[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
396 tayangan25 halaman

Referat Word - Sutomo - Gambaran Radiologi Atelektasis

Dokumen tersebut membahas tentang gambaran radiologis pada atelektasis. Atelektasis adalah kondisi paru yang mengalami penurunan volume akibat hilangnya udara di dalamnya. Pada pemeriksaan radiologi, bagian paru yang mengalami atelektasis akan terlihat lebih padat atau opak dibandingkan bagian normal. Etiologi atelektasis meliputi sumbatan pada saluran pernafasan, tekanan ekstrapulmoner, maupun gangguan otot

Diunggah oleh

Anonymous xiScXr
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
396 tayangan25 halaman

Referat Word - Sutomo - Gambaran Radiologi Atelektasis

Dokumen tersebut membahas tentang gambaran radiologis pada atelektasis. Atelektasis adalah kondisi paru yang mengalami penurunan volume akibat hilangnya udara di dalamnya. Pada pemeriksaan radiologi, bagian paru yang mengalami atelektasis akan terlihat lebih padat atau opak dibandingkan bagian normal. Etiologi atelektasis meliputi sumbatan pada saluran pernafasan, tekanan ekstrapulmoner, maupun gangguan otot

Diunggah oleh

Anonymous xiScXr
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 25

REFERAT

GAMBARAN RADIOLOGIS PADA


ATELEKTASIS

Dosen Pembimbing :
dr. Yvonne N. J. Palijama, Sp. Rad. MARS.

Disusun oleh :
Sutomo
2065050098

KEPANITERAAN ILMU RADIOLOGI


PERIODE 05 OKTOBER – 17 OKTOBER 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

Atelektasis merupakan abnormalitas paru yang sering dijumpai pada pemeriksaan


radiologi pad paru dan tetap menjadi tangtangan dalam diagnosis sehari-hari.1 kolaps yang
terjadi pada atelectasis dapat berupa kolaps subsegmental pada paru atau seluruh bagian paru
tanpa memandang jenis kelamin, ras dan juga umur. Walaupun lebih sering muncul pada anak-
anak dari pada orang dewasa.1

Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 1994 secara kesuluruhan telah terjadi
74,4 juta penderita yang mengalami atelectasis. Terdapat sekitar 5.5 juta penderita atelectasis
di Amerika, di Jerman sendiri terdapat sekitar 6 juta penduduk yang menderita atelectasis.
Ankga yang cuuckp besar tersebut terhitung besar seingga membutuhkan perhatian secara
komprehensif bio psiko social dan spiritual.2

Atelectasis sendiri di Indoneisa ditemukan sejak tahun 1971 dan terus berkembang
hingga saat ini. Penyebaran ke seluruh provinsi di Indonesia dicatatkan pada tahun 1980. Pada
penelitian yang dilakukan pada tahun 2003 sendiri dicatat sebebsar 23,87 angka insidensi
(incidence rate).2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.ANATOMI PARU-PARU
Saluran pernafasan terbagi menajadi dua, yaitu saluran pernfasan atas dan
saluran pernafasan bawah. Saluran pernafasan atas terdiri dari hidung dan faring untuk
saluran pernafasan bawah terdiri dari laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus.3
Paru-paru merupakan organ penting pada proses respirasi, jumlahnya ada dua,
terletak di samping kanan dan kiri mediastinum, dan terpisah satu saa lain oleh jantung
dan organ lain pada mediastinum. Paru-paru memiliki area permukaan alveolar kurang
lebih seluasa 40 m2 untuk menjalankan proses pertukaran udara.3
Karakter dari paru sendiri yaitu berpori-pori, kenyal ringan, mengapung di air,
dan elastis. Permukaannya halus, bersinar, dan membentuk bebrapa daerah polyhedral,
ang menunjukan lobules organ: masing-masing daerah dibatasi oleha garis-garis yang
lebih ringan (fisura). Paru kana dibagi leh fisura transversa dan oblique menjadi tiga
lobus: lobus atas, tengah dan bawah. Sedangkan paru kiri memiliki fisura oblikua dan
dua lobus, yaitu lobus atas dan lobus bawah.3
Dalam anatomi normal, pulmo dextra sedikit lebih besar dibandingkan dengan
pulmo sinistra, karena mediastinum medium, yang berisi jantung lebih menonjol ke kiri
dibanding ke kanan. 3
Tiap pulmo memiliki bentuk separuh kerucut, yang terdiri dair bagian puncak
yang disebut apeks, bagian dasar yang disebut basis, tiga perbatasan dan dua
permukaan. Apeks memiliki permukaan halus dan tumpul. Puncak apeks menonjol ke
atas dan ke dalam leher sekitar 2,5cm diatas klavikual. Basis paru memiliki permukaan
luas, konkaf, dan terletak di atas diafragma. Diafragma sebelah kanan lebih tinggi
daripada sebelah kiri, kecenguna dasar paru kanan lebih dalam dari yang sebelah krii.
Basis paru turun selama inspirasi dan naik selam ekspirasi. Apex paru terletak pad
tulang iga pertama dan berada d dalam pangkal leher.3
Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan
bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus
dan membentuk akar paru-paru.3
Paru-paru memiliki bronkus untuk masing-masing paru kiri dan paru kanan.
Bronkus merupakan perpanjangan dari trakea dan memiliki struktur yang sama yaitu
disokong oleh cincin tulang rawan yang erbentuk seperti sepatu kuda. Struktur
keduanya dianalogikan sebagai suatu pohon dan olehkarena itu dinamakn pohon
trakeobronkial. Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus
kanan lebih pendek dan lebar daripada bronkus kiri. Bronkus kemudian masuk ke dalam
paru dan bercabang sesuai lobus dari masing-masing paru yang disbeut bronkus lobaris
dan bronkus segmentalis, terus bercabang hingga percabangan ynag lebih kecil dan
dinamakan bronus terminalis. Bronkus terminalis mengandung alveolus dan asinus
ynag merupakan tempat pertukaran gas.3

Gambar 2.1 Anatomi paru-paru

Paru-paru terletak langsung berdekatan dengan struktur-struktur yang terdapat


di atasnya. Jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar menonjol pada mediastinum
sehingga mendesak permukaan medial paru-paru. Costae mendesak facies costalis.
Patologi seperti tumor atau abnormalitas lainnya di satu struktur dapat memengaruhi
sruktur di sekitarnya. 3

Radiks dan Hilum

Radiks setiap paru adalah kumpulan struktur tabung pendek yang bersama
melekatkan paru ke struktur-struktur di mediastinum. Radiks tertutup oleh selubung
pleura mediastinalis yang terefleksi ke permukaan paru sebagai pleura visceralis.
Daerah yang dibatasi oleh refleksi pleura di permukaan medial paru adalah hilum,
tempat struktur-struktur masuk dan keluar.

Di dalam setiap radiks dan hilum terdapat:

 Arteria pulmonalis
 Dua venae pulmonales
 Satu bronchus principalis
 Pembuluh-pembuluh darah bronchialis
 Nervi
 Lymphatici

Biasanya, arteri pulmonalis dextra dan sinistra berada di bagian superior hilum,
vena pulmonales di bagian inferior, dan bronchus berada di bagian posteriornya.

Pulmo Dextra

Pada Paru kanan terdapat tiga lobus dan dua fissura. Normalnya, lobus bergerak
bebas terhadap satu dengan yang lain karena terpisah, sampai di hilum, oleh invaginasi
pleura visceralis. Invaginasi ini membentuk:

 Fissura obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus superior dan lobus medius pulmo
dextra.
 Fissura horizontalis memisahkan lobus superior dari lobus medius.

Pulmo Sinistra

Paru sinistra lebih kecil dibandingkan dengan paru kanan dan hanya memiliki
dua lobus yang terpisah oleh fissura obliqua. Permukaan terbesar lobus superior
berkontak dengan bagian atas dinding anterolateral dan apex lobus ini berproyeksi ke
dalam pangkal leher. Facies costalis lobus inferior berkontak dengan dinding posterior
dan inferior. Dari margo anterior bagian bawah lobus superior, pemanjangan berbentuk
seperti lidah dan berproyeksi di atas tonjolan cor.

Permukaan medial pulmo sinistra terletak berdekatan dengan beberapa struktur


penting di mediastinum dan pangkal leher. Struktur-struktur tersebut adalah:

 Cor
 Arcus aortae
 Aorta thoracica
 Esphagus

Vaskularisasi

Paru memiliki dua sistem arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.
Arteri pulmonalis memiliki percabangan dua buah mengikuti bronkus utama kanan dan
bronkus utama kiri dan bercabang-cabnag lagi membentuk ramifikasi untuk memasok
darah ke bagian interstitial paru. Pada pembuluh darah arteri pulmonalis memiliki ujung
akhir. Tekanan darah pada arteri pulmonalis sangat rendah sehingga memungkinkan
pertukaran gas dengan baik, sedankgan pada ateri bronlkialis tekanan lebih tinggi
dibandingkan dengan arteri pulmonalis. Pada pembuluh darah arteri bronkialis
percabnagannya tidak memiliki ujung akhir. Darah yang dipasok oleh arteri bronkialis
sampai ke saluran pernafasan, septa interlobular, dan pleura. Sepertiga darah yang
meninggalkan paru melalui vena azigos menuju vena cava sedangkan yang dua pertiga
lagi melalui vena pulmonasi ke atrium kiri.4

Gambar 2.2 Arteri dan Vena yang memperdarahi paru-paru

Inervasi

Paru diinervasi oleh saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatif.
Otot polos saluran pernafasan diinervasi oleh nervus vagus aferen, nervus vagus
eferen kolinergik posganglionik. Pleura parietalis diinervasi oleh nervus
interkostalis dan nervus frenikus, sedangkan pada pleura viseralis tidak terdapat
inervasi.4
Gambar 2.3 Saraf yang mempersarafi paru-paru

2.2.ATELEKTASIS
2.2.1. DEFINISI ATELEKTASIS
Atelectasis merupakan keadaan seluruh atau sebagian dari paru yang
mengalami hambatan berkembang secara sempurna sehingga berkurangnya
aerasi paru atau tidak sama sekali berisi udara. Atelektasi juga dapat diartikan
sebagai hilangnya sebagian atau seluruh volume paru, yang mengarah pad
meningkatnya densitas pada paru. Pada hasil pemeriksaan radiologi thoraks
paru normal, udara akan tampak berwarna hitam di dalam paru. Pada atelectasis
5
tampak warna putih (dense atau opaque) pada bagian dari paru.

2.2.2. ETIOLOGI ATELEKTASIS


1. Etiologic intrinsic ateektasis sebagai berikut5 :
 Sumbatan pada bronkus biasanya ditemukan pada bagian dalam
bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif)
dan penyumbatan bronkus akibat penekanan dari luar bronkus
(tumor sekitar bronkus, kelenjar di sekitar bronkus yang membesar)
 Tekanan ekstrapulmoner diakibatkan oleh pneumothorax, carian
pleura, peninggian diafragma, herniasi organ peritoneal ke rongga
thorax, dan tumor intrathoraks tapi ekstrapulmoner (tumor
mediastinum)
 Paralisis atau paresis gerak pernafasan, menyebabkan paru tidak
dapat berkembang secara sempurna, contohnya pada poliomyelitis
dan kelainan neurologic lain. Gerak nafas yang terganggu akan
mempengaruhi kelancaran pengeluaran skeret bronkus dan ini akan
menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhr dengan
memperberat keadaan atelectasis
 Hambatan gerak pernafasan akibat kelainan pleura atau trauma
thoraks yang menahan rasa sakit. Keadaan tersebut merangsang
bronkus untuk mengeluarkan secret pada bronkus.
2. Etiologic ekstrinsik atelectasis sebagi berikut7 :
 Pneumothroaks
 Tumor
 Limfadenoati
 Anestesia pada proses pemedahan
 Tirah baring jangka panjang tanpa peurbahan posisi
 Penyakit paru-paru
 Pernafasan dangkal

2.2.3. KLASIFIKASI ATELEKTASIS


Klasifikasi ateklektasis berdasarkan etiologic dapat dibagi menjadi 4 yaitu6 :
1. Subsegmental atelectasis (discoid atelectasis atau platelike atelectasis)
 Memberi gambaran densitas yang linear dengan ketebalan
bervariasi biasanya terdapat parallel dengan diafragma, ditemukan
pada dasar paru
 Paling sering terjadi pada seseorang yang menggunakan belat,
pasien postoperative, dan memiliki nyeri dada pleuritic
 Berhubungan dengan deaktivasi surfaktan
 Terlihan identical dengan proses garis linear scarring yang kronis,
dan menghilang dalam beberapa hari namun bekas luka akan
menetap
2. Comprehensive atelectasis
 Terjadi karena kompresi pasif pada paru yang disebabkan oleh:
o Efusi pleura yang berat
o Pneumothorax berat
o SOL
o Empyema
o Tumor pleura
o Bulla emphysematous ukuran besar
o Emphysema lobar
o Hernias diafragma
o Distensi abdomen
3. Round atelectasis
 Paling sering terlihat pada paru bagian perifer atau dasar paru dan
berkembang dkarenakan kombinasi dari penyakit pleura (paparan
asbestosis atau tuberculosis) dan formasi dari efusi pleura yang
menghasilkan atelectasis yang luas
4. Obstruktif atelektasis
 Obstructive atelectasis berhubungan dengan resorpsi udara dari
alveoli, melalui kapiler pulmonary, bagian distal dari lesi obstruksi.
 Butuh waktu sekitar 18-24 jam hingga seluruh bagian dari paru
untuk menjadi kolaps untuk pasien yang mengidurp udara ruangan,
namun pada pasien yang bernafas pada kadar oksigen 100% maka
atelectasis akan terjadi kurang dari satu jam.
 Pada gambaran radiologis lapang paru akan tampak putik (opaque)
yang mengenai segment, lobus, dan bagian paru yang kolaps.
Terjadi pula pergeseran struktur yang dapat digerakan menuju area
yang kolaps akibat terjadinya telektasis.
 Terbagi 2:
o Obstruksi saluran nafas besar
 Disebabkan oleh bronchogenic carcinoma. 2/3 kasus
disebabkan oleh squamous cell carcinoma. Yang pada
pemeriksaan radiologi akan memperlihatkan gambaran
atelectasis rekuren atau pneumonia.
 Infeksi tuberculosis juga berperan terhadap obstructif
atelectasis.
 Benda asing dapat ditemukan pada obstuktif atelectasis
baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
o Obstruksi saluran nafas kecil
 Mucus plugging merupakan maslah yang paling sering
menyebabkan obstruksi jalan nafas. Produksi mucus
terjadi di daerah percabangan bronkus. Merokok
merupakan faktor penting terhadapa terjadinya
sumbatan mucus tersebut. Namun sumbatan mucus
berlebih juga dapat ditemukan pada anestesi uum atau
penyakit susunan saraf pusat yang mengakibatkan
depresi pernafasan.

Sedangkan menurut letak nya atelectasis dapat dibagi menjadi:


1. Atelectasis lobaris bawah
Atelectasis terjadi di bagian bawha lobus paru kiri, pada gambaran
radiologi akan tersembunyi di belakang bayangan jantung dan pada
thoraks PA hanya terlihat penginggian diafragma (diafragma letak
tinggi).
2. Atelectasis lobars tengah kanan
Kelenjar getah bening yang membengkak merupakan dapat
menyebabkan peradanagan dan penekanan pada bronkus.
3. Atelectasis lobaris atas.
Terdapat bayangan densitas tinggi dengan tanda penarikan pada fisura
interlobaris ke atas dan penarikan trakea ke arah atelektasis
4. Atelectasis segmental.
Pemotretan dengan posisi lateral dan miring dapat membantu diagnosis
karena memperihatkan bagian yang terselubung dengan penarikan
fissure interlobularis.
5. Atelectasis lobularis (plate-like/atlektasis local)
Muncul bayangan horizontal tipis, biasanya terlihat di lapangan paru
bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Luas paru
yang terkena kecil sehingga biasanya pasien tidak memiliki keluhan.

2.2.4. PATOFISIOLOGI ATELEKTASIS


Obstruksi bronkial akibat benda asing atau sumbatan eksudat yang
kental akan menganggu saluran nafas dan menghambat masuknya udara ke
alveolus dan menyebabkan atelectasis. Udara juga dapat terperangkap di dalam
alveolus dan terus terjadi resorpsi sedikit demi sedikit pada pembuluh darah dan
menyebabkan kolapsnya alveolus.6
Obstruksi bronkus intrinsik dijumpai akibat secret atau eksudat yang
tertahan sedankan obstruksi ekstrinsik disebabkan oleh neoplasma, pembesaran
kelenjar getah bening, aneurisma atau jaringan parut akibat hiperkavitas yang
disebabkan oleh infeksi tuberculosis paru.6
Resiko terjadinya atelectasis akan meningkat, terutama pada pasien
yang mengalami penurunan mekanisme saat melakukan ventilasi seperti saat
melakukan posisi supinasi, membebat dada karena nyeri,depresi pernafasan
Karena opioid, sedative, muscle relaxant dan abdominal disetention 6
Atelektasis juga dapat terjadi akibat tekanan pada jaringan paru yang
menghambat ekspansi normal paru-paru saat melakukan inspirasi, yang sering
disebut atelectasis tekanan. Biasanya diakibatkan oleh penumpukan cairan
dalam thoraks (efusi pleura) udara dalam rongga pleura (pneumothorax), efusi
pericardial, tumor dalam thoraks, atau penekanna akibat naiknya posisi
diafragma. 12
Mekanisme pertahanan fisiologis mempertahankan sterilitas saluran
nafas bagian bawah mencegah atelectasis terjadi dengan cara menghalangi
timbulnya obsturksi pada saluran nafas. Mekanisme yang terjadi “tangga
berjalan silia” dan dibantu oleh mekanisme batuk sehingga partikel dan bakteri
berbahaya berpindah ke dalam faring posterior, sehingga partikel dan bakteri
dapat tertelan atau dikeluarkan.12
Ventilasi kolateral merupakan contoh lain dari mekanisme pertahanan
yang dimiliki oleh tubuh untuk mecegah terjadi atelectasis. Hanya inspirasi
dalam saja yang efektif untuk membuka poir-pori Kohn dan menaktifasi
ventilasi kolateral ke alveolus di sebelahnya yang mengalami penyembuhan.
Pada saat ekspansi, pori-pori Kohn akan menutup, akibatnya tekanan di dalam
alveolus yang tersumbat meningkat. Sehingga membantu pengeluaran sumbat
mucus.12
Surfaktan merupakan factor penting dalam pernafasan. Ketika surfaktan
hilang maka sindrom distress pernafasan akut (ARDS) dapat muncul, baik pada
bayi hingga ke orang dewasa. Tanpa Surfaktan di rongga udara terminal
menyebabkan paru-paru kesulitan untuk mengembang secara menyeluruh dan
disebut microatelektasis. Secara lebih dalam surfaktan disekresikan oleh sel-sel
epitel alveolus dan melapisinya. Zat ini dapat menurunkan tegangan permukaan
pada alveoli sebesar 2-10 kali lipat sehingga kolaps alveolus dapat dicegah12.
Efek yang terjadi dari kolpas massif terhadap paru antara lain
menyumbat alveoli dan juga meningkatkan aliran darah yang yang melalui
pembuluh darah, sehingga terjadi pelipatan dan tekanan terhadap pembuluh
darah dan volume paru pun berkurang. Selain itu, hipoksia pad alveoli yang
kolaps menyebabkan bertambahnya vasokonstriksi.12

2.2.5. PENEGAKKAN DIAGNOSIS ATELEKTASIS


1. MANIFESTASI KLINIS
 Resah
 Auskultasi yang memperlihatkan bunyi nafas baronial atau melema
 Hiperinflasi pengimbang pada area paru-paru sehat
 Sianosis
 Diaphoresis
 Dispnea
 Kenaikan hemidiafragma ipsilateral
 Pergeseran mediastinal menuju sisi yang diserang
 Perkusi menunjukkan bunyi pendek dan lemah (jika banyak bagian dari
paru-paru yang kolaps)
 Kolaps sirkulasi peripheral
 Retaksi susternal atua intercostal
 Takikardia
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan limfadenopati >1 cm, disfonia,
sindrom vena kava superior, nyeri tekan tulang, hepatomegali, defisit
neurologis, papilledema, dan massa jaringan lunak.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksan Laboraturium
 Analisa gas darah : Hipoksemia dan respiratori
alkalosis
 paCO2 : normal atau menurun (akibat
hiperventilasi)
 Pemeriksaan Bronkoskopi (FOB)
Pemeriksaan FOB sangat umum dilakukan untuk mendiagnosis
kejadian atelectasis, prosedur ini memiliki peran yang terbatas untuk
mengobati atelectasis pos-operatif. Pada pemeriksaan FOB juga
dapat dilakukan evaluasi penyebab obstrukis bronkus,
membersihkan mucous plug, namun pada sumbatan yang terletak
terlalu jauh, seperti bronkus bagian distal akan sulit terjangkau oleh
pemeriksaan fiberoptic bronkoskopi.
 Pemeriksaa histopatologis

Pemeriksaan histologis biasnaya dilakukan bersamaan pada saat


dilakukannya pemeriksaan fiberoptic bronkoskopi, mucous plug
atau lesi pada bronkus diambil secara biopsy untuk mengetahui
penyebab utamanya (aspergilus, malignancy, dll)

2.3.PEMERIKSAAN RADIOLOGI TORAKS


2.3.1. GAMBARAN X-RAY DAN CT PADA ATELEKTASIS
Gambaran radiologis dari atelektasis terdiri dari tanda langsung (direct)
dan tanda tidak langsung (indirect) . Diagnosis berdasarkan kombinasi dari
gambar radiologi ini.8,9 :
I. Direct signs Direct signs dari atelektasis menunjukkan
kehilangan volume pada lobus yang abnormal.9
a. Displacement of interlobar fissure
i. Displacement of interlobar fissure adalah tanda
yang paling baik dari atelektasis tetapi tidak
selalu terlihat. Gambaran spesifik dari fissure
displacement terlibat pada lobus.8,9
b. Crowding of vessels or bronchi
i. Crowding of vessles or bronchi menggambarkan
lobus kehilangan volume dan diagnosis ini
ditegakkan jika tidak terlihat pergeseran dari
fissure. Crowded vessels terlihat pada
pemeriksaan radiologis jika adanya kehilangan
volume tanpa adanya konsolidasi.8,9
II. Tanda indirect

Tanda indirect atelektasis tidak berhubungan langsung


kehilangan volume di lobus tetapi akibat sekunder dari penyakit.

a. Elevasi diafragma
Elevasi diafragma terjadi akibat kehilangan
volume di daerah ipsilateral. Umumnya
atelektasis di daerah lobus bawah daripada
atelektasis lobus atas. Walaupun sangan sulit
untuk melihat daerah lobus bawah akibat adanya
suatu konsolidasi. Untuk mendiagnosis harus
mengetahui posisi normal diafragma.
Hemidiafragma lebih tinggi 2 cm daripada
hemidiafragma kiri pada orang normal sekitar 90
%.9,10
b. Pergeseran mediastinum
Pergeseran mediastinum terjadi dengan
atelektasis. Pergeseran mediastinum anterior
biasanya terjadi dengan kolaps lobus atas dan
mudah dikenal dengan pergeseran dari trakea.
Pergeseran dari jantung dan mediastinum
posterior tampak dengan atelektais lobus
bawah.8,9
c. Compensatory overinflation
Compensatory overinflation dari paru normal
pada satu sisi dengan terjadi atelektasis akibat
dari peningkatan volume dan penurunan dari
densitas dari paru. 9,10
d. Pergeseran hilus
Pergeseran dari hilus terjadi akibat atelektasis
didaerah lobus atas atau lobus bawah. Elevasi
dari hilus akibat dari kolaps pada lobus atas.
Hilus kiri lebih tinggi dari hilus kanan pada
keadaan normal. Jika kedua hilus berada pada
posisi sama terjadi akibat kolaps dari lobus atas
kanan atau kolaps dari lobus bawah kiri.8,9
e. Reorientation of the hilum or bronchi
berhubungan dengan pergeseran dari hilus.
Dengan kolaps pada lobus atas , hilus berputar
keluar dan arteri pulmonal descending dan
bronkus kelihatan vertikal daripada normal dan
lebih mudah terlihat .9,10
f. Approximation of ribs
Pada iga-iga didaerah ipsilateral akan saling
mendekati satu sama lain oleh karena adanya
kehilangn volume paru. Walaupun gambaran ini
bisa terlihat pada penderita dengan kolaps ,
gambaran atelektasis lain selalu terlihat ; jangan
mendiagnosis berdasarkan tanda hanya
pendekatan antara iga-iga ini.10,11
g. Peningkatan opasitas paru
Peningkatan opasitas dari paru bisa terlihat tetapi
tidak begitu spesifik. Ini menunjukkan bahwa
tidak adanya udara di jarungan paru. 9,10
h. Tidak ada air broncogram
Pada penderita dengan konsolidasi paru tidak
tampak air bronchogram . Ini menunjukkan
terjadinya obstruksi bronkus didaerah sentral .
Adapun, air bronchogram bisa terjadi dari
obstruksi bronkus didaerah sentral atau
resorption atelectasis dan mungkin juga akibat
dari mucus plaque didaerah perifer.
i. Mucous bronchogram
Mucous bronchogram terjadi akibat dari
obstruksi pada bronkhus. Gambaran CT
menunjukkan low attenuation mukus dan terjadi
obstruksi di bronkus.
j. Tanda indirect dengan tipe spesifik pada
atelektasis
Tanda indirect yang lain dari atelektasis yang
diikuti oleh tipe yang spesifik dari atelektasis
termasuk :
 Golden’s S sign : Atelektasis lobus bawah
atas
 Juxtaphrenic peak : Atelektasis lobus
atas.
 Luftsichel sign : Atelektasis lobus atas
kiri.
 Flat waist sign : Atelektasis lobus bawah
kiri.
 Comet tail sign : Rounded atelectasis.8,9
Secara umum, kolaps lobus pada konfigurasi ‘fanlike’ dengan basal dari
‘fan-shaped triangle’ berlabuh/menetap pada permukaan pleura dan apeks
segitiga pada hilum6
Pada lobus yang tidak terpengaruh akan mengalami hiperinflasi akibat
kompensasi yang berfungsi untuk mengisi sebelah rongga dada yang
terpengaruhi, dan hiperinflasi yang terjadi akan membatasi besar pergeseran
dari struktur dada yang mobile.6
 Atelectasis lobus atas paru kanan6
o Pada frontal radiografi
 Terdapat pergeseran ke arah atas dari fissure minor
 Terdapat pergeseran trakea ke arah kanan
o Pada lateral radiografi
 Terdapat pergeseran ke arah atas dari fissure minor dan
pergeseran kea rah depa dari fissure mayor
o Jika terdapat massa yang cukup besar pada hilum bagian kanan,
maka dapat terjadi atelectasis pada lobus atas paru kanan,
combinasi dari massa pada hilus dan akan mengambarkan
karakteristik S Sign of Golden
Gambar 2.4 atelektasis lobus atas paru kanan.

Gambar 2.5 S Sign of Golden

 Atelectasis lobus atas paru kiri6


o Gambaran radiografi bagian frontal
 Terdapat araa yang kabur akibat peningkatan densitas di
sekitar hilum kiri
 Trakea bereser kearah kiri
 Mungkin dapt ditemukan elevasi dengan “tenting” pada
diafragma sebelah bagian kiri saja.
 Inflasi kompensasi dari lobus bawah dapat menyebabkan
pembesaran dari segmen atas dari lobus bawah hingga ke
apeksa dari thoraks pada sisi yang sakit
o Gambaran radiografi bagian lateral
 Terdapat perpindahan kea rah depan dari fissure mayor,
dan keadaan meningkatnya opasitas dari lobus bagian
atas yang menginkatkan densitas secara parallel hingga
ke sternum

Gambar 2.6 Atelektasis lobus atas paru kiri

 Atelectasis lobus bawah6


o Gambaran radiografi bagian frontal
 Kedau lobus kanan dan kiri bagina bawah kolaps dan
membentuk densitas triangular yang melebar ke apex
hilum hingga ke dasar dari porsio medial dari
hemidiafragma yang terpengaruhi
 Terdapat elevasi dari hemidiafragma yang terpengaruhi
 Jantung bergeser ke arah paru yang kehilangan volume
 Fissure mayor bergeser ke bawah
o Gambaran radiografi bagian lateral
 Terdapat pergeseran seluruh fisura myor kea rah bawah
dan posterior hingga terjadi kolaps penuh dari lobus
bawah dan membentuk gambaran densitas triangular
kecil pada bagian posterior sudut costophrenic
Gambar 2.7 Atelektasis lobus bawah paru kiri dan paru kanan

 Ataelektasis lobus tengah paru kanan6


o Gambaran radiografi bagian frontal
 Terdapat densitas triangular dengan dasar lobus yang
bersiluet pada batas kanan paru dan apeks jantung berada
pada dinding dada lateral
 Fissure minor bergeser ke arah bawah
o Gambaran radiografi bagian lateral
 Terdapat densitas triangular dengan dasar mengarah ke
anterior dan apexnya berda pada hilum
 Fissura minor mungkin bergeser ke arah inferior dan
fissure mayor ke arah superior

Gambar 2.8 Atelektasis lobus tengah paru kanan

 Endotrakeal tube yang terlalu rendah6


o Jika ujung dari ETT masuk ke bronkus lobus bawah sebelah
kanan, maka hanya lobus kanan bawah cenderung terpasoki oleh
udara dan tetap mengembang. Dalam waktu singkat, atelectasis
pada seluruh paru kiri dan lobus bagian atas dan tengah dari paru
kanan akan terjadi
o Ketika EET ditarik keluar setinggi carina maka atelectasis pun
akan hilang secara cepat.

Gambar 2.9 Atelektasis lobus atas paru kanan dan kiri akibat pemasangan endotrakeal tube

 Atelectasis pada seluruh bagian paru6


o Gambaran radiografi bagian frontal
 Terjadi opasifikasi pada paru yang atelectasis akibat
hilangnya udara.
 Hemidiafragma pada baigan yang mengalami atelectasis
akan memberi gambaran siluet pada paru yang tidak
terisi udara
 Terdapat pergeseran dari struktur yang dapat bergerak di
bagian dada menuju bagian terdapat atelektasis
o Gambaran radiografi bagian lateral
 Hemidiafragma pda bagian yang atelectasis akan muncul
siluet dari paru yang tdak berisi udara. Jika kia melihat
foto lateral dengan seksama maka hanya akan terlihat
satu hemidiafragma dan bukan dua.
Gambar 2.10 Atelektasis lobus atas paru kiri dan paru kanan

 Atelectasis subsegmental6
o Memberi gambaran densitas yang linear dengan ketebalan
bervariasi biasanya terdapat parallel dengan diafragma,
ditemukan pada dasar paru
o Paling sering terjadi pada seseorang yang menggunakan belat,
pasien postoperative, dan memiliki nyeri dada pleuritic
o Berhubungan dengan deaktivasi surfaktan
o Terlihan identical dengan proses garis linear scarring yang
kronis, dan menghilang dalam beberapa hari namun bekas luka
akan menetap

Gambar 2.11 Atelektasis subsegmental

 Atelectasis akibat kompresi6


o Kompresi pasif pada paru dapat terjadi dikarenakan kebiasaan
inspirasi yang kurang dalam sehingga menggabarkan
peningkatan densitas pada basal paru atau efusi pleura berat
ataupun penumothrorax.
o Pada CT terdapat gambaran efusi pleura pada hemithorax kiri.
Pada lobus kiri bawah terlihat bagian atelectasis karena kompresi
dari efusi pleura disekitarnya.

