Career & Growth > Motivational">
[go: up one dir, main page]

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Gangrene Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Pirngadi Medan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA

GANGRENE PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUANG


RAWAT INAP RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

Soep1, Cecep Triwibowo1


1
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Medan

` Abstract

Gangrenous wound healing is a state of gangrenous wounds experienced by patients with diabetes
mellitus who said recovered and not recovered already passed the stage of the physiological process
of wound healing gangrenous. Wound healing is a condition of the wound which has undergone phase
of the physiological process of wound healing to say cured or not cured. Gangrenous wound healing
is influenced by age, nutrition, wound care. The general objective of this study to determine the
factors that affect wound healing in diabetes mellitus gangrene in inpatient hospital DR.Pirngadi
Medan in 2015. This research uses descriptive method with cross sectional study design. With
accidential sampling techniques, sample size studied 20 respondents. Data collected by using
observation sheets and questionnaires. The data obtained were analyzed manually through editing,
coding, and tabulating presented in frequency distribution. Conclusion: gangrenous wound healing
respondents said recovered as many as 17 people (85%), based on age ie 40-50 years as many as 10
people (50%) based nutrients are met as many as 14 people (70%), based on those wounds care done
correctly by 20 (100%).

Keywords: Factors, Gangrenous Wound Healing, DM

A. Latar Belakang 1.98%, sementara data terakhir yang dikeluarkan Depkes


Diabetes melitus (DM) atau kencing manis RI menyatakan prevalensi DM secara nasional adalah
merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan 5.7% (Depkes, 2009).
meningkatnya kadar glukosa darah dan gangguan DM adalah salah satu penyakit kronis yang
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang memerlukan penatalaksanaan jangka panjang. Kondisi
disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Menurut – kondisi pada penyakit kronis menuntut klien untuk
Smeltzer (2002), diabetes melitus merupakan beradaptasi terhadap perubahan – perubahan tersebut
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh agar tidak terjadi komplikasi (Qurratuaeni, 2009).
kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. DM adalah sekelompok penyakit metabolik yang
Prevalensi penderita diabetes pada tahun 1985 dikarakteristikan dengan kondisi hiperglikemia yang
sebesar 30 juta orang, meningkat menjadi 135 juta diakibatkan oleh gangguan dalam sekresi insulin, aksi
orang pada tahun 1995 dan 217 juta orang pada tahun insulin, ataupun keduanya. Komplikasi akut yang
2005 (Smyth & Heron, 2006). Lima negara dengan mengancam nyawa pada Diabetes adalah hiperglikemia
jumlah penderita diabetes terbesar pada tahun 2000 berat dengan ketoasidosis atau nonketotik hiperosmolar
adalah India dengan 31,7 juta, Cina orang 20,8 juta, syndrome. Komplikasi jangka panjang dari DM adalah
Amerika 17,7 juta orang, Indonesia 8,4 juta orang, dan retinopati, gagal ginjal kronis, neuropati perifer yang
Jepang 6,8 juta orang (Wild, Roglic, Green, Sicree, & menyebabkan ulkus kaki dan amputasi, charcot joint,
King, 2004). Berdasarkan data yang diperoleh dari neuropati otonom yang menyebabkan gejala
data Survailans Terpadu Penyakit (STP) tahun 2008 gastrointestinal, genitourinari, kardiovaskuler, dan
terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah disfungsi seksual. Pasien dengan diabetes berisiko
penyakit Diabetes Melitus dengan jumlah kasus DM tinggi untuk mengalami aterosklerosis, penyakit jantung
mencapai 918 pasien yang ada di 123 rumah sakit koroner, dan stroke. Selain itu hipertensi dan profil
28 kabupaten/kota seluruh propinsi Sumatera Utara, data lipoprotein yang abnormal sering ditemui pada penderita
Riskesdas (2007) prevalensi Diabetes Melitus yang DM (BIMIKI, 2014).
didiagnosa oleh Nakes (tenaga kesehatan) disertai Menurut kriteria diagnostik Perkumpulan
dengan gejala diperoleh data untuk kabupaten Samosir Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2006,
0.3 %, Dairi 1%, Serdang bedagai 0.6%, Tapanuli seseorang didiagnosa menderita Diabetes Mellitus jika
Utara 0.3%, prevalensi DM untuk kota Medan mempunyai kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl
2.7% dan prevalensi DM untuk propinsi Sumatera Utara dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Manifestasi

241
klinis Diabetes Mellitus yang sangat khas adalah B. Metodologi Penelitian
meningkatnya frekuensi berkemih (poliuria), rasa haus Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang semakin besar metode penelitian Deskriptif yang menggambarkan
(polifagia), keluhan lelah dan mengantuk, serta keadaan sebenarnya (Notoadmodjo, 2010). Dan dengan
penurunan berat badan (Price, 2005). menggunakan desain penelitian Cross Sectional yaitu
Komplikasi lain dari DM adalah suatu metode yang merupakan rancangan penelitian
kerentanan terhadap infeksi, tuberculosis paru, dan dengan melakukan pengukuran dan pengamatan pada saat
infeksi pada kaki, yang kemudian dapat berkembang bersamaan (Sesekali sewaktu). Dan penelitian ini
menjadi gangren. Gangren adalah proses atau keadaan dilakukan pengambilan sampel sampel yaitu dengan
yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis menggunakan teknik accidental sampling yaitu mengambil
(Waspadji, 2006). Gangren kaki diabetik luka pada kaki responden yang klebetulan ada atau tersedia ditempat
yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sesuai konteks penelitian dengan batas 20 orang.
sumbatan yang etrjadi di pembuluh darah sedang atau
besar di tungkai. Luka gangren merupakan salah satu C. Hasil Penelitian
komplikasi kronik DM yang paling ditakuti oleh setiap Dari lembar observasi yang telah dilaksanakan
penderita DM (Tjokroprawiro, 2007). dan lembar kuesioner yang telah disebarkan kepada 20
Pada penderita DM dengan luka gangren responden di ruang Dahlia I, Dahlia II, Mawar I, Mawar ii,
perbaikan perfusi mutlak diperlukan karena hal tersebut RSUD DR. Pirngadi Medan tahun 2015,maka
akan sangat membantu dalam pengangkutan oksigen diperoleh,kemudian diolah dan dianalisa serta disajikan
dan darah ke jaringan yang rusak. Peran perawat disini dalam bentuk tabel distribusi frekuensi seperti dibawah ini:
adalah melakukan perawatan luka dengan baik serta
selalu melakukan pengkajian dan penilaian terhadap Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden
perfusi jaringan yang luka, penilaian granulasi jaringan di RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2015
serta menilai proses penyembuhan luka ganggren Usia Frekuensi Presentase (%)
tersebut (Gitarja,2008) 40-50 12 60
Prevalensi luka ganggren di Indonesia sekitar 50-60 5 25
15% dari prevalensi pasien diabetes melitus, angka 60-70 3 15
amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan luka Total 20 100
diabetik merupakan penyebab perawatan rumah sakit
yang terbanyak sebesar 80% untuk DM (Hastuti,2008). Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
Luka ganggren merupakan keadaan yang di awali dari mayoritas responden berusia 40-50 tahun sebanyak 12
adanya hipoksia jaringan dimana oksigen dalam orang (60%), Minoritas sebanyak 5 orang (25%) berusia
jaringan berkurang, hal tersebut akan mempengaruhi 51-60 tahun dan 3 orang (15%) berusia 61-70 tahun (15%).
aktivitas vaskuler dan seluler jaringan sehingga akan
berakibat terjadinya kerusakan jaringan (Guyton, 2006). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Nutrisi
Kerusakan pada jaringan menyebabkan Responden Luka Gangren di RSUD
kerusakan pada pembuluh darah. Sel, platelet dan DR.Pirngadi Medan Tahun 2015.
kolagen tercampur dan mengadakan interaksi. Lekosit Nurisi Frekuensi Presentase (%)
melekat pada sel endotel pembuluh darah mikro Terpenuhi 16 80
setempat, pembuluh darah yang rusak akan tersumbat Tidak Terpenuhi 4 20
tetapi pembuluh darah yang ada didekatnya, terutama Total 20 100
venula dengan cepat akan mengadakan dilatasi.
Lekosit bermigrasi diantara sel-sel endotel ke tempat Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
yang rusak dan dalam beberapa jam tepi daerah jaringan mayoritas responden mempunyai nutrisi yang terpenuhi
yang rusak sudah diinfiltrasi oleh granulosit dan selama proses penyembuhan luka ganggren yaitu
makrofag. Lekosit yang rusak segera digantikan oleh sebanyak 16 orang (80%) dan minoritas tidak terpenuhi
fibroblas yang juga sedang bermetabolisme dengan sebanyak 4 orang (20%).
cepat, sehingga dibutuhkan kemampuan sirkulasi yang
besar, tetapi keadaan tersebut tidak didukung oleh Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawatan
sirkulasi yang baik sehingga hal itu dapat Luka Pasien Luka Gangren di RSUD
menyebabkan hipoksia jaringan (Subekti, 2006). DR.Pirngadi Medan Tahun 2015
Berdasarkan survey pendahuluan yang Perawatan Luka Frekuensi Presentase (%)
dilakukan di RSUD dr.Pirngadi Medan pada tanggal
Benar 20 100
21 februari 2015 diperoleh jumlah data dan penderita Tidak Benar 0 0
penyakit diabetes melitus yang menjalani pengobatan
Total 20 100
pada tahun 2014 sebanyak 310 penderita dan 62
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
penelitian tentang “Penyembuhan Luka gangren Pada
mayoritas perawatan luka dikakukan dengan benar
Penderita Diabetes Melitus Di Ruang Dahlia I RSUD
terhadap responden sebanyak 20 orang (100%), dan tidak
dr.Pirngadi Medan tahun 2015”.
ada yang tidak benar.

242
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyembuhan Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyembuhan
Luka Gangren di RSUD DR.Pirngadi Medan Luka Responden Berdasarkan Perawatan Luka di
Tahun 2015 RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2015
Penyembuhan Luka Frekuensi Presentase (%) Penyembuhan Perawatan Luka Total %
Luka Benat % Tidak %
Sembuh 17 85 Benar
Tidak Sembuh 3 15 Sembuh 17 85 3 15 20 100
Total 20 100 Tidak Sembuh 0 0 0 0 0 0
Total 17 85 3 15 20 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
mayoritas penyembuhan luka responden yaitu sembuh Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
sebanyak 17 orang (85%) dan Minoritas Tidak sembuh penyembuhan luka ganggren dengan harapan sembuh
sebanyak 3 orang(15%). sebanyak 20 orang (100%) baik itu dengan perawatan luka
yang benar maupun perawatn luka yang tidak benar.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyembuhan
Luka Responden Berdasarkan Usia di RSUD D. Pembahasan
DR.Pirngadi Medan Tahun 2015. Peneliti membahas faktor-faktor yang
Penyembu Usia To % mempengaruhi penyembuhan luka ganggren pada
han 40-50 % 51-60 % 61-70 % tal penderita diabetes mellitus di Ruang rawat inap RSUD Dr.
Sembuh 10 50 4 20 3 15 17 85 Pirngadi Medan Tahun 2015. Adapun yang dibahas
Tidak 2 10 1 5 0 0 3 15
Sembuh adalah:
Total 12 60 5 25 3 15 20 100 1. Usia
Banyak faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa penyembuhan luka, salah satunya yaitu usia. Dari hasil
mayoritas penyembuhan luka ganggren responden yang tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 20 responden paling
dikatakan sembuh berdasarkan usia adalah responden pada banyak yang berusia 40-50 tahun mengalami
saat berusia 40-50 tahun sebanyak 10 orang (50%) dan penyembuhan luka dengan kriteria sembuh sebanyak 10
minoritas saat berusia 51-60 tahun yaitu sebanyak 4 orang orang (50%), pada usia 51-60 sebanyak . Hasil penelitian
(20%) dan saat berusia 60-71 yaitu sebanyak 3 orang ini sesuai dengan pendapat atau teori (Harman, 2007) yang
(15%). mengatakan bahwa usia anak sampai dewasa memiliki
penyembuhan luka yang lebih cepat daripada orang tua.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyembuhan Hal ini dikarenakan orang tua mengalami penurunan
Luka Responden Berdasarkan Nutrisi di RSUD fungsi multi organ, sehingga bila dipertanyakan kenapa
DR.Pirngadi Medan Tahun2015 tidak pada usia yang semakin tua penyembuhan luka bisa
Penyembuhan Nutrisi Total % dapat sembuh? maka jawabannya karena hal itulah yang
Luka Terpenuhi % Tidak % dapat menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi
Terpenuhi lebih panjang atau tertunda sehingga lama penyembuhan
Sembuh 14 70 2 10 16 80
Tidak Sembuh 3 15 1 5 4 20 luka tersebut. Dan kenapa paling banyak pada usia 40-50
Total 17 75 3 15 20 100 tahun terkena diabetes melitus?. Hal itu dikarenakan
manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tahun. Diabetes melitus sering muncul setelah memasuki
mayoritas penyembuhan luka ganggren responden yang umur rawan tersebut. Semakin bertambahnya umur, maka
dikatakan sembuh berdasarkan nutrisi yaitu responden resiko menderita diabetes mellitus akan meningkat
dengan nutrisi yang terpenuhi sebanyak 14 orang (70%) terutama umur 45 tahun dengan disebut kelompok resiko
dan minoritas dengan nutrisi tidak terpenuhi sebanyak 2 tinggi (Harman, 2007).
orang (10%). Maka dengan total penyembuhan luka
responden yang dapat sembuh baik dengan nutrisi 2. Nutrisi
terpenuhi atau tidak terpenuhi sebanyak 16 orang (80%). Penyembuhan luka membutuhkan nutrisi yang
Sedangka minoritas penyembuhan luka responden yang tinggi. Pasien memerlukan diet tinggi protein, vitamin a, c,
dikatakan tidak sembuh, sedangkan minoritas b12, zat besi, dan kalsium (Harman, 2007), dan hal ini
penyembuhan luka luka gangren responden dikatakan sesuai dengan hasil peneliti dari tabel 2 menunjukkan
tidak sembuh sebanyak 3 orang (15%) dengan nutrisi bahwa dari 20 responden paling banyak 14 orang (70%)
terpenuhi dan 1 orang (5%) dengan nutrisi tidak terpenuhi nutrisi yang terpenuhi yaitu dengan mengkonsumsi diet
dengan total penyembuhan luka gangren yang tidak tinggi protein, vitamin A, C, B12, zat besi, dan kalsium
sembuh sebanyak 4 orang (20%). dapat mengalami penyembuhan luka dengan kriteria
sembuh. Jadi, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pasien dengan nutrisi terpenuhi akan lebih cepat
mengalami kesembuhan lukanya.

243
3. Perawatan Luka penurun fungsi multi organ yang menyebabkan
Selain usia dan nutrisi, perawatan luka juga lamanya penyembuhan luka
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan 2. Untuk responden, lebih memperhatikan nutrisi
luka pada pasien diabetes melitus (Harman, 2007). Dari dengan mengkonsumsi diet tinggi vitamin A, C,
hasil tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang B12, Zat Besi, Protein, dan Kalsium, agar dapat
melakukan perawatan luka dengan benar ada 17 orang mengalami penyembuhan luka yang cepat sembuh.
(85%) mengalami penyembuhan luka dengan kriteria 3. Untuk tim kesehatan diharapkan supaya
sembuh, dan tidak ada responden yang tidak mengalami melakukan perawatan luka sesuai SOP untuk
penyembuhan luka dengan kriteria tidak sembuh, dan ada memperoleh hasil atau penyembuhan luka yang
responden perawatan lukanya yang tidak benar (tidak cepat.
melakukan perawatan luka sesuai langkah-langkah
perawatan luka tang telah ditentukan) masih bisa Daftar Pustaka
mengalami penyembuhan luka dengan kriteria sembuh Anonim. (2015). WhatIs Diabetes.
sebanyak 3 orang (15%). Dikatan dengan kriteria sembuh Http:www.Medicinenet.com/diabetes_melitus/
yaitu bila luas luka berkurang, jumlah exudate/nanah articlehtm#.Diakses bulan februari 2015
berkurang, jaringan luka tersebut semakin baik, ada Asih, Okti Rahayu. (2010). Hubungan Komponen Persepsi
pertumbuhan jaringan granulasi atau jaringan baru, dan terhadap Penyakit dengan Tindakan
luka tersebut mengalami warna kemerahan. Hal ini dapat Pengendalian Kadar Gula Darah pada Penderita
disimpulkan bahwa perawatan luka baik ituh dilakukan DM Tipe 2 di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam
dengan benar dan tidak benar tetap saja akan mengalami RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
penyembuhan luka dengan kriteria sembuh, akan tetapi 2010.Skripsi. Padang : Universitas Andalas
bila perawatan luka dilakukan dengan benar maka Belchetz, Paul et al. (2003). Mosby’s color atlas and text of
penyembuhan luka dengan kriteria sembuh dapat dialami Diabetes and Endocrinology. London : Elsevier
dengan cepat, sedangkan perawatan dengan tidak benar Science Limited Bilous.R.W.(2002).
dilakukan maka dibutuhkan waktu yang lama untuk dapat Seri Kesehatan:Bimbingan Dokter Pada Diabetes.Jakarta
mengalami penyembuhan luka dengan kriteria sembuh. P.Dian Rakyat.
Foster.DW(1998).Diabetes Melitus;Textbook of
4. Penyembuhan Luka Endocrinology. USA.WB. Saunders Co.
Setelah didapatkan hasil dari penelitian ini, maka Fryberg.R.G.et al.(2000)Diabetik Foot
faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka Disorder;a Clinical Practice GuidlineUSA.Data
dapat terjadi dengan cepat atau tidak disebabkan oleh usia, Trace Publishing.
nutrisi yang dikomsumsi dengan diet tinggi, dan cara Greenspan.FS.&Baxter.JD.(2000).Endokrinlogi Basic dan
perawatan luka yang yang benar. Dari hasil penelitian Klinik edisi 4.Alih Bahasa Wijaya.c.et al.Jakarta
bahwa besar penyembuhan luka difaktori oleh perawatan .EGC.
luka sebanyak 85%, nutrisi 70 %, dan usia 50%. Hal ini Johnson.m.(1998).Diabetes;Terapi dan Pencegahannya
menunjukkan bahwa bila cara perawatan luka yang .Bandung.Indonesia Publishing House.
dilakukan dengan benar ditambah dengan nutrisi yang Olina, Zilfa. (2008). Hubungan Pengetahuan dan SIkap
dikomsumsi pasien diabetes melitus dengan diet tinggi Klien Diabates Mellitus (DM) Tentang
(protein, vitamin a, c, b12, zat besi, dan kalsium) yang Pencegahan Ulkus Diabetikum Dengan Kejadian
disebut dengan nutrisi terpenuhi, dan tanpa melihat faktor Ulkus DIabetikum di IRNA C Penyakit Dalam
dari usia golongan tua dan muda responden tetap dapat RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2008. KTI.
mengalami penyembuhan luka dengan kriteria sembuh. Padang: Politeknik Kesehatan Padang
Departemen Kesehatan Padang
E. Kesimpulan PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan
1. Penyembuhan luka gangren lebih cepat pada usia Pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di
40-50 tahun yaitu sebanyak 12 orang (60%) yang Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI
mengalami proses penyembuhan dari 20 orang. Price, S. A. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
2. Penyembuhan luka gangren lebih cepat jika Proses Penyakit (Edisi 6.Vol 2). Jakarta : EGC
nutrisinya terpenuhi yaitu sebanyak 14 (70%) Rana Kusuma(1982),Diabetes Melitus,UI Press,Jakarta.
yang mengalamiproses penyembuhan dari 20 Rochsismandoko, Endang. (2003). Faktor-Faktor yang
orang. Mempengaruhi Penderita DM Tipe 2 Rawat Jalan
3. Penyembuhan Luka gangren lebih cepat jika di RS Persahabatan Jakarta. Dalam Jurnal
perawatan luka dilakukan dengan benar yaitu Persahabatan. Vol 3 No 1
sebanyak 17 (85%) orang yang mengalami proses Sabri,L.&Hastono,SP.(2008).Statistik Kesehatan. Edisi 3,
penyembuhan dari 20 orang. Jakarta.Rajawali Press.
Smeltzer, S.Bare,B. (2002). Buku Ajar Keperawatan
F. Saran Medikal Bedah
1. Untuk responden yang usianya semakin tinggi Brunner & Suddarth. Ed.8. Vol 2. Jakarta: EGC.
supaya lebih memperhatikan gaya hidup karena
semakin tinggi usia seseorang akan mengalami

244
Soewondo,P(2002).Pemantauan Pengendalian Diabetes Wikipedia.(2015).Diabetes Melitus,Http;//www.clinical
Melitus:Dalam Penata Laksanaan Diabetes diabaetes mellitus./article. htm#.diakses Februari
Melitus Terpadu .Jakarta;FKUI. 2015
Subekti.(2006).Neuropati Diabetik.Ilmu Penyakit Dalam WHO,2008.The World Health Organization Quality Of
.Jakarta.Balai Penerbit FKUI Life (WHOQoL) Switzerland,Diakses Bulan
Syono,dkk.(2001).,Buku Ajar Ilmu Penyakit Januari 2015
Dalam,Jakarta :Balai Penerbit FKUI. Zuraidah.2015. Panduan Penyusunan Karya Tulis
Tjokroprawiro,A.(2007).Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam, Ilmiah .Medan; Politeknik Kesehatan Kemenkes
Surabaya.Airlangga Uneversity Press. Medan
Waspadji,S.(2006).Komplikasi Kronik Diabetes.Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam edisi 3 Jakarta.Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

245

Anda mungkin juga menyukai