ASKEP KEL 4B RUANG HCU RSUP Dr. Sardjito
ASKEP KEL 4B RUANG HCU RSUP Dr. Sardjito
Disusun oleh :
Kelompok 4B
Fajar Nur Azizah (P07120217020)
Fathina Djuanisa R. (P07120217021)
Rizka Cindy Arina Putri (P07120217033)
Yuliana Fajarsari (P07120217039)
OLEH :
Kelompok 4B
Fajar Nur Azizah (P07120217020)
Fathina Djuanisa R. (P07120217021)
Rizka Cindy Arina Putri (P07120217033)
Yuliana Fajarsari (P07120217039)
OLEH :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan ini dengan baik. Laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini
penulis susun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik IX (Keperawatan Gawat
Darurat).
Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini penulis
mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan saran serta dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Joko
Susilo, SKM., M. Kes.
2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta, Bapak Bondan Palestin, SKM., M. Kep., Sp. Kom.
3. Ketua Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Maryana, S. SiT., S. Psi., S. Kep.,
Ns., M. Kep.
4. Dosen Koordinator Praktik Klinik IX (Keperawatan Gawat Darurat), Bapak
Maryana, S. SiT., S. Psi., S. Kep., Ns., M. Kep.
5. Dosen Pembimbing Praktik Klinik IX (Keperawatan Gawat Darurat), Ibu Rosa
Delima Ekwantini, S. Kp., M.Kes.
6. Pembimbing Lapangan di Ruang HCU RSUP Dr. Sardjito, Ibu Nurhidayati, S,
Kep., Ns.
7. Teman-teman anggota kelompok
8. Teman-teman Kelas Sarjana Terapan Keperawatan
Penulis berharap semoga laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan dengan
judul “Laporan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan pada
Pasien dengan Efusi Pleura Masif di Ruang HCU RSUP Dr. Sardjito” dapat
memberikan informasi dan menjadi acuan, petunjuk, dan pedoman kepada para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan
pleura yang abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi
yang berlebihan (Medical Science, Nusantara Medical Science Jurnal, 2018).
Menurut WHO (2014), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang
dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat di
seluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia. WHO memperkirakan 20% penduduk kota
dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor,
sehingga banyak penduduk yang berisiko tinggi terkena penyakit paru dan
saluran pernapasan seperti efusi pleura.
Menurut WHO (2014), efusi pleura terjadi pada 30 % penderita TB
paru dan merupakan penyebab morbiditas terbesar akibat TB ekstra paru.
Penderita dengan Efusi pleura banyak di temui pada kelompok umur 44-49
tahun keatas (30,7%), serta lebih banyak terjadi pada laki-laki (54,7%)
dibandingakn perempuan (45,3%). Tingginya insiden efusi pleura disebabkan
oleh TB paru dan Tumor paru.
Efusi menunjukkan tanda dan gejala yaitu sesak nafas, bunyi pekak
atau datar saat perkusi di area nyang berisi cairan, bunyi nafas minimal atau
tak terdengar dan pergeseran trachea menjauhi tempat yang sakit. Umunya
pasien datang dengan gejala sesak nafas, nyeri dada, batuk dan demam. Pada
pemeriksaan fisik dapat di temukan abnormalitas dengan bunyi redup pada
perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada
auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto toraks dapat di
gunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura (Baughman, 2000
dalam Khairani dkk, 2012).
Dampak yang terjadi jika efusi pleura tidak segera di tangani yaitu
menyebabkan terjadinya atelektasis pengembangan paru yang tidak sempurna
yang di sebabkan oleh penekanan akibat penumpukan cairan pleura, fibrosis
paru dimana keadaan patologis tedapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang
berlebihan, empisema dimana terdapat kumpulan nanah dalam rongga antar
paru-paru dan kolaps paru (Headher, 2011 dalam Wiryansyah, 2019).
Menurut Riskesdas (2013) terdapat 508.330 jiwa yang menderita
penyakit paru obstruktif kronis dan terdapat 2,7 % penderita Efusi pleura.
Menurut hasil Studi Berta & Puspita dalam Causes Of Pleural Efusion In
Metro 2017 terdapat 537 insidensi pleura pada periode Januari- Desember
2017. Sebanyak 60,9% adalah berjenis kelamin laki-laki dan 39,1 % berjenis
kelamin perempuan. Sebanyak 10, 4 % berusia kurang dari 35 tahun, 39,3%
berusia 35-55 tahun, 34,6 % berusia 56-70 tahun, dan 15,6 % berusia lebih
dari 70 tahun.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memahani dan menjelaskan mengenai Efusi Pleura Masif dan
proses asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan Efusi
Pleura Masif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami pengertian Efusi Pleura Masif
b. Mampu memahami patofisiologi dari Efusi Pleura Masif
c. Mampu memahami dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Efusi Pleura Masif.
C. METODE
Laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini menggunakan
metode studi kasus yang ada di rumah sakit. Data didapatkan dari rekam
medis, anamnesis pasien dan keluarga pasien, serta informasi dari perawat.
Pengumpulan data-data yang dipergunakan dalam penulisan laporan
asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini juga berasal dari berbagai literatur
kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa
jenis referensi yang digunakan bersumber dari beberapa buku dan jurnal dari
internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak antara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain
(Amin, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul di
rongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya
(Smeltzer & Bare, 2012).
A. PENGKAJIAN UMUM
Tanggal Pengkajian : Selasa, 10 November 2020 Jam : 08.45 WIB
Sumber : Rekam Medis, Perawat, Keluarga Pasien, Pasien
Metode Pengumpulan Data : Wawancara, Studi Dokumen, Observasi, dan
Pemeriksaan Fisik
Oleh : 1. Fajar Nur Azizah
2. Fathina Djuanisa R.
3. Rizka Cindy Arina Putri
4. Yuliana Fajarsari
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. H (19 thn)
Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 15 Juli 2001
Alamat : Dusun Wanasri, Jeruk Legi, Kab. Cilacap
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama/Suku : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMU / SMK
Pekerjaan : Pelajar
Dx. Medis : Efusi Pleura Masif
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. S.
Hubungan dgn pasien : Ayah
Alamat : Dusun Wanasri, Jeruk Legi, Kab. Cilacap
Pekerjaan : PNS
PENGKAJIAN DATA DASAR
A. Primary Assessment
1. Airway : Tidak terdapat sumbatan, terdapat suara napas tambahan
wheezing.
2. Breathing : Nafas spontan, mengeluh sesak, tidak menggunakan otot
tambahan, frekuensi pernapasan 39 x/menit, bunyi napas
vesikuler, Sp02 100%, on nasal kanul 8 liter/menit
3. Circulation : TD 117/80 mmHg dan HR 130 x/menit, irama teratur,
denyut nadi kuat, ekstremitas hangat, CRT > 3 detik, turgor
kulit jelek, mukosa mulut kering dan pucat, akral dingin
B. Fokus Assessment
1. Keadaan Umum : Klien terlihat lemas dan pucat
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis, GCS (E4 M6 VT)
3. Keluhan Utama : Pasien mengeluh sesak ketika bernapas
C. Sekunder Assessment
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien memiliki pungsi pleura (+), lymphoma (+), riwayat radioterapi (+)
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh sesak napas. Dada terasa nyeri. Nyeri timbul saat
bernapas, seperti tertimpa beban berat, di area sekitar dada, skala nyeri 3
dari 10, nyeri timbul tenggelam. Pasien tampak gelisah.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, ataupun
penyakit menular lainnya
D. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
- TD : 117/80 mmHg
- HR : 130 x/menit
- RR : 39 x/menit
- Suhu : 36,7 ⁰C
- SpO2 : 100%
1. Kepala dan Maksilofasial : Tidak ada jejas dan memar, tidak ada luka
terbuka, kulit kering, rambut hitam.
2. Vertebra Servikalis Dan : Tidak terdapat luka/memar, kulit leher
Leher kering
3. Thoraks
a. Inspeksi : Napas cenderung cepat, napas teratur 39
x/mnt, pola napas takipneu
a. Auskultasi : Vesikuler, suara napas tambahan wheezing
b. Perkusi : Sonor/redup, ada tanda-tanda penumpukan
cairan
c. Palpasi : Napas sejajar paru kanan dan kiri
4. Dada
a. Inspeksi : Kulit area dada sama dengan anggota tubuh
lain, tidak ada jejas ataupun memar dan
tanda-tanda infeksi
b. Auskultasi : Napas cepat dan teratur
c. Perkusi : Tidak ada nyeri tekan
d. Palpasi : Tidak teraba benjolan mencurigakan
5. Abdomen
a. Auskultasi : Bising usus kurang lebih 3x/menit
b. Inspeksi : Dinding dada sejajar dinding perut DD//DP,
tidak ada kelainan, warna kulit sama dengan
anggota tubuh lain
c. Perkusi : Timpani, tidak terdengar bunyi penumpuk
4 4
4 4
8. Personal Hygiene : Kondisi klien tampak kotor dan bau. Mulut
klien tampak kotor dan bau. Klien tidak
mampu mandi secara mandiri. Klien bed rest
total.
E. Terapi
No Obat Dosis Rute
1. Aminopluid 12 tpm IV
2. Ampisulfat 1,5 gr/8 jam IV
3. Albumin 3x1 PO
4. Codein 10 gr/8 jam PO
5. NACE 200 gr/8 jam PO
6. Ranitidin 150 gr/12 jam PO
7. PCT 1gr/8 jam (KP) IV
8. Heparin 5000 ui/12 jam SC
9. Nystatin drop 3x10 PO
F. Data Laboratorium
No Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
1. Leukosit 7,35 10^3/uL 4,50-11,50
2. Eritrosit 3,36 10^6/uL 4,60-6,00
3. Hemoglobin 9,7 g/dL 13,0-18,0
4. Hematokrit 30,7 % 40,0-50,0
5. NCV 91,4 fl 80,0-94,0
6. MCH 28,9 pg 26,0-32,0
7. MCHC 31,6 g/dL 32,0-36,0
8. Trombosit 115 10^3/uL 150-450
9. RDW-5D 59,2 fL 35,0-45,0
10. RDW-CV 17,6 % 11,5-14,5
11. PDW 13,3 fL 9,3-16,0
12. MPV 12,0 fl 7,2-10,4
13. P-LCR 36,9 % 15,0-25,0
14. Plateletcrit 0,2 % 0,0-10,0
15. NRBC# 0,0 10^3/uL 0,0-0,0
16. Netrofil% 86,3 % 50,0-70,0
17. Limfosit% 2,7 % 18,0-42,0
18. Monosit% 11,0 % 2,0-11,0
19. Eosinofil% 0,0 % 1,0-3,0
20. Basofil% 0,0 % 0,0-2,0
21. IG (immature granulocyte)# 0,09 10^/uL 0,00-1,00
22. NRBC% 0,00 % 0,00-0,00
23. Netrofil# 6,34 10^/uL 2,30-8,60
24. Limfosit# 2,7 10^/uL 1,62-5,37
25. Monosit# 11,0 10^/uL 0,30-0,80
26. Eosinofil# 0,0 10^/uL 0,00-0,20
27. Basofil# 0,00 10^/uL 0,00-0,10
28. IG (immature granulocyte)% 1,20 % 0,00-10,00
29. Albumin 1,83 g/dL 3,97-4,94
.
B. ANALISA DATA
Data Masalah Penyebab
DS : Pola Nafas Tidak Hambatan upaya
- Efektif napas
DO : (SDKI, 2016
- pola napas takipneu Hal. 26)
- Napas cenderung cepat
- RR 39 x/mnt
DS : Defisit Perawatan Kelemahan
- Diri
DO : (SDKI, 2016
- Kondisi klien tampak kotor dan Hal. 240)
bau.
- Mulut klien tampak kotor dan
bau.
- Klien tidak mampu mandi
secara mandiri.
- Klien bed rest total.
DS : Nyeri Akut Agen pencedera
- P : nyeri timbul saat bernapas (SDKI, 2016 fisiologis
- Q : seperti tertimpa beban berat Hal. 172)
- R : di area sekitar dada
- S : skala nyeri 3 dari 10
- T : nyeri timbul tenggelam
DO :
- Pasien tampak gelisah
- 117/80 mmHg
- 130 x/menit
DO :
- Pasien tampak gelisah
- 117/80 mmHg
- 130 x/menit .
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
DS :
-
DO :
- Kondisi klien tampak kotor dan bau.
- Mulut klien tampak kotor dan bau.
- Klien tidak mampu mandi secara mandiri.
- Klien bed rest total
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
Hari, Tanggal : Selasa, 10 November 2020
Pukul : 09.00 WIB
Oleh : Rizka Cindy A. P dan Fajar Nur A.
SLKI (STANDAR LUARAN SIKI (STANDAR INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN INDONESIA) RASIONAL
INDONESIA)
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas 1. Memberikan data mengenai pola
keperawatan selama 3 x 24 jam, napas pasien
diharapkan pola napas menjadi 2. Monitor frekuensi dan 2. Memberikan data mengenai frekuensi
efektif dengan kriteria hasil : kedalaman napas dan kedalaman napas pasien
1. Frekuensi napas dari 3. Monitor saturasi oksigen 3. Memberikan data mengenai saturasi
memburuk (1) menjadi cukup O2 pasien
membaik (4) 4. Posisikan semi-fowler atau 4. Posisi semi-fowler atau fowler dapat
2. Kedalaman napas dari cukup fowler mengurangi sesak napas
memburuk (2) menjadi cukup 5. Berikan oksigen melalui nasal 5. Pemberian O2 dapat mencukupi
membaik (4) kanul atau NRM / RM kebutuhan O2 pasien dan mengurangi
3. Pola napas dari cukup sesak pasien
memburuk (2) menjadi cukup 6. Berikan minum hangat 6. Pemberian minum yang hangat
membaik (4) diharapkan dapat mengencerkan
4. Frekuensi nadi dari cukup dahak dan mengurangi sesak napas
7. Kelola pemberian obat
memburuk (2) menjadi cukup 7. Obat golongan mukolitik berfungsi
mukolitik (NACE 200 mg)
membaik (4) untuk mengencerkan dahak dan
sesuai program
mengurangi sesak napas
Diagnosa Keperawatan :
IMPLEMENTASI EVALUASI
Diagnosa Keperawatan :
IMPLEMENTASI EVALUASI
Diagnosa Keperawatan :
IMPLEMENTASI EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA