Analisis Data Hidrologi Sungai Air Bengkulu Menggunakan Metode Statistik
Analisis Data Hidrologi Sungai Air Bengkulu Menggunakan Metode Statistik
Analisis Data Hidrologi Sungai Air Bengkulu Menggunakan Metode Statistik
Gusta Gunawan
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung jumlah debit puncak sungai Air Bengkulu
dan pemetaan penyebaran genangan air yang mungkin terjadi di sekitar Air Bengkulu. Analisis
curah hujan harian rata-rata dilakukan menggunakan analisis statistik dan curah hujan wilayah
dihitung menggunakan metode poligon Thiessen. Data curah hujan yang digunakan untuk
keperluan penelitian adalah data hujan selama 15 tahun terakhir. Perhitungan debit puncak
menggunakan metode rasional dan simulasi pemodelan banjir dilakukan dengan menggunakan
HEC-RAS 4.1.0. Pemetaan genangan banjir dilakukan dengan menggunakan software Hec-
GeoRAS 4.3.1. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa distribusi hujan mengikuti distribusi
Gumbel tipe 1. Debit puncak Sungai Air Bengkulu untuk periode ulang 5, 10, 25, 50 dan 100
tahun masing-masing 339,66 m3 / detik; 470,38 m3 / detik; 520,59 m3 / detik; 557,83 m3 /
detik; 594,79 m3 / detik; 631.62 m3 / dtk. Hasil pemetaan yang dihasilkan menunjukkan daerah
yang terkena banjir genangan di Kota Bengkulu yaitu terjadi pada dataran rendah sepanjang air
Bengkulu yang secara administrasi termasuk pada Desa Pasar Bengkulu, Kampung Klawi,
Rawa Makmur, Suka Merindu, Tanjung Agung, Tanjung Jaya, dan Semarang. Kedalaman
genangan untuk setiap lokasi adalah bervariasi yaitu berada pada kisaran 0,1 sampai dengan 110
cm. Kesimpulan dari penelitian ini adalah genangan banjir di Air Bengkulu terjadi pada
beberapa lokasi dengan kedalaman yang berbeda pada setiap lokasinya.
Kata Kunci: Banjir, sungai Air Bengkulu, Hec-GeoRAS 4.3.1, HEC-RAS 4.1.0Abstract
Bengkulu municipality as a constituent element of the Air Bengkulu watershed with 51,500 of
hectares area bypassed by the stream of Air Bengkulu River which empties into the Teluk
Segara District, municipal of Bengkulu. Air Bengkulu River suffered flood at least twice a year
of frequency as result of the increase in water discharge (Q) in the rainy season. The purpose of
this research is to calculate the amount of peak river discharge of Air Bengkulu and mapping
the distribution of inundation water that may occur in the city of Bengkulu. Analysis of the mean
daily maximum rainfall area was conducted by Thiessen Polygon using 15 last years of rainfall
datas. Calculation of peak discharge using rational methods for different return period plans
Analysis of Rainfall of flood modeling simulation is done by using HEC-RAS 4.1.0 and flood
inundation mapping is done by using Hec-GeoRAS 4.3.1 flood modeling. The result of rainfall
plan calculations was qualified by Gumbel type 1 method. The results of the Air Bengkulu river
peak discharge quantify for return period 5, 10, 25, 50 and 100 years respectively 339.66
m3/sec; 470.38 m3/sec; 520.59 m3/sec; 557.83 m3/ sec; 594.79 m3/ sec; 631.62 m3/ sec. Results of
generated mapping showed the areas affected by flood inundation in Bengkulu City namely
Pasar Bengkulu village, Kampung Klawi, Rawa Makmur, Suka Merindu, Tanjung Agung,
Tanjung Jaya, and Semarang. The depth value of inundation mapping for every affected village
of floodwaters are vary, but in the range of 0 - 110 cm.
