[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
106 tayangan34 halaman

Pedoman Program Promkes Dinkes

Dokumen tersebut membahas tentang pedoman program promosi kesehatan di puskesmas yang mencakup latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup, landasan hukum, dan batasan operasional. Tujuannya adalah menyediakan acuan untuk melaksanakan program promosi kesehatan yang bermutu di puskesmas.

Diunggah oleh

dede yusuf
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
106 tayangan34 halaman

Pedoman Program Promkes Dinkes

Dokumen tersebut membahas tentang pedoman program promosi kesehatan di puskesmas yang mencakup latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup, landasan hukum, dan batasan operasional. Tujuannya adalah menyediakan acuan untuk melaksanakan program promosi kesehatan yang bermutu di puskesmas.

Diunggah oleh

dede yusuf
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat,
mengemban misi untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu bagi
masyarakat. Program promosi Kesehatan di puskesmas merupakan salah satu Upaya Kesehatan
Wajib yang harus dilaksanakan oleh setiap Puskesmas sesuai dengan Permenkes tahun 75 tahun
2014.
Program promosi kesehatan di puskesmas terdiri dari kegiatan di dalam gedung dan diluar
gedung. Program promosi kesehatan didalam gedung umumnya bersifat individual, dapat
berupa pelayanan promotive, preventif, dan rehabilitative. Sedangkan program promosi
kesehatan di luar gedung umumnya pada individu,kelompok dan masyarakat dalam bentuk
promotive dan preventif.
Tujuan dari program promosi kesehatan di Puseksmas adalah agar Masyarakat tau,mau dan
mampu dalam menjalankan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di puskesmas diperlukan beberapa upaya untuk
terus berkoordinasi dengan lintas program program yang ada di Puskesmas, sehingga kegiatan
promosi Kesehatan dapat memberikan dampak yang cukup baik untuk masyarakat dalam
menjalankan PHBS. Kegiatan promosi Kesehatan yang bermutu dapat diwujudkan apabila
tersedia acuan untuk melaksanakanprogram promosi Kesehatan di Puskesmas.

B. TUJUAN

Tujuan Umum

Tersedianya acuan dalam melaksanakan program Promosi Kesehatan di Puskesmas dan


jejaringnya

Tujuan Khusus

1. Tersedianya acuan pedoman program promosi Kesehatan, peran dan fungsi ketenagaan,
sarana dan prasarana di puskesmas dan jejaringnya.
2. Tersedianya acuan untuk melaksanakan program promosi Kesehatn yang bermutu di
puskesmas dan jejaringnya
3. Tersedianya acuan bagi Tenaga Promosi Kesehatan di puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan promosi Kesehatan yang bermutu kepada indivdu, kelompok, dan
Masyarakat di puskesmas dan jejaringnya
4. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi program Promosi Kesehatan di puskesmas dan
jejaringnya
5. Tersedianya acuan dalam pencegahan keselamatan sasaran kegiatan/program dan
keselamatan kerja. (manajamen Resiko kegiatan Promkes)

C. SASARAN
1. Tenaga pelaksana Program promosi Kesehatan puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di
puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


1. Standar Tenaga
2. Standar Fasilitas
3. Tata Laksana kegiatan promkes
4. Logistik
5. Keselamatan Sasaran kegiatan dan kerja
6. Pengendalian Mutu
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Sesuai RENSTRA KEMENKES
2. IKU (INDIKATOR KINERJA UTAMA)
3. SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMAL)
4. Indikator kinerja promkes
F. LANDASAN HUKUM
1. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor: 585/Menkes/SK/V/2007
2. Keputusan Menteri Kesehtan Republik Indonesia Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010
3. Undang undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
4. Undang- undng Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan Hidup.
5. Undang- undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah.
6. Undang- undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan Sampah.
7. Peraturan pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata cara pelaksanaan kerja sama
Daerah
8. Keputusan Menteri Kesehtan Nomor 574/MENKES/SK/IV/2000 tentang kebijakan
pembangunan Kesehtan Menuju Sehat 2010
9. Keputusan Menteri Dalam negeri dan otonomi Daerah Nomor 53 Tahun 2000 tentang
Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan otonomi daerah Nomor 53 Tahun 2000 tentang
Gerakan Pemberdayaan kesejahteraan keluarga
11. Keputusan Menteri Kesehtan Nomor 1193/ MENKES/SK/X/2004 tentang kebijakan promosi
kesehtan Daerah
12. Keputusan Menteri Kesehtan Nomor 1114/MENKES/SK/VIII/2005 tentang kebijakan
Nasional promosi Kesehtan.
13. Kesepakatan bersama antara Departemen Kesehtan Republik Indonesia dengan Tim
Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan kelurarga (PKK) Nomor
1295/MENKES/SKB/XII/2004 tentang peningkatan pemberdayaan keluarga dan masyarakat
dalam pembangunan kesehatan.

