LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS TERAPAN
PENGUJIAN pH TANAH
DISUSUN OLEH:
Nama : Rully Agustini
NPM : F0E019012
Dosen Pengampu : 1. Deni Agus Triawan, S.Si., M.Sc
2. Doni Notriawan, S.Si., M.Si
PROGRAM STUDI D-III LABORATORIUM SAINS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam
tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan media alami yang diperlukan dalam kegiatan bercocok
tanam. Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila tanahnya subur. Beberapa hal
yang mempengaruhi kesuburan tanah salah satu diantaranya adalah unsur hara.
Banyak sedikitnya kandungan unsur hara pada tanah merupakan indikator tingkat
kesuburan tanah yang akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Notohadiprawiro dkk,2006).
Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah derajat keasaman tanah (pH tanah). Unsur hara akan mudah diserap tanaman
pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan larut dalam air
(Martin, 2015). Keasaman tanah merupakan salah satu masalah utama bagi
pertumbuhan tanaman. Tanah asam adalah tanah yang memiliki pH rendah yaitu
kurang dari 6. Tanah yang mengandung asam berlebih sering disebut dengan tanah
gambut yang memiliki nilai pH 4-5.
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat tumbuh atau
tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit tanaman untuk tumbuh karena
tanah bersifat masam dan mengandung toxic (racun). Sebaliknya, jika pH tanah tinggi
maka tanah bersifat basa dan mengandung kapur (Rusdiana, 2012).
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang
dinyatakan sebagai log [H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan
yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas merupakan
elektrode selektif khusus H+, hingga memungkinkan untuk hanya mengukur potensial
yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+. Potensial yang timbul diukur berdasarkan
potensial elektrode pembanding. Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah
terdiri atas elektrode pembanding dan elektrode gelas (elektrode kombinasi).
Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual)
sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial)
(Sulaiman, 2006).
pH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanah dan bisa menjadi
faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah. pH sangat penting dalam
menentukan aktivitas dan dominasi mikroorganisme tanah yang berhubungan dengan
proses-proses yang sangat erat kaitannya dengan siklus hara, penyakit tanaman,
dekomposisi dan sintesa senyawa kimia organik dan transpor gas ke atmosfir oleh
mikroorganisme, seperti metan (Sudaryono, 2009).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion
hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung berupa tersedianya unsur-unsur hara
tertentu dan adanya unsur beracun. Sebaliknya untuk tanah gambut pH tanah dapat
kurang dari 3,0. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Alkalis
dapat menunjukan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ber-pH
ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup
bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Berdasarkan tingkat kemasaman tanah, tanah dipisahkan ke dalam beberapa
kelas kemasaman dan kebasaan. Larutan tanah merupakan sifat tanah yang
mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara tanaman. Konsentrasi ion-ion ini
sangatlah beragam, tergantung pada ion terlarut serta jumlah bahan pelarut. Reaksi
tanah yang penting ialah masam, netral, dan alkalis. Hal ini didasarkan pada jumlah
ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam larutan tanah ditemukan ion H+
lebih banyak dari ion OH-, maka reaksi tanah tersebut adalah masam. Bila ion H+
sama dengan atau seimbang dengan ion OH- maka reaksi tersebut adalah netral. Dan
jika ion OH- lebih banyak dari ion H+ maka reaksi tersebut disebut reaksi alkalis
(Pairunan, 1985).
BAB III
METEDOLOGI PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan
Alat pH meter/pH stick
Timbangan
Cepuk
Pengaduk
Pipet Ukur
Aquades
NaF 1 N
KCL 1 N
Bahan Contoh Tanah Kering Angin
2. Langkah Percobaan
Pengukuran pH aktual (H2O)
Tanah ditimbang sebanyak 10 gr kedalam cepuk plastik
Aquades ditambahkan sebanyak 25 ml
Lalu tanah diaduk selama 5 menit
Diamkan selama 30 menit
Setelah didiamkan, pH diukur menggunakan pH meter atau pH
stick
Pengukuran pH potensial KCL 1 N
Tanah ditimbang sebanyak 10 gr kedalam cepuk plastik
KCL 1 N ditambahkan sebanyak 25 ml
Lalu diaduk selama 5 menit
Diamkan selama 15 menit
Setelah didiamkan, pH diukur menggunakan pH meter atau pH
stick
Pengukuran pH NaF 1 N
(Diukur untuk mengetahui kandungan alofan didalam tanah)
Tanah ditimbang sebanyak 2 gr kedalam cepuk plastik
NaF 1 N ditambahkan sebanyak 50 ml
Lalu diaduk selama 5 menit
Diamkan selama 2 menit
Setelah didiamkan, pH diukur menggunakan pH meter atau pH
stick
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil pengamatan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut :
No Tanah Nilai pH
1 Pengukuran pH + 25 ml aquadest 7,90
2 Pengukuran pH potensial KCL 1 N + 6,30
25 ml KCL 1 N
3 Pengukuran pH NaF 1 N + 10 ml KCl 8
Sumber: Video Pengujian pH Tanah
4.2 Pembahasan
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat tumbuh atau
tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit tanaman untuk tumbuh karena
tanah bersifat masam dan mengandung toxic (racun). Sebaliknya, jika pH tanah tinggi
maka tanah bersifat basa dan mengandung kapur.
pH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanah dan bisa menjadi
faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah. pH sangat penting dalam
menentukan aktivitas dan dominasi mikroorganisme tanah yang berhubungan dengan
proses-proses yang sangat erat kaitannya dengan siklus hara, penyakit tanaman,
dekomposisi dan sintesa senyawa kimia organik dan transpor gas ke atmosfir oleh
mikroorganisme, seperti metan. pH tanah juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pengukuran pH tanah dilakukan dengan cara timbang tanah sebanyak 10 gr
kedalam cepuk plastik, tambahkan aquades sebanyak 25 ml, lakukan pengadukan
selama 5 menit dan diamkan selama 30 menit, setelah didiamkan, ukur pH nya
menggunakan pH meter. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pH tanah sebesar
7,90 yang artinya tanah tersebut bersifat basa dan mengandung kapur.
Pengukuran pH potensial menggunakan KCL 1 N dilakukan dengan cara
timbang tanah sebanyak 10gr kedalam cepuk plastik, kemudian tambahkan KCL 1 N
sebanyak 25 ml dan aduk selama 5 menit, setelah dilakukan pengadukan, diamkan
selama 15 menit, setelah itu ukur menggunakan pH meter. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pH potensial menggunakan KCL 1 N sebesar 6,30 yang artinya
bersifat asam dan mengandung asam.
Pengukuran pH menggunakan NaF 1 N diukur untuk mengetahui kandungan
alofan didalam tanah dilakukan dengan cara timbang tanah sebanyak 2 gr kedalam
cepuk plastik, tambahkan NaF 1 N sebanyak 50ml, aduk selama 5 menit dan diamkan
selama 2 menit, ukur pH menggunakan pH stick. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa pH menggunakan NaF 1 N sebesar 8 yang artinya bersifat basa.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit tanaman untuk tumbuh karena
tanah bersifat masam dan mengandung toxic (racun).
2. Semakin tinggi pH tanah maka tanah bersifat basa dan mengandung kapur.
3. Perhitungan pH menggunakan pH meter lebih mudah dibandingakan dengan
menggunakan pH stick, karena hasil yang didapatkan lebih akurat.
4. pH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanah dan bisa menjadi
faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah.
5. Pada percobaan pengukuran pH tanah didapatkan hasil yang menunjukkan
hasil 7,90 yang berarti tanah tersebut bersifat basa dan mengandung kapur.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, J., “Kendali pH dan Kelembaban Tanah Berbasis Logika Fuzzy
Menggunakan Mikrokontroler”, Jurnal E-proceeding of engineering, 2, 2236-
2245 (2015).
Notohadiprawiro, T, Soekodarmodjo, S, Sukana, E., “Pengelola Kesuburan Tanah
dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan”, Ceramah Pada Pertemuan Ahli
Teknologi, Pati, 2006.
Pairunan. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Pengurus Perguruan
Tinggi Indonesia Timur. Makasar.
Rusdiana, O. 2012. Pendugaan Korelasi antara Karakteristik Tanah terhadap
Cadangan Karbon (Carbon Stock) pada Hutan Sekunder. Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Sarwono, H. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol Pada Lahan Pertambangan
Batubara Sangatta. Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan. Kalimantan Timur.
Sulaiman. 2006. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian
Tanah. Bogor.