[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
76 tayangan96 halaman

Regulasi Dan Standar K3 RS Rev.02

Dokumen tersebut membahas tentang regulasi dan standar K3 rumah sakit yang mencakup UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Permenkes 66 Tahun 2016, tujuan, sasaran, dan ruang lingkup pengelolaan K3 rumah sakit serta komite dan instalasi K3 rumah sakit.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
76 tayangan96 halaman

Regulasi Dan Standar K3 RS Rev.02

Dokumen tersebut membahas tentang regulasi dan standar K3 rumah sakit yang mencakup UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Permenkes 66 Tahun 2016, tujuan, sasaran, dan ruang lingkup pengelolaan K3 rumah sakit serta komite dan instalasi K3 rumah sakit.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 96

MOD-TR-RS-001. REV.

02

REGULASI DAN STANDAR


K3 RUMAH SAKIT

HSP Academy
Training Center
Ruko Graha Boulevard Blok D No.26 Summarecon
Gading Serpong – Tangerang
MOD-TR-RS-001. REV.02

UU No. 1 Tahun 1970


MOD-TR-RS-001. REV.02

TUJUAN
• Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan
atas keselamatan dalam pekerjaannya
• Orang lain yang berada di tempat kerja perlu
menjamin keselamatannya
• Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara
aman dan efisien

Untuk melaksanakan tujuan dengan melalui :

1. Kampanye
2. Pemasyarakatan
3. Pembudayaan
4. Kesadaran dan kedisiplinan
MOD-TR-RS-001. REV.02

RUANG LINGKUP

• Pertimbangan dikeluarkannya
• Landasan hukum UU No. 1 Tahun 1970
• Batang Tubuh
• Penjelasan
MOD-TR-RS-001. REV.02

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


BAB I - ISTILAH
Pasal 1
(1) Tempat kerja
1. Ruangan/ lapangan Unsur tempat kerja, ada :
(1) Tenaga Kerja
2. Tertutup/ terbuka
(2) Sumber bahaya
3. Bergerak/ tetap
(3) usaha
(2) Pengurus  pucuk pimpinan (bertanggung jawab/ kewajiban)
(3) Pengusaha
orang/ badan hukum yg menjalankan usaha atau tempat
kerja
(4) Direktur
pelaksana UU No. 1/1970 (Kepmen No. 79/Men/1977)
(5) Pegawai pengawas
- peg. Pengawas ketenagakerjaan dan spesialis
(6) Ahli Keselamatan Kerja
tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnaker
MOD-TR-RS-001. REV.02

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


BAB II - RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Tempat kerja, dalam wilayah hukum R.I :
a. Darat, dalam tanah
b. Permukaan air, dalam air
c. Udara
(2) Rincian tempat kerja, terdapat sumber bahaya yg berkaitan
dengan :
a. Keadaan mesin/ alat/ bahan
b. Lingkungan kerja
c. Sifat pekerjaan
d. Cara kerja
e. Proses produksi
(3) Kemungkinan untuk perubahan atas rincian tempat kerja

Catatan : peraturan pelaksana digolongkan untuk bidang teknis dan sektoral


MOD-TR-RS-001. REV.02

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


Syarat-syarat K3

Pasal 3

(1) Arah dan sasaran yang akan dicapai melalui syarat-syarat K3


(2) Pengembangan syarat-syarat K3 di luar ayat (1)  IPTEK

Pasal 4
(1) Penerapan syarat-syarat K3  sejak tahap perencanaan s/d
pemeliharaan
(2) Mengatur prinsip-prinsip teknis tentang bahan dan produksi
teknis
(3) Kecuali ayat (1) dan (2) bila terjadi perkembangan IPTEK
dapat ditetapkan lebih lanjut
MOD-TR-RS-001. REV.02

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


Pasal 5

(1) Direktur sebagai pelaksana umum


(2) Wewenang dan kewajiban :
– Direktur (Kepmen No. 79/Men/1977)
– Peg. Pengawas (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No.
03/Men/1984)
– Ahli K3 (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No. 2/Men/1992)

Pasal 6 Panitia banding (belum di atur)

Pasal 7 Retribusi
Pasal 8
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan TK
(2) Berkala  (permen No. 02/Men/1980 dan Permen No.
03/Men/1983)
MOD-TR-RS-001. REV.02

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


Pasal 9 - Pembinaan

(1) Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan  TK baru


(2) Dinyatakan mampu dan memahami  pekerja
(3) Pengurus wajib  pembinaan
(4) Pengurus wajib memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3

Pasal 10 - Panitia Pembina K3 (Permenaker No. 04/Men/1987)

Pasal 11 - Kecelakaan
(1) Kewajiban pengurus untuk melaporkan kecelakaan
(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan (permen No.
03/Men/1998)
MOD-TR-RS-001. REV.02

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


Pasal 12 – Hak dan Kewajiban TK
a. Memberi keterangan yang benar (peg. Pengawas dan ahli K3)
b. Memakai APD
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3
d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan syarat-syarat K3
e. Menyatakan keberatan kerja bila syarat-syarat K3 tidak
dipenuhi dan APD yang wajib diragukan

Pasal 13 – Kewajiban memasuki tempat kerja


Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan
mentaati K3 dan APD
Pasal 14 – Kewajiban pengurus
a. Menempatkan syarat-syarat K3 di tempat kerja (UU No.
1/1970 dan peraturan pelaksananya)
b. Memasang poster K3 dan bahan pembinaan K3
c. Menyediakan APD secara cuma-cuma
MOD-TR-RS-001. REV.02

Permenkes 66 Tahun 2016


MOD-TR-RS-001. REV.02

Definisi Keselamatan Kesehatan Kerja


 Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala
bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang
berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja,
dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung.
 Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan
dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia
dengan jabatannya.

12
MOD-TR-RS-001. REV.02

Latar Belakang K3 RS
• Tuntutan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit semakin
meningkat.
• Rumah Sakit mempunyai karakteristik khusus antara lain
banyak menyerap tenaga kerja (labor intensive), padat modal
& padat teknologi.
• SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan Rumah Sakit harus mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan.

13
MOD-TR-RS-001. REV.02

Tujuan
Tujuan umum
• Terwujudnya penyelenggaraan K3RS secara optimal, efektif,
efisien dan berkesinambungan.
Tujuan khusus
• Menciptakan tempat kerja yang sehat, selamat, aman dan
nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah
Sakit sehingga proses pelayanan berjalan baik dan lancar.
• Mencegah timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), Penyakit
Akibat Kerja (PAK), penyakit menular dan penyakit tidak
menular bagi seluruh sumber daya manusia Rumah Sakit.

14
MOD-TR-RS-001. REV.02

Sasaran & Ruang Lingkup


Sasaran
1. Pimpinan dan manajemen Rumah Sakit
2. SDM Rumah Sakit
3. Pasien
4. Pengunjung/pengantar pasien
Ruang Lingkup
1. SMK3 Rumah Sakit
2. Standar Pelaksanaan K3RS
3. Pendidikan dan Pelatihan

15
MOD-TR-RS-001. REV.02

5 Prinsip SMK3 RS
Penetapan
kebijakan K3RS

Peninjauan &
peningkatan
kinerja K3RS
Perencanaan
K3RS;

Pemantauan dan
evaluasi kinerja
K3RS Pelaksanaan
rencana K3RS;

16
MOD-TR-RS-001. REV.02

Kebijakan K3 Rumah Sakit


• Kebijakan K3 RS ditetapkan oleh Top Manajemen
• Top manajemen berkomitmen untuk:
– Merencanakan
– Melaksanakan
– Meninjau
– Meningkatkan pelaksanaan K3 RS
– Mematuhi seluruh Per UU yg berlaku
• Kebijakan K3RS harus tertulis, di ttd oleh top manajemen.
• Kebijakan K3RS disosialisasikan dan dipahami oleh
seluruh SDM RS

17
MOD-TR-RS-001. REV.02

Komite K3 Rumah Sakit


Agar komitmen dan kebijakan K3 RS dapat
dijalankan, maka RS diwajibkan membentuk :
Komite K3 RS atau,
Instalasi K3 RS

18
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Komite K3 Rumah Sakit


1. Ketua Komite bertanggungjawab kepada pimpinan tertinggi
Rumah Sakit
2. Anggota terdiri dari semua jajaran Direksi dan/atau
kepala/perwakilan setiap unit kerja, (Instalasi/Bagian/Staf
Medik Fungsional).
3. Sekretaris merupakan petugas kesehatan yang ditunjuk oleh
pimpinan untuk bertanggung jawab dan melaksanakan tugas
secara purna waktu dalam mengelola K3RS, mulai dari
persiapan sampai koordinasi dengan anggota Komite.

19
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Instalasi K3 Rumah Sakit


1. Kepala Instalasi K3RS bertanggung jawab kepada direktur
teknis.
2. Instalasi minimal melaksanakan 3 fungsi yang terdiri dari :
a) Kesehatan Kerja meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif serta
rehabilitatif.
b) Keselamatan Kerja meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan,
penanggulangan dan pengendalian.
c) Lingkungan Kerja meliputi pengenalan bahaya, penilaian risiko, dan
pengendalian risiko di tempat kerja.

20
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Tugas Komite & Instalasi K3RS


1. Mengembangkan kebijakan, prosedur, regulasi internal K3RS,
pedoman, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan dan
Standar Prosedur Operasional (SPO) K3RS untuk
mengendalikan risiko.
2. Menyusun program K3RS.
3. Menyusun rekomendasi untuk bahan pertimbangan
pimpinan Rumah Sakit yang berkaitan dengan K3RS.
4. Memantau pelaksanaan K3RS.
5. Mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan
K3RS.

21
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Tugas Komite & Instalasi K3RS


6. Memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru
mengenai kebijakan, prosedur, regulasi internal K3RS,
pedoman, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan dan (SPO)
K3RS yang telah ditetapkan.
7. Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya di
sebarluaskan di seluruh unit kerja Rumah Sakit.
8. Membantu Kepala atau Direktur Rumah Sakit dalam
penyelenggaraan SMK3 Rumah Sakit, promosi K3RS,
pelatihan dan penelitian K3RS di Rumah Sakit.
9. Pengawasan pelaksanaan program K3RS.
10. Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan
baru, pembangunan gedung dan proses.

22
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Tugas Komite & Instalasi K3RS


11. Koordinasi dengan wakil unit-unit kerja Rumah Sakit yang
menjadi anggota organisasi/unit yang bertanggung jawab di
bidang K3RS.
12. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan
tindakan korektif.
13. Melaporkan kegiatan yang berkaitan dengan K3RS secara
teratur kepada pimpinan Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan yang ada di Rumah Sakit.
14. Menjadi investigator dalam kejadian PAK dan KAK, yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

23
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Mekanisme Kerja Komite K3RS


1. Ketua Komite bertanggungjawab kepada pimpinan tertinggi
RS.
2. Komite memiliki beberapa sub komite sesuai dengan
kebutuhan program K3RS.
3. Tugas Komite adalah memberikan rekomendasi mengenai
kebijakan K3RS atau masalah K3RS kepada pimpinan Rumah
Sakit dan menilai pelaksanaan K3RS.

24
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Manajemen Risiko K3RS


Pengertian:
Manajemen risiko K3RS adalah proses yang bertahap dan
berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja secara komperhensif di lingkungan Rumah
Sakit.
Tujuan:
Manajemen risiko K3RS bertujuan meminimalkan risiko
keselamatan dan kesehatan di Rumah Sakit pada tahap yang
tidak bermakna sehingga tidak menimbulkan efek buruk
terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia
Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan Rumah Sakit.
25
MOD-TR-RS-001. REV.02
MOD-TR-RS-001. REV.02

Persiapan/Penentuan Konteks
1. Penentuan tanggung jawab dan pelaksana kegiatan
manajemen risiko yang terdiri dari karyawan, kontraktor dan
pihak ketiga.
2. Penentuan ruang lingkup manajemen risiko keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
3. Penentuan semua aktivitas (baik normal, abnormal maupun
emergensi), proses, fungsi, proyek, produk, pelayanan dan
aset di tempat kerja.
4. Penentuan metode dan waktu pelaksanaan evaluasi
manajemen risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja.

27
MOD-TR-RS-001. REV.02

Identifikasi Bahaya Potensial


1. Fisik, contohnya kebisingan, suhu, getaran, lantai licin.
2. Kimia, contohnya formaldehid, alkohol, ethiline okside, bahan pembersih
lantai, desinfectan, clorine.
3. Biologi, contohnya bakteri, virus, mikroorganisme, tikus, kecoa, kucing
dan sebagainya.
4. Ergonomi, contohnya posisi statis, manual handling, mengangkat beban.
5. Psikososial, contohnya beban kerja, hubungan atasan dan bawahan,
hubungan antar pekerja yang tidak harmonis.
6. Mekanikal, contohnya terjepit mesin, tergulung, terpotong, tersayat,
tertusuk.
7. Elektrikal, contohnya tersengat listrik, listrik statis, hubungan arus
pendek kebakaran akibat listrik.
8. Limbah, contohnya limbah padat medis dan non medis, limbah gas dan
limbah cair.
28
MOD-TR-RS-001. REV.02

Analisis Risiko
R=PxC
Atau
R=LxS
Atau
R = P x Lama Paparan x Konsentrasi

R = Risiko
P = Probability; L= Likelihood
C= Consequency; S= Severity

29
MOD-TR-RS-001. REV.02

Evaluasi Risiko
Elemen Evaluasi Risiko:
1. Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan
higiene industri
2. Wawancara nonformal dengan pekerja
3. Pemeriksaan kesehatan
4. Pengukuran pada area lingkungan kerja
5. Pengukuran sampel personal

30
MOD-TR-RS-001. REV.02

Evaluasi Risiko
Hasil evaluasi risiko diantaranya adalah:
1. Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
2. Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
3. Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik
dalam parameter biaya ataupun parameter lainnya.
4. Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan
pengendalian.

31
MOD-TR-RS-001. REV.02

Pengendalian Risiko
Prinsip pengendalian risiko meliputi 5
hierarki, yaitu:
1. Menghilangkan bahaya (eliminasi) 1
2. Menggantikan sumber risiko
dengan sarana/peralatan lain yang 2
tingkat risikonya lebih rendah/tidak
ada (substitusi)
3
3. Pengendalian Rekayasa/
engineering/pengendalian secara
teknik 4
4. Pengendalian secara administrasi
5. Alat Pelindung Diri (APD). 5

32
MOD-TR-RS-001. REV.02

Pelaksanaan Rencana K3RS


Adapun pelaksanaan K3RS meliputi:
1. Manajemen risiko K3RS;
2. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit;
3. Pelayanan Kesehatan Kerja;
4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5. Pencegahan dan pengendalian kebakaran;
6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari Aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
7. Pengelolaan peralatan medis dari Aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja; dan
8. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.

33
MOD-TR-RS-001. REV.02

Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3RS


Kemajuan program K3RS ini dipantau secara periodik dengan cara melakukan
inspeksi:
1. Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.
2. Inspeksi dilaksanakan bersama oleh dan wakil organisasi/unit yang
bertanggung jawab di bidang K3RS dan wakil SDM Rumah Sakit yang telah
memperoleh orientasi dan/atau workshop dan/atau pelatihan mengenai
identifikasi potensi bahaya.
3. Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas ditempat yang
diperiksa.
4. Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada
saat inspeksi.
5. Laporan inspeksi diajukan kepada organisasi/unit yang bertanggung jawab di
bidang K3RS sesuai dengan kebutuhan.
6. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya.
7. Pimpinan Rumah Sakit atau organisasi/unit yang bertanggung jawab di
bidang K3RS menetapkan penanggung jawab untuk pelaksanaan tindakan
perbaikan dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi.

34
MOD-TR-RS-001. REV.02

Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3RS

• Pimpinan Rumah Sakit harus melakukan evaluasi dan


kaji ulang terhadap kinerja K3RS.
• Indikator kinerja K3RS yang dapat dipakai antara lain:
a) Menurunkan absensi karyawan karena sakit.
b) Menurunkan angka kecelakaan kerja.
c) Menurunkan prevalensi penyakit akibat kerja.
d) Meningkatnya produktivitas kerja Rumah Sakit.

35
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis-jenis Kegiatan Pelayanan


Kesehatan Kerja

1. Kegiatan promotif
2. Kegiatan preventif
3. Kegiatan kuratif
4. Kegiatan rahabilitatif

36
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Kegiatan promotif
1. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi (extra fooding)
bagi petugas yang bekerja di area berisiko tinggi serta petugas yang dinas
bergilir (sore, malam dan diluar hari kerja atau libur).
2. Pelaksanaan program kebugaran jasmani terprogram (pengukuran
kebugaran jasmani dan latihan fisik terprogram), senam kesehatan dan
rekreasi.
3. Pembinaan mental/rohani.
4. Pemenuhan gizi kerja dan ASI di Rumah Sakit, meliputi :
a) Pengelolaan kantin bersih, sehat dan selamat/ hygiene sanitasi.
b) Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan/hygiene perorangan.
c) Pemantauan status gizi dan konseling gizi.
d) Tempat Penitipan Anak (TPA).
e) Pengelolaan ASI di Rumah Sakit (penyediaan Ruang ASI, Pemberian
Makanan Tambahan-PMT, konseling dan Komunikasi Informasi Edukasi-
KIE tentang ASI).

37
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Kegiatan preventif
1. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada
SDM Rumah Sakit dan pekerja yang bekerja pada
area/tempat kerja yang berisiko dan berbahaya (antara lain;
thypoid, hepatitis, influenza dan Ca.Cervix).
2. Pemeriksaan kesehatan bagi pegawai sebelum bekerja,
berkala dan khusus sesuai dengan risiko pekerjaan. Langkah
pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan berdasarkan
risiko pekerjaannya, meliputi;
a) Identifikasi dan pemetaan populasi berisiko sesuai potensi bahaya yang ada
b) Menentukan jenis pemeriksaan kesehatan sesuai dengan potensi bahaya
tempat kerjanya
c) Melakukan pemeriksaan kesehatan

38
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Kegiatan preventif
d) Menentukan kelaikan bekerja sesuai kondisi kesehatan pegawai (fit to work)
e) Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan pegawai secara populasi
untuk memberikan rekomendasi program Kesehatan Kerja dan perbaikan
lingkungan kerja.
3. Pelaksanaan program fit to work dalam rangka penentuan jenis pekerjaan
yang sesuai dengan status kesehatan pekerja Rumah Sakit.
4. Surveilans medik
a) Menganalisis hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan
khusus,data rawat jalan, data rawat inap seluruh sumber daya manusia
Rumah Sakit.
b) Memberikan rekomendasi dan tindak lanjut hasil analisis.
5. Surveilans lingkungan kerja
d) Menilai, menganalisa dan mengevaluasi hasil pengukuran lingkungan kerja
e) Memberikan rekomendasi hasil evaluasi pengukuran lingkungan kerja
6. Memantau kesehatan SDM Rumah Sakit dan pekerja yang bekerja pada
tempat kerja yang mengandung potensi bahaya tinggi, sesuai dengan
peraturan perundangan. PERMENKES 66 TH 2016
39
MOD-TR-RS-001. REV.02

Kegiatan kuratif
1. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi
SDM Rumah Sakit yang menderita sakit.
2. Melakukan diagnosis dan tatalaksana Penyakit Akibat Kerja (PAK)
yaitu penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab yang
spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui,
selain risiko penyakit umum yang ada di masyarakat.
3. Penanganan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yaitu suatu kejadian
atau peristiwa dengan unsur-unsur tidak diduga, tidak
dikehendaki, tidak disengaja, terjadi dalam hubungan kerja,
menimbulkan trauma/ruda paksa, kecacatan, dan kematian
disamping itu menimbulkan kerugian dan/atau kerusakan properti.
4. Penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksis)

40
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Kegiatan rahabilitatif
1. Rehabilitasi medik
2. Pelaksanaan program pendampingan kembali bekerja
(return to work) bagi SDM Rumah Sakit yang mengalami
keterbatasan setelah mengalami sakit lebih dari 2
minggu/KAK/PAK, yang mana memerlukan rehabilitasi medik
dan/atau rehabilitasi okupasi/kerja.

41
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

STARKES 2022
MFK
MOD-TR-RS-001. REV.02

MANAJEMEN FASILITAS
• 25 Maret DAN KESELAMATAN
2018

TUJUAN

Agar RS dalam kegiatannya menyediakan


fasilitas yang aman, berfungsi dan supportif
bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK1

Rumah sakit mematuhi persyaratan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berkaitan dengan bangunan,
prasarana dan peralatan medis rumah sakit.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 2

Rumah Sakit menetapkan penanggungjawab yang


kompeten untuk mengawasi penerapan manajemen
fasilitas dan keselamatan di rumah sakit.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Tanggung Jawab MFK


a) Pengawasan semua aspek program manajemen fasilitas dan
keselamatan seperti pengembangan rencana dan memberikan
rekomendasi untuk ruangan, peralatan medis, teknologi, dan sumber
daya;
b) Pengawasan pelaksanaan program secara konsisten dan
berkesinambungan;
c) Pelaksanaan edukasi staf;
d) d) Pengawasan pelaksanaan pengujian/testing dan pemantauan
program;
e) Penilaian ulang secara berkala dan merevisi program manajemen
risiko fasilitas dan lingkungan jika dibutuhkan;
f) Penyerahan laporan tahunan kepada direktur rumah sakit;
g) Pengorganisasian dan pengelolaan laporan kejadian/insiden dan
melakukan analisis, dan upaya perbaikan.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 3

Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan


Keselamatan (MFK) terkait keselamatan di rumah sakit.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 3

Lingkup:
a. Pengelolaan risiko keselamatan di lingkungan rumah
sakit secara komprehensif
b. Penyediaan fasilitas pendukung yang aman untuk
mencegah kecelakaan dan cedera, penyakit akibat
kerja, mengurangi bahaya dan risiko, serta
mempertahankan kondisi aman bagi pasien, keluarga,
staf, dan pengunjung; dan
c. Pemeriksaan fasilitas dan lingkungan (ronde fasilitas)
secara berkala dan dilaporkan sebagai dasar
perencanaan anggaran untuk perbaikan, penggantian
atau “upgrading”.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 4

Rumah sakit menerapkan Program Manajemen


Fasilitas dan Keselamatan (MFK) terkait keamanan di
rumah sakit.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 4
Lingkup:
a) Memberikan identitas/tanda pengenal (badge nama
sementara atau tetap) sesuai dengan regulasi rumah sakit;
b) Melakukan pemeriksaan dan pemantauan keamanan
fasilitas dan lingkungan secara berkala dan membuat tindak
lanjut perbaikan;
c) Pemantauan pada daerah berisiko keamanan sesuai
penilaian risiko di rumah sakit dengan CCTV
d) Melindungi semua individu yang berada di lingkungan rumah
sakit terhadap kekerasan, kejahatan dan ancaman; dan
e) Menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan, atau
pengrusakan barang milik pribadi maupun rumah sakit.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Langkah-Langkah Keselamatan dan Keamanan


di Rumah Sakit
a) Identifikasi dan penilaian risiko yang komprehensif
menyangkut keselamatan (lantai licin, terjebak lift, lift anjlok,
dan lain-lain) dan keamanan (pencurian, penculikan bayi,
kerusuhan, dan lain-lain)
b) Pemetaan area berisiko terjadinya gangguan keselamatan
dan keamanan di Rumah Sakit.
c) Melakukan upaya pengendalian dan pencegahan lain pada
kejadian tidak aman

51
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Upaya pengendalian dan pencegahan lain pada


kejadian tidak aman
1. Menghilangkan kondisi yang tidak standar
2. Menghilangkan tindakan yang tidak standar
3. Mengurangi unsur kesalahan oleh manusia
4. Mengurangi unsur kesalahan dari pekerjaan
5. Mengurangi unsur kesalahan dari pengendalian
6. Sosialisasi enam unsur keamanan meliputi: sarana, lingkungan,
tempat, prosedur, tindakan dan anggaran
7. Memastikan prinsip kewaspadaan standar
8. Menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki
rencana untuk mengurangi risiko yang sudah jelas dan
menciptakan fasilitas fisik yang aman bagi pasien, keluarga pasien,
staf dan pengunjung

52
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Upaya pengendalian dan pencegahan lain pada


kejadian tidak aman
9. Melakukan dokumentasi pemeriksaan fasilitas fisiknya yang terbaru,
akurat terhadap fasilitas fisiknya.
10. Melakukan pengkajian keselamatan dan keamanan selama terdapat
proyek konstruksi dan renovasi serta penerapan strategi-strategi untuk
mengurangi risiko.
11. Melakukan pemantauan dan pengamanan area-area yang diidentifikasi
berisiko keamanan.
12. Memastikan semua staf, pegawai pihak ketiga, dan vendor sudah
diidentifikasi.
13. Memberikan tanda pengenal sementara selama di area Rumah Sakit.
14. Semua area berisiko tinggi keamanan dan area-area yang terbatas sudah
diidentifikasi, didokumentasi dan dipantau serta terjaga keamanannya.
Contohnya ruang bayi, ICU, utililitas, dan lain-lain

53
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Upaya pengendalian dan pencegahan lain pada


kejadian tidak aman
15. Rencana dan anggaran Rumah Sakit disusun dengan memperhatikan
kebutuhan yang menunjang aspek keselamatan dan keamanan.
16. Rencana dan anggaran Rumah Sakit disusun untuk perbaikan atau
penggantian sistem, bangunan, atau komponen-komponen yang
diperlukan agar fasilitas dapat beroperasi dengan selamat, aman, dan
efektif secara berkesinambungan.
17. Pimpinan Rumah Sakit menerapkan anggaran sumber daya yang sudah
ditetapkan untuk menyediakan fasilitas yang selamat dan aman sesuai
dengan rencana-rencana yang sudah disetujui.
18. Memastikan perlindungan setiap orang yang ada di Rumah Sakit
terhadap kerugian pribadi dan dari kehilangan atau kerusakan properti.
19. Mengelola, memelihara dan mensertifikasi sarana, prasarana dan
peralatan Rumah Sakit, terutama penyediaan listrik, air, pembuangan
limbah, ventilasi dan pengelolaan gas medik
54
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Memastikan prinsip kewaspadaan standar


a) Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.
b) Cara kerja aman, dengan selalu berpedoman pada Standar Operasional
Prosedur (SOP), serta dilindungi oleh peraturan-peraturan yang ada.
c) Pengelolaan lingkungan untuk selalu menyesuaikan dengan lingkup
pekerjaan yang dilakukan, dengan substitusi, eliminasi dan administrasi.
d) Penempatan pasien yang tepat, dengan pemberian pengaman tempat
tidur yang cukup, pegangan khusus pada kamar mandi, dengan tujuan
menghindari pasien jatuh (patient safety).
e) Pencegahan kecelakaan dan cidera, dengan pemberian atau penempatan
tanda-tanda bahaya atau risiko yang jelas di setiap sudut Rumah Sakit,
agar memudahkan pasien, staf dan pengunjung mendapatkan pelayanan
yang diharapkan.

55
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Memastikan prinsip kewaspadaan standar

g) Pemeliharaan kondisi yang aman, dengan mensosialisasikan


kode-kode yang disepakati dan harus dipahami oleh seluruh
pekerja (kebijakan diserahkan kepada unit kerja terkait),
untuk menjamin keamanan Rumah Sakit, sebagai contoh :
– Kode merah untuk bahaya kebakaran
– Kode biru untuk serangan jantung atau kondisi tidak sadar
– Kode hitam untuk penculikan bayi
– Kode orange untuk kondisi darurat

56
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 5
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) serta limbah B3 sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 5
Lingkup:
a) Inventarisasi B3 serta limbahnya yang meliputi jenis, jumlah,
simbol dan lokasi;
b) Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 serta
limbahnya;
c) Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur
penggunaan, prosedur bila terjadi tumpahan, atau
paparan/pajanan;
d) Pelatihan yang dibutuhkan oleh staf yang menangani B3;
e) Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 serta
limbahnya;
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 5
Lingkup:
f) Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur
(terpapar), dan insiden lainnya;
g) Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan
peraturan lainnya; dan
h) Pengadaan/pembelian B3 dan pemasok (supplier) wajib
melampirkan Lembar Data Keselamatan. Informasi yang
tercantum di lembar data keselamatan diedukasi kepada staf
rumah sakit, terutama kepada staf terdapat penyimpanan B3
di unitnya.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 5.1
Rumah sakit mempunyai sistem pengelolaan limbah B3 cair dan
padat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Beracun (B3) adalah sebagai berikut:


Beracun (B3) adalah sebagai berikut:
a) Infeksius;
b) Benda tajam;
c) Patologis;
d) Bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan;
e) Radioaktif;
f) Farmasi;
g) Sitotoksik;
h) Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi;
i) Tabung gas atau kontainer bertekanan

61
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
Identifikasi dan Inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
yang di Rumah Sakit
• Mengidentifikasi jenis, lokasi, dan jumlah semua Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dan instalasi yang akan ditangani
untuk mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan
penataan yang rapi dan teratur, hasil identifikasi diberi label
atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya.
• Mengawasi pelaksanakan kegiatan inventarisasi,
penyimpanan, penanganan, penggunaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).

62
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
• Menyiapkan dan Memiliki Lembar Data Keselamatan
Bahan (Material Safety Data Sheet)
Informasi mengenai bahan-bahan berbahaya terkait dengan
penanganan yang aman, prosedur penanganan tumpahan,
dan prosedur untuk mengelola pemaparan sudah yang
terbaru dan selalu tersedia.

63
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
• Menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3): 1) Lemari Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3);
– Penyiram badan (body wash);
– Pencuci mata (eyewasher);
– Alat Pelindung Diri (APD);
– Rambu dan Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
dan
– Spill Kit

64
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
• Pembuatan Pedoman dan Standar Prosedur Operasional
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang Aman
– Menetapkan dan menerapkan secara aman bagi petugas dalam penanganan,
penyimpanan, dan penggunaan bahan- bahan dan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
– Menetapkan dan menerapkan cara penggunaan alat pelindung diri yang sesuai
dan prosedur yang dipersyaratkan sewaktu menggunakannya.
– Menetapkan dan menerapkan pelabelan bahan-bahan dan limbah berbahaya
yang sesuai.
– Menetapkan dan menerapkan persyaratan dokumentasi, termasuk surat izin,
lisensi, atau lainnya yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku.
– Menetapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi) untuk
tumpahan dan paparan, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
– Menetapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan.

65
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
• Penanganan Keadaan Darurat Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
– Melakukan pelatihan dan simulasi tumpahan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
– Menerapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan
paparan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
– Menerapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan
(inventigasi) untuk tumpahan dan paparan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).

66
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 6
Rumah sakit menerapkan proses untuk pencegahan,
penanggulangan bahaya kebakaran dan penyediaan sarana jalan
keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap
kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 6
Rumah sakit melakukan pengkajian risiko kebakaran (FSRA) meliputi:
a) Pemisah/kompartemen bangunan untuk mengisolasi asap/api.
b) Laundry/binatu, ruang linen, area berbahaya termasuk ruang di atas plafon.
c) Tempat pengelolaan sampah.
d) Pintu keluar darurat kebakaran (emergency exit).
e) Dapur termasuk peralatan memasak penghasil minyak.
f) Sistem dan peralatan listrik darurat/alternatif serta jalur kabel dan instalasi listrik.
g) Penyimpanan dan penanganan bahan yang berpotensi mudah terbakar
(misalnya, cairan dan gas mudah terbakar, gas medis yang mengoksidasi seperti
oksigen dan dinitrogen oksida), ruang penyimpanan oksigen dan komponennya
dan vakum medis.
h) Prosedur dan tindakan untuk mencegah dan mengelola kebakaran akibat
pembedahan.
i) Bahaya kebakaran terkait dengan proyek konstruksi, renovasi, atau
pembongkaran.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
• Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
– Mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada di tempat kerja,
dengan membuat daftar potensi-potensi bahaya kebakaran yang
ada di semua area Rumah Sakit.
– Mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran secara spesifik,
dengan membuat denah potensi berisiko tinggi terutama terkait
bahaya kebakaran.
– Inventarisasi dan pengecekan sarana proteksi kebakaran pasif
dan aktif a) proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR,
hidran, detektor api, detektor asap, sprinkler, dan lain-lain.
– Proteksi kebakaran secara pasif, contohnya jalur evakuasi, pintu
darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman, ram,
kompartemen, dan lain-lain.

69
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
• Pemetaan Area Berisiko Tinggi Kebakaran dan
Ledakan
– 1) Peta area risiko tinggi ledakkan dan kebakaran
– 2) Peta keberadaan alat proteksi kebakaran aktif (APAR,
hydrant)
– 3) Peta jalur evakuasi dan titik kumpul aman
– 4) Denah lokasi di setiap gedung

70
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
• Pengurangan Risiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
– 1) Sistim peringatan dini;
– 2) Tanda-tanda dan/ atau rambu evakuasi;
– 3) Akses keluar, akses evakuasi, dan area tempat titik kumpul aman;
– 4) Penyediaan alat evakuasi untuk gedung bertingkat;
– 5) penempatan bahan mudah terbakar aman dari api dan panas;
– 6) Pengaturan konstruksi gedung sesuai dengan prinsip keselamatan dan
Kesehatan Kerja, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
– 7) Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah terbakar dan
gas medis;
– 8) Pelarangan bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, dan pengunjung yang dapat menimbulkan kebakaran (peralatan
masak-memasak);
– 9) Larangan merokok.
– 10) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala
– 11) Menyusun kebijakan, pedoman dan SPO terkait keselamatan kebakaran
71
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
• Pengendalian Kebakaran
– 1) Alat pemadam api ringan
– 2) Deteksi asap dan api
– 3) Sistim alarm kebakaran
– 4) Penyemprot air otomatis (sprinkler)
– 5) Pintu darurat
– 6) Jalur evakuasi
– 7) Tangga darurat
– 8) Pengendali asap
– 9) Tempat titik kumpul aman
– 10) Penyemprot air manual (Hydrant)
– 11) Pembentukan tim penanggulangan kebakaran
– a) Tim Penanggulangan Kebakaran Tingkat RS
– b) Tim Penanggulangan Kebakaran Tingkat Unit RS
– 12) Pelatihan dan sosialisasi

72
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
• Simulasi Kebakaran Minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap
gedung .
• Penyediaan dan pemeliharaan sistem proteksi kebakaran aktif dan
pasif
• Mengembangkan program pencegahan kebakaran:
– Program termasuk pengurangan risiko kebakaran
– Program termasuk penilaian risiko kebakaran saat ada pembangunan di
atau berdekatan dengan fasilitas
– Program termasuk deteksi dini kebakaran dan asap
– Program termasuk meredakan kebakaran dan pengendalian (containment)
asap.
– Program termasuk evakuasi/jalan keluar yang aman dari fasilitas bila
terjadi kedaruratan akibat kebakaran dan kedaruratan bukan kebakaran

73
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Asesmen Risiko Kebakaran


Asesmen risiko meliputi:
1. Tekanan dan risiko lainnya di kamar operasi;
2. Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemenisasi pengendalian
api dan asap;
3. Daerah berbahaya (dan ruang di atas langit-langit di seluruh area)
seperti kamar linen kotor, tempat pengumpulan sampah, dan ruang
penyimpanan oksigen;
4. Sarana jalan keluar/exit;
5. Dapur yang berproduksi dan peralatan masak;
6. Laundry dan linen;
7. Sistem tenaga listrik darurat dan peralatan;
8. Gas medis dan komponen sistem vakum.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 7
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses
pengelolaan peralatan medik.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 7
Meliputi:
a) Identifikasi dan penilaian kebutuhan alat medik dan uji fungsi sesuai
ketentuan penerimaan alat medik baru.
b) Inventarisasi seluruh peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan
peralatan medis kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga; serta
peralatan medik yang dimiliki oleh staf rumah sakit jika ada Inspeksi
peralatan medis sebelum digunakan.
c) Pemeriksaan peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan
pabrik secara berkala.
d) Pengujian yang dilakukan terhadap alat medis untuk memperoleh
kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat
penggunaan alat.
e) Rumah sakit melakukan pemeliharaan preventif dan kalibrasi, dan seluruh
prosesnya didokumentasikan.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 8
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses untuk
memastikan semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi
efisien dan efektif yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan,
dan perbaikan sistem utilitas.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 8
Meliputi:
a) Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu 7
(tujuh) hari dalam seminggu secara terus menerus;
b) Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas,
memetakan pendistribusiannya, dan melakukan update secara
berkala;
c) Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen
utilitas yang ada di daftar inventaris;
d) Jadwal pemeriksaan, uji fungsi, dan pemeliharaan semua sistem
utilitas berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat
risiko, dan pengalaman rumah sakit; dan
e) Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian saat terjadi
kebakaran.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 8.1
Dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan
sistem utilitas.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 8.2
Sistem utilitas rumah sakit menjamin tersedianya air bersih dan
listrik sepanjang waktu serta menyediakan sumber
cadangan/alternatif persediaan air dan tenaga listrik jika terjadi
terputusnya sistem, kontaminasi, atau kegagalan.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 8.2
Untuk mempersiapkan diri terhadap keadaan darurat seperti ini, rumah sakit agar
mempunyai regulasi yang antara lain meliputi:
1. Mengidentifikasi peralatan, sistem, serta area yang memiliki risiko paling tinggi
terhadap pasien dan staf (sebagai contoh, rumah sakit mengidentifikasi area yang
membutuhkan penerangan, pendinginan (lemari es), bantuan hidup/ventilator,
serta air bersih untuk membersihkan dan sterilisasi alat);
2. Menyediakan air bersih dan listrik 24 jam setiap hari dan 7 hari seminggu;
3. Menguji ketersediaan serta kehandalan sumber tenaga listrik dan air bersih
darurat/pengganti/back-up;
4. Mendokumentasikan hasil-hasil pengujian;
5. Memastikan bahwa pengujian sumber alternatif air bersih dan listrik dilakukan
setidaknya setiap 6 bulan atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan di daerah, rekomendasi produsen, atau kondisi sumber
listrik dan air. Kondisi sumber listrik dan air yang mungkin dapat meningkatkan
frekuensi pengujian mencakup
• perbaikan sistem air bersih yang terjadi berulang-ulang;
• sumber air bersih sering terkontaminasi;
• jaringan listrik yang tidak dapat diandalkan
• pemadaman listrik yang tidak terduga dan berulang-ulang.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 8.2.1
Rumah sakit melakukan uji coba/uji beban sumber listrik dan
sumber air cadangan/alternatif.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 8.3
Rumah sakit melakukan pemeriksaan air bersih dan air limbah
secara berkala sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Regulasi Air Bersih


Rumah sakit perlu mempunyai regulasi sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pelaksanaan monitoring mutu air bersih paling sedikit satu tahun sekali.
Untuk pemeriksaan kimia minimal setiap 6 bulan atau lebih sering
bergantung pada ketentuan peraturan perundang-undangan, kondisi
sumber air, dan pengalaman sebelumnya dengan masalah mutu air. Hasil
pemeriksaan didokumentasikan;
2. Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 bulan atau lebih sering
bergantung pada peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan
hasil pemeriksaan air terakhir bermasalah. Hasil pemeriksaan
didokumentasikan;
3. Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisis ginjal setiap bulan
untuk menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin. Pemeriksaan tahunan
untuk menilai kontaminasi zat kimia. Hasil pemeriksaan didokumentasikan.
4. Melakukan monitoring hasil pemeriksaan air dan perbaikan bila
diperlukan.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit


Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan
dan Kesehatan Kerja antara lain meliputi:
a) Penggunaan listrik;
b) Penggunaan air;
c) Penggunaan tata udara;
d) Penggunaan genset;
e) Penggunaan boiler;
f) Penggunaan lift;
g) Penggunaan gas medis;
h) Penggunaan jaringan komunikasi;
i) Penggunaan mekanikal dan elektrikal; dan
j) Penggunaan instalasi pengelolaan air limbah.

85
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit


Sasaran Prasarana atau Sistem Utilitas Rumah Sakit:
a) Air bersih dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari
dalam seminggu
b) Rumah Sakit mengidentifikasi area dan layanan yang
memiliki risiko terbesar jika terjadi pemadaman listrik
atau kontaminasi atau gangguan air
c) Rumah Sakit merencanakan sumber-sumber listrik dan
air alternatif dalam keadaan darurat
d) Tata udara, gas medis, sistim kunci, sistim perpipaan
limbah, lift, boiler dan lain lain berfungsi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

86
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Jenis Kegiatan
a) Memastikan adanya daftar inventaris komponen-komponen sistem
utilitasnya dan memetakan pendistribusiannya.
b) Memastikan dilakukan kegiatan pemeriksaan, pengujian dan
pemeliharaan terhadap semua komponen-komponen sistem
utilitas yang beroperasi, semua komponennya ditingkatkan bila
perlu.
c) Mengidentifikasi jangka waktu untuk pemeriksaan, pengujian, dan
pemeliharaan semua komponen-komponen sistem utilitas yang
beroperasi di dalam daftar inventaris, berdasarkan kriteria seperti
rekomendasi produsen, tingkat risiko, dan pengalaman Rumah
Sakit.
d) Memberikan label pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk
membantu pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian.
e) Memastikan dilakukannya dokumentasi setiap kegiatan sistem
utilitas.

87
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 9

Rumah sakit menerapkan proses penanganan bencana untuk


menanggapi bencana yang berpotensi terjadi di wilayah rumah
sakitnya.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Standar MFK 9
Meliputi:
a) Menentukan jenis yang kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya,
ancaman, dan kejadian;
b) Menentukan integritas struktural dan non structural di lingkungan
pelayanan pasien yang ada dan bagaimana bila terjadi bencana;
c) Menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut;
d) Menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian;
e) Mengelola sumber daya selama kejadian termasuk sumber-sumber
alternatif;
f) Mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat pelayanan
alternatif pada waktu kejadian;
g) Mengidentifikasi dan penetapan peran serta tanggung jawab staf selama
kejadian dan; dan
h) Proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung
jawab pribadi staf dan tanggung jawab rumah sakit untuk tetap
menyediakan pelayanan pasien termasuk kesehatan mental dari staf.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Langkah-Langkah
• Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana dengan HVA
• Penilaian analisa risiko kerentanan bencana
• Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana
• Pengendalian kondisi darurat atau bencana
• Simulasi kondisi darurat atau bencana.

90
PERMENKES 66 TH 2016
MOD-TR-RS-001. REV.02

Pengendalian kondisi darurat atau bencana


1. Menyusun pedoman tanggap darurat atau bencana
2. Membentuk Tim Tanggap Darurat atau Bencana
3. Menyusun SPO tanggap darurat atau bencana antara lain:
– a) Kedaruratan keamanan
– b) Kedaruratan keselamatan
– c) Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
– d) Kegagalan peralatan medik dan non medik
– e) Kelistrikan
– f) Ketersediaan air
– g) Sistem tata udara
– h) Menghadapi bencana internal dan eksternal
4. Menyediakan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan
hasil identifikasi.
5. Menilai kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan
alat keadaan darurat oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.
6. Memasang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu
darurat sesuai dengan standar dan pedoman teknis. PERMENKES 66 TH 2016
91
MOD-TR-RS-001. REV.02

Simulasi kondisi darurat atau bencana


1. Simulasi kondisi darurat atau bencana berdasarkan penilaian analisa
risiko kerentanan bencana dilakukan terhadap keadaan, antara lain:
– a) Darurat air;
– b) Darurat listrik;
– c) Penculikan bayi;
– d) Ancaman bom;
– e) Tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
– f) Kebocoran radiasi;
– g) Gangguan keamanan;
– h) Banjir;
– i) Gempa bumi.
2. Memberikan pelatihan tanggap darurat atau bencana
3. Melakukan uji coba (simulasi) kesiapan petugas yang bertanggung jawab
menangani keadaan darurat yang dilakukan minimal 1 tahun sekali pada
setiap gedung.

PERMENKES 66 TH 2016
92
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 10
Rumah sakit melakukan penilaian risiko prakontruksi/Pre
Contruction Risk Assessment (PCRA) pada waktu merencanakan
pembangunan baru (proyek konstruksi), renovasi dan
pembongkaran.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 10
Proses penilaian risiko konstruksi meliputi:
a) Kualitas udara;
b) Pencegahan dan pengendalian infeksi;
c) Utilitas;
d) Kebisingan;
e) Getaran;
f) Bahan dan limbah berbahaya;
g) Keselamatan kebakaran;
h) Keamanan;
i) Prosedur darurat, termasuk jalur/keluar alternatif dan akses ke layanan
darurat; dan
j) Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan.
MOD-TR-RS-001. REV.02

MFK 11
Seluruh staf di rumah sakit dan yang lainnya telah dilatih dan
memiliki pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas rumah sakit,
program keselamatan dan peran mereka dalam memastikan
keamanan dan keselamatan fasilitas secara efektif.
MOD-TR-RS-001. REV.02

Thank You

Anda mungkin juga menyukai