BATASAN OPERASINONAL

TARGET PROMKES BERDASARKAN INDIKATOR

NO INDIKATOR SPM (2015) IKU (2017) PKP(TAHUN RENSTRA(TAHUN KINERJA


2012) 2015-2019) PROGRAM
(2017)
1 PHBS Rumah 68% 65%
Tangga
2 Desa Siaga 80% 65%
3 KIP/K 5%
4 Penyuluhan dalam 100%
gedung
5 Penyluhan Luar 100%
Gedung
6 Pembinaan PHBS 100%
institusi Kesehatan
7 Pembinaan UKBM 65%
8 Kunjungan Rumah 50%
9 Kebijakan publik 3
berwawasan
kesehtan
10 Persentase desa 70%
yang telah memilki
kebijakan PHBS
11 Persentase desa 40%
yang
memanfaatkan
alokasi dana Des
minimal 10% untuk
UKBM
12 Jumlah dunia usaha 16
yang
memanfaatkan CSR-
nya untuk program
kesehtan
13 Jumlah organisasi 12
kemasyarakatan
yang
memanfaatkan
sumber dayanya
untuk mendukung
kesehtan
14 Jumlah tema pesan 10
dalam komunikasi,
informasi dan
edukasi kepada
masyarakat

DEFINISI OPERASIONAL DARI INDIKATOR DI ATAS SEBAGAI BERIKUT

1. PHBS RUMAH TANGGA


Cakupan rumah tangga ber-PHBS adalah presentase rumah tangga yang
melaksanakan 10 indikator PHBS rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun.

2. DESA SIAGA
Cakupan Desa/ Kelurahan/ RW Siaga Aktif adalah persentase jumlah
desa/RW siaga aktif di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

3. KIP/K
Cakupan Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP/K) di Puskesmas
adalah Jumlah pengunjung yang mendapat KIP/K di klinik khusus atau klinik terpadu
KIP/K sebagai tentang Gizi, P2M, sanitasi, PHBS dan lain-lain sesuai kondisi/masalah
pengunjung sebanyak 5% pengunjung Puskesmas.

4. PENYULUHAN DALAM GEDUNG


Cakupan Penyuluhan kelompok oleh petugas di dalam gedung Puskesmas
adalah penyampaian informasi kesehatan kepada sasaran pengunjung Puskesmas (5-
30 orang) yang dilaksanakan oleh petugas, dilaksanakan 96 kali dalam satu tahun atau
rata-rata 8 kali dalam setiap bulan.

5. PENYULUHAN LUAR GEDUNG


Cakupan Penyuluhan kelompok oleh petugas di masyarakat adalah
penyampaian informasi kesehatan kepada sasaran/masyarakat (5-30 orang) yang
dilaksanakan oleh petugas, dilaksanakan 1 kali sebulan di setiap RW/ Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun (Jumlah RW/ Posyandu x 12
kali).

6. PEMBINAAN PHBS DI INSTITUSI KESEHATAN


Cakupan Institusi Kesehatan yang ber-PHBS adalah persentase institusi
kesehatan yang ber-PHBS yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun.

7. PEMBINAAN UKBM
Cakupan Pembinaan UKBM Dilihat Melalui Persentase (%)_Posyandu
Purnama dan Mandiri adalah persentase jumlah posyandu Purnama dan Mandiri yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

8. KUNJUNGAN RUMAH
Cakupan kunjungan rumah adalah persentase kegiatan KIP/K yang dilakukan
petugas Puskesmas terhadap individu/keluarga yang dilakukan di rumahnya di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

YANG HARUS DI SIAPKAN PADA PROGRAM PROMKES


1. SK sebagai penangunggung jawab promkes
2. Pedoman pelaksanaan promkes di puskesmas
3. Uraian tugas
4. RUK
5. RPK
6. RENJA Tahunan
7. Renja Bulanan
8. Bahan dan media promkes
9. SOP
10. Visum hasil kegiatan

PELAKSANAAN PROGRAM PROMKES

1. DESA SIAGA

N KRITERIA YANG PRATAMA MADYA PURNAM MANDIRI SK KETERANGAN


O DI PANTAU A OR
1 FORUM DESA Ada , blm Ada, Ada,berj Ada, Dianggap
/KELURAHAN berjalan berjalan alan berjalan berjalan
tetapi setiap setiap minimal/perte
belum triwulan bulan muan forum
rutin Desa/
setiap Kelurahan di
triwulan laksanakan
1 Pertemuan forum Ada Setiap Setiap Setiap Lihat
Desa/ kelurahan pertemua tiga tiga bulan, dokument
membahas n belum bulan bulan, rutin notulen
masalah dan rutin tapi rutin kegiatan
pemecahan belum forum Desa
masalah secara rutin
berkala
2 Struktur Ada 1 dari Ada 2 Ada 3 Ada Lihat
organisasi forum 4 unsur dari 4 dari 4 struktur, organigram,
Desa /kelurahan (strukutur unsur unsur SK, dokument SK,
SK, (struktu (strukututupoksi tupoksi dan
tupoksi r r, SK, dan uraian tugas.
uraian ,SK,tupo tupoksi, uraian Kriteria
tugas ksi, uraian tugas Desa/Keluraha
uraian tugas) yang n siaga aktif
tugas) jelas
3 Rencana Ada Ada Ada Ada Lihat
kegiatanTahunan rencana rencana rencanan rencana dokument
kegiatan kegiata kegiatan kegiatan rencana
tahunan n tahunan tahunan kegiatan
memuat tahunan memuat memuat tahunan
rencana memuat rencana rencanan .kriteia Desa /
kegiatan rencana 5-6 kegiata kelurahan
1-2kriteria kegiata kriteria 7-8 siaga aktif
n 3-4 kriteria
kriteria
4 Rencanan Ada Ada Ada Ada Lihat
kegiatan bulanan rencana rencana rencana rencana dokumen
kegiatan kegiata kegiatan kegiatan rencana
bulanan, n bulanan bulanan kegiatan
tidak rutin bulanan selama 8 selama 12 bulanan
di buat selama bulan bulan
4 terahir terakhir
bulanan
terahir
5 Penyuluhan 1-3kali 4-7 kali 8-11kali Lebih Lihat daftar
langsung kepada atau hadir/ agenda
masyarakat sama kerja, notulen.
dengan Kegiatan
12 kali minimal dalam
satu tahun
terakhir.
6 Penyuluhan tidak 1 media 2 media 3 media Lebih Radio, media
langsung (melalui atau tradisional,
media) sama leaflet,poster,
dengan 4 lembar balik,
spanduk, dll
7 Pencatatan/doku Pencatata Pencata Pencatat Pencatat Lihat
mentasi kegiatan n/ tan/ an/ an/ dokumen,not
dokument dokume dokumen dokumen ulen, buku
asi ntasi tasi tasi kerja, laporan
kegiatan kegiata kegiatan kegiatan kegiatan.
mencakup n mencaku mencaku Kriteria
1-2 kriteri mencak p 5-6 p 7-8 desa/keluraha
up 3-4 kriteria kriteria n siaga aktif
kriteria

8 Laporan kegiatan Laporan Laporan Laporan


kegiatan kegiata kegiatan Laporan Lihat laporan
mencakup n mencaku kegiatan kriteria
1-2 kriteria mencak p 5-6 mencaku desa/keluraha
up 3-4 kriteria p 5-6 n siaga aktif
kriteria mriteria

N INDIKATOR KEGIATAN PELAKSNAAN


O
1 DESA SIAGA  Petugas promkes mensosialisasikan Desa Siaga
kepada Lintas program yang ada di puskesmas
melalui lokmin staf atau staf meeting
 Petugas promkes bersama kepala puskesmas dan
petugas lain nya mensosialisasikan Desa siaga kepada
lintas sektor ( camat, lurah, kepala Desa, RT/RW
kader)
 Petugas promkes bersama Kepala Desa membentuk
Forum masyarakat Desa(FMD) yang di tetapkan
dengan SK Forum Desa Siaga.
 Petugas promkes dan Tim mengadakan pelatihan
kader Desa Siaga.
 Petugas promkes dan Tim membentuk kader
penanggung jawab masing masing Pokja Kesehatan :
- Pokja kesehtan ibu dan anak
- Pokja surveilens
- Pokja PHBS
- Pokja Kesehatan Lingkungan
- Pokja Gizi
- Penanggulangan Bencana
 Petugas Promkes dan tim pembina dari Puskesmas
bersama kader kesehatan mengadakan SMD
 Mengadakan MMD untuk membahas temuan pada
waktu SMD serta membahas tindak lanjut untuk
mengatasi masalah yang di temukan
 Monitoring dan evaluasi kegiatan Desa siaga dari 8
indikator.
 Seluruh kegiatan di dokumentasikan

2. PHBS RUMAH TANGGA

NO INDIKATOR KEGIATAN PROSEDUR PELAKSANAAN


1 PHBS RUMAH TANGGA a. Sosialisasi
 Sosialisasi di kelompok PKK yaitu kader Dasawisma, PKK-RT,
PKK-RW,PKK Dusun/lingkungan dab KK Desa/kelurahan
 Ketua RT, ketua RW, ketua Dusun, ketua lingkungan , kader,
tokoh masyrakat, karang taruna, dan sebgaianya yang ada di
Desa /kelurahan
 Kader Dasa Wisma/kader Posyandu/kader pemberdayaan
Masyrakat misalnya ormas, organisasi pemuda, LSM,
Mahasiswa dll. Yang akan terlibat dalam pembinaan PHBS
Rumah tangga
b. Pengumpulan Data
 Pendataan menyeluruh seluruh rumah tangga /total
populasi. Pengumpulan data di lakukan oleh kader . cara ini
adalah yang terbaik karena akan mendapat data yang
menyeluruh sebagai dasar intervensi/ pembinaan .
 Pendataan PHBS rumah tangga secara bertahap . cara ini di
pilih bila pengumpulan data secara menyeluruh tidak
memungkinkan karena keterbatasan sumber daya khusus
nya biaya.
C Pengolahan data
 Rekapitulasi hasil pengumpulan data

 Setiap rumah tangga akan di klasifikasikan sebagai Rumah


tangga ber-PHBS atau Rumah tangga tidak ber-PHBS.
Klasifikasi rumah tangga ber-PHBS adalah apabila rumah
tangga tersebut memenuhi 7 indikator PHBS dn 3 indikator
GHS.
 Dari data yang di kumpulkan juga dapat di ketahui
presentase dari tiap-tiap indikator PHBS (indikator Tunggal
PHBS), sehingga dapat di gunakan sebagai data dasar untuk
melakukan intervensi pembinaan pada indikator PHBS yang
persentasenya masih rendah.