Gambar 2.12 Atelektasis akibat kompresi Gambar 2.13 Atelektasis akibat kompresi

 Gambaran Radiologi Round Atelektasis6


o Pada gambaran CT pada rongga thorax, terdapat bronkovaskular
markings yang mengarah kepada round atlektasis di belakang
hilum dan mengambarkan “comet-tail appearance”

Gambar 2.14 Round atelectasis pada lobus kiri bawah

 Gambaran Radiologi Round Atelektasis6


o Terdapat opasitas menyeluruh dari hemithorax menuju bagian
yang sakit dan pergeseran dari trakea dan esofagus. Batas
jantung juga dapat bergeser ke arah yang sakit sekitar kurang
lebih satu sentimeter. Jantung terlihat menyatu dnegan bagian
paru yang terkena atelectasis memberi gambaran opak.
Gambar 2.15 Atelektasis Obstruktif Gambar 2.16 Atelektasis Obstruktif
BAB III

KESIMPULAN

Semua jenis atelectasis disebabkan oleh hilangnya volume udara dalam paru, namun
gambaran radiografi nya akan berbeda sesuai dengan jenis-jenis dari atelectasis. Tiga jenis
atelectasis yang paling sering dijumpai adalah tipe subsegmental, kompresi atau atelektasi
pasif, dan atelectasis obstruktif.
Atelektasis subsegmental biasanya terjadi pada pasien yang tidak tebiasa mengambil nafas
dalam dan memberi gambaran radiologi densitas berbebntuk linear dan biasanya terdapat pad
dasar paru. Atelectasis kompresi terjadi jika terjadi miskin inspirasi dan menyebabkan kolpas
paru yang diakibatkan oleh efusipleura atau pneumothoraks. Ketika abnormalitas yang
mendasari diobati maka paru akankembali mengembang dan sehat. Pada round atelectasis
biasanya paru tidak dapat mengembang kembali walaupun efusi pleura sudah hilang, yang
diakibatkan penyakit paru pendahulu. Round atelektasi dapat memberi gambaran lesi seperti
tumor pada pemeriksaan radiografi dan dapat memiliki gambaran sama dengan tumor.
Atelectasis obstruktif terjadi pada distal pada lesi yang menghambat pada pohon
bronkias dikarenakan reabsorbsi dari air pada ruang udara distal melalui bantalan pulmonary
kapiler. Atelectasis obstruktif memiliki pola kolaps yang dapat dikenali dan kosisten
berdasarkan dari asumsi bahwa plura visceral dan pleura parietal tetap bersentuhan satu sama
lain dan setiap lobus dari paru terfiksasi di dekat hilum. Tanda dari atelectasis obsturiktif
termasuk perpindahan fissure, peningkatan densitas dari paru yang terpengaruh, pergeseran
dari struktur bergerak pada thorax menuju bagian atelectasis dan terjadi inflasi kompensasi dari
paru yang ipsilaterl atau kontralteral.
Atelectasis cenderung akan sembuh dengan cepat jika prosesnya akut, semakin berat
prosesnya, maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh
DAFTAR PUSTAKA

1. Woodring JH, Reed JC. Types and mechanisms of pulmonary atelectasis. Vol. 11,
Journal of Thoracic Imaging. 1996. p. 92–108.

2. Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

3. Drake, R. L., Vogl, A, W., et al. 2014. Gray Dasar-Dasar Anatomi. Elsevier. Singapura:
82-90

4. Djojodibroto, D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC

5. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Jakarta; Universitas Indonesia Publishing;


2020.

6. Herring W. Learning Radiology Recognizing The Basics. Edisi 3. USA: Elsevier, 2016.

7. DiagnosticThoracic Imaging. United Stated of America: Penerbit The


McGraw-HillCompanies.

8. Pearson G, Cooper J, Deslauriers J, et all ; Atelectasis in Thoracic Surgery . 2 nd


Edition. Philadelphia. Churchill Livingstone.2002 .

9. Stoller J, Bakow E, Longworth D ; Atelectasis in Critical Diagnosis Thingking in


Respiratory Care. Philadelphia . W.B Saunders Company. 2002

10. Sharma S, Hollingsworth H, Talavera F, et all ; Atelectasis avalaible from


http//www.emidicine.com

11. Fraser R, Pare ; Atelectasis in Synopsis of Diseases of the Chest. 3 th Edition.


Philadelphia . Elsevier Saunders. 2005.

12. Kella, A.A., Despande, SB Pulmonary surfactants anda their role in phatofisiology of
Lung disorders. Indian journal.2013

Anda mungkin juga menyukai