2
∑n (Xi -X)
Sd = i=1 )
n-1
n ∑ni=1{(Xi )-X}2
Cs =
(n-1)(n-2)Sd3
1 n
∑i=1{(Xi )-X}4
Gambar 1. Cara poligon thiessen Ck = n )
Sd4
Metode poligon thiessen dipakai apabila
daerah pengaruh dan curah hujan rata-rata Sd
tiap stasiun berbeda-beda. Metode Thiessen Cv =
X
ditentukan dengan cara membuat polygon
Distribusi Probabilitas Kontinyu
antar pos hujan pada suatu wilayah DAS,
kemudian tinggi hujan rata-rata dihitung dari 1) Distribusi Gumbel Tipe I
jumlah perkalian antara tiap-tiap luas Untuk mengukur curah hujan rencana
polygon dan tinggi hujannya dibagi dengan dengan Distribusi Gumbel Tipe I
luas seluruh DAS (Sosrodarsono & Takeda, digunakan persamaan distribusi empiris
1976). sebagai berikut (Soewarno, 1995):
Persamaan untuk perhitungan hujan rerata
wilayah dengan metode poligon thiessen S
XT = X + (Y - Yn )
digunakan persamaan sebagai berikut : Sn T
n
Ai x Ri
RThiessen = 2) Distribusi Log Pearson Tipe III
Atotal
i=1 Metode Log Pearson Tipe III apabila
digambarkan pada kertas peluang
Analisa Frekuensi logaritmik akan merupakan persamaan
Analisa frekuensi bertujuan untuk mencari garis lurus, sehingga dapat dinyatakan
hubungan antara besarnya besarnya suatu sebagai model matematik dangan
kejadian ekstrem (amksimum atau persamaan sebagai berikut (Soewarno,
minimum) dan frekuensinya berdasarkan 1995):
distribusi probabilitas (Kamiana, 2011).
Secara sistematis metode analisis frekuensi Y=Y+k×S
perhitungan hujan rencana ini dilakukan
secara berurutan yaitu, parameter statistik, 3) Distribusi Log Normal
distribusi probabilitas kontinyu, dan Distribusi Log Normal apabila
pengujian kecocokan sebaran. digambarkan pada kertas peluang
logaritmik akan merupakan persamaan
Parameter Statistic (Pengukuran dispersi)
garis lurus, sehingga dapat dinyatakan
Besarnya derajat dari sebaran variat disekitar sebagai model matematik dengan
nilai rata-ratanya disebut dengan variasi atau persamaan sebagai berikut (Soewarno,
dispersi dari pada suatu data sembarang 1995):
variabel hidrologi. Beberapa macam cara
untuk mengukur dispersi dilakukan dengan XT = X + Kt × S
perhitungan dengan rumus dasar sebagai
berikut (Soewarno, 1995):
2
Oi - Ei Penentuan Time Of Consentration (Tc)
X2 = ∑nt=1 Ei
Waktu konsentrasi (Time consentration)
Suatu distribusi dikatakan selaras jika adalah waktu yang diperlukan air hujan yang
nilai X2 hitung < X2 kritis. Dari hasil jatuh untuk mengalir dari titik terjauh
pengamatan yang didapat dicari sampai ke titik outlet (titik kontrol). Dalam
penyimpangan dengan chi-square kritis hal ini diasumsikan bahwa jika durasi hujan
paling kecil. Untuk suatu nilai nyata sama dengan waktu konsentrasi maka setiap
tertentu (level of significant) yang sering bagian daerah aliran secara serentak telah
diambil adalah 5%. Derajat kebebasan ini menyumbangkan aliran terhadap titik
secara umum dihitung dengan rumus kontrol. Salah satu metode untuk
sebagai berikut (Soewarno, 1995): memperkirakan waktu konsentrasi adalah
dengan rumus yang dikembangkan oleh
Kirpich (1940) dalam (Kamiana, 2011),
Dk = K - (P + 1)
yaitu:
7) Analisis curah hujan rencana dicoba lahan ini menjadi penghambat limpasan
dengan menggunakan distribusi, yaitu aliran permukaan (surface run off).
distribusi Gumbel Tipe I, Log Pearson Penggunaan lahan pada sub-DAS Rindu
Tipe III, dan Log Normal. Rumus Hati dan nilai koefisiennya disajikan pada
umum yang digunakan Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Tutupan Lahan sub-DAS Rindu
Xt = X + Kt × S. Hati
Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) Persen (%) Koefisien
Tubuh Air 32.82 0.171 1
8) Uji kecocokan sebaran menggunakan Hutan Primer 475.55 2.476 0.30
Chi-Kuadrat dan Smirnov- Hutan Sekunder 1176.8 6.127 0.30
Kolmogorov, dengan kriteria Pertanian Lahan Kering 16935.07 88.167 0.35
Pemukiman 587.76 3.060 0.40
pengujian: Total 19208 100
Untuk Uji Chi-Kuadrat jika nilai f2 Sumber: Yudha, 2014
Hitungan < F2 cr (diterima). Penggunaan lahan pada Sub-DAS Susup dan
Untuk Uji Smirnov-Kolmogorov jika nilai koefisiennya disajikan pada Tabel 2
nilai Dmaks < Do kritis (diterima). berikut :
9) Penentuan waktu konsentrasi hujan Tc Tabel 2. Tutupan Lahan sub-DAS Susup
dengan rumus Kirpich. Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) Persen (%) Koefisien
Semak Belukar 645.99 6.532 0.37
tc = 0,06628 × L0,77 × S-0,385 Tanah Terbuka
Hutan Sekunder
16.9
842.63
0.171
8.520
0.30
0.36
Pertanian Lahan Kering 8384.48 84.770 0.41
10) Analisis intensitas curah hujan rencana Total 9890 100
Sumber: Yudha, 2014
periode ulang 5, 10, 20, 50, 100 dan
200 Tahun, rumus yang digunakan Penggunaan lahan pada Sub-DAS Bengkulu
dalam menghitung intensitas hujan Hilir dan nilai koefisiennya disajikan pada
adalah rumus Mononobe. Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Tutupan Lahan sub-DAS Bengkulu
R24 24 2/3
Hilir
It = ×
24 tc Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) Persen (%) Koefisien
Menghitung Q (debit) puncak akibat hujan Lahan Kering 19041.7 87.48 0.38
Pemukiman 896.08 4.12 0.43
berdasarkan pengaruh tata guna lahan Semak Belukar 448.04 2.06 0.37
terhadap koefisien pengaliran (C) dengan Sawah, Hutan Rawa 1120.1 5.15 0.41
Hutan 260 1.19 0.36
Intensitas curah hujan rencana
Total 22402 100
menggunakan Metode Rasional Sumber: Yudha, 2014
mengekspor klik File Export GIS Data
Analisa Data Hujan
Klik Export Data.
Menganalisis data hujan pada prosesnya
sangat diperlukan ketersediaan data curah
HASIL DAN PEMBAHASAN hujan harian yang secara kualitas dan
Analisa Tutupan Lahan kuantitas cukup memadai. Data curah hujan
Faktor penutupan lahan vegetasi cukup yang digunakan adalah data curah hujan
signifikan dalam pengurangan atau harian selama 15 tahun terakhir sejak tahun
peningkatan aliran permukaan. Hutan yang 2001 hingga tahun 2015.
lebat mempunyai tingkat penutup lahan yang
tinggi, sehingga apabila hujan turun ke
wilayah hujan tersebut, faktor penutupan
Tabel 6. Kondisi Sub DAS Rindu Hati Tabel 9. Hasil perhitungan It untuk sub
Data Kondisi Sub DAS Rindu Hati DAS Susup - Kemumu
Periode
Luas daerah pengaliran (A) 192.07 km2 R It
No Ulang
Panjang saluran (L) 34.60 km (Tahun) (mm) (mm/jam)
Elevasi hulu saluran utama 190 mdpl 1 5 129.743 10.53
2 10 141.708 11.50
Elevasi hilir saluran utama 18 mdpl
3 25 156.832 12.73
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
4 50 168.049 13.64
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada 5 100 179.184 14.54
Tabel 7. 6 200 190.282 15.44
Tabel 7. Hasil perhitungan It untuk sub Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
DAS Rindu Hati 3) It sub DAS Bengkulu Hilir
Periode Data kondisi Sub DAS Rindu Hati
R It
No Ulang berdasarkan hasil analisa GIS dapat dilihat
(Tahun) (mm) (mm/jam) pada Tabel 10.
1 5 129.743 11.41 Tabel 10. Kondisi Sub DAS Bengkulu Hilir
2 10 141.708 12.46
Data Kondisi Sub DAS Bengkulu Hilir
3 25 156.832 13.79
Luas daerah pengaliran
4 50 168.049 14.78 22.402 km2
(A)
5 100 179.184 15.76
Panjang saluran (L) 68.15 km
6 200 190.282 16.73
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Elevasi hulu saluran
42 mdpl
utama
2) It sub DAS Susup - Kemumu Elevasi hilir saluran
Data kondisi Sub DAS Susup - Kemumu 10 mdpl
utama
berdasarkan hasil analisa GIS dapat dilihat Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
pada Tabel 8.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 8. Kondisi Sub DAS Susup-Kemumu Tabel 11.