DOKUMENTASI HASIL KEGIATAN PROMKES PUSKESMAS

NO JENIS KEGITAN DOKUMENTASI HASIL KEGIATAN


1 PENDATAAN PHBS RUMAH TANGGA  SOP
 Hasil pendataan PHBS rmh
tangga
 Rekapan hasil pendataan
PHBS rumah tangga
2 DESA SIAGA  SOP
 Bukti pembentukan FMD
( daftar hadir, foto foto
kegiatan)
 Bukti pelatihan Kader desa
Siaga ( daftar hadir peserta
pelatuhan, foto foto
kegitan)
 Hasil monitoring dan
evaluasi kegiatan Desa
Siaga dari 8 indikator

3 KIP/K  SOP
 Ruang KIP/K
 Buku Register KIP/K
 Hasil rekapan KIP/K
perbulan
4 PENYULUHAN DALAM GEDUNG  SOP
 SAP & materi penyuluhan
 Jadwal penyuluhan
terpampang di mading
puskesmas
 Daftar hadir peserta yg di
beri penyuluhan
 Foto foto kegiatan
 Rekapan bulanan hasil
penyuluhan dalam gedung
5 PENYULUHAN LUAR GEDUNG  SOP
 SAP & materi penyuluhan
 Daftar hadir peserta
penyuluhan
 Foto foto kegiatan
 Rekapan hasil penyuluhan
6 PEMBINAAN PHBS DI INSTUTUSI  SOP
KESEHATAN  Data institusi kesehatan di
wilayah kerja
 Rekapan hasil pendaatan
PHBS di institusi kesehatan
 Foto kegiatan
7 PEMBINAAN UKBM  SOP
 Data jumlah posyandun di
wilayah kerja
 Data hasil pembinaan
posyandu
 Daftar hadir hasil
pembinaan
 Foto foto kegiatan
8 KUNJUNGAN RUMAH  SOP
 Jumlah data sassaran yang
akan di lakukan kunjungan
Rumah
 Buku register hasil
kunjungan rumah
 Rekapan hasil kunjungan
rumah perbulan
 Foto foto hasil kunjungan
rumah

LAPORAN HASIL KEGIATAN PROMKES

Kegiatan promkes di laporkan setiap bulan di SP3 LB4.

Semua kegiatan promkes hrus di laporkan di seksi promosi kesehatan Dinas Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi kesehatan Puskesmas
adalah tenaga (Sumber Daya Manusia atau SDM), pengelolaan Promosi Kesehatan hendaknya di
lakukan oledalam memberikan informasi atau konseling. Jiika ketrampilan ini ternayata belum
dimiliki, maka harus di selenggarakan program pelatihan/kursus.
Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah di sebutkan bahwa standar tenaga khusus promosi
kesehatan untuk Puskesmas adalah sebagai berikut:
- D3 Kesehatan , minat dan bakat di bidang promosi kesehatan
- Memiliki ijazah
- Diklat jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakt bagi tenaga promkes terampil
- Diklat teknis Penyuluh Kesehatan Masyarakat
- Diklat teknis Desa Siaga
- Pelatihan upaya kesahatan berbasis masyarakat (UKBM)

Tenaga sebagai penanggung jawab program promosi Kesehatandi Puskesmas yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

A. Tugas Pokok
Membantu kepala puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
khususnya di program promosi kesehatan
B. Fungsi
Merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, memantau, menganalisa, dan mengevaluasi
program promosi Kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas
C. Kegiatan
a. Dalam gedung

Yang di maksud dengan promosi Kesehatan di dalam gedung puskesmas adalah promosi
kesehatan yang di laksanakan di lingkungan dan gedung puskesmas seperti di tempat
pendaftaran, poliklinik, ruang perawatan, laboraturium, kamar obat, tempat
pembayaran dan halaman puskesmas.

Kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas di laksanakan sejalan dengan


pelayanan yang di selenggarakan Puskesmas. Berikut ini rincian keterangan bentuk
kegiatan promosi kesehatan yang dapat di lakukan di dalam gedung puskesmas.

1. Pengelolaan program promosi Kesehatan


a. Melaksanakan perencanaan program
b. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
c. Melaksanakan pemantauan wilayah setempat (PWS)
d. Melaksanakan promosi kesehatan kepada pengunjung Puskesmas
e. Membuat jadwal penyuluhan di pelayanan puskesmas
2. Pelayanan promosi kesehatan di puskemas
a. Melaksanakan penyuluhan kelompok pada pengunjung puskesmas
b. Melaksanakan pelayanan Kilinik KIP/K ( kegiatan dalam Gedung)
c. Memberikan penyuluhan kepada pengunjung puskesmas.
3. Koordinasi lintas program
a. Mengikuti pertemuan staf
b. Mengikuti lokakarya mini puskesmas
b. Luar gedung
1. Promosi kesehatan
a. Melaksanakan penyuluhan kelompok
b. Melaksanakan kunjungan rumah
c. Penatalaksanaan dari hasil KIP/K
d. Melaksanakan konseling
e. Pembagian media promkes Kesehatan sesuai kebutuhan di masyarakat
f. Pemasangan spanduk
g. Promosi kesehatan melalui pendekatan individu, kelompok.
h. Penggerakan dan pengorganisasian masyarakat
2. Berkoordinasi dengan Lintas sektoral
3. Pembinaan UKBM
a. Melaksanakan pembinaan kepada Kader Posyandu
b. Melaksanakan pembinaan kepada sekolah, (PAUD, TK, SD, SMP, SMA)
c. Melaksanakan pembinaan pada Saka Bakti Husada
d. Melaksanakan Pembinaan pada Desa siaga
c. Pengembangan (disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki oleh
masing-masing daerah.
PELAKSANAAN PROMKES UKM ( UPYA KESEHATAN MASYARAKAT)

Pelaksanaan promkes UKM adalah pelaksanaan program promkes yag berorientasi pada masyarakat.
Dimana kegiatan ini banyak di laksanakan di luar gedung puskesmas.

Tujuan dari kegiatan promkes UKM adalah mengetahui masalah dan kebutuhan dan harapan
masyarakat untuk di jadikan satu acuan kegiatan di UKM.

B. PERAN LINTAS PROGRAM DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN


1. DI DALAM GEDUNG
a. Dokter
 Berperan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta menegakkan diagnosis
medis pada pasien
 Menentukan pilihan tindakan, pemeriksaan laboratorium, dan perawatan
 Menentukan terapi obat dan preskripsi diet awal bekerjasama dengan TPG
 Melakukan pemantauan dan evaluasi tindakan
 Koordinasi dengang petugas ruang konseling KIP/K terkait kebutuhan klien
 Melakukan rujukan
2. Perawat/bidan
Berperan sebagai penanggung jawab asuhan keperawatan/kebidanan yang mempunyai
tugas dan fungsi dalam memberikan KIP/K sebagai berikut:
 Melakukan skrining awal dalam rangka membantu menentukan apakah pasien/klien
membutuhkan konseling
 Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan
 Melaksanakan tindakan dan perawatan sesuai instruksi dokter
 Memotivasi pasien dan keluarga agar pasien/klien melaksanankan PHBS
 Melakukan pemantauan dan evaluasi pada hasil asuhan keperawatan
3. Petugas Obat
 Mendiskusikan keadaan atau hal-hal yang dianggap perlu dengan tim, termasuk
interaksi obat dan kesehatan
 Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan parenteral
oleh pasien/klien Bersama perawat
 Jika perlu, menggantikan bentuk obat dari jenis yang sama sesuai dengan
persetujuan dokter
 Bersama dengan tenaga Promkes memberikan pendidikan atau penyluluhan
tentang reaksi dan efeksamping obat
4. Analis Laboratorium
 Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan permintaan dokter
 Bekerjasama dengan dokter dan perawat untuk pemeriksaan laboratorium
 Bertanggung jawab pada hasil pemeriksaan laboratorium
 Bekerjasama dengan petugas promkes dalam memberikan informasi tentang PHBS

A. DILUAR GEDUNG
1. Bidan Desa
 Pendataan sasaran penduduk di wilayah kerjanya
 Pendataan Jumlah Kader kesehatan
 Pendataan Jumlah UKBM yang ada di wilayah Kerja
 Melakukan pemantauan kunjungan rumah hasil KIP/K pelayanan dalam Gedung
 Bekerjasama dengan petugas Promkes dalam penyebarluasan media Promosi
Kesehatan
2. Petugas Promkes
 Advokasi, dan sosialisasi kepada lintas sektor diwilayah puskesmas
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai PHBS
 Melakukan musyawarah masyarakat desa
3. Petugas Survelens
 Memberikan informasi terkait kajian pola dan perkembangan penyakit yang terjadi
di wilayah puskesmas yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat
4. Petugas TB
 Penemuan pasien TB
 Melakukan kunjungan rumah pada masyarakat terkena penyakit TB
 Membantu petugas promkes dalam penyebarluasan isi media promkes terkait
dengan penyakit TB dan PHBS
5. Petugas Imunisasi
 Melakukan imunisasi pada balita sasaran di Posyandu
 Bekerjasama dengan petugas promkes dlm penyebarluasan media promkes
 Bekerjasama dengan petugas promkes dlm merencakan penyuluhan

6. Petugas Gizi
 Melakukan konseling Gizi kepada Masyarakat
 Bekerjasama dengan petugas promkes dlm perencanaan pembuatan media
promkes
 Bekerjasama dengn petugas promkes dalam perencanaan media promkes dan
pemeberian penyuluhan kesehatan
 Bekerjasama dengan petugas promkes dalam pelaksanaan KIP/K

B. PERAN LINTAS SEKTOR


1. Kader
 Membantu dalam penyebarluasan informasi kesehatan
 Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam rangka
meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga, membuat tempat
bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu, memberikan penyuluhan tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
 Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk
menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan dukungan agar
Posyandu terus berjalan dengan baik.
 Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk membahas
kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan sebagai bahan menyusun
rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya
2. PKK
 Membantu dalam penyebarluasan informasi kesehatan
 Menggerakan masyarakat
3. Perangkat Desa
 Melaksanakan perencanaan anggaran
 Menggerakan masyarakat
4. Camat
 Menyusun dana atau merevisi berbagai kebijakan khususnya program promkes
 Koordinasi dalam pelaksanaan kebijakan
 Menggerakan masyarakat

C. JADWAL KEGIATAN
BAB III
STANDAR FASILITAS

I. STANDAR FASILITAS

STANDAR FASILITAS DALAM GEDUNG

A. Ruang KIP/K

Tersedianya ruang KIP/K untuk pelaksanaan konseling. Ruang KIP/K ini berfungsi untuk
konseling hasil rujukan dari poli. Petugas promkes membuat jadwal untuk pelaksanaan Konseling di
ruang KIP/K. Dalam pelaksanaan dan yang memberikan pelayanan di ruang KIP/K adalah seluruh
lintasprogram terkait. Yang harus ada di runag konseling KIP/K adalah:

 Jadwal Konseling
 Media penyuluhan( lembar balik, lefalet, poster, media media promkes lainnya yang
di butuhkan.)
 Buku register pengunjung ruang KIP/K

B. PENYULUHAN DALAM GEDUNG PUSKESMAS

Kegiatan penyuluhan dalam gedung puskesmas bertujuan untuk menyampaekan informsi kesehatan
terhadap pengunjung puskesmas.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Pelayanan gizi di dalam gedung
a. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan kuratif
serta rehabilitasi baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam Puskesmas.
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu pelayanan gizi rawat
jalan dan pelayanan gizi rawat inap. Berikut adalah uraian mengenai pelayanan gizi di rawat
jalan dan rawat inap
1) Pelayanan gizi rawat jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a) Pengkajian gizi
b) Penentuan diagnosis gizi
c) Intervensi gizi
d) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien beresiko masalah gizi. Apabila
tenaga kesehatan menemukan pasien beresiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk
untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengkajian gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui
pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.
2. Penentuan diagnosis gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan
respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi Puskesmas seharusnya
bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi
dengan profesi lain di Puskesmas dalam memberikan layanan
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor
penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang
lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada buku pedoman proses asuhan gizi
terstandar, kementerian kesehatan RI, 2014 atau di buku pedoman asuhan gizi di
Puskesmas, WHO dan kementerian kesehatan RI, 2011
3. Pelaksanaan intervensi gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
4. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi rawat jalan
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan,
keberhasilan pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara:
a. Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi
b. Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana diet
yang telah ditetapkan
c. Mengidentifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative
d. Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai
e. Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta

2. Pelayanan gizi rawat inap


Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup penyelenggaraan pemberian makan
pasien, pemantauan asupan makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila
diperlukan. Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan, perubahan diet dan
konseling
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga
kesehatan Puskesmas untuk menetapkan pasien beresiko masalah gizi atau tidak. Skrining gizi
setidaknya dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk rawat inap. Pasien yang
beresiko masalaah gizi antara lain adalah pasien gizi kurang/buruk dengan komplikasi medis,
pasien dengan kondisi khusu seperti diabetes mellitus, hipertensi, dll
Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inap di Puskesmas rawat iap apabila
di Puskesmas sudah ada tenaga atau tim asuhan gizi yang dilatih tatalaksana anak gizi buruk
(TAGB) serta mempunyai sarana dan prasarana perawatan yang memadai untuk anak gizi buruk.
Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien beresiko masalah gizi, maka pasien akan
memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengkajian gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.
b. Penentuan diagnosis gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon
pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi Puskesmas seharusnya bisa menegakkan
diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di
Puskesmas dalam memberikan layanan
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab, serta
tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat
merujuk pada buku pedoman proses asuhan gizi terstandar, kementerian kesehatan RI, 2014
atau di buku pedoman asuhan gizi di Puskesmas, WHO dan kementerian kesehatan RI, 2011
c. Pelaksanaan intervensi gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah
perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi rawat inap
Setelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai dari pengkajian gizi, penentuan
diagnosis gizi, dan pelaksanaan intervensi gizi, kegiatan berikutnya adalah monitoring
evaluasi asuhan gizi. Kegiatan utama dari monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah
memantau pemberian intervensi secara berkesinambungan untuk menilai kemajuan
penyembuhan dan status gizi pasien.
2. Pelayanan gizi di luar gedung
a. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung
Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya diluar
gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di
luar gedung ditekankan kea rah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka
upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain
1) Edukasi gizi/pendidikan gizi
Tujuannya adalah untuk menguba pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
mengacu pada pedoma gizi seimbang (PGS) dan sesuai dengan resiko/masalah gizi.
Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
2) Konseling ASi ekslusif
Tujuannya adalah:
a) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga sehingga bayi baru lahir
segera diberikan inisiasi menyusu dini (IMD) dan meneruskan ASI ekslusif sampai
bayi berusia 6 bulan
b) Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai diperkenalkan makanan
pendamping ASI (MP-ASI)
c) Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia 24 bulan
Sasarannya adalah ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yang mempunyai anak usia 0-24
bulan
3) Konseling gizi melalui pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (posbindu PTM)
Tujuannya adalah mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM berbasis masyarakat
sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan masyarakat agar masyarakat dapat mawas
diri (awareness) terhadap faktor resiko PTM. Sasarannya adalah masyarakat sehat,
beresiko dan penyandang PTM berusia >15 tahun
4) Pengelolaan pemantauan pertumbuhan di Posyandu
Tujuannya adalah untuk memantau status gizibalita menggunakan KMS (Kartu Menuju
Sehat) atau buku KIA. Sasarannya adalah kader Posyandu
5) Pengelolaan pemberian kapsul vitamin A
Tujuannya adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin A
melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga
kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik. Sasarannya
adalah bayi, balita, dan ibu nifas
6) Pengelolaan pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri, ibu hamil dan
ibu nifas
Tujuannya adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok
masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu remaja putri, ibu hamil dan ibu
nifas melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi. Sasarannya adalah ibu hamil dan ibu
nifas
7) Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja putri dan WUS
Tujuannya adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi besi
pada kelompok sasaran. Sasarannya adalah remaja putri, WUS
8) Pengelolaan pemberian MP-ASI dan PMT-pemulihan
9) Pemulihan gizi berbasis masyarakat (PGBM)
Tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi balita. Sasarannya adalah balita gizi
buruk tanpa komplikasi
10) Survailens gizi
Tujuannya adalah:
a) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran masalah gizi dan
perkembangan di masyarakat
b) Tersediannya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab
masalah gizi dan faktor-faktor terkait
c) Tersediannya informasi kecenderungan masalah gizi disuatu daerah
d) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan (bentuk,
sasaran, dan tempat)
Sasarannya adalah bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui,
pekerja, serta lansia
11) Pembinaan gizi di institusi
Tujuannya adalah memperbaiki status gizi anak sekolah. Sasarannya adalah peserta
didik PAUD, taman kanak-kanak/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, pondok pesantren dan
sederajat
12) Kerjasama lintas sektor dan lintas program
Tujuannya adalah meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi ditingkat
Puskesmas melalui kerjasama lintas sector dan lintas program. Sasarannya adalah seksi
pemberdayaan masyarakat kantor camat, penyuluh pertanian lapangan, juru penerang
kecamatan, TP PKK, dinas pendidikan, kepala desa/kelurahan, program KIA, bidan
koordinator, tenaga sanitarian, tenaga kesehatan, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dll

B. METODA
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di puskesmas dipergunakan metode yang terdiri dari:
1. Tatap muka langsung dapat melalui konseling, dan penyuluhan
2. Kunjungan rumah kepada sasaran rawan gizi yaitu balita, ibu hamil, dan ibu nifas
3. Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan UKBM seperti posyandu, posbindu, UKS,
dll
BAB V
LOGISTIK

Logistik Program Gizi merupakan komponen yang penting dalam program pencegahan dan
penanggulangan kekurangan gizi agar kegiatan program dapat dilaksanakan dengan baik di puskesmas.
Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan logistik dengan baik sehingga ketersediaan dan kualitasnya
terjamin. Adapun pengelolaan logistik meliputi: perencanaan, pendistribusian serta pencatatan dan
pelaporan. Jenis logistik yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program gizi adalah:

a. Vitamin A Biru (100.000 IU)


b. Vitamin A Merah (200.00 IU)
c. Tablet tambah darah (ferrosulfate)
d. Iodina test
e. PMT-P balita dan ibu hamil
1. Perencanaan Kebutuhan Logistik
a. Perhitungan sasaran
Sasaran kegiatan suplementasi vitamin A adalah bayi (6-11 bulan), anak balita (12-59 bulan),
dan ibu nifas sedangkan tablet fe adalah remaja putrid dan ibu hamil yang jumlahnya harus
diketahui secara tepat. Hal ini sangat diperlukan dalam perencanaan untuk mencegah
terjadinya kekurangan atau sebaliknya kelebihan jumlah logistik yang disediakan. Untuk
mengetahui jumlah sasaran dapat dilakukan melalui perhitungan konsep wilayah kerja. Data
sasaran bayi, anak balita, remaja putri, ibu hamil dan ibu nifas merupakan sasaran riil
ditingkat desa/kelurahan. Data sasaran di tingkat puskesmas merupakan rekapitulasi data
sasaran dari tingkat desa/kelurahan dan digunakan untuk mengajukan kebutuhan logistik ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
b. Perhitungan kebutuhan
Untuk menghitung kebutuhan logistik sebaiknya berdasarkan sasaran riil data tahun lalu
dikalikan dua periode (untuk vitamin A), dikalikan 52 tablet (untuk rematri), dan dikalikan 90
tablet (untuk ibu hamil) dan ditambah dengan kebutuhan tidak terduga sebesar 10% dan
dikurangi dengan stok yang ada.
Contoh :
 Perhitungan kebutuhan vitamin A pada Bayi:
((Jumlah sasaran bayi 6-11 bulan X 1 kapsul X 2 periode) + Kebutuhan tidak terduga
(10%)) - stok
 Perhitungan kebutuhan vitamin A pada Balita:
((Jumlah sasaran balita 12-59 bulan X 1 kapsul X 2 periode) + Kebutuhan tidak terduga
(10%)) - stok

 Perhitungan kebutuhan vitamin A pada Ibu Nifas


((Jumlah sasaran ibu nifas X 1 kapsul X 2 kapsul) + Kebutuhan tidak terduga (10%)) -
stok

 Perhitungan kebutuhan tablet Fe pada remaja putri


((Jumlah sasaran remaja putri X 52 tablet) + Kebutuhan tidak terduga (10%)) - stok

 Perhitungan kebutuhan tablet Fe pada Ibu Hamil


((Jumlah sasaran ibu hamil X 90 tablet) + Kebutuhan tidak terduga (10%)) - stok

2. Penyimpanan dan Pendistribusian


Kapsul vitamin A termasuk dalam katagori obat yang stabil dari vaksin. Penyimpanan kapsul
Vitamin A sebaiknya menghindari tempat yang panas dan sinar matahari langsung karena dapat
merusak kandungan vitamin A dalam kapsul. Kapsul Vitamin A disimpan di gudang farmasi dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Cara penyimpanan kapsul Vitamin A yang benar adalah:
 Jauhkan dari sinar matahari langsung
 Simpan ditempat sejuk, kering dan tidak lembab
 Vitamin A tidak perlu disimpan dalam lemari es/freezer
 Tutup rapat botol kemasan. Vitamin A dalam botol kemasan yang belum dibuka dapat bertahan
selama 2 tahun. Bila kemasan sudah dibuka, kapsul di dalamnya harus digunakan paling tidak
dalam jangka waktu 1 tahun.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di puskesmas, salah satu upaya peningkatan mutu pelayanan adalah
dengan pengaturan keselamatan pasien melalui penerapan manajemen resiko dalam seluruh aspek
pelayanan yang disediakan. Manajemen resiko meliputi resiko terhadap sasaran kegiatan/pasien, resiko
terhadap petugas pelaksana kegiatan, resiko terhadap lingkungan, termasuk resiko kerugian secara
keuangan.
Dalam pelaksanaan pelayanan gizi resiko yang mungkin timbul adalah:
1. Dalam Gedung
a. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Rencana
No Resiko yang mungkin timbul Penyebab
Pencegahan
1 Kesalahan dalam
menentukan status gizi
2 Kesalahan dalam pemberian
konseling diet
3 dll
b. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Rencana
No Resiko yang mungkin timbul Penyebab
Pencegahan
1 Kesalahan dalam
menentukan status gizi
2 Kesalahan dalam pemberian
diet
3 Keracunan makanan
4 dll

2. Luar Gedung
Resiko yang Rencana
No Kegiatan Penyebab
mungkin timbul Pencegahan
1 Pemantauan pertumbuhan Balita terjatuh Tidak ada Petugas di meja
posyandu pada saat petugas yang pengukuran 2
ditimbang menjaga orang
Balita terkena Tiang dacin tidak Menjalankan 9
ujung dacin diikat langkah
Petugas tertimpa Dacin tidak penimbangan
dacin dipasang
ditempat kokoh
Kesalahan dalam Dacin tidak layak Dacin di
menentukan pakai tera dengan
status rutin min 1 kali
pertumbuhan setahun
2 Pemberian vitamin A Sasaran menolak
Sarana rusak
3 Pemberian Fe Sasaran menolak
Obat tidak
diminum
Efek samping
obat
4 Pemberian PMT-P Tidak tepat
sasaran
PMT-P tidak
dimakan
Sarana PMT-P
rusak
Diare
5 Pelacakan gizi buruk Keluarga
menolak
Tidak ada
ditempat
6 dst
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk memastikan pelayanan gizi sesuai dengan pedoman, maka perlu dilakukan pengendalian mutu
dengan menetapkan indikator atau parameter objektif yang dapat dipahami dan diterima oleh semua
pihak. Dengan menggunakan indikator tersebut diharapkan dapat dikendalikan mutu pelayanan
program gizi.
Adapun indikator yang digunakan dalam pengendalian mutu pelayanan program gizi adalah:
A. Indikator Input
1. Tenaga pelaksana gizi puskesmas berlatar belakang pendidikan gizi minimal D3
2. Jumlah kader aktif minimal 5 orang per posyandu
3. Jumlah kader terlatih minimal
4. Tersedianya sarana antropometri
5. Tersedianya sarana KIE (food model, leaflet, KMS, dll)
6. Tersedianya biaya operasional pelayanan gizi
B. Indikator Proses
1. Frekuensi pelacakan gizi buruk
2. Frekuensi pembinaan ke posyandu
3. Frekuensi penyuluhan gizi
C. Indikator Output
1. Cakupan ASI Ekslusif 44%
2. Cakupan D/S 85%
3. Cakupan Gizi Buruk <0.0017%
4. Cakupan Bumil Anemia <20%
5. Cakupan Bumil KEK <15%
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan gizi merupakan acuan bagi pelaksanaan pelayanan gizi di puskesmas …………dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik didalam gedung maupun luar gedung yang telah
disesuaikan dengan kondisi puskesmas.

Selain bagi tenaga gizi, pedoman ini dapat digunakan pengelola program lain, dan bagi puskesmas
terutama dalam menyusun perencanaan termasuk, alokasi biaya yang diperlukan, pelaksana kegiatan,
dan penilaian terhadap hasil kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai