Musril 8 PDF
Musril 8 PDF
                                                     ABSTRACT
        Sheath blight is an important disease of maize and sorghum. Yield decrease on susceptible varieties of
        both commodities due to the disease is high. The fungus survives in the form of sclerotia or hyphae in the
        soil or remains on infected plants. The pathogen has a wide range of host plants including members of the
        families Leguminosae, Solanaceae, Cucurbitaceae, and Gramineae, hence causes the fungi difficult to
        control. Control of the disease could be done biologically using antagoistic microorganisms such as
        Trichoderma spp., Gliocladium spp., and vesicular arbuscular mycorrhizae, planting resistant varieties, as
        well as mechanically, physically, and chemically.
        Keywords: Maize, sorghum, Rhizoctonia solani, sheath blight, disease control.
                                                      ABSTRAK
        Busuk pelepah merupakan penyakit penting pada tanaman jagung dan sorgum. Pada varietas rentan,
        penyakit ini dapat menimbulkan kehilangan hasil yang tinggi. Cendawan patogennya dapat bertahan hidup
        dalam bentuk sklerotium atau hifa pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dan di dalam tanah. Cendawan
        ini sulit dikendalikan karena mempunyai kisaran inang yang luas termasuk anggota famili Leguminosae,
        Solanaceae, Cucurbitaceae, dan Gramineae. Penyakit dapat dikendalikan secara hayati menggunakan
        mikroorganisme antagonis seperti Trichoderma spp., Gliocladium spp., dan mikoriza vesikula arbuskula,
        menanam varietas tahan, serta secara mekanis, fisik dan kimiawi.
        Kata kunci: Jagung, sorgum, Rhizoctonia solani, busuk pelepah, pengendalian penyakit.
                                                                                                                     85
                                     IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 10 NO. 2 2015
dengan intensitas yang cukup tinggi pada musim hujan.       terinfeksi pada awal pertumbuhan maka tanaman akan
Menurut Sharma et al. (2002), penyebaran penyakit busuk     mengalami damping off atau terjadi pembusukan pada
pelepah meluas di Asia dan sejumlah negara di dunia.        waktu biji mulai berkecambah, sehingga biji tidak tumbuh.
Grosch et al. (2006) melaporkan penyakit ini juga           Selain itu juga terjadi infeksi pada tangkai dan daun yang
ditemukan di Amerika Serikat dengan sebaran cukup luas.     mengakibatkan tangkai membusuk dan berkurangnya
Menurut Sudjono (1995), beberapa varietas jagung            luas daun yang akan menghambat proses fotosintesis.
introduksi dari CYMMYT rentan penyakit busuk pelepah        Kemudian, kerusakan tanaman menjalar ke bagian xylem
dengan intensitas yang dapat mencapai 100% dan biji         dan floem. Kerusakan terberat terjadi apabila bulir mulai
yang terinfeksi mengalami pembusukan.                       terinfeksi, selain bulir membusuk, kernel berkerut dan
                                                            kering.
   Makalah ini membahas karakteristik dan pengendalian
penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung dan sorgum.           Menurut Yang et al. (2008), penyakit busuk pelepah
                                                            di Cina umumnya merusak tanaman jagung yang
                                                            dibudidayakan dengan populasi tinggi, di daerah lembab,
          KARAKTERISTIK CENDAWAN                            irigasi kurang baik sehingga tingkat keparahan penyakit
              Rhizoctonia solani                            berlanjut. Tanaman jagung yang terinfeksi mengakibatkan
                                                            kehilangan hasil sampai 100%, sedangkan di India
           Morfologi Cendawan R. solani                     kehilangan hasil mencapai 40%. Jenis R. solani dengan
         Penyebab Penyakit Busuk Pelepah                    tujuh Anastomosis Grouping dan 12 isolat yang
                                                            menginfeksi pertanaman jagung di Cina mempunyai
Hifa R. solani yang masih muda mempunyai percabangan        intensitas rata-rata dengan skor <1-3. Cendawan ini
yang membentuk sudut 45 o C, semakin dewasa                 menginfeksi pertanaman jagung pada fase vegetatif dan
percabangannya tegak lurus, kaku, dan mempunyai             generatif (Tabel 1).
ukuran yang sama (uniform). Diameter hifa jamur R. solani
                                                                 Isolat yang paling virulen adalah AG-11A dari isolat M-
bergantung pada isolat dan jenis medium yang digunakan.
                                                            03-48 dan M-03-34, AG-11C dari isolat M-03-14, dan AG5
R. solani yang diisolasi dengan medium PDA mempunyai
                                                            dari isolat M-03-3 dan M-03-2. AG-11C dari isolat M-03-76
diameter 4-6 µm, dan yang diisolasi dengan medium
                                                            dan M-03-77 merupakan isolat yang kurang virulen karena
Hopkins syntetic agar mencapai 6-13 µm. Setiap isolat
                                                            inokulum pada fase vegetatif maupun generatif memiliki
mempunyai diameter 8-12 µm, tetapi ada yang berdiameter
                                                            infeksi yang rendah, sehingga intensitas penyakit busuk
6,20-9,50 µm. Sklerotium dari R. solani terbentuk dari
                                                            pelepah pada jagung yang terinfeksi AG 11C dari 2 isolat
hifa yang mengalami agregasi menjadi massa yang
                                                            ini sangat rendah dengan skor hanya < 1, yaitu 0,7 pada
kompak. Sklerotium pada awal pertumbuhan berwarna
                                                            fase vegetatif dan 0,2 pada fase generatif.
putih dan setelah dewasa berubah menjadi cokelat.
Bentuk sklerotium pada umumnya bulat atau tidak
beraturan, dan ukurannya bervariasi, bergantung pada        Tabel 1. Tingkat penularan penyakit busuk pelepah dari enam jenis
isolatnya (Soenartiningsih 2009).                                    Anastomosis Grouping dan 12 isolat yang menginfeksi
                                                                     pertanaman jagung pada fase vegetatif dan generatif.
86
                  SOENARTININGSIH ET AL.: PENYAKIT BUSUK PELEPAH PADA TANAMAN JAGUNG DAN SORGUM
          Perkembangan Cendawan R. solani                           Grouping (AG). Menurut Eken dan Demirei (2004), di alam
                                                                    terdapat 227 isolat cendawan Rhizoctonia yang
Cendawan Rhizoctonia solani merupakan patogen tular                 merugikan. Dari isolat tersebut ternyata 116 termasuk
tanah (soil borne pathogen) yang bertahan dalam tanah               jenis binukleat sedangkan 111 jenis termasuk
dalam bentuk sklerotium dan miselium, terutama pada                 multinukleat.
tanah-tanah yang banyak mengandung bahan organik dan
mempunyai kisaran inang yang luas. Di beberapa sentra
produksi jagung dan sorgum, penyakit busuk pelepah                         Penyebaran Cendawan R. solani, Inang
menyebar merata, terutama jika ditanam pada musim                                  dan Siklus Hidupnya
hujan. Cendawan ini tidak menghasilkan spora, oleh                  Cendawan R. solani yang menimbulkan penyakit busuk
karena itu identifikasi dilakukan berdasarkan karakteristik         pelepah pada tanaman jagung dan sorgum dan gejalnya
hifanya.                                                            bergantung pada kelompok anastomosisnya. Jika
      Cendawan Rhizoctonia dibedakan menjadi dua                    kelompok anastomosisnya berbeda, maka gejalanya juga
kelompok spesies, yaitu binukleat (kelompok spesies                 berbeda (Tabel 2). Cendawan R. solani mempunyai
yang memiliki dua inti di dalam sel hifanya) dan                    tanaman inang yang sangat luas, selain pada tanaman
multinukleat (spesies lain yang memiliki lebih dari dua             dari familia gramineae termasuk serealia yaitu jagung,
inti dalam sel hifanya). Perkembangan cendawan R.                   sorgum, gandum, rumput dan padi. Cendawan ini juga
solani dapat melalui fusi dua hifa yang cocok (compatible).         menyerang tanaman dari familia leguminoceae (Kacang-
Terjadinya hubungan antara satu hifa dengan hifa yang               kacangan), Solanaceae dan juga dari familia
lain memungkinkan terjadinya perpindahan inti, dan                  Cucurbitaceae (Semangun 2008). Cendawan R. solani
peristiwa tersebut dinamakan anastomosis. Oleh karena               bertahan di dalam tanah dan sisa-sisa tanaman yang
itu, identifikasi R. solani dilakukan berdasarkan kelompok          terinfeksi sebagai sklerotia atau miselium. Sklerotiumnya
anastomosisnya atau dikenal dengan Anastomosis                      dikenal sebagai tempat untuk bertahan hidup selama
Tabel 2. Jenis isolat dan anastomosis cendawan R. solani pada beberapa tanaman inang dan daerah sebarannya.
                                                                                                                           87
                                            IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 10 NO. 2 2015
beberapa tahun di dalam tanah, disebarkan oleh air, irigasi,        Sekar (2004), cendawan Trichoderma dan Gliocladium
tanah yang terkontaminasi, dan sisa-sisa tanaman.                   lebih cepat berkembang dibanding pertumbuhan spora
Cendawan R. solani dapat berkembang baik pada                       patogen. Kedua cendawan ini merupakan kompetitor yang
kelembaban yang tinggi (> 80%) dan suhu 15-35°C.                    kuat di daerah perakaran tanaman dan sering digunakan
Cendawan ini mulai menginfeksi tanaman sejak biji baru              dalam pengendalian patogen tular tanah.
ditanam dengan mengeluarkan stimulan kimia yang
                                                                         Pengendalian dengan menggunakan agens hayati
dilepaskan oleh sel-sel yang terinfeksi ke tanaman
                                                                    seperti Trichoderma sp. yang terseleksi ini diharapkan
selanjutnya dan menyebabkan gejala khas pada batang,
                                                                    dapat mengurangi ketergantungan dan mengatasi dampak
pelepah, daun, dan bulir. Cendawan dapat bertahan hidup
                                                                    negatif pemakaian pestisida sintetik. Menurut Ilyas
pada musim dingin sebagai sklerotia pada sisa-sisa
                                                                    (2006), mekanisme antagonis Trichoderma sp. dan
tanaman yang terinfeksi dan di dalam tanah.
                                                                    Gliocladium sp. secara kompetitif terjadi karena kedua
                                                                    cendawan ini mempunyai kecepatan tumbuh yang tinggi.
                                                                    Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. juga bersifat
            KOMPONEN PENGENDALIAN
                                                                    mikoparasit dan kompetitor yang aktif pada patogen
                                                                    karena dapat tumbuh pada hifa cendawan patogen, dan
                   Pengendalian Hayati
                                                                    melilit hingga hifanya putus. Cendawan Trichoderma sp.
Pengendalian penyakit busuk pelepah dapat dilakukan                 dan Gliocladium sp. juga mempunyai kemampuan
secara hayati yang aman terhadap lingkungan dan                     menghasilkan sejumlah produk ektraselular yang bersifat
mikroorganismenya dapat berkembang sendiri di                       racun. Menurut Michal et al. (2010), cendawan
lapangan. Beberapa mikroorganisme yang bersifat                     Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dapat menekan
antagonis terhadap cendawan tular tanah adalah                      patogen yang menginfeