Business">
[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
283 tayangan10 halaman

Analisis Fundamental Saham Perusahaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 10

ANALISIS SEKURITAS DAN PORTOFOLIO

PERBANDINGAN ANALISIS FUNDAMENTAL PT. WASKITA


KARYA PERSERO Tbk DAN PT. ADHI KARYA PERSERO Tbk

Dosen Pembimbing:

Kharisma Rindang Sejati, ME

Disusun Oleh:

Zain Pribadi Muslim 170501223

EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Profil PT. Waskita Karya Persero Tbk (WSKT)

Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) didirikan dengan nama Perusahaan Negara Waskita
Karya tanggal 01 Januari 1961 dari perusahaan asing bernama “Volker Aanemings Maatschappij
NV” yang dinasionalisasi Pemerintah. Kantor pusat WSKT beralamat di Gedung Waskita Jln.
M.T. Haryono Kav. No. 10 Cawang, Jakarta 13340 – Indonesia. Pemegang saham mayoritas
Waskita Karya (Persero) Tbk adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan
sebesar 66,04%. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Waskita
Karya adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya industri konstruksi, industri
pabrikasi, jasa penyewaan, jasa keagenan, investasi, agro industri, perdagangan, pengelolaan
kawasan, layanan jasa peningkatan kemampuan di bidang jasa konstruksi, teknologi informasi
serta kepariwisataan dan pengembang. Saat ini, kegiatan usaha yang dijalankan Waskita Karya
adalah pelaksanaan konstruksi dan pekerjaan terintegrasi Enginering, Procurement and
Construction (EPC). Waskita memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI), yaitu Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).Pada tanggal 10 Desember 2012, WSKT
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham WSKT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.082.315.000 dengan nilai nominal Rp100,-
per saham saham dengan harga penawaran Rp380,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Desember 2012.

B. Profil PT. Adhi Karya Persero Tbk (ADHI)

Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) didirikan tanggal 1 Juni 1974 dan memulai usaha secara
komersial pada tahun 1960. Kantor pusat ADHI berkedudukan di Jl. Raya Pasar Minggu KM.18,
Jakarta 12510–Indonesia. Nama Adhi Karya untuk pertama kalinya tercantum dalam SK Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja tanggal 11 Maret 1960. Kemudian berdasarkan PP No. 65
tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan menjadi Perusahaan Negara Adhi Karya. Pada tahun itu juga,
berdasarkan PP yang sama Perusahaan Bangunan bekas milik Belanda yang telah
dinasionalisasikan, yaitu Associate NV, dilebur ke dalam Adhi Karya.

Pemegang saham pengendali Adhi Karya (Persero) Tbk adalah Negara Republik Indonesia,
dengan persentase kepemilikan sebesar 51%. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Ruang
lingkup bidang usaha ADHI meliputi:

1. Konstruksi,
2. Konsultasi manajemen dan rekayasa industri (Engineering Procurement and
Construction/EPC),
3. Perdagangan umum, jasa pengadaan barang, industri pabrikasi, jasa dalam bidang
teknologi informasi, real estat dan agro industri.
Saat ini kegiatan utama ADHI dalam bidang konstruksi, engineering, Procurement and
Construction (EPC), perkeretaapian, pariwisata, perdagangan, properti, real sstate dan investasi
infrastruktur. Pada tanggal 8 Maret 2004, ADHI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-
LK untuk melakukan penawaran umum kepada masyarakat atas 441.320.000 saham biasa
dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan harga penawaran Rp150,- per saham. Dari jumlah
saham yang ditawarkan dalam penawaran umum kepada masyarakat tersebut sebesar 10% atau
sebanyak 44.132.000 saham biasa atas nama baru dijatahkan secara khusus kepada manajemen
(Employee Management Buy Out/EMBO) dan karyawan Perusahaan melalui program
penjatahan saham untuk pegawai Perusahaan (Employee Stock Allocation/ESA). Kemudian pada
tanggal 18 Maret 2004 seluruh saham ADHI telah tercatat pada Bursa Efek Jakarta (sekarang
menjadi Bursa Efek Indonesia).
BAB II

ANALISIS FUNDAMENTAL

  TAHUN EPS PRICE PER PBV ROA ROE DER NPM


2019 68.98 452 6.55 x 0.21 x 0.77% 3.22% 3.21 938.1 B
2018 291.39 1,680 5.77 x 0.21 x 3.19% 13.72% 3.31 4.0 T
WSKT 2017 285.42 2,210 7.74 x 0.79 x 3.97% 17.06% 3.30 3.9 T
2016 125.98 2,550 20.24 x 1.32 x 2.79% 10.21% 2.66 1.7 T
2015 77.04 1,670 21.68 x 2.06 x 3.46% 10.80% 2.12 1.0 T
2019 97.56 416 4.26 x 0.23 x 1.08% 5.39% 4.01 351.2 B
2018 178.93 1,585 8.86 x 0.90 x 2.14% 10.25% 3.79 644.2 B
ADHI 2017 143.17 1,885 13.17 x 1.14 x 1.82% 8.78% 3.83 515.4 B
2016 87.07 2,080 23.89 x 1.36 x 1.56% 5.76% 2.69 313.5 B
2015 128.8 2,140 16.61 x 1.48 x 2.77% 8.98% 2.25 463.7 B
Tabel : Perbedaan Rasio dan Kinerja Perusahaan WSKT dan ADHI

1. EPS (Earning per Share atau Laba per Saham)

Pengertian

Laba per Saham atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Earning per Share yang disingkat
dengan EPS adalah bagian dari laba perusahaan yang dialokasikan ke setiap saham yang beredar.
Laba per saham atau Earning per Share ini merupakan indikator yang paling banyak digunakan
untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan. EPS (Earning per Share atau Lembar per Saham)
dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dan dividen yang dibagikan dengan jumlah
saham yang beredar.

Analisis
Dalam laporan keuangan tahun 2018, WSKT memiliki EPS terbesar dibandingkan dengan EPS
ADHI. Dilihat dari laporan keuangannya, EPS dari tahun 2018 sampai 2019 mengalami
penurunan. Penurunan terjadi di tahun 2019, yaitu dari 291.39 menjadi 68.98 . Ini menunjukkan
bahwa profitabilitas perusahaan WSKT menurun, terkuhusus di tahun 2019. Sedangkan, ADHI
juga mengalami penurunan EPS yakni dari 178.93 menjadi 97.56. Jadi, menurut saya ADHI
lebih cocok untuk jangka pendek dibandingkan dengan WSKT.
2. PER (Price to Earning Ratio atau Rasio Harga terhadap Pendapatan)

Pengertian

Price to Earning Ratio atau biasanya disingkat dengan singkatan PER (P/E Ratio) adalah rasio
harga pasar per saham terhadap laba bersih per saham. Rasio Price to Earning ini adalah rasio
valuasi harga per saham perusahaan saat ini dibandingkan dengan laba bersih per sahamnya.
Rasio ini juga digunakan untuk membantu investor dalam pengambilan keputusan apakah akan
membeli saham perusahaan tertentu. Umumnya, para trader atau investor akan memperhitungkan
PER atau P/E Ratio untuk memperkirakan nilai pasar pada suatu saham.

Analisis

Dalam laporan keuangan tahun 2018, WSKT memiliki PER dengan angka terkecil dibandingkan
ADHI. Dilihat dari laporan keuangan 5 tahun, PER WSKT yang paling besar yaitu di tahun
2015. Dapat disimpulkan bahwa investor memiliki harapan yang tinggi terhadap masa depan
perusahaan tersebut sehingga bersedia untuk menghargainya dengan harga yang lebih tinggi.
Tetapi dari tahun December 2016- January 2019 PER selalu mengalami kenaikan dan penurunan
yang fluktuaktif. PER yang lebih rendah mengindikasikan bahwa pasar tidak memiliki
kepercayaan yang cukup terhadap masa depan saham perusahaan yang bersangkutan.

3. PBV (Price to Book Value)

Pengertian

Price to Book Value atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Harga terhadap Nilai
Buku yang disingkat dengan PBV adalah rasio valuasi investasi yang sering digunakan oleh
investor untuk membandingkan nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya.  Rasio PBV
ini menunjukan berapa banyak pemegang saham yang membiayai aset bersih perusahaan.

PBV atau Price to Book Value (Rasio Harga terhadap nilai Buku) ini dapat dihitung dengan
membagikan Harga per lembar Saham perusahaan yang bersangkutan dengan nilai buku per
lembar saham (Book Value per Share).
Analisis

Dalam laporan keuangan tahun 2018, ADHI memiliki PBV lebih besar dibandingkan dengan
PBV WSKT. Meskipun PBV WSKT dari tahun 2015 sampai 2016 mengalami penurunan dan
baru pada tahun 2017-2019 trus mengalami kenaikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahun
2015-2018 banyak pemegang saham yang membiayai aset bersih perusahaan selalu bisa
dikurangi, tetapi pada tahun 2017 pemegang saham yang membiayai aset bersih perusahaan terus
meningkat.

4. ROA (Return on Assets)

Pengertian

Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Tingkat Pengembalian Aset
adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh
perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata
lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang mengukur seberapa
efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu
periode.

ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset ini dihitung dengan cara membagi laba
bersih perusahaan (biasanya pendapatan tahunan) dengan total asetnya dan ditampilkan dalam
bentuk persentase (%). Ada dua cara umum dalam menghitung ROA yaitu dengan menghitung
total aset pada tanggal tertentu atau dengan menghitung rata-rata total aset (average total assets). 

Analisis

Dalam laporan keuangan tahun 2017, WSKT memiliki ROA terbesar dibandingkan dengan ROA
ADHI. Meskipun ROA ditahun 2018-2019 masing-masing perusahaan mengalami penurunan,
namun perusahaan WSKT lebih baik profibalitasnya dibandingkan dengan ADHI karna ROA
WSKT di tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 1,34% sedangkan ROA ADHI mengalami
naik turun..

5. ROE (Return on Equity)


Pengertian
Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah rasio profitabilitas yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di
perusahaan tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang
dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang
saham.
Rasio Return on Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang
saham. 
Analisis
Dalam laporan keuangan tahun 2017, WSKT memiliki ROE terbesar dibandingkan dengan ROE
ADHI. Dilihat dari laporan keuangan 5 tahun, ROE WSKT dari tahun 2015 sampai 2017
mengalami turun naik, ini berarti persentase banyak keuntungan yang dapat dihasilkan oleh
perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham mengalami
kenaikan dan penurunan . Ini bisa dibuktikan juga dengan pembagian dividen yang meningkat
dari tahun 2015-2017, yaitu tahun 2015 : Rp 10,311597/ lembar, tahun 2016 : Rp Rp 15,43914/
lembar dan tahun 2017 : Rp 37,87/ lembar. Sedangkan di tahun 2014 ke 2015 mengalami
penurunan, ini bisa dilihat dari kurva dan juga besarnya pembagian dividen yang menurun, yaitu
dari Rp 11,463381/ lembar menjadi Rp 10,311597/ lembar.

6. DER (Debt to Equity Ratio)

Pengertian
Debt to Equity Ratio atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Hutang terhadap Ekuitas
atau Rasio Hutang Modal adalah suatu rasio keuangan yang menunjukan proporsi relatif antara
Ekuitas dan Hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Rasio Debt to Equity ini
juga dikenal sebagai Rasio Leverage (rasio pengungkit) yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa baik struktur investasi suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki Debt to
Equity Ratio atau Rasio Hutang terhadap Ekuitas yang tinggi mungkin tidak dapat menarik
tambahan modal dengan pinjaman dari pihak lain.

Rasio Hutang Terhadap Ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER) dihitung dengan cara
mengambil total kewajiban hutang (Liabilities) dan membaginya dengan Ekuitas (Equity).
Analisis

Dalam laporan keuangan tahun 2018, WSKT memiliki DER lebih kecil dibandingkan dengan
DER ADHI. Dilihat dari laporan keuangan 5 tahun, DER WSKT dari tahun 2015 sampai 2018
mengalami naik turun, ini berarti proporsi utang perusahaan terhadap modal sendiri mengalami
naik turun. Jika dilihat dari 3 tahun terakhir DER WSKT ini selalu mengalami kenaikan. Ini
berarti proporsi utang perusahaan meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan DER ADHI
juga mengalami naik-turun dari tahun 2015-2019 . Bahkan di tahun 2019 Q9 DER ADHI
mengalami kenaikan diangka 4.01. Akan tetapi, ini belum bisa membuktikan bahwa kinerja
perusahaan ini jelek sebelum kita mengetahui tujuan peningkatan hutang-hutang tersebut.

7. NPM (Net Profit Margin)


Pengertian 
Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba Bersih
adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada suatu
perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba Bersih ini menunjukan proporsi
penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut
juga dengan Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba).
Net Profit Margin Ratio ini dapat dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan total
penjualan. 

Analisis

Dalam laporan keuangan tahun 2018, WSKT memiliki NPM terbesar dibandingkan dengan
NPM ADHI. Dilihat dari laporan keuangan ini, NPM WSKT selalu mengalami kenaikan, ini
berarti persentase laba bersih pada perusahaan terhadap penjualan bersihnya mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Diantara tahun 2016-2019 NPM paling besar terjletak di tahun
2018. Sedangkan, NPM ADHI, dari tahun 2016-2019 mengalami turun naik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa manajemen perusaaaan WSKT mengelola perusahaannya dengan efisien dan
juga sangat memperkirakan profitabilitas masa depan.
BAB III

HASIL ANALISIS
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa PT. Waskita
Karya Persero Tbk (WSKT), lebih mempunyai peluang untuk survive dari pada PT. Adhi Karya
Persero Tbk (ADHI) dikarenakan ratio-ratio dari perusahaan PT Waskita Karya Persero Tbk
umumnya memiliki ratio-ratio yang unggul dibandingkan dengan perusahaan PT. Adhi Karya
Persero Tbk. Meskipun Tidak semua ratio PT Waskita Karya (Persero) ini selalu mengalami
kenaikan, ada beberapa ratio yang mengalami naik turun secara fluktuaktif, tetapi PT Waskita
Karya (Persero) ini selalu membagikan dividen.

Anda mungkin juga menyukai