MAKALAH
MAKALAH
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Rencana Asuhan
berkelanjutan pada ibu nifas ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Saya mengucapkan terima kasih kepada Selaku
dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni ini.
Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi
penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai peran bidan saat persalinan
bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk
membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Penulis
Kelompok 13
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Maksud dan Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Membantu ibu menyusui
2.2 Persiapan pasien pulang
2.3 Anticipatory guidance
2.4 Pendidikan kesehatan ( health education )
2.5 Evaluasi Asuhan Kebidanan
2.6 Tujuan Asuhan Kebidanan
2.7 Kolaborasi
2.8 Tindakan Pengawasan
2.9 Pendidikan / Penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana cara membantu ibu meenyusui ?
b) Bagaimana cara mempersiapkan pasien pulang ?
c) Apa yang dimaksud Anticipatory guidance ?
d) Apa yang dimaksud Pendidikan kesehatan ( health education ) ?
e) Apa Pengertian Evaluasi Asuhan Kebidanan ?
f) Apa tujuan Asuhan Kebidanan ?
g) Bagaimana Kolaborasi dalam asuhan kebidanan ?
h) Bagaimana Cara Tindakan Pengawasan ?
i) Apa saja Pendidikan / Penyuluhan Asuhan kebidanan ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.Menempatkan bayi didekat ibu
pada kamar yang sama (rawat gabung).
Memberikan kolustrum dan ASI saja.Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
A. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu
dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting,
dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat
memberikan kehangatan.
Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI
seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
4
B. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul
Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan
sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam
sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada
puting susunya.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin
sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini
disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera
mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI.
Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui. Posisi menyusui
dapat dilakukan dengan :
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.
2) Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan
pada/ sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap
pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai,
ataupun duduk di kursi.
3) Tidur telentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat
dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.
5
Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain:
4. Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya.
5. Bayi terlihat senang dan tenang.Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah
payudaranya.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai
dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan
kosong dalam 2 jam.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi
ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang
melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan
menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap
dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.
6
2.1 PERSIAPAN PASIEN PULANG
Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut atau perhatikan bila ada sesuatu yang tidak beres,
sehingga ibu perlu menemui seorang bidan dengan segera
1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa
atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah
jam
2) Pengeluaran cairan !aginal dengan bau busuk yang menyengat,
3) rasa nyeri diperut dibagian bawah atau punggung,
4) sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan,
5) Pembengkakan pada wajah dan tangan
6) demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak enak badan,
7) Payudara merah, panas, dan & atau sakit,
8) kehilangan selera makan untuk waktu yang lama
9) rasa sakit, warna merah, nyeri tekan, dan & atau pembengkakan pada kaki,
10) Merasa sedih merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya,
11) Merasa sangat letih atau napas terengah-engah.
1. Pengeluran lokea setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan keadaannya sendiride
ngan cara membersihkan lapisan bagian luar dan membangun kembali lapisan
barudari dalam. 'etika ia menguras lapisan lama, kotoran tersebut akan keluar
melalui !aginaseperti saat datang bulan. karna dan konsistensi akan berubah seiring
waktu. Jelaskan dan konsisistensi yang normal dari lokea. #angat penting menjaga
kebersihan, mengganti pembalut secara teratur, dan menjaga !agina tetap kering dan
bersih.
7
2. nyeri kelahiran pada fundus. Mulas terjadi karena rahim berkontraksi agar ia dapatkea
daan sebelum hamil.kelain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan
prosesmenyusui.
ada berapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara lain :
a) cegah agar kandungan kemih tidak penuh.
b) berbaring telungkup dengan sebuah bantal dibawah perut.
c) mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi.
d) minum parasetamol kira-kira satu jam sebelum menyusui.
e) pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting untuk
mengendalikan perdarahan Perinium, vagina dan vulva akan sedikit memerah,
bengkak, lecet, dan nyeri, mungkin juga terluka.
selain itu, terasa lebih lembut. biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu.tindakan mengurangi
rasa nyeri :
1. kompres es,
2. rendam duduk,
3. latihan kegel
4. Hemoroid hangat wajar karena terjadi tekanan kepala dan upaya meneran. Ada
beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri ini , yaitu ;
a) rendam duduk,
b) hindari duduk terlalu lama,
c) banyak minum dan makan-makanan berserat,
d) dapat menggunakan salep nupercainal,
e) uresis diaforesis. saat hamil, tubuh menyimpan cairan yang banyak. setelah
lahir, tubuh membuangnya lewat urine dan keringat. Hal ini terjadi pada
minggu pertama pasca bersalin. Anjurkan ibu untuk tidak menghambat proses
ini. tetap minum air putihyang banyak, hindari menahan berkemih, kenakan
pakaian yang menyerap keringat , dll.
f) bengkak dan pembesaran payudara. lakukan beberapa hal berikut :
1) kompres hangat payudara dengan kain atau handuk yang dihangatkan,
atau mandi air hangat.
2) jika bengkak, perah Asi secara manual sebelum memberikannya kepada
bayi,
8
3) jika bayi sudah kenyang dan payudara masih penuh, perah susu secara
manual,
4) gunakan bh/bra yang baik,
5) jika perlu, minum parasetamol untuk mengurangi rasa sakitg.hubungan
seksual. dapat dilakukan pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 jika tidak
ada perdarahan dan luka episiotomi sudah sembuh. untuk mengurangi rasa
nyeri,gunakan lubrikasi. Penetrasi penis harus hati-hati
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan
di saat keadaan yang penuh dengan stress.
Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara periodik
diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang
terdekat telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang penanganan, obat-
obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda dan gejala yang menunjukkan
perlunya kontak yang terus-menerus dengan pelayanan kesehatan perlu ditinjau.
Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui apa
yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status
kesehatan pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat
praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke dokter primer/dokter yang terlibat untuk
dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan
kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah.
9
2. Tahap-tahap Discharge Planning
1) Pengkajian
1. Data Kesehatan
2. Data Pribadi
3. Pemberi Perawatan
4. Lingkungan
5. Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosa
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan)
10
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga
sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas
perawatannya.
c. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang,
yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan,
perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk
memberikan keterampilan perawatan.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan.
Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan
tambahan.
e. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang
dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan
perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis pembedahan,
pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien,
factor social yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi
perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat
ini
11
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk
menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan
membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien berada
di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber
2. 3 ANTICIPATORY GUIDANCE
A. Tahun Pertama
1. Enam Bulan Pertama
a. Memahami akan adanya proses penyesuaian orang tua dengan bayinya.
b. Mengajarkan perawatan infant dan membantu orang tua untuk memahami
sebagaiindividu yang mempunyai kebutuhan dan bagaimana bayi
mengekspresikan apayang diinginkannya melalui menangis.
c. Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja dengan
adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan pertama.
12
d. Menganjurkan orang tua untuk memahami jadwal dalam memenuhi kebutuhan
bayi
e. Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap
stimulasilingkungan.
f. Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan dan
perkembangan bayinya.
g. Menyiapkan orang tua akan kebutuhan bayinya tentang rasa aman.
h. Menyiapkan orang tua untuk memulai memberikan makanan padat.
2. Enam Bulan Kedua
a. Menyiapka orang tua akan adanya ketakutan bayinya terhadap orang yang
tidakdikenal
b. Menganjurkan orang tua untuk menghindarkan perpisahan yang lama dengan
bayinya
c. Membimbing orang tua untuk disiplin karena makin meningkatnya mobilitas
bayi
d. Menganjurkan kontak mata daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin
e. Menganjurkan orang tua untuk lebih banyak perhatian bila bayinya
berkelakuan baik daripada ketika menangis
f. Mengajurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya dengan pengganti ibu
yangsesuai
g. Mendiskusikan persiapan penyapihan
h. Menggali perasaan orang tua tentang pola tidur bayi.
B. Usia Toodler.
1. Usia 12-18 bulan
a. Menyiapkan orang tua untuk antisipasi adanya perubahan tingkah laku dari
toodler terutama negativism
b. Mengkaji kebiasaan makan dan secara bertahap penyapihan dari botol serta
peningkatan asupan makanan padatc. Menyediakan makanan selingan antara 2
waktu makan dengan rasa yangdisukaid. Mengkaji pola tidur malam, kebiasaan
memakai botol yang merupakan penyebab utama gigi berlubang
c. Mencegah bahaya yang dapat terjadi di rumah
13
d. Perlu ketentuan-ketentuan/disiplin dengan lembut untuk meminimalkan
negativism,tempertantrum serta penekanan akan kebutuhan yang positif dan
disiplin yangsesuai
e. Perlunya mainan yang dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan.
3. Usia 24-36 bulan
a. Mendiskusikan pentingnya meniru dan kebutuhan anak untuk dilibatkan
dalamkegiatan.
b. Mendiskusikan pendekatan yang dilakuakan dalm toilet training
c. Menekankan keunikan dari proses berfikir toodler terutama untuk bahasa
yangdiungkapkan
d. Menekankan disiplin harus tetap terstruktur dengan benar dan nyata,
hindarikebingungan dan salah pengertian
e. Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau play group
C. PRA SEKOLAH
1. Usia 3 tahun
a. Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yangluas
b. Menekankan pentingnya batas-batas / peraturan-peraturan
14
c. Mengantisipasi perubahan perilaku agresif
d. Menganjurkan orang tua menawarkan anaknya alternative-alternatif pilihan pada saat
anak bimbang
e. Perlunya perhatian ekstra
2. Usia 4 tahun
a. Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa
b. Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual
c. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistis
3. Usia 5 tahun
a. Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah
b. Meyakinkan bahwa usia tersebut adalah periode tenang pada anak
D. Usia Sekolah
1. Usia 6 tahun
1. Bantu orang tua memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi dengan teman
2. Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda
3. Siapkan orang tua akan peningkatan interst anak ke luar rumah
4. Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy dan
menyiapkan kamar tidur yang berbeda
2. Usia 7-10 tahun
a. Menakankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian
b. Tertarik beraktifitas diluar rumah
c. Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita pubertas
3. Usia 11-12 tahun
a. Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh pubertas
b. Anak wanita pertumbuhan cepat
c. Sex education yang adekuat dan informasi yang kuat.
15
4. Pendidikan sekolah
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam pembentukan perilaku siswa.
Pembentukan perilaku siswa selain dibentuk di sekolah, yang paling utama menentukan
adalah lingkungan keluarga, sebelum nantinya siswa akan berinteraksi dengan masyarakat.
Pembentukan perilaku pada dasarnya dapat dibentuk dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat di mana siswa itu berada. Pendidikan yang diperoleh di sekolah diharapkan
mampu mengubah perilaku siswa.
Perilaku siswa tetapi resiko atau akibat. Misalnya, mencuci tangan dengan benar
seharusnya dilakukan sebelum atau makan supaya kuman-kuman yang ada ditangan ikut mati
sehingga siswa akan terhindar dari sakit perut. Adanya resiko yang ditimbulkan oleh perilaku
yang tidak sehat, beberapa sekolah mulai membuat jadwal rutin kegiatan massal, misalnya
gerakan cuci tangan bersama, menggosok gigi secara serentak di sekolah dasar.
Contoh lain dari perilaku tidak sehat siswa baik di sekolah dan masyarakat yang saat ini
masih dicari solusi untuk bisa dicegah adalah kebiasaan merokok dan kebiasaan
mengkonsumsi narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Menurut WHO dalam Johana. E. Prawitasari (2012: 204) angka kematian akibat penyakit
yang disebabkan karena kebiasaan merokok di Indonesia 417.948 kematian pertahun, atau
1.172 kematian per hari. Jumlah perokok yang banyak menempatkan Indonesia pada
peringkat 3 di dunia, setelah Cina dan India.
Kebiasaan merokok ini tidak hanya dilakukan orang tua dan dewasa, tetapi sudah
menjamur di kalangan anak-anak dan remaja baik SD, SMP, dan SMA. Kebiasaaan tidak
sehat yang masih banyak ditemukan pada siswa dan kurangnya pemahaman siswa akan
resiko sebagai akibat dari perilaku tidak sehat, guru dalam pelaksanaaanya diharapakan
mampu mengembangkan kemampuan dan watak siswa sesuai dengan fungsi pendidikan
nasional.
16
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Saat Ibu mengalami masa nifas, ibu nifas harus diberi pendidikan atau penyuluhan tentang
Perawatan masa nifas. Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang
telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalian baru pulih kembali seperti sebelum
ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
2. Kebersihan Diri
Pendidikan kesehatan kebersihan diri unuk ibu nifas antara lain : menganjurkan
kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin,
menyarankan ibu untuk mengganti pembalut, menyarankan ibu untuk cuci tangan
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin, jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka.
3. Istirahat / Tidur
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat atau tidur meliputi :
menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan
rumah secara perlahan-lahan, menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan
dipengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang di produksi, memperlambat proses involusi
uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketiikmampuan untuk
merawat bayi serta diri sendiri.
4. Pemberian ASI
17
Pendidikan kesehatan untuk ibu dan bayi oleh karena itu, berikan KIE tentang proses
laktasi dan ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu,
berikan KIE tentang proses laktasi dan ASI, mengajarkan cara perawatan payudara.
18
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.
4. P : Planning
Menggambarkan perdokumentasian, perencanaan, tindakan, evaluasi berdasarkan
assessment
19
Tujuan utama asuhan kebidanan
Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi
kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada :
20
5. Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan meliatkan klien dan keluarga.
6. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
21
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan
4. Melaksanakan asuhan kebidanan
5. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
6. Menyusun rencana tindak lanjut
7. Membuat pencatatan dan pelaporan
2. Kunjungan 6 jam
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan melakukan tindakan penyebab lain seperti perdarahan : rujuk jika
perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu / keluarga
d) Pemberian ASI awal
e) Mengajarkan mobilisasi
f) Membantu untuk mencoba BAK sendiri
g) Melakukan hubungan antara ibu dan BBLh). Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
h) Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus tinggal 2 jam pertama setelah
kelahiran dengan memantau vital sign.
3. Kunjungan 6 hari
a) Memantau KU, Kesadaran,Vital Sign
b) Memastikan involusi uterus berjalan normal
c) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/ perdarahan abnormal
d) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit serta memantau gangguan emosional.
22
f) Memberikan konseling asuhan pada bayi.
g) Memperhatikan hubungan/respon suami/ keluarga
h) Memotivasi untuk memberi nama Islami, aqiqoh jika mampu, mencukur rambut dll.
e. Kunjungan 6 minggu
a). Asuhan seperti 6 hari masa nifas
b). Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
c). Memberi konseling untuk ber KB secara dini
d). Memberi konseling untuk melakukan hubungan suami istri bila menghendaki
23
1. Waspada tanda-tanda bahaya
2. Perawatan diri dan bayi
3. Gizi (in take cairan dan nutrisi)
4. Kecukupan kebutuhan istirahat dan tidur
5. Konsumsi vitamin dan tablet zat besi
6. Cara menyusui yang benar
7. Komunikasi dengan bayi
8. Perawatan bayi sehari-hari
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Risal, K. J. S. (2019). Analisis Luaran Pasien Malnutrisi yang Mendapat Terapi Gizi di RS Ibnu Sina
Makassar Tahun 2015-2016. UMI Medical Journal, 4(1), 1-14.
26