Data Kondisi Sub DAS Susup-Kemumu
Tabel 11.Hasil perhitungan It untuk sub
Luas daerah pengaliran (A) 98.90 km2
DAS Bengkulu hilir
Panjang saluran (L) 35.50 km Periode
Elevasi hulu saluran utama 190 mdpl No Ulang R It
(Tahun) (mm) (mm/jam)
Elevasi hilir saluran utama 18 mdpl
1 5 129.743 4.40
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
2 10 141.708 4.80
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada 3 25 156.832 5.31
Tabel 9.
4 50 168.049 5.69
5 100 179.184 6.07
6 200 190.282 6.45
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
perhitungan debit puncak rencana metode digunakan adalah yang terbaru dan
rasional. Perhitungan debit puncak (Qp) terverifikasi sehingga nilai koefisien
berdasarkan periode ulang rencana untuk limpasan (C) yang diperoleh semakin
setiap sub DAS menggunkan metode efektif untuk perhitungan besaran debit
rasional. diperoleh hasil debit puncak (Qp) puncak.
untuk setiap periode ulang yang berbeda- 2. Dalam mengkonversi data kontur atau
beda pada outlet DAS Air Bengkulu. Untuk DEM menjadi data TIN harus teliti
debit puncak periode ulang 5 tahunan dalam pengecekan kontur dan terutama
diperoleh hasil 339.66 m3/dtk dan untuk garis kontur sungai untuk menghindari
debit puncak periode ulang 100 tahunan terjadinya kesalahan pengeplotan
diperoleh hasil 594.79 m3/dtk.pada outlet tampang lintang sungai.
DAS. 3. Sebaiknya saat mensimulasi tampang
lintang sungai di HEC-RAS, jarak per
KESIMPULAN DAN SARAN
station dibuat lebih detail agar
Kesimpulan mendapatkan hasil yang lebih efisien
Adapun dari penelitian ini, dapat dalam pendekatan simulasi genangan
disimpulkan : aliran sungai.
1. Debit puncak yang didapat pada single 4. Perlu penelitian lanjutan dengan data
outlet DAS Air Bengkulu untuk periode dan informasi yang lebih terukur
ulang 5, 10, 25, 50, 100, dan 200 tahun sehingga hasil simulasi lebih efektif
dengan Metode Rasional berturut-turut dan mendekati kondisi lapangan yang
adalah sebesar 339.66 m3/dtk; 470.38 sebenarnya.
m3/dtk; 520.59 m3/dtk; 557.83 m3/dtk;
594.79 m3/dtk; 631.62 m3/dtk. DAFTAR PUSTAKA
2. Daerah yang terdampak genangan
Andriansyah, O., & Mustikasari, R. (2011).
banjir hasil pemetaan oleh HecGeoRAS
Gambaran Umum Permasalahan
dan Arcmap yaitu kelurahan Pasar
Pengelolaan Air DAS Air
Bengkulu, Kampung Klawi, Rawa
Bengkulu. Bogor: Yayasan
Makmur, Suka Merindu, tanjung
Telapak.
Agung, Tanjung Jaya, dan Semarang.
Arnita, Sari, A. I., Sudarsono, b., Sasmito,
3. Nilai kedalaman genangan banjir hasil
b., & Harianto. (2013). Penentuan
pemetaan untuk setiap kelurahan yang
Area Luapan Kali Babon Akibat
terdampak genangan banjir sangat
Kenaikan Debit Air Berbasis SIG.
bervariasi namun dalam rentang 0 –
Jurnal Geodesi Undip Volume 2
110 cm.
Nomor 4, 57-71.
4. Hasil validasi pemetaan genangan
banjir dengan metode membandingkan Aronoff, S. (1989). Geographic Informatio
menggunakan foto dokumentasi ground Systems : A management
check saat banjir sesungguhnya sedang Perspective. Ottawa: WDL
terjadi hanya pada kelurahan semarang Publications.
yang tidak terdampak genangan banjir.
Asdak, C. (2010). Hidrologi dan
Saran Pengelolaan Daerah Aliran
Saran yang dapat diberikan dari hasil
Sungai. Yogyakarta: Gajah MAda
penelitian ini yaitu beberapa hal i berikut : University Press.
1. Dalam anlisa debit metode rasional
sebaiknya data tutupan lahan yang