[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
207 tayangan10 halaman

Media BK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seringkali kita temui dalam proses pembelajaran di kelas, guru
mengalami masalah untuk memberikan pengertian kepada siswa tentang satu
pokok bahasan. Guru mengeluh karena sudah seringkali diulang, tetapi siswa
tidak dengan segera dapat memahami pokok bahasan tersebut. Kasus ini
mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi antara guru dan siswa
terdapat kesenjangan. Dimana kesenjangan ini muncul mungkin akibat bahan
ajar yang diberikan kepada siswa kurang menarik atau mungkin media yang
dipergunakan tidak sesuai dengan karakteristik bahan ajar yang diberikan.
Seringkali guru menyampaikan bahan ajar kepada siswa hanya dengan
mempergunakan cara-cara yang “kuno”. Dalam arti bahwa guru hanya sebatas
menjelaskan atau memberi ceramah kepada siswa. Keterbatasan metode ini
akan membuat siswa merasa cepat bosan walaupun materi yang diberikan
oleh guru sebenarnya sangat menarik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Media?
2. Apakah pengertian Media Bimbingan dan Konseling?
3. Jelaskan manfaat penggunaan Media dalam Bimbingan dan Konseling?
4. Sebutkan kerugian penggunaan Media dalam Bimbingan dan
Konseling?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian media Bimbingan dan Konseling
2. Memahami manfaat media Bimbingan dan Konseling
3. Mengetahui hambatan dalam penggunaan media Bimbingan dan
Konseling
4. Tujuan khusus adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Media
Bimbingan Konseling

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium”
yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau
pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Sumber pesan dalam
pembelajaran adalah guru, sedangkan penerima pesan adalah siswa atau peserta
didik. Dalam Dictionary of Education, disebutkan bahwa media adalah bentuk
perantara dalam berbagai jenis kegiatan berkomunikasi.. Sebagai perantara,
maka media ini dapat berupa koran, radio, televisi bahkan komputer. Menurut
Yuliani Nurani Sujiono (2005) Media adalah:” segala sesuatu yang dapat
dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang daya pikir, perasaan, perhatian
dan kemampuan anak sehingga ia mampu mendorong terjadinya proses belajar
mengajar pada anak”.
Pengertian media menurut Masitoh, dkk (2006). adalah:” peralatan yang
dapat mendukung anak secara komprehensip yang meliputi perkembangan
fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, kreatifitas dan bahasa”. Sementara itu
Badru Zaman (2005) mendifinisikan media: “ sebagai wahana dari pesan yang
oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan (anak)”. Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah peralatan
yang dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang perkembangan fisik,
motorik, sosial, emosi, kognitif, kreatifitas dan bahasa anak sehingga ia mampu
mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada diri anak.
Media dapat dirancang/dibentuk secara kompleks dengan batasan tertentu
sehingga media itu sendiri dapat merangsang timbulnya semacam dialog
internal antara penyampai informasi dan penerima informasi. Dengan perkataan
lain pesan yang ingin disampaikan dapat diterima baik oleh penerima pesan
melalui media yang digunakan. Proses layanan bimbingan dan konseling
merupakan proses komunikasi, maka dari itu dalam melaksanakan layanan
Bimbingan dan Konseling juga membutuhkan Media sehingga dapat membantu
dan mempermudah para konselor dalam pelaksanaan Layanan Bimbingan dan
Konseling.

2
B. Media Bimbingan Konseling
Pengertian media dalam bimbingan konseling sebagai hal yang digunakan
menjadi perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan
program BK. Namun dalam perkembanganya Media BK tidak sebatas untuk
perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan program BK
tetapi memiliki makna yang lebih luas yaitu segala alat bantu yang dapat
digunakan dalam melaksanakan program BK (Diklat profesi guru, PSG Rayon
15, 2008). Misalnya konselor ketika melaksanakan konseling individu
memerlukan ruang konseling, meja kursi, alat perekam/pencatat. ketika
konselor pada akhir minggu/bulan/semester/tahun akan melaporkan kegiatan
kepada Kepala Sekolah memerlukan media, Gagne menyatakan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Lebih lanjut, Briggs menyatakan bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar.
Ada beberapa jenis media dalam program BK yaitu:
1. Media untuk menyampaikan informasi
2. Media sebagai alat (pengumpul data dan penyimpan data)
3. Media sebagai alat bantu dalam memberikan group information
4. Media sebagai Biblioterapi
5. Media sebagai alat menyampaikan laporan.

Dengan demikian Media BK dapat berperan di dalam pelaksanaan kegiatan


program layanan bimbingan dan konseling sebagai alat bantu dalam
melaksanakan berbagai kegiatan bimbingan dan juga kegiatan konseling
individu maupun konseling kelompok. Media bimbingan dan konseling dalam
penggunaannya harus relevan dengan tujuan layanan dan isi layanan. Hal ini
mengandung makna bahwa penggunaan media dalam layanan bimbingan dan
konseling harus melihat kepada tujuan penggunaannya dan memiliki nilai
dalam mengoptimalkan layanan yang diberikan kepada siswa.

3
C. Dasar Pertimbangan Dalam Pemilihan Media
1. Alasan Teoritis
Proses pemilihan media menjadi penting karena kedudukan media yang
strategis untuk keberhasilan pembelajaran. Alasan pokok pemilihan media
dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep pembelajaran sebagai
suatu sistem yang didalamnya terdapat suatu totalitas yang terdiri atas
sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Media merupakan salah satu komponen utama dalam pembelajaran
selain tujuan, materi, metode dan evaluasi maka sudah seharusnya dalam
pembelajaran guru menggunakan media. Kedudukan media dalam
pembelajran tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem pembelajaran.
Penggunaan media akan meningkatkan kebermaknaan (meaningful
learning) hasil belajar. Dengan demikian pemilihan media yang menjadi
penting artinya dan ini menjadi alasan teoritis mendasar dalam pemilihan
media.
2. Alasan Praktis
Menurut Arif Sadiman (2013:84-85) terdapat beberapa penyebab orang
memilih media diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Demonstration
Media dapat digunakan untuk mendemonstrasikan sebuah konsep, alat,
objek, kegunaan, cara mengoperasikan dll. Media berfungsi sebagai alat
peraga pembelajaran.
b. Familiarity
Karena sudah terbiasa menggunkaan media tersebut dan merasa sudah
menguasai.
c. Clarity
Ingin memberikan gambaran/penjelasan yang lebih konkret
d. Active Learning
Guru dapat membuat siswa berperan aktif baik secara fisik, mental,
emosional.
Guru sebagai pengguna harus dapat memilih media yang tepat dengan
kebutuhan pembelajran sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik

4
materi pembelajaran. Arif Sadiman (2013: 85) mengemukakan beberapa
pertimbangan yang dapat dijadikan rujukan untuk membeli media jadi adalah
sebagai berikut:
a. Apakah media yang dipilih itu relevan denga tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai?
b. Apakah disertai dengan buku manual atau sumber informasi tentang
media tersebut?
c. Apakah perlu dibentuk tim ahli dan pengguna media untuk merevieu
media tersebut?
d. Apakah terdapat media dipasaran yang telah divalidasi/uji coba?
e. Apakah media tersebut boleh direvieu terlebih dahulu?
f. Apakah terdapat format revieu yang seudah dibakukan?

D. Kriteria Pemilihan Media Bimbingan dan Konseling


Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam memilih media
yaitu:
a. Kesesuaian dengan Tujuan (intructional goals)
Perlu dikaji tujuan apa yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan layanan.
Kemudian bisa dianalisis media apa saja yang cocok guna mencapai tujuan
tersebut.
b. Kesesuaian dengan Materi Layanan Bimbingan dan Konseling (intructional
content)
Yaitu bahan atau kajian apa yang diajarkan pada program layanan tersebut.
Pertimbangan lainnya dari bahan atau pokok bahasan tersebut sampai
sejauhmana keadaan yang harus dicapai, dengan demikian kita bisa
mempertimbangankan media apa yang sesuai dengan menyampaikan bahan
tersebut.
c. Kesesuaian dengan Karakteristik Siswa
Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa atau guru.
Yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri-ciri media yang akan digunakan. Hal
lainnya karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun

5
kualitatif (kualitas, ciri dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap media yang
akan digunakan.
d. Kesesuaian dengan Teori
Pemilihan media ini harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori. Media
yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatau media yang
dianggap paling bagu, namun didasrkan atas teori yang diangkat dari
penelitian dan riset sehingga telah teruji validitasnya.
e. Kesesuaian dengan Gaya Belajar Siswa
Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar
dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa.
f. Kesesuaian dengan Kondisi Lingkungan, Fasilitas Pendukung, dan Waktu
yang Tersedia
Bagaimanapun bagusnya sebuah media apabila tidak didukung oleh fasilitas
waktu yang tersedia maka kurang efektif. Media juga terkait dengan user
atau penggunaanya dalam hal ini guru, jika guru tidak memiliki kemampuan
untuk menggunakan media tersebut dengan baik maka akan sisa-sia, begitu
juga fasilitas lainnya.

E. Masalah dalam Pemilihan dan Menggunakan Media


Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadikan
perantara antara sumber dengan penerima dalam suatu pembelajaran, baik
searah maupun dua arah. Contohnya seorang guru ceramah di depan kelas maka
media yang dipakai adalah media audio. Guru memaparkan melalui LCD
Proyektor maka media yang ia gunakan adalah media visual / grafis. Guru
memberikan contoh sebuah peristiwa melalui pemutaran video yang disertai
suara maka ia menggunakan media audio-visual.
Banyak permasalahan yang menyebabkan guru enggan memakai media
yang efektif untuk pembelajaran, yang menarik sehingga menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Adapun permasalahan tersebut diantaranya adalah:
1. Guru merasa repot
Guru yang hanya menyaksikan guru lain memakai media -misalnya alat
peraga model rangka manusIa- akan melihatnya sebagai sesuatu hal yang

6
merepotkan. Namun jika disusuri lebih dalam, maka ketika pembelajaran
berlangsung, seorang guru yang tidak memakai media justru kerepotan
untuk menjelaskan struktur tulang manusia secara lengkap. Kalau guru
merasa sulit membawa ke kelas, maka siswa bisa diajak langsung ke lab
dimana model kerangka berada. Atau bisa meminta siswa untuk
mengambilkan model kerangka dari tempat penyimpanan. Gitu aja kok
repot.
2. Mahal
Sekarang ini banyak dijual media-media pembelajaran yang menarik. Media
yang dijual ini biasanya telah terbundel dalam satu kit tertentu misalnya kit
matematika. Tidak dijual secara terpisah sehingga harganya relatif mahal.
Untuk sekolah dengan sumber dana minim mungkin dirasa berat. Namun
guru harus kreatif dan pantang menyerah pada keadaan. Seorag guru telah
berhasil menciptakan model cara kerja jantung hanya bermodal barang-
barang bekas. Maka sebenarnya untuk masalah ini yang dibutuhkan oleh
seorang guru adalah kereatif.
3. Tidak Bisa
Ada sebuah wabah yang menyerang sebagian guru-guru senior. Dalam
survey tidak resmi yang saya gelar, dari 10 guru, 8 guru diantaranya
terjangkit wabah TBC (tidak bisa komputer). Adapun untuk yunior, dari 10
guru yunior hanya 1 diantaranya yang TBC.
Media pembelajaran LCD proyektor harus didukung kemampuan guru
untuk menyusun lembar presentasi antara lain menggunakan Ms.
Powerpoint. Dalam 10 sekolah paling tidak telah ada 1 LCD proyektor yang
pemakaiannya bisa bergilir untuk menampilkan gambar-gambar ataupun
video pembelajaran. Namun fasilitas ini sia-sia belaka jika guru tidak bisa
memanfaatkan media. Solusinya adalah jangan takut untuk belajar dan tidak
ada kata terlambat untuk memulai. Hapuskan TBC!
4. Tidak Tersedia
Solusinya bisa mengadopsi point ke-2 di atas. Anggaran pendidikan 20%
mestinya bisa tersebar merata dan tepat sasaran. Kalau sekarang per siswa
(SD) didanai BOS kurang lebih Rp 20.000,- per bulan, bandingkan dengan

7
sebelum ada program BOS per siswa hanya membayar Rp 5.000,- tiap
bulan. Tentu ini bisa dijadikan cerminan sehingga usaha untuk mengadakan
media bukanlah mimpi di siang bolong.
5. Kurang Penghargaan
Jerih payah dan kerja keras seorang guru kadang-kadang tidak
mendapatkan perhatian dari atasan. Bahkan kadang memerlukan
pengorbanan, yakni membiayai pembuatan media murni dari kantong
sendiri. Namun hal ini bukan suatu masalah apabila nurani Anda adalah
seorang guru yang ikhlas mengajar demi pendidikan. Yakinlah bahwa Allah
tidak akan diam saja. Alah telah menjanjikan setiap kali seorang guru
mengajarkan satu bab ilmu (tidak hanya guru), maka telah dibukakan
baginya pintu surga. Subhanallah, sungguh indah rasanya.
Seorang guru sejati akan bahagia manakala melihat anak didiknya
memahami dan mengerti akan ilmu pengetahuan, bukankah tak ada urusan
dengan penghargaan atasan. Penghargaan terbesar bagi guru adalah ketika
melihat anak didiknya berhasil dan meraih prestasi terbaik, menjadi insan
yang santun dan berpendidikan, beriman dan bertakwa.

F. Kerugian Penggunaan Media dalam Konseling


Menurut Pelling (2002), walaupun saat ini masyarakat sangat tergantung
pada teknologi, tetapi di lain pihak, masih banyak diantara kita yang mengalami
ketakutan untuk mempergunakan teknologi. Sebaik apapun teknologi yang
berkembang, tetapi jika pola pikir masyarakat masih terkungkung dengan nilai-
nilai yang diyakini benar, maka data atau informasi yang didapat seakan-akan
menjadi tidak berguna. Hal lain yang terkait dengan penggunaan media dalam
bimbingan dan konseling adalah sasaran pengguna seringkali disamakan.
Walaupun ragam media sudah bermacam-macam, tetapi media ini seringkali
masih belum bisa menyentuh sisi afektif seseorang.
Dalam bimbingan dan konseling dikenal istilah empati. Penggunaan media,
seringkali pula akan “menghilangkan” empati konselor, jika konselor
mempergunakan media sebagai alat bantu utama. Klien datang ke ruang
konseling tidak selalu membutuhkan informasi dari internet atau komputer,

8
bahkan ada kemungkinan klien atau siswa datang ke ruang konseling juga tidak
membutuhkan bantuan dari konselor secara langsung melalui proses konseling.
Tetapi adakalanya, siswa atau klien datang ke ruang konseling hanya ingin
mendapatkan senyuman dari konselor atau penerimaan tanpa syarat dari
konselor. Dalam menggunakan media, seperti internet ada kekurangannya
seperti data sering kali sulit dilindungi; sulit mengetahui respon klien secara
langsung; serta mahal. Selain itu ada beberapa dampak negatif dari beberapa
alat media yang digunakan jika pengguna dan pelaksananya tidak memahami
dampak yang akan ditimbulkan. Beberapa contoh dampak negatif
penyalahgunaan teknologi informasi seperti:
1. Beredarnya rekaman video porno di ponsel
2. Beredarnya video porno bajakan yang dilakukan oleh anak negeri
3. Banyaknya video-video yang lebih kepada video porno yang beredar di
internet yang dapat di akses dan di lihat oleh kalangan manusia tidak hanya
orang dewasa tetapi juga anak-anak.

9
BAB III
SIMPULAN

Media adalah sesuatu berupa peralatan yang dapat di pakai dan


dimanfaatkan untuk merangsang perkembangan dari berbagai aspek baik itu fisik,
motorik, sosial, emosi kognitif, kreatifitas dan bahasa sehingga mampu mendorong
dan memudahkan terjadinya proses belajar mengajar. Sehingga pesan yang ingin
disampaikan dapat diterima baik oleh penerima pesan melalui media yang
digunakan. Dalam melaksanakan proses layanan Bimbingan dan Konseling juga
membutuhkan Media sehingga dapat membantu dan mempermudah para konselor
dalam pelaksanaan Layanan BK. Media dalam bimbingan dan konseling sebagai
hal yang digunakan menjadi perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor)
melaksanakan berbagai kegiatan BK, namun dalam perkembangannya media BK
tidak sebatas untuk perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor)
melaksanakan berbagai kegiatan bimbingan dan konseling, tetapi memiliki makna
yang lebih luas yaitu segala alat bantu yang dapat digunakan dalam pelaksanaan
program BK.

10

Anda mungkin juga menyukai