[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan6 halaman

BAB I. Pasca

Ringkasan dokumen tersebut adalah: 1) Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya terus meningkat, termasuk di Indonesia dan provinsi Gorontalo. 2) Kepatuhan pasien diabetes terhadap diet, obat, dan olahraga berhubungan dengan terkendalinya kadar glukosa darah. 3) Penelitian ini akan mengkaji hubungan kepatuhan terhadap diet, obat, dan olahraga dengan kadar gluk

Diunggah oleh

Anonymous o8pnZJId
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan6 halaman

BAB I. Pasca

Ringkasan dokumen tersebut adalah: 1) Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya terus meningkat, termasuk di Indonesia dan provinsi Gorontalo. 2) Kepatuhan pasien diabetes terhadap diet, obat, dan olahraga berhubungan dengan terkendalinya kadar glukosa darah. 3) Penelitian ini akan mengkaji hubungan kepatuhan terhadap diet, obat, dan olahraga dengan kadar gluk

Diunggah oleh

Anonymous o8pnZJId
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 6

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolik yang disebabkan
oleh gagalnya organ pancreas dalam memproduksi hormon insulin secara memadai.
Penyakit ini bisa dikatakan sebagai penyakit kronis karena dapat terjadi secara
menahun. Berdasarkan penyebabnya diabetes melitus di golongkan menjadi tiga
jenis, diantaranya diabetes melitustipe 1, tipe 2 dan diabetes mellitus gestasional
(Kemenkes RI, 2020). Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena reaksi autoimun
yang menyebabkan system kekebalan tubuh menyerang sel beta pada pancreas
sehingga tidak bias memproduksi insulin sama sekali. Sedangkan diabetes
melitustipe 2 terjadi karena akibat adanya resistensi insulin yang mana sel-sel dalam
tubuh tidak mampu merespon sepenuhnya insulin. Diabetes gestasional disebabkan
karena naiknya berbagai kadar hormone saat hamil yang bias menghambat kerja
insulin (International Diabetes Federation, 2019). Maka dari itu, untuk mengetahui
bahwa seseorang mengidap penyakit diabetes mellitus dapat ditegakkan melalui
pemeriksan klinis berupa pemeriksaan kadar gula darah.
Diabetes mellitus termasuk penyakit yang paling banyak diderita oleh
penduduk di seluruh dunia dan merupakan urutan keempat dari prioritas penelitian
nasional untuk penyakit degeneratif. Prevalensi Diabetes Mellitus pada populasi
dewasa di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat sebesar 35% dalam dua
dasawarsa. Menurut International Diabetes Federation (2019) jumlah penderita
diabetes mellitus diseluruh dunia mengalami peningkatan menjadi 463 juta jiwa pada
tahun 2019 dan jumlah kematian pada kasus ini yaitu 4,2 juta jiwa yang mana
Indonesia menjadi urutan ke 7 dengan jumlah penderita 10,7 juta. IDIABETIC
FOOT juga memperkirakan bahwa pada tahun 2045 kasus diabetes akan meningkat
menjadi 700 juta.
Menurut RISKESDAS (2018) menyebutkan bahwa jumlah prevelensi kasus
diabetes melitus di Indonesia menurut diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15

1
tahun sebesar 2%. Angka tersebut menunjukan peningkatan jika dibandingkan pada
tahun 2013 dengan prevelensi 1.5%. Selain itu, jumlah kasus tertinggi terjadi di
provinsi Jakarta ( 3,4 %) dan terendah dimiliki oleh provinsi Nusa Tenggara Timur
(0,9%). Pada tahun 2018, jumlah kasus diabetes melitus di Provinsi Gorontalo
menduduki urutan ke 28 dari 34 provinsi di Indonesia, yang mana hal tersebut
prevelensi Provinsi Gorontalo 2,4 % pada tahun 2018 (RISKESDAS, 2018).
Penyakit Diabetes Melitus biasanya berjalan lambat dengan gejala-gejala
yang ringan sampai berat, bahkan dapat menyebabkan kematian akibat baik
komplikasi akut maupun kronis. Diabetes mellitus dapat menjadi serius dan
menyebabkan kondisi kronik yang membahayakan apa bila tidak diobati. Akibat dari
hiperglikemia dapat terjadi komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetik
(KAD) dan keadaan hiperglikemi dalam jangka waktu yang lama berkontribusi
terhadap komplikasi neuropatik (Black &Hawk, 2014)
Berbagai komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah komplikasi akut
yaitu hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar gula darah secara
drastis akibat tingginya kadar insulin dalam tubuh, terlalu banyak mengonsumsi obat
penurun gula darah, atau terlambat makan, Ketosiadosis diabetik (KAD) akibat
peningkatan kadar gula darah yang terlalu tinggi menyebabkan tubuh tidak dapat
menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga tubuh
mengolah lemak dan menghasilkan zat keton sebagai sumber energy, Hyperosmolar
hyperglycemic state (HHS) terjadi akibat adanya lonjakan kadar gula darah yang
sangat tinggi dalam waktu tertentu, ditandai dengan haus yang berat, kejang, lemas,
gangguan kesadaran, hingga koma. Komplikasi kronis yaitu gangguan pada mata
dapat menimbulkan retinopathy, neuropathy, macular edema, katarak, dan glaucoma
sehingga dapat menyebabkan penglihatan kabur sampai kebutaan, Kerusakan ginjal,
Masalah kaki dan kulit, serta penyakit kardiovaskular (Juniarti, 2014).
Pencegahan terjadinya komplikasi dari diabetes mellitus sangat diperlukan
melalui pengontrolan yang terapeutik dan teratur melalui perubahan gaya hidup
pasien Diabetes Mellitus yang tepat, tegas dan permanen. Pengontrolan diabetes

2
mellitus diantaranya adalah pembatasan diet, peningkatan aktivitasfisik, regimen
pengobatan yang tepat, kontrol medis teratur dan pengontrolan metabolic secara
teratur melalui pemeriksaan laboratroium. Pada penderita Diabetes Mellitus,
dianjurkan untuk melakukan diet rendah karbohidrat dan tinggi protein. Karbohidrat
merupakan sumber glukosa darah. Mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat
akan menyebab kadar glukosa darah menjadi tidak terkendali. Pengendalian
diabetes melalui diet makanan juga telah ditegaskan Allah SWT melalui dalam Al
Qur’an Surah Thaha Ayat 81:
َ ‫ت َما َر َز ْق ٰ َن ُك ْم َواَل َت ْط َغ ْو ۟ا فِي ِه َف َي ِح َّل َعلَ ْي ُك ْم َغ‬
َ ‫ض ِبى ۖ َو َمن َيحْ لِ ْل َعلَ ْي ِه َغ‬
‫ض ِبى َف َق ْد َه َو ٰى‬ ۟ ُ‫ُكل‬
ِ ‫وا مِن َط ِّي ٰ َب‬
yang artinya:
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu,
dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaanKu
menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya
binasalah ia.”

Pada penderita Diabetes Mellitus, program pengobatan yang dijalankan


adalah dengan mengonsumsi obat antihiperglikemia seperti obat oral dan
bentuksuntikan. Obat oral diantaranya adalah Sulfonilurea, Glinid, Metformin,
Tiazolidindion sedangkan bentuk suntikan seperti insulin. Kegiatan Latihan jasmani
yang dianjurkan pada penderita Diabetes Mellitus berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobic seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,dan berenang (Black &
Hawks, 2014).
Berdasarkan penelitian Almaini dan Hendri Heriyanto (2018), terhadap
pasien Diabetes Mellitus tipe 2 suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong diperoleh
hasil terdapat hubungan yang bermakna secara statistic antara kepatuhan diet,
kepatuhan minum obat terhadap kadar glukosa darah sewaktu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khartini Kaluku, Nurhaedar Jafar
dan Citra kesumasari (2012), diperoleh hasil bahwa terjadi perubahan sebesar
30,8% kepatuhan aktifitas fisik setelah pendampingan gizi dan sebanyak 39,3%
memberikan kontribusi terhadap terkendalinya kadar glukosa darah sewaktu, dan
terjadi perubahan sebesar 30,8% kepatuhan minum obat setelah pendampingan gizi

3
dan hasil tabulasi silang antara minum obat dengan terkendalinya kadar glukosa
darah sewaktu responden diperoleh sebanyak 33,7%.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Widodo dan Tamtomo (2016) juga
menunjukkan hasil kepatuhan mengkonsumsi obat anti diabetik dan aktifitas fisik
berhubungan dengan kadar gula darah. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
adanya kecenderungan semakin tinggi aktifitas fisik seseorang maka kadar glukosa
darah akan semakin terkendali. Hal yang sama juga didapatkan pada kepatuhan
mengkonsumsi obat anti diabetik dimana semakin patuh seseorang dalam
mengonsumsi obat anti hiperglikemi maka kadar glukosa darah akan semakin
terkendali.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan berkala terhadap Personil Polda
Gorontalo dan jajaran Tahun Anggaran 2021 kepada 2000 personil Polri dan PNS
Polri terdapat 84 orang yang mengalami kenaikan glukosa darah puasa, sebagian
personil belum menyadari akan kenaikan gula darah puasa yang mereka alami.
Hasil wawancara dengan 6 orang personil polri yang mengalami kenaikan glukosa
darah puasa, 3 orang diantaranya tidak patuh diet sementara 3 orang jarang
berolahraga. Sedangkan 4 orang yang sudah mendapatkan pengobatan anti
hiperglikemia, 2 orang diantaranya jarang minum obat.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan kajian
lebih lanjut tentang “Hubungan kepatuhan minum obat, diet dan olahraga dengan
kadar glukosa darah pasien DM di Klinik Polda Gorontalo”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalah latar belakang di atas maka di rumuskan masalah
dalam penelitian ini di klinik Polda Gorontalo bahwa :
1. Jumlah penderita diabetes mellitus diseluruh dunia mengalami peningkatan
menjadi 463 juta jiwa pada tahun 2019 dan jumlah kematian pada kasus ini
yaitu 4,2 juta jiwa yang mana Indonesia menjadi urutan ke 7 dengan jumlah
penderita 10,7 juta.

4
2. Tahun 2018, jumlah kasus diabetes melitus di provinsi Gorontalo menduduki
urutan ke 28 dari 34 provinsi di Indonesia, yang mana hal tersebut prevelensi
provinsi Gorontalo 2,4 % pada tahun 2018.
3. Kepatuhan terhadap diet, minum obat antihiperglikemia dan olah raga
menjadi penyebab utama meningkatnya kafdar glukosa darah pada penderita
Diabetes militus.
4. Hasil wawancara dengan 6 orang personil polri yang mengalami kenaikan
glukosa darah puasa, 3 orang diantaranya tidak patuh diet sementara 3
orang jarang berolahraga. Sedangkan 4 orang yang sudah mendapatkan
pengobatan anti hiperglikemia, 2 orang diantaranya jarang minum obat.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana hubungan kepatuhan minum obat, diet dan olahraga dengan
kadar glukosa darah pasien DM di klinik Polda Gorontalo.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan
minum obat, diet dan olah raga dengan kadar glukosa darah pasien DM di klinik
Polda Gorontalo ?.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan kadar glukosa
darah pasien DM di klinik Polda Gorontalo.
2. Untuk mengetahui hubungan Kepatuhan diet dengan kadar glukosa darah
pasien DM di klinik Polda Gorontalo.
3. Untuk mengetahui hubungan aktifitas olah raga dengan kadar glukosa darah
pasien DM di klinik Polda Gorontalo.
4. Untuk menganalisa hubungan kepatuhan minum obat, diet dan olahraga
dengan kadar glukosa darah pasien DM di klinik Polda Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian

5
1.5.1 ManfaatTeoritis
Hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan untuk pemgembangan terkait mata
kuliah keperawatan mengenai penyakit Diabetes mellitus dimana 3 dari 4 pilar
penting dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu kepatuhan minum obat, diet
dan olah raga berhubungan erat kadar glukosa darah pasien Diabetes Mellitus.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Bagi pasien
Agar dapat memperoleh informasi tentang pentingnya kepatuhan minum
obat, diet dan olah raga untuk menjaga kadar glukosa darah.
2. Untuk Klinik Polda Gorontalo
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi
klinik dalam menangani kasus penderita diabetes mellitus.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan,
menambah wawasan dan pengalaman serta pengetahuan bahwa kepatuhan
minum obat, diet dan olah raga yang teratur dapat menjaga kadar glukosa
darah.

Anda mungkin juga menyukai