius
3) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
1) Mioma Submukosa
Mioma ini terletak di bawah endometrium atau lapisan mukosa uterus dan
bentuk pada kavum uteri. Apabila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka
tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt.
9
perdarahan melalui vagina. Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi
2) Mioma Intramural
3) Mioma Subserosa
4) Miom intraligamenter
5) Mioma pedunkulata
Berdasarkan Nurarif dan Kusuma (2015) separuh penderita mioma uteri tidak
1. Perdarahan abnormal
Dipekirakan sebanyak 30% wanita dengan mioma uteri memiliki masalah dalam
metroragia (perdarahan rahim dengan interval yang tidak teratur, terutama antara
10
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya
2. Nyeri
Timbul karena adanya gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat dan
3. Gejala penekanan
4. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas.
gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral.
11
a. Gangguan transportasi gamet dan embrio
Kehamilan yang disertai dengan mioma uteri dapat menimbulkan proses saling
mempengaruhi, yaitu :
b. Persalinan premature
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit kecil di dalam miometrium dan mulai
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor di dalam uterus. Bila mioma
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan
Apabila pemberian darah pada mioma uteri berkurang dapat menyebabkan tumor
membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Jika terjadi perdarahan
12
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
yang panjang dan dipisahkan menjadi berkas-berkas oleh jaringan ikat, karena seluruh
suplai darah pada mioma berasal dari beberapa pembuluh darah yang masuk dapris
menyebabkan degenerasi terutama yang terletak pada bagian tengah mioma uteri.
Tumor ini mungkin hanya satu tetapi sebenarnya jamak dan biasa menyebar di dalam
uterus, dengan ukuran dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) ada beberapa pemeriksaan penunjang yang
1. Tes laboratorium
Menghitung darah lengkap dan apusan darah, pada penderita mioma uteri sering
2. USG (Ultrasonografi)
Pada penderita mioma uteri terlihat adanya massa pada daerah uterus. USG dapat
13
Pemeriksaan ini diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum
dilakukan histerektomi
5. Vaginal toucher
6. Laparoskopi
7. Histerosal pingogram
Pemeriksaan ini dianjurkan untuk klien yang masih ingin memilliki keturunan
dan untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi
8. Histeroskopi
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma,
tetapi jarang diperlukan. Pada pemeriksaan MRI, mioma tampak sebagai massa
gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal.
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara
bulan
14
d. Peggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari 1-3
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini juga menekan sekresi
pembedahan.
1. Histerektomi
Histerektomi adalah suatu tidakan operatif dimana seluruh organ pada uterus harus
diangkat atau dengan kata lain histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim
lagi, dan bagi penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah
Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat tetapi mulut rahim (serviks)
tetap ditinggal.
b. Histerektomi total
15
Pengangkatan kandungan termasuk mulut rahim.
Pengangkatan uterus, mulut rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium.
d. Histerektomi radikal
Pengangkatan bagian atas vagina serta jaringan dan kelenjar llimfe pada
sekitar kandungan.
a. Terdapat 1 sampai 3 leimioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
berulang dan dan menggumpal selama lebih dari 8 hari dan bisa menyebabkan
terjadinya anemia.
c. Rasa tidak nyaman di pelvis Rasa tidak nyaman di pelvis merupakan dampak
dari mioma meliputi: nyeri akut, rasa tertekan pada bagian punggung bawah
d. Penekanan buli-buli dan frekuensi saluran kemih yang berulang dan tidak
2. Radioterapi
a. Dilakukan hanya pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
d. Tidak disertai dengan adanya radang pelvis atau penekanan pada rectum
16
3. Miomektomi
Tindakan ini dibatasi pada mioma dengan tangkai dan jelas sehingga mudah
kemungkinan dapat terjadi karsinoma endometrium dan juga pada saat masa
dapat hamil sekitar 30-50% dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah
Prosedur kuretase adalah proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding
kavum uteri dengan melakukan invasi dan manipulasi instrumen (sendok kuret) ke
dalam kavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan jaringan dengan teknik
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan yaitu timbulnya infeksi, abortus,
17
C. Tinjauan Umum Tentang Mioma Uteri
1. Pengertian Histerektomi
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri.
Histerektomi total (lengkap) adalah mengangkat semua organ secara total. Pada
d. Histerektomi radikal
2. Penyebab Histerektomi
paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker mulut rahim atau kanker
18
1) Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan perdarahan
saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba fallopi, atau organ perut
3. Prosedur Histerektomi
1) Histerektomi Abdominal
melalui irisan pada perut, baik irisan vertikal maupun horizontal (pfanenstiel).
2) Histerektomi Vaginal
Histerektomi vaginal adalah operasi melalui irisan kecil pada bagian atas vagina.
Dengan melalui irisan tersebut, uterus dan mulut rahim dipisahkan dari jaringan
19
- Sedikit nyeri
3) Histerektomi Laparoskopi
1. LAVH
dimasukkan melalui irisan kecil di perut. Ini bertujuan untuk melihat uterus dan
2. LSH
Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih
cepat, serta sedikit jaringan parut. Setelah histerektomi, siklus haid atau
menstruasi akan berhenti dan wanita tidak dapat hamil lagi. Jika pada
1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi.
20
3) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama pasca
4) Luka mengeluarkan aksudat cair atau tembus ke pakaian, pembalut luka harus
5) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus sesuai dan tidak
lengket.
b. Pemberian cairan
pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang
diperlukan oleh tubuh agar tidak terjadi hipertemia, dehidrasi, dan komplikasi
ringer laktat (RL) secara bergantian. Jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan
darah rendah, berikan transfusi darah atau packed-cell sesuai dengan kebutuhan.
c. Diet
pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan pada 6 – 10 jam pasca operasi
berupa air putih atau air teh yang jumlahnya dapat dinaikkan pada hari pertama
Setelah cairan infus dihentikan berikan makanan bubur saring (MI), minuman
air, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap diperbolehkan makan bubur (MI)
dan akhirnya makanan biasa (MB). Sejak boleh minum pada hari pertama,obat-
21
Pemberian makanan rutin tersebut di atas akan berubah bila dijumpai
komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya kembung pada perut dan
d. Nyeri Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama rasa nyeri tersebut dapat
diberikan obat-obat anti sakit dan penenang seperti suntikan intramuskular (IM)
perinfus atau dengan obat-obatan di atas penderita yang kurang tenang atau
e. Mobilisasi
penderita. Kemajuan mobilisasi tergantung pada jenis operasi yang dilakukan dan
komplikasi yang mungkin di jumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula
kepercayaan pada klien bahwa mulai sembuh. Perubahan gerak dan posisi ini
Miring ke kanan dan miring ke kiri sudah dapat dimulai 6-10 jam setelah
terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua penderita dapat
pulih. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi posisi setengah duduk
(semi fowler).
selama sehari, belajar berjalan sendiri kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3-5
pasca operasi.
22
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosit dan emboli.
Sebaiknya bila terlalu dini melakukan mobilisasi secara teratur dan bertahap
f. Kateterisasi
Kandungan kemih yang penuh dapat menimbulkan rasa nyeri dan rasa nyaman
pada penderita serta dapat menyebabkan perdarahan. Karena itu dianjurkan juga
pemasangan kateter tetap(balon Kateter) yang terasang selama 24-48 jam atau
lebih lama lagi,tergantung jenis operasi dan keaadaan penderita. Dengan cara urin
dapat ditampung dan diukur dalam kantong plastik secara periodik.bila tidak
dipasangi kateter yang tetap. Di anjurkan kateterisasi rutin kira-kira 12 Jam pasca
g. Pemberian obat-obatan
h. Perawatan rutin Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran
adalah :
1) Tanda-tanda vital meliputi : tekanamn darah (TD), jumah nadi permenit (N) ,
2) Jumlah cairan yang masuk dan keluar (urine). 3) Pemeriksaan lainnya menurut
23
i. Konsultasi Pada keaadan dan kasus tertentu,selain kerja sama dengan unit unit
asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh
bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui tindakan logika dalam
memberi pelayanan
Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai
dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam proses
untuk menilai keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan
klien, pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,
yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yangdialami oleh
24
Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada
4. Evaluasi
secara terus menerus selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus
ini menghasilkan data baru segera dinilai. Data yang muncul dapat
hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi
dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu mengenai ekonomi,
agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien,
oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil
harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya serta situasi
dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim kesehatan lainnya
25
7. Evaluasi asuhan kebidanan
dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus
1. Data subjektif
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup nama,
diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya.
2. Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,
laboratorium.
3. Assesmen/Diagnosa
4. Planning/Perencanaan
dkk. 2006
26
BAB III
RSUD Kabupaten Sorong merupakan rumah sakit umum daerah (RSUD) di Kota
Sorong. Rumah Sakit ini melayani pasien baik dari Kota Sorong maupun dari luar daerah
karena merupakan jenis rumah sakit umum. RSUD Kabupaten Sorong menerima pasien-
pasien untuk disembuhkan dengan dukungan dokter ahli dan perawat berkualitas.
Pelayanan juga berkualitas dengan alat-alat medis yang modern dan lengkap. Terdapat
kamar rumah sakit bagi pasien rawat inap. Jam jenguk pasien RSUD Kab.Sorong juga diatur
dengan baik agar pasien baik anak dan dewasa dapat istrahat maksimal.
B. Uraian Kasus
Pada Hari Sabtu 5 Juni 2021 jam 14.00 WIT penulis mengkaji pasien Ny. Y. berumur
41 tahun beralamat di Jl.Handayani Kota Sorong. Berstatus sudah menikah. Pada tanggal 1
Juni 2021 pukul 10.00 WIT Ny.Y mendatangi poli KIA/KB di RSUD Kabupaten Sorong
untuk periksa kesehatannya dengan tindakan USG dan didapatkan hasil adanya massa pada
uterus. Dan pada tanggal 2 Juni 2021 pukul 13.15 WIT Ny.Y masuk rumah sakit untuk
Riwayat menarche adalah saat duduk di bangku kelas 3 SMP atau 15 tahun,
menstruasi berlangsung 7 hari, Berat badan Ny. Y 70 kilogram, tinggi badan 160 cm, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali permenit, respirasi 26 kali permenit, suhu 36,7˚C. Ny. Y
mengatakan mempunyai seorang anak yang berusia 20 tahun, usia kehamilan Aterm, jenis
persalinan Normal, penolong Bidan, jenis kelamin perempuan, berat badan lahir 3,2
Kilogram dan tidak ada komplikasi ibu maupun bayi. Ny Y belum pernah menggunakan alat
27
Ny. Y mengatakan bahwa tidak pernah dan tidak sedang mengalami penyakit seperti
asma, jantung, diabetes mellitus, penyakit paru, dll tetapi alergi pada ikan cakalang. Ny. Y
juga mengatakan bahwa dalam keluarga tidak sedang dan tidak pernah mengalami penyakit
anamnesa, Ny. Y mengatakan makan 3 kali sehari dengan jenis makanan nasi, lauk, sayur,
kadang buah dan tidak memiliki makanan pantangan. Setelah operasi nafsu makan kurang
baik. Pola minum Ny. Y mengatakan minum sekitar 8-10 gelas perhari dengan jenis
minuman air putih dan teh. Nn. Y mengatakan pola eliminasi BAB sekitar 1 hari sekali dan
BAK sekitar 6-7 kali sehari. Pola istirahat dan tidur berdasarkan hasil anamnesa Ny. Y
mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam selama 5-6 jam sehari. Pola personal hygiene
atau kebersihan diri Ny. Y mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun mandi, gosok gigi
3 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, mengganti pakaian tiap habis mandi. melakukan
perawatan vulva saat BAB dan BAK. Pola aktivitas berdasarkan hasil anamnesa Ny. Y
Dilakukan pemeriksaan fisik head to toe pada Ny. Y dengan hasil: rambut bersih, hitam,
lurus, wajah tidak ada oedema, mata simetris konjungtiva tidak anemis, telinga bersih tidak
ada cairan yang keluar, hidung bersih tidak ada polip, mulut dan gusi bersih tidak terdapat
caries maupun sariawan, pada pemeriksaan leher tidak terdapat pembengkakakan seperti
kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, pemeriksaan abdomen tidak terdapat luka bekas
operasi maupun nyeri tekan, pada bagian ekstremitas tidak terdapat pembengkakakn atau
oedema maupun varices. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan Pre Operasi pada tanggal 3
Juni 2021 adalah Leukosit: 5600 / mm3, Eritrosit: 4,55 jt/mm3, Haemoglobin: 29,7 gr/dL,
Haematokrit 29,7%, Trombosite: 365.000/mm3 ,CTDS: 87 mg/dL. Pada tanggal 4 Juni 2021
dilakukan pemeriksaan penunjang Ny.Y. dan pada tanggal 1 Juni 2021 Ny.Y melakukan
28
pemeriksaan USG dan terdapat massa pada daerah uterus. Berdasarkan hasil pemeriksaan
yang telah di lakukan diperoleh analisis kebidanan yaitu Ny.Y umur 41 tahun dengan Mioma
Uteri.
Berdasarkan data subjektif, objektif dan analisis kebidanan yang ada maka
dan meminta persetujuan keluarga bahwa setelah di lakukan pemeriksaan oleh dokter akan di
lakukan operasi dengan tindakan pembedahan. Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter
spesialis kandungan pasien dan keluarga bersedia untuk di lakukan operasi pengangkatan
rahim dan leher rahim dengan tindakan Histerektomi karena klien sudah tidak ingin
mempunyai anak dan juga factor usia maka pada tanggal 4 Juni 2021 di lakukan section
caesaria dengan tindakan Histerektomi. Adapun laporan operasi. Jenis anestesi: spinal
epidural, diagnose pra operasi: Mioma uteri, diagnose post operasi: Mioma uteri Submukosa,
jam, Metronidazole 1 gram/ 12 jam, Ketorolac 1 ampul /8 jam, Ulvice 1 ampul/24 jam,
Tanggal 5 Juni 2021 pukul 09.00 WIT keadaan Ny. Y cukup baik dengan kesadaran
composmentis, masih terpasang kateter, TTV dalam batas normal yakni Tekanan darah:
120/80 MmHg, Nadi: 80x/m, Suhu: 36,70C, Respirasi: 22x/m dan dilakukan pemeriksaan
Haemoglobin 9,2 gr/dl, luka operasi masih basah, nyeri tekan pada luka operasi. Ny.Y
mengatakan merasakan nyeri pada daerah luka operasi bila bergerak, merasa pusing dan
sudah flatus. Dari data subjektif dan objektif yang telah dijelaskan di atas diperoleh analisis
Ny.Y umur 41 tahun dengan post operasi mioma uteri hari pertama
mengobervasi perdarahan dan observasi urine, menjelaskan ulang penyebab nyeri yaitu
karena terputusnya kontiunitas jaringan otot, kulit dan serabut akibat dari regangan otot
29
abdomen yang berlebihan saat operasi, dengan adanya luka ini maka dapat merangsang
ujung-ujung saraf sehingga timbul rasa nyeri, menganjurkan ibu untuk makan sedikit demi
sedikit dengan bubur, menganjurkan ibu untuk mobilisasi dengan berjalan-jalan disekitar
tempat tidur, menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan personal hygine yaitu mengganti
pembalut dan pakaian bila basa atau kotor, penatalaksanaan pemberian obat pada jam 10.00
WIT yaitu Cefotaxime 1 gram, Metronidazole 0,5 gram, Ketorolac 1 ampul, Transamin 1
Ampul diberikan secara intravena. Dan dilanjutkan setiap 8 jam kecuali obat Cefotaxime 1
Perawatan hari ketiga tanggal 6 Juni 2021 Pukul 09.00 WIT, keadaan Ny. Y cukup baik
dengan kesadaran composmentis, TTV dalam batas normal yakni Tekanan darah: 120/70
MmHg, Nadi: 80x/m, Suhu: 36,70C, Respirasi: 22x/m, masih terpasang kateter, luka operasi
masih basah, nyeri tekan pada luka operasi. Ny.Y mengatakan merasakan nyeri pada daerah
luka operasi bila bergerak, klien mengatakan sudah tidak merasa pusing dan sudah flatus
tetapi belum BAB, masih ada pengeluaran bercak darah. Dari data subjektif dan objektif yang
telah dijelaskan di atas diperoleh analisis Ny.Y umur 41 tahun dengan post operasi mioma
mengobervasi perdarahan dan observasi urine, menjelaskan ulang penyebab nyeri yaitu
karena terputusnya kontiunitas jaringan otot, kulit dan serabut akibat dari regangan otot
abdomen yang berlebihan saat operasi, dengan adanya luka ini maka dapat merangsang
ujung-ujung saraf sehingga timbul rasa nyeri, menganjurkan ibu untuk makan sedikit demi
sedikit dengan bubur, menganjurkan ibu untuk mobilisasi dengan berjalan-jalan disekitar
tempat tidur, menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan personal hygine yaitu mengganti
pembalut dan pakaian bila basa atau kotor, penatalaksanaan pemberian obat pada jam 10.00
WIT yaitu Cefotaxime 1 gram, Metronidazole 0,5 gram, Ketorolac 1 ampul, Transamin 1
30
Ampul diberikan secara intravena. Dan dilanjutkan setiap 8 jam kecuali obat Cefotaxime 1
Perawatan hari keempat tanggal 7 juni 2021 Pukul 09.00 WIT, Ny. Y keadaan umum
Ny. Y baik dengan kesadaran composmentis, TTV dalam batas normal yakni Tekanan darah:
120/60 MmHg, Nadi: 80x/m, Suhu: 36,70C, Respirasi: 22x/m, kateter sudah di lepas, luka
operasi sudah kering. Ny.Y mengatakan sudah miring ke kiri dan ke kanan, nyeri bekas
operasi berkurang dan sudah BAB, pengeluaran bercak darah sedikit. Dari data subjektif dan
objektif yang telah dijelaskan di atas diperoleh analisis Ny.Y umur 41 tahun dengan post
memberikan motivasi pada klien untuk memenuhi sendiri kebutuhannya, memberi penjelasan
perban luka operasi dan ibu bersedia untuk digantikan perban lukanya dengan menggunakan
Verban offsit, Memberi dukungan moril kepada ibu bahwa perlahan ibu mulai pulih dan
merasa senang serta berterima kasih. Ny.Y dianjurkan untuk pulang, keadaan umum
membaik, pemberian obat-obatan dilanjutkan di rumah seperti Asam Mefenamat 500 gram,
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien dalam kasus ini mengalami gangguan reproduksi yaitu mioma uteri. Dalam
pembahasan kasus ini akan di bahas diagnose kasus dan penyebab kasus. Secara umum
mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos pada dinding uterus.
(Fillat, 2018) pendapat lain menyebutkan Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang
mengandung sel-sel otot polos dan jaringan ikat dengan ciri bulat, keras, berwarna merah
muda pucat. Umumnya berlokasi pada korpus uteri. (Astuti et al., 2020) Menurut penelitian
World Health Organisation (WHO) setiap tahun jumlah penderita mioma bertambah
mencapai 6,25 juta orang dalam 10 tahun mendatang diperkirakan 9 juta orang akan
meninggal setiap tahun akibat mioma di dunia akan berada dinegara-negara yang sedang
Diperkiraan insiden mioma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita. Di negara maju
angka kejadian mioma uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Di Indonesia,
mioma uteri ditemukan 2.39%–11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Bila
mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan
terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat
Pembahasan pertama adalah Ny.Y dengan post operasi mioma uteri atas indikasi
histerektomi mengatakan setelah operasi mengeluh merasa mual, pusing, nyeri pada luka
operasi jika bergerak dan buang air kecil melalui kateter dan merasa cemas dengan
keadaanya. Ny.Y mengatakan berstatus sudah menikah dan mempunyai seorang anak.
32
Pekerjaan Ny.Y sebagai ibu rumah tangga dan beliau mengatakan sebelumnya tidak ada
irisan pada perut, baik irisan vertical maupun horizoental. Histerektomi vaginal adalah
operasi melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Dengan melalui irisan tersebut, uterus
dan mulut rahim dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya kemudian
Mioma uteri adalah tumor jinak berbatas tegas dan tidak berkapsul yang berasal dari otot
polos dan jaringan ikat fibrous. Tumor jinak ini banyak ditemukan pada traktus geniltalia
wanita, terutama pada wanita sesudah produktif (menopause). Mioma uteri jarang ditemukan
pada wanita usia subur atau produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena
mioma uteri pada usia produktif yaitu berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan
ibu karena mioma uteri tahun 2010 sebanyak 1,95%, dan tahun 2011 sebanyak 2,04%
Pada data objektif Ny.Y dengan post operasi mioma uteri atas indikasi histerektomi
pukul 10.40 WIT. Setelah di lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TTV dalam
batas normal yakni Tekanan darah: 120/60 MmHg, Nadi: 80x/m, Suhu: 36,7 0C, Respirasi:
22x/m, kateter sudah di lepas, luka operasi sudah kering. Ny.Y mengatakan sudah miring ke
kiri dan ke kanan, nyeri bekas operasi berkurang dan sudah BAB, pengeluaran bercak darah
sedikit.
Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan yaitu: dampak fisik, dampak psikologi dan
dampak social. Setelah menjalani histerektomi perempuan akan mengalami perubahan fisik
33
seperti tidak menstruasi, tidak ovulasi, inkontinensia urin dan terjadi perubahan sensasi pada
saat berhubungan seksual dikarenakan pengangkatan servik. Perubahan sensasi pada saat
progesterone yang menyebabkan kekeringan pada vagina dan jika pada histerektomi juga
Menurut Aspiani (2017) ada beberapa faktor predisposisi lain yang dapat menyebabkan
mioma uteri, diantaranya adalah : Umur, mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita
usia produktif dan sekitar 40-50% pada usia diatas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarche (sebelum haid). Hormone endogen, Konsentrasi estrogen pada jaringan
mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal. Riwayat keluarga, wanita
dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai
2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma uteri dibandingkan dengan wanita tanpa garis
keturunan penderita mioma uteri. Paritas, mioma uteri sering terjadi pada wanita multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (dua)
kali. Ras, pada wanita ras tertentu, khususnya wanita dengan kulit hitam lebih beresiko tinggi
Ciri-ciri mioma uteri berdasarkan lokasi. Miom uteri terdapat di: cervical, isthmica,
corporal. Berdasarkan posisi terhadap lapisan-lapisan uterus, mioma uteri dapat di bagi dalam
D. Analisa
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan diperoleh analisis kebidanan yaitu
34
Mioma uteri adalah tumor jinak berbatas tegas dan tidak berkapsul yang berasal dari otot
polos dan jaringan ikat fibrous. Tumor jinak ini banyak ditemukan pada traktus geniltalia
wanita, terutama pada wanita sesudah produktif (menopause). Mioma uteri jarang ditemukan
pada wanita usia subur atau produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena
mioma uteri pada usia produktif yaitu berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan
E. Penatalaksanaan
mengobervasi perdarahan dan observasi urine, menjelaskan ulang penyebab nyeri yaitu
karena terputusnya kontiunitas jaringan otot, kulit dan serabut akibat dari regangan otot
abdomen yang berlebihan saat operasi, dengan adanya luka ini maka dapat merangsang
ujung-ujung saraf sehingga timbul rasa nyeri, menganjurkan ibu untuk makan sedikit demi
sedikit dengan bubur, menganjurkan ibu untuk mobilisasi dengan berjalan-jalan disekitar
tempat tidur, menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan personal hygine yaitu mengganti
pembalut dan pakaian bila basa atau kotor, penatalaksanaan pemberian obat pada jam 10.00
WIT yaitu Cefotaxime 1 gram, Metronidazole 0,5 gram, Ketorolac 1 ampul, Transamin 1
Ampul diberikan secara intravena. Dan dilanjutkan setiap 8 jam kecuali obat Cefotaxime 1
Cara operasi mioma uteri dengan indikasi histerektomi juga terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
1) Histerektomi Abdominal
2) Histerektomi Vaginal
3) Histerektomi Laparoskopi
a. LAVH
b. LSH
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek melalui
studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny “Y” dengan post operasi mioma
1. Penanganan mioma uteri dengan cara operasi pengangkatan massa adalah cara yang
tepat, karena apabila mengalami degenerasi ganas akan menjadi sarkoma uteri.
2. Diagnosa yang dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan data objektif Ny “Y”
dengan post operasi mioma uteri adalah nyeri luka operasi. Jika nyeri luka operasi tidak
memberikan asuhan kebidanan pada kasus mioma uteri menunjukkan tidak ada
kesenjangan dengan teori yang ada. Hal ini dapat dilihat dari awal pengkajian sampai
pada evaluasi dan dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan pada klien dapat
terlaksana dengan baik, karena dukungan dan kerja sama yang baik antar klien,
manajemen kebidanan, karena hal ini merupakan bukti pertanggung jawaban bidan
B. Saran
1. Saran bagi ibu (klien) Diharapkan setiap wanita produktif untuk rajin
36
mengakibatkan gangguan sistem reproduksi karena penyakit ini tidak
mengetahui tanda dan gejala pada gangguan sistem reproduksi, sehingga dapat
mendeteksi lebih awal apabila menemukan kasus tersebut dan dapat segera
membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan
professional.
37
DAFTAR PUSTAKA
Dki Jakarta : Study Grounded Theory Histerektomi Serta Faktor-Faktor Di Wilayah Dki
Jakarta :
Gangguan Sistem Reproduksi pada Ny “S” dengan Mioma Submukosa di RSUD Syekh
Yusuf Gowa Tanggal 04 Februari – 25 Februari Tahun 2019 1. Jurnal Midwifery, 2(1),
10–19.
Fillat, M. T. (2018). Asuhan keperawatan pada paisen pre sc mioma uteri. 6–51.
Rudiyanti, N., & Imron, R. (2016). Hubungan Usia Menarche Dan Paritas Dengan Mioma
https://www.poltekkes-tjk.ac.id/ejurnal/index.php/JKEP/article/view/604
Urip, J., Km, S., & Ii, K. (2020). Manajemen Asuhan Kebidanan pada Nona R dengan
38