A.
ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TIROID
       1. STRUKTUR
           Kelenjar Tiroid terdiri dari Folikel sferik dg diameter 50-500 µmeter. Terletak
           dibawah anterior leher yang terdiri dari sel folikuler dan para folikuler. Sel folikuler
           menghasilkan hormon T4 (tiroksin) dan T3 ( triodotironin )
           Sel parafolikuler menghasilkan hormon tyrokalsitonin (calsitonin) yang berperan
           dalam pengaturan kalsium
Hormon Tiroid:
Merupakan hormon yang terdiri dari asam amino yang mengawal kadar Metabolisme tubuh.Sel
yang mensintesis hormon Tiroid adalah Tiroksin (T4; prohormon) dan Triidotironin (T3;hormon
aktif). T3 dan T4 disimpan dalam keadaan terikat dengan glikoprotein,tiroglobulin, didalam
koloid dari folikel. Tiroglobulin disintesis di robusum sel kelenjar tiroid & asam amino. Hormon
T3 & T4 , dilepas sekitar o,1 & 1 - 3 mmol. Tirotropin TSH berasal dari Adenohipofisis, hormon
ini mempunyai peran dalam pengatur kelenjar        tiroid ( masenjer ke dua),dan merangsang
pelepasan T3 & T4 dari koloid .
Tahapan pembentukan Hormon Tiroid
   1. Penangkapan iodin dan oksidasi iodin
   2. Pembentukan tiroglobulin
   3. Organifikasi tiroglobulin( iodin berikantan dg tryosylmoities pd       tiroglobulin unt
       membentuk 3 monoiodintirosin & 3,5 –diioditirosin)
   4. Coupling ikatan mono dan ikatan diiodo membentuk T4 & T3
   5. Hormon disimpan dlm sel- sel folikuler berikatan dg tiroglobulin
   6. Dengan stimulasi yg cukup proteolisis memisahkan T4 & T3 dari tiroglobulin
   7. T3 & T4 dilepaskan dan tiroglobulin mengalami siklus ulang
Metabolisme Hormon T3 Dan T4
Hormon T3 , dua sampai        empat kali lebih poten dari    hormon T4, bekerja lebih cepat
mempunyai efek beberapa jam, dalam sirkulasi hanya sekitar 20% yang berasal dari kelenjar.
tiroid, sekitar 80% berasal dari deiodinasi T4. Oleh sebab itu hormon T3 merupakan hormon
efektif dan aktual. Perubahan T3 mjd T4 ( terjadi di hati & ginjal) dikatalisis oleh        5-
deiodinase dalam mikrosom yg mengambil 5-iodin dari cincin luar T4. Rasio T3 dan T4 dalam
plasma 1 : 100 keduanya terikat pada 3 protein yg berbeda (terutama T4) :
1) Globulin mengikat Tiroksin ( TBG) mengangkut dua pertiga dari T4
2) Prealbumin pengikat tiroksin ( TBPA)
3) Albumin serum , mengangkut sisa T4. (Hanya sedikit T3 &T4 yg terikat dalam sirkulasi )
Dalam mempertahankan konsentrasi T3 & T4 tetap konstan diatur oleh TSH sedangkan sintesis
& pelepasannya diransang oleh TRH ( Tiroliberin)
           Hormon Tiroid
FUNGSI HORMON T3 , T4 DAN TYROKALSITONIN
       1. Hormon T4 : Mengatur katabolisme protein, lemak, dan karbohidrat diseluruh
          sel .
       2. Hormon T3 :
          a. Mengatur kecepatan metabolik semua sel
          b. Mengatur produksi panas tubuh
          c. Merupakan antagonis insulin
          d. Mempertahankan sekresi growth hormon, maturasi skelet
          e. Mempertahankan tonus otot
          f. Mempertahankan kekuatan denyut, kekuatan, output jantung
          g. Mempengaruhi kecepatan pernapasan,dan penggunaan oksigen
          h. Mempertahankan mobilisasi kalsium
          i. Mempengaruhi produksi sel darah merah
          j. Menstimulasi perubahan lemak, pelepasan asam lemak bebas, dan sintesa
              kolesterol
          k. Mempengaruhi pertumbuhan somatik dan system saraf.
       3. Fungsi hormon Thyrokalsitonin adalah:
          a. Menurunkan kadar kalsium dan fosfor serum
          b. Menurunkan absorsi kalsium dan fospor di gastrointestinal (GI Tract )
          c. Menghambat resorpsi tulang.
B. DEFINISI HIPERTIROID
Berbagai sumber mendefinisikan hipertiroid sebagai berikut:
   1. Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
       kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
       biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
   2. Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi
       tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
   3. Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar
       tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di
       dalam darah.
   4. Suatu keadaan dimana adanya out put hormon tiroid yang berlebihan, merupakan suatu
       kelompok sindroma yang disebakan oleh peningkatan hormon tiroid / tiroksin yang tidak
       terikat dalam sirkulasi darah.
C. ETIOLOGI / PENYEBAB
       1. Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
          hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
          penurunan TSH       dan TRF karena umpan balik negatif           HT terhadap pelepasan
          keduanya( penyebab yang berhubungan dengan kelenjar tiroid)
       2. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT
          dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari HT dan TSH.
          Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi
          disertai TSH dan TRH yang berlebihan( penyebab yang tidak berhubungan dengan
          kelenjar tiroid)
       Penyebab Utama :
       1 Penyakit Grave
       2.Toxic multinodular goitre
       3. Solitary toxic adenoma’’
          Penyebab Lain
          1. Tiroiditis
          2.Penyakit troboblastis
          3. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
          4. Pemakaian yodium yang berlebihan
          5. Kanker pituitari
          f. Obat-obatan seperti Amiodarone
Penyakit Grave (Struma multinodular toksik )
          Merupakan penyebab tersering dalam kasus hipertiroidisme, Adalah suatu penyakit
otoimun yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada
kelenjar tiroid. Otoantibodi IgG ini yang disebut sebagai immunoglobulin perangsang tiroid
(thyroid-stimulating immunoglobulin), yang menyebabkan meningkatnya               pembentukan
Hormon Tiroid (HT), namun tidak mengalami umpan balik negatif dari kadar HT yang tinggi.
Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya berespons terhadap peningkatan kadar HT yang
tinggi.
          Penyebab penyakit     Grave tidak diketahui dengan jelas. namun tampaknya terdapat
predisposisi genetik terhadap penyakit otoimun, yang paling sering terkena adalah wanita berusia
antara 20 sampai 30 tahun.
          Gondok nodular (nodul) adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan
kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode
pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi,
 misalnya pada pubertas atau kehamilan. Dalarn hal ini, peningkatan HT disebabkan oleh
pengakti pada hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme tubuh sehingga terjadi
peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan hormon tiroid berkurang, ukuran kelenjar
tiroid biasanya kembali ke normal ( contoh pada indvidu hamil mengalami gondok, setelah
melahirkan hilang) . Walaupun kadang-kadang terjadi perubahan yangn irreversibel dan kelenjar
tidak dapat mengecil. Kelenjar yang membesar tersebut dapat, ( tidak selalu),              tetap
memproduksi HT dalam jumlah berlebihan.             Apabila individu yang bersangkutan tetap
mengalami hipertiroidisme, maka keadaan ini disebut “gondok nodular toksik”. Dapat terjadi
adenoma, hipofisis sel-sel penghasil TSH atau penyakit hipotalamus, walaupun jarang.
Penyakit Grave memiliki gambaran klinis sebagai berikut:
       a. Adanya pembesaran kelenjar tiroid
       b. Biasanya Difus dan simetris & besar >>
       c. Bentuk & konsistensi berpariasi
       d. Dapat menekan jaringan sekitar
       e. Meningkatkan vaskularisasi pada kelenjar tiroid mengakibatkan terdenganrnya
          “sistolik bruit” diatas kelenjar.
D. TANDA & GEJALA
   Tanda dan gejala dari penyakit Hipretiroid adalah sebagai berikut:
   1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
   2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
       Katekolamin.
    3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
       terhadap panas, keringat berlebihan
    4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
    5. Peningkatan frekuensi buang air besar ( diare)
    6. Tidak tahan panas
    7. Gangguan reproduksi
    8. Gondok, yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
                                                    9. Mata melotot (exoptalmus)
   10.Cepat letih
   11. Tanda bruit
   12. Haid sedikit dan tidak tetap
   13. Pembesaran kelenjar tiroid
E. PATOFISIOLOGI HIPERTIROID
       Penyakit Grave,Toxic multinodular goiter, Solitary toxic adenoma’’, Tiroiditis, Penyakit
      troboblastis, kanker pituitary, ambilan hormone tiroid secara berlebihan dan pemakaian
                                         yodium yang berlebihan
                                             Hipertiroid
                            Kontrol sekresi hormon tiroid tidak ada
                                      Merangsang sistim tubuh
                                         Hypermetabolik
                               Peningkatan system saraf simpatuis
    Peningkatan cardiac output, peningkatan konsumsi 02, aliran darah ke perifermeningkat,
                                     peningkatan suhu tubuh.
                Mempengaruhi sekresi & metabolism di hipotalamus & pituitari
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS/ PENUNJANG
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan
diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
Adapun pemeriksaan diagnostic yang sering dilakukan antara lain:
1. TSH(Tiroid Stimulating Hormone), pemeriksaan darah akan ditemukan meningkat
2. Bebas T3 ( triiodotironin) dan T4 (tiroksin), pemeriksaan dengan RIA( Radio imuno assay)
dalam serum darah
3. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi ( USG) kelenjar tiroid untuk
memastikan pembesaran kelenjar tiroid
5. Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia
INTERPRETASI TES DIAGNOSIS YANG BERHUBUNGAN DG HORMON TIROID
 NO JENIS TEST               PROSEDUR&PERSIAPAN            INTERPRETASI
 1  Kadar serum T4           - Sampel darah                - Mengukur tiroksin sirkulasi yg
                             -Tanpa persiapan                   bebas & terikat.
                                                           - Nilai normal: 3-7µg/100ml,
                                                           -          Dipengaruhi       oleh
                                                            kehamilan,estrogen(menyusui),
                                                            glukokortikoid,
                                                            hipoproteinnemia.
 2    Kadar serum T3         - Sampel darah radioassay     - Mengukur T3 terikat.
                             - Tanpa persiapan khusus      -        Nilai     normal:   100-
                                                                170µg/100ml
3   TBG                    - sampel darah                       - Mengukur kadar TBG, TBG
                           - Tanpa persiapan khusus             dpt naik atau turun oleh kondisi
                                                                lain & dpt merubah kadar T3
                                                         &T4
4   T3 resin Uptake        - Sampel darah diambil, resin - Mengukur perubahan kadar
    ( T3U)                 &T3                   ditambahkan tiroid binding protein(TBG)
                           kedalamnya, T3 radioaktif - Nilai normal: 25%-30%T3
                           akan berikatan pada tempat radioaktifberikatan dg resin.
                           yg kosong pd TBG, jumlah - Jika tempat ikatan protein
                           radioaktif     radioaktif    pada jenuh oleh T4 kadar T3U yg
                           darah & resin dihitunguntuk lebih             tinggi      menunjukkan
                           menentukan jumlah T3 yg hipertiroidisme,                    yg     rendah
                        terikat pada resin                      menunjukkan hipotiroidisme
5   Pemeriksaan tingkat - Sampel darah                          - Mengukur TSH secara
    hipofise TSH radio - Tanpa persiapan khusus                 langsung, pengukuran membantu
    immunoassay                                                 membedakan          hipertiroidisme
                                                                primer & sekunder.
                                                                -     Nilai       meningkat      pd
                                                                hipertiroidisme primer karena
                                                                tdk ada control umpan balik
                                                    negatif.
6   Tes stimulasi TSH      Kadar TSH diukur, 500 µg Normal:                   TRH    meningkatkan
                           TRH diberikan 30 menit               TSH           15-30µg/ml        atau
                           kemudian         TSH        diukur   peningkatan 5 m/U diatas nilai
                           kembali                              basal, respon datar menunjukkan
                                                                hipertiroidime, rsepon yg hebat
                                                                menunjukkan         hipertiroidisme
                                                      primer.
7   Pemeriksaan tingkat    - Iodine radioactive dosis - Mengukur tingkat aktifitas
                               kecil peroral pada 2,6,24 tiroid
    Tiroid   radioactive       jam.
    iodine                 -          Detektor       scitilasi - Tiroid normal menangkap 5% -
     uptake( RIAU)           ditempatkan       pd       derah 35% dosis .
                             tiroid & jumlah radioactive -         Peningkatan       penangkapan
                             yg     terkumpul        dihitung terjadi pada hipertiroidisme.
