Makalah Sanitasi Tempat Umum
“Identifikasi Masalah Sanitasi Tempat Ibadah”
Dosen Pengampu:
Beben Saiful Bahri, SKM, MKM
Syarifuddin, SKM, MKes
Disusun Oleh :
Kelompok 4 Kelas 2 STR A
1. Ahmad Rendi Firdaus (P21334122005)
2. Aina Ratri Linuwih (P21335122006)
3. Aura Firza Ramadenty (P21335122014)
4. Dwi Lauhiz Naufal (P21335122022)
5. Intan Febrian (P21335122036)
6. Kartika Febby Anjar Wati (P21335122039)
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Identifikasi Masalah
Sanitasi Tempat Ibadah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sanitasi Tempat Umum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan.. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Beben Saiful Bahri, SKM, MKM
dan Syarifuddin, SKM, Mkes Selaku dosen pengampu pada mata kuliah Sanitasi Tempat
Umum yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 12 Maret 2024
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Pokok Pembahasan .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Fasilitas Pendidikan ....................................................................................... 2
2.2 Pengertian Sanitasi Tempat Ibadah .................................................................................. 4
2.3 Format Identifikasi Masalah Sanitasi Tempat Ibadah ..................................................... 9
BAB III.................................................................................................................................... 12
PENUTUP............................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit,
pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau
pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi
kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan
lainnya.
Menurut Mukono (2006) sanitasi tempat-tempat umum merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang cukup mendesak. Tempat umum merupakan tempat bertemunya
masyarakat lainnya. Tempat umum biasa menjadi tempat menyebarkan segala penyakit
terutama penyakit yang media penyebaran melalui makanan, minuman, udara, dan air.
Sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk melindungi,
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Identifikasi masalah sanitasi tempat ibadah melibatkan pemahaman tentang kondisi
sanitasi yang ada, termasuk kebersihan air, sanitasi lingkungan, pengelolaan limbah, dan
kesehatan masyarakat di sekitarnya. Ini meliputi pemahaman tentang jumlah pengunjung,
kondisi fasilitas sanitasi yang ada, serta praktik kebersihan dan pengelolaan limbah yang
diterapkan. Masalah yang umumnya ditemui bisa meliputi sanitasi yang kurang memadai,
kebersihan yang buruk, kurangnya fasilitas sanitasi yang memadai, dan dampak kesehatan
yang mungkin ditimbulkannya bagi pengunjung dan masyarakat sekitar.
1.2 Pokok Pembahasan
1. Apa Pengertian Fasilitas Pendidikan?
2. Apa Pengertian Sanitasi Tempat Ibadah?
3. Bagaimana Format Identifikasi Masalah Sanitasi Tempat Ibadah?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Fasilitas Pendidikan
2. Mengetahui Pengertian Sanitasi Tempat Ibadah
3. Mengetahui Format Identifikasi Masalah Sanitasi Tempat Ibadah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fasilitas Pendidikan
Secara sederhana, dapat dimengerti bahwa "fasilitas" merupakan sarana yang
mempermudah manusia untuk melakukan sesuatu. Pengertian ini dapat ditelusuri dari
etimologi kata "fasilitas" yang diturunkan dari Bahasa Latin, facilis, artinya "mudah."
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas dimengerti sebagai sarana untuk
melancarkan pelaksanaan fungsi atau alat kemudahan. Maka, dalam konteks pendidikan,
fasilitas pendidikan dimaksudkan sebagai sarana dan prasarana yang menunjang untuk
pelaksanaan kegiatan pendidikan.
Fasilitas pendidikan memiliki penerapan yang luas, yakni sebagai media
pendidikan berupa alat belajar, alat bantu mengajar dan media pembelajaran.
Lebih luas lagi, fasilitas pendidikan mesti diklasifikasikan dalam dua jenis.
Pertama, fasilitas yang langsung digunakan untuk mengajar dan proses pembelajaran
seperti ruang kelas, perpustakaan, ruang praktik, dan laboratorium. Kedua, infrastrutur
yang tidak digunakan untu mengajar dan proses pembelajaran tetapi secara tidak
langsung mendukung proses pembelajaran seperti kantor, kantor kepala sekolah, ruang
staf, toilet, dan kantin sekolah. Semua fasilitas ini mesti tepat guna dan menjawab
kebutuhan pendidikan secara kontekstual dengan masyarakat.
2.1.1 Pengadaan Fasilitas Pendidikan
Hartati Sukirman menyebut bahwa di dalam langkah pengadaan ini mencakup pula
langkah perencanaan sarana prasarana. Proses perencanaan pengadaan perlengkapan
tidak mudah, karena harus dilakukan secara sistematis, rinci dan teliti berdasarkan
informasi yang realistis tentang kondisi sekolah tersebut. Perencanaan yang baik
tentunya berdasarkan analisis kebutuhan dan skala prioritas yang disesuaikan dengan
dana dan tingkat kepentingannya.
Kompleksitas perencanaan fasilitas pendidikan terletak pada kesesuaian dengan
rencana pembangunan baik dalam tingkat lokal, regional, maupun nasional. Adapun,
kebutuhan perencanaan fasilitas pendidikan tergantung pada jenis program dan sasaran
pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam pada itulah pengadaan fasilitas mesti terkait
erat dengan perencanaan pendidikan pada umumnya.
2
Pertama mesti disadari terlebih dahulu jenis atau status sekolah yang terkait; apaah
sekolah ini merupakan sekolah besar (large school), atau sekolah yang berukuran
menengah (medium-sized school), atau sekolah kecil (small school). Kemudian, perlu
diidentifikasi untuk rencana pengadaan fasilitas tersebut termasuk dalam perencanaan
jangka pendek atau perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek mencakup
fasilitas-fasilitas kecil berupa buku-buku, alat-alat tertentu, furnitur, dan sebagainya.
Sedangkan perencanaan jangka panjang mencakup hal-hal yang cukup sentral, yakni
mencakup fasilitas-fasilitas besar seperti lapangan parkir dan gedung tambahan. Dalam
kaitannya dengan rencana jangka panjang harus diperhatikan hal-hal penting berikut ini:
lingkungan sekitar sekolah, perkembangan program pendidikan, proyeksi jumlah siswa
untuk jangka waktu ke depan, evaluasi terhadap fasilitas yang sudah ada, dan
perencanaan keuangan.
Setelah jenis sekolah dan jenis perencanaan diidentifikasi, perlu dibuat analisis
yang mengkaji tentang bagian mana dari sekolah yang membutuhkan fasilitas tertentu.
Analisis inilah yang dapat menjadi instrumen yang memuat daftar peralatan apa yang
dibutuhkan. Analisis ini dikerjakan oleh mereka yang bertugas di bidang tersebut:
misalnya Kepala Sekolah, atau Wakil Kepala Sekolah, atau bidang khusus yang
menangani fasilitas pendidikan.9 Pengadaan fasilitas pendidikan bisa dilakukan dengan
berbagai cara. Pengadaan tanah dapat dilakukan dengan cara membeli, menerima hibah,
menerima hak penggunaan, pertukaran, dan sebagainya. Pengadaan gedung pun dapat
dilakukan dengan membangun yang baru, membeli, menyewakan, menerima hibah dan
bangunan bertukar. Pengadaan peralatan atau furnitur bisa dilakukan dengan cara
membeli. Perabotan sekolah dapat dibeli dalam bentuk siap pakai, atau yang belum jadi.
Pengadaan peralatan bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya menerima bantuan
dari lembaga pemerintah, lembaga swasta, komunitas, individu, dll. Pada intinya,
pengadaan furnitur dan peralatan pendidikan harus terencana dan dipersiapkan sesuai
dengan kebutuhan siswa. Sekolah. mesti memilih dan memiliki perabot dan peralatan
yang sesuai untuk kurikulum dan usia siswa, minat dan tingkat fisik mereka dan
perkembangan psikologis. Dengan demikian, fasilitas yang disediakan harus sesuai
dengan nilai pendidikan, kondisi fisik dan mental siswa, serta lingkungan yang kondusif.
2.1.2 Pendayagunaan dan Pemeliharaan
Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan
pendidikan yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektifitas berarti semua
3
pemakaian perlengkapan pendidikan disekolah harus ditunjukkan sematamata dalam
rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sedangkan prinsip efisiensi berarti pemakaian semua
perlengkapan pendidikan disekolah secara hemat dan dengan hati-hati.
Menurut Suharsimi Arikunto, tempat penyimpanan alat dibedakan menjadi:
1) ruangan,
2) almari tertutup dan almari terbuka,
3) sekatsekat atau rak-rak.
Penyimpanan akan lebih mudah dilakukan apabila rak atau almari diberi daftar
nama alat atau media yang ada didalamnya. Alat atau media pembelajaran akan lebih
baik lagi jika diberi kode untuk mempermudah pengecekan kembali setelah alat atau
media tersebut digunakan.
Berkaitan dengan pemeliharaan sarana dan prasana pendidikan, idealnya semua
sarana dan prasarana pendidikan disekolah selalu dalam kondisi siap pakai jika setiap
saat akan digunakan. Menurut Ibrahim Bafadal ada beberapa macam pemeliharaan
perlengkapan disekolah, yaitu: pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pemeliharaan
yang bersifat pencegahan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan, pemeliharaan
yang bersifat perbaikan berat. Ditinjau dari perbaikan ada dua macam pemeliharaan
perlengkapan sekolah yaitu pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala.
Sarana prasarana pendidikan dalam pemelihraannya dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) melakukan pencegahan kerusakan,
2) menyimpan, disimpan diruang/rak agar terhindar dari kerusakan,
3) membersihkan dari kotoran/debu atau uap air,
4) memeriksa atau mengecek kondisi sarana dan prasarana secara rutin,
5) mengganti komponenkomponen yang rusak,
6) melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan pada sarana atau prasarana pendidikan.
2.2 Pengertian Sanitasi Tempat Ibadah
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang
dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum pada waktu-waktu
4
tertentu digunakan untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Masalah kesehatan
lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan.
Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat
perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan
dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan
kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat
umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. Dasar pelaksanaan penyehatan
Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman
Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Dengan peran serta dari pengurus tempat-
tempat ibadah diharapkan:
1. Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan
yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat memberi pengaruh jelek
terhadap kesehatan.
2. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.
3. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain dalam
pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.
4. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan lingkungan .
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat-tempat ibadah.
2.2.1 Persyaratan Kesehatan Tempat Ibadah (Mesjid/Mushola)
1. Letak/lokasi
- Sesuai dengan rencana tata kota
- Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran (debu,asap,bau dan
cemaran lain)
- Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap,
bau & cemaran lainnya
- Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan
tata Kota.
- Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik.
- Tidak terdapat genangan air di lingkungan/ halaman masjid.
- Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik.
2. Bangunan
- Kuat, kokoh dan permanen
- Rapat serangga dan tikus
5
3. Lantai
- Kuat, tidak terbuat dari tanah, bersih, rapat air, tidak licin, permukaan rata,
dan mudah dibersihkan.
4. Dinding
- Dinding bersih, berwarna terang, kedap air, dan mudah dibersihkan.
5. Atap
- Menutup bangunan, kuat, bersih, cukup landai, dan tidak bocor serta tidak
memungkinkan terjadinya genangan air.
6. Penerangan/Pencahayaan
- Pencahayaan terang, tersebar merata, dan tidak menyilau ( min. 10 fc)
7. Ventilasi
- Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi alami
maupun buatan.
- Minimal 10% dari luas bangunan, sejuk, dan nyaman (tdk pengap dan tdk
panas).
8. Pintu
- Rapat serangga dan tikus, menutup dengan baik dan membuka ke arah luar.
- Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.
9. Langit-Langit
- Tinggi minimal 2,5 m dari lantai
- Kuat, tidak terdapat lubang-lubang
- Berwarna terang dan mudah dibersihkan
10. Pagar
- Kuat, aman, dan dapat mencegah binatang pengganggu masuk
11. Halaman
- Bersih, tidak berdebu dan becek, tidak terdapat genangan air, terdapat tempat
sampah yang cukup, dan terdapat tempat parkir yang cukup.
12. Jaringan Instalasi
- Aman (bebas cross conection)
- Terlindung
13. Saluran Air Limbah
- Tertutup
- Mengalir dengan lancar
14. Sarana dan Prasarana
6
- Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara
periodic, bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya.
- Sepanjang bagian depan shaf dipasang kain putih yang bersih dengan lebar
30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud.
2.2.2 Fasilitas Sanitasi
1. Air Bersih
- Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat
- Tidak berbau, tidak berasa, & tidak berwarna
- Angka kuman tidak melebihi NAB
- Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB
- Air wudhu keluar dari kran-kran khusus.
2. Pembuangan Air Kotor
- Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga
- Air limbah mengalir dengan lancar
- Saluran bersambung dengan saluran pembuangan air kotor umum yang
kedap air. Apabila tidak ada, ditampungan dalam bak yang tertutup dan
kedap air.
- Saluran kedap air
- Saluran tertutup
3. Toilet/ WC
- Bersih
- Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama
- Tersedia air yang cukup
- Tersedia sabun & alat pengering
- Toilet pria & wanita terpisah
- Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak
- Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau (water seal)
- Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
4. Peturasan
- Bersih
- Dilengkapi dengan kran pembersih
- Jumlahnya mencukupi
5. Tempat Sampah
7
- Tempat sampah kuat, kedap air, tahan karat, dan dilengkapi dengan penutup
- Jumlah tempat sampah mencukupi
- Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA
- Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang
6. Tempat Wudhu
- Bersih
- Terpisah dari toilet, peturasan, & ruang mesjid
- Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus & jumlahnya mencukupi
- Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
- Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
- Limbah air wudhu mengalir lancar
- Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah
7. Tempat Sembahyang
- Bersih, tidak berbau yang tidak enak
- Bebas kutu busuk & serangga lainnya
- Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan
lebar 30 cm sebagai tempat sujud
8. Tempat sandal dan sepatu
- Tersedia tempat sandal & sepatu yang khusus
- Bersih dan kuat
Berdasarkan uraian persyaratan sanitasi masjid diatas, kemudian dibuat dalam
bentuk chek list atau formulir inpeksi sanitasi untuk memudahkan saat penilaian keadaan
sanitasi masjid yang ada di lapangan. Skor penilaian inpeksi sanitasi masjid didapatkan
dari perhitungan sebagai berikut :
Rumus :
Nilai × bobot hasil penilaian × 100%
Skor keseluruhan = Nilai × bobot maksimal
Skor penilaian tersebut, kemudian dikategorikan menjadi 2, yaitu :
1) Laik sehat : ≥ 70%
2) Tidak laik sehat : < 70%
Sanitasi masjid dinyatakan laik sehat apabila komponen nilai sekurang-kurangnya
70% dengan catatan skor masing – masing variabel upaya adalah sebagai berikut :
8
1) Variabel upaya I (Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan) harus
memenuhi skor minimal 70%.
2) Variabel upaya II (Fasilitas Sanitasi) harus memenuhi skor minimal 75%.
Rumus perhitungan skor variabel upaya adalah sebagai berikut :
Nilai × bobot hasil pervariabel × 100%
Skor keseluruhan = Nilai × bobot maksimal pervariabel
Geraja adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum pada waktu –
waktu tertentu dapat melakukan ibadah keagamaan Kristen. Dasar pelaksanaan
Penyehatan Lingkungan Gereja adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang
Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Sedangkan komponen inspeksi sanitasi meliputi :
1. Letak
2. Kontruksi
3. Persyaratan
4. Bagian dalam
2.3 Format Identifikasi Masalah Sanitasi Tempat Ibadah
(Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tempat Ibadah) Yaitu Masjid yang meliputi:
1. Pengawasan sanitasi: melakukan pengawasan sanitasi tempat ibadah, seperti masjid, gereja,
dan kelenteng, untuk menjamin kesehatan lingkungan yang bersih dan sehat.
2. Syarat sanitasi: memperhatikan syarat sanitasi tempat ibadah, seperti bersih dan tidak
terdapat sampah berserakan, tidak ada genangan air di sekitar lingkungan masjid, dan
pembuangan kotoran yang benar.
3. Pembuangan limbah: memastikan pembuangan limbah cair dari tempat ibadah dilakukan
dengan cara yang benar, seperti pengumpulan dan pengolahan limbah cair.
4. Kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih: memastikan kualitas dan kuantitas penyediaan
air bersih di tempat ibadah cukup dan bersih.
5. Kebersihan tempat berwudhu: memastikan tempat berwudhu di tempat ibadah bersih dan
sehat.
Kebersihan dinding/langit-langit, tikar/lantai, dan kualitas dan penempatan sarana pembuangan
air limbah: memastikan kebersihan dan kualitas dari dinding/langit-langit, tikar/lantai, dan
sarana pembuangan air limbah di tempat ibadah.
7. Pengawasan pengelolaan sampah: melakukan pengawasan pengelolaan sampah di tempat
ibadah agar benar dan sesuai.
9
8. Pengawasan fasilitasi sanitasi: memastikan fasilitasi sanitasi di tempat ibadah, seperti wc,
tempat sampah, dan urinoir, dapat digunakan dengan baik dan benar.
9. Pengawasan pengelolaan limbah cair: melakukan pengawasan pengelolaan limbah cair di
tempat ibadah agar tidak menjadi media penularan penyakit.
10. Pengawasan pembuangan kotoran: melakukan pengawasan pembuangan kotoran di tempat
ibadah agar benar dan sesuai.
11. Pengawasan bangunan: melakukan pengawasan bangunan di tempat ibadah agar terpelihara
dengan baik.
12. Pengawasan pengelolaan sampah masjid: melakukan pengawasan pengelolaan sampah
masjid agar benar dan sesuai.
13. Pengawasan pengelolaan limbah cair: melakukan pengawasan pengelolaan limbah cair di
tempat ibadah agar tidak menjadi media penularan penyakit.
14. Pengawasan pembuangan kotoran: melakukan pengawasan pembuangan kotoran di tempat
ibadah agar benar dan sesuai.
15. Pengawasan bangunan: melakukan pengawasan bangunan di tempat ibadah agar terpelihara
dengan baik.
16. Pengawasan pengelolaan sampah masjid: melakukan pengawasan pengelolaan sampah
masjid agar benar dan sesuai.
17. Pengawasan pengelolaan limbah cair: melakukan pengawasan pengelolaan limbah cair di
tempat ibadah agar tidak menjadi media penularan penyakit.
18. Pengawasan pembuangan kotoran: melakukan pengawasan pembuangan kotoran di tempat
ibadah agar benar dan sesuai.
19. Pengawasan bangunan: melakukan pengawasan bangunan di tempat ibadah agar terpelihara
dengan baik.
Adapun contoh formatnya seperti dibawah ini :
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Identifikasi masalah sanitasi tempat ibadah menegaskan pentingnya
pemahaman terhadap kondisi kebersihan dan kesehatan di lingkungan tempat ibadah.
Dalam upaya menjaga sanitasi yang baik, diperlukan identifikasi terhadap potensi
masalah seperti kebersihan toilet yang kurang, penyediaan fasilitas pencucian tangan
yang tidak memadai, serta pengelolaan sampah yang tidak efektif. Dengan memahami
dan mengatasi masalah-masalah sanitasi ini, dapat meningkatkan kenyamanan dan
keamanan jamaah serta pengunjung dalam beribadah, serta mengurangi risiko
penularan penyakit di lingkungan tempat ibadah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ardhi, K. (2011, Desember 19). SANITASI TEMPAT IBADAH. Retrieved from Blogger.com:
https://ardhikhairil.blogspot.com/2011/12/sanitasi-tempat-ibadah.html
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). "Fasilitas." Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat
Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mentari. (n.d.). Manajemen Fasilitas Pendidikan. Retrieved from PDFCOFFE:
https://pdfcoffee.com/manajemen-fasilitas-pendidikan-3-pdf-free.html
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. (2021, September 1). BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM. Retrieved from eprints.poltekkesjogja.ac.id:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6841/4/Chapter%202.pdf
Sanjaya, P. &. (2020). Buku Ajar Dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar: CV. Nas Media
Pustaka.
13