                             iodine pada makanan ,obat, -           Kelebihan       dosis     tracer
                             media x-ray, obat lain, dan diekskresi urin & dapat diukur.
                             makanan diperkaya iodine -            Urin     24     jam      tamping
                             merendahkan        pembacaan. penurunan jumlahnya dalam urin
                             (    puasa       makanan      yg menunjukkan hipertiroidisme.
                             mengandung iodine selama
                             3         hari          sebelum
                             pemeriksaan)
8    Scan Tiroid            Diberikan ¹²³ I, scintilasi Ukuran, bentuk, fungsi anatomi
                            dilakukan,              gambaran kelenjar tiroid diperiksa, terdapat
                            distribusi radioactive dicatat.    area penangkapan yg tinggi dan
                                                               rendah , ingesti iodine ( dalam
                                                               obat& zat kontras ) merubah
                                                               hasil pengukuran.
9    USG Tiroid             Tanpa persiapan                    USG digunakan untuk mencari
                                                               kelainan struktur, kistik, nodul
                                                               atau massa yg lain,
10   Test antibody Tiroid   Sampel darah                       Antibodi    tiroglobulin         dan
                                                               mikrosum terdapat pada tiroiditis
                                                               Hashimoto
11   Thiroid-stimulating    Sampel darah                       Jika terdapat antibody TSI :
     Immunoglobulin                                            konfirmasi        untuk      penyakit
     (TSI )                                                    Grave.
12      Pemerikasaan       yg - Klien beristirahat & puasa     - Normal: - 15% - +15%
        berhubungan        dg -     jumlah    oksigen    saat - Pada klien hipertiroid BMR >
        efek                   istirahat dihitung              +15%
        periferalhormon        -    Oksigen   yg    digunakan - Pada hipertiroidisme kurang
        tiroid:                dibandingkan         dg   jenis akurat   dari   pada   test   yang
        a. basal metabolic kelamin,usia,       &ukuran yg lainnya, tetapi dpt digunakan
        rate(BMR)           sama.                        untuk mengevaluasi terapi.
        b. Kadar kolesterol - sampel darah , klien puasa - normal: tiap laboratorium
        serum                  mulai malam hari( 6 – 8 jam)    berbeda-beda kadarnya yg tinggi
                                                               terdapat pada hipotiroidsme dan
                                                               rendah   pada    hipertiroidisme,
                                                               menunjang data lain
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
     1. Konservatif
     Tata laksana penyakit Graves
     a. Obat Anti-Tiroid.
     Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala
     hipotiroidisme. Contoh obat adalah sebagai berikut :
     1) Thioamide
     2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
     3) Propyl thiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksima 2000 mg/hari
     4) Potassium Iodide
     5) Sodium Ipodate
     6) Anion Inhibitor
        b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi             gejala-
           gejala :
     1). hipotiroidisme. Contoh: Propanolol
        Indikasi :
        a. Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan
           struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
        b. Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau
      sesudah pengobatan yodium radioaktif
   c. Persiapan tiroidektomi
   d. Pasien hamil, usia lanjut
   e. Krisis tiroid
      Penyekat adernergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu
      pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol
      dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah         4-8
      minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan
      tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid
      dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan
      eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan di nilai apakah
      tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan,
      pasien masih dalam keadaan Hipertiroid, walaupun         kemudian hari dapat      tetap
      hipertiroid atau terjadi kolaps.
2. Surgical
   a. Radioaktif iodine.
   Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
          b. Tiroidektomi.
          Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar
H. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada
pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam
jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takhikardia, agitasi, tremor, hipertermia
(sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, dapat terjadi kematian
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi
karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas masih
tinggi.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
  Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk pada konsep yang
  dikutip dari Doenges (2000), seperti dibawah ini :
  1. Pengkajian
     a.        Aktivitas atau istirahat
               1). Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan
               koordinasi,Kelelahan berat
               2).Tanda : Atrofi otot
     b. Sirkulasi
          1). Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
          2). Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan
            tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat.
            Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
     c. Eliminasi
          1). Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar,
             kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan pada
             abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi
             oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk
             (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare )
     d. Integritas / Ego
          1). Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
             berhubungan dengan kondisi.
          2). Tanda : Ansietas peka rangsang
    e. Makanan / Cairan
          1). Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet :
             peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari
             periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretic
              ( tiazid )
    2). Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid (        peningkatan
      kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis,
      bau buah ( napas aseton)
f. Neurosensori
   1). Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan        pada otot
      parastesia, gangguan penglihatan
   2). Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut),
   gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam
   (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA)
g. Nyeri / Kenyamanan
   1).Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan
      palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
 1). Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
    (tergantung adanya infeksi atau tidak)
   2). Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
      frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamanan
   1). Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
   2). Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
      kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot - otot
      pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam )
j. Seksualitas
    1). Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ;
       kesulitan orgasme pada wanita
    2). Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma :
       positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol
       meningkat
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  Diagnosa keperawatan yang muncul sangat tergantung dari penyebab, berat ringannya
  penyakit hipertiroid, dan komplikasi yang menyertai.
  Dibawah ini adalah diagnosa keperawatan pada umumnya yang mungkin muncul pada
  klien dengan hipertiroidisme. Adapun diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada
  klien yang mengalami hipertiroidisme
  adalah sebagai berikut :
  a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan (B.D) hipertiroid
     tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
  b.Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
  c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
     dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
     penurunan berat badan)
  d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
     perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak
     mata/eksoftalmus.
  e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
  f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
     berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
  g. Risiko    tinggi    perubahan    proses   pikir   berhubungan    dengan      perubahan
      fisiologik,peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola
      tidur
3. Perencanaan / Intervensi.
  a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
     terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
     Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
     kebutuhan tubuh, dengan kriteria :
        1) Nadi perifer dapat teraba normal.
        2) Vital sign dalam batas normal.
        3) Pengisian kapiler normal
        4) Status mental baik
       5)Tidak ada disritmia
Intervensi :
1). Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
      memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
      vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
2). Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
      pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh
      otot jantung atau iskemia
3). Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
      krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat
      pada keadaan hipermetabolik
4). Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi
      lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi
      dan menurunkan curah jantung
5).   Catat masukan dan haluaran cairan tubuh
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkanv dehidrasi berat.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat
Energy.
Intervensi :
1). Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin
ditemukan.
2). Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan
agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
3). Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme
4). Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage
Rasional : Meningkatkan relaksasi
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme           (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
1). Nafsu makan baik.
2). Berat badan normal
3). Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
1). Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan
sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
2). Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan
kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
3). kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari
ulkus
Intervensi :
1). Observasi adanya edema periorbital
Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan
2). Evaluasi ketajaman mata
Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retroorbita.
3). Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
Rasional : Melindungi kerusakan kornea
4). Bagian kepala tempat tidur ditinggikan
Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
dengan kriteria : Pasien tampak rileks
Intervensi :
1). Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan
imsomnis
2). Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi
berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
3). Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan
kesalahan interpretasi
4) Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan criteria:
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
1). Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan
pilihan berdasarkana informasi
2). Berikan informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang
muncul akan menentukan tindakan pengobatan
3). Identifikasi sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam memunculkan /eksaserbasi
dari penyakitnya
4). Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan
5) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan
mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5
tahun kedepan.
g. Risiko      tinggi   perubahan   proses    pikir     berhubungan   dengan     perubahan
    fisiologik,peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola
    tidur
Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan
dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
Intervensi :
1). Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap
tempat, waktu dan orang
Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori
2). Catat adanya perubahan tingkah laku
Rasional :Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas
meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang
sesungguhnya
3). kaji tingkat ansietas
Rasional :Ansietas dapat merubah proses pikir
4). Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan
      Rasional :Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan
      hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinaso pendengara.
      5). Orientasikan pasien pada tempat dan waktu
      Rasional :Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran
      pada realita/lingkungan
      6). Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
      Rasional :Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
       g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau
       obat anti psikotik.
       Rasional :Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi
       untuk meningkatkan proses pikir.
4. Evaluasi
       Hasil yang diharapkan adalah :
       a. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
       tubuh
       b. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
       c. Klien akan menunjukkan berat badan stabil
       d. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus
       e. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
       f. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya
       g. Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam
       berpikir/berprilaku dan faktor penyebab
Reference
1. Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi
               8, EGC, Jakarta
2. Barbara C.Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah ( suatu             pendekatan proses
              keperawatan),cetakan I , Bandung
3. Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta
4. Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
5. Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan,
               (Edisi III), EGC, Jakarta.
6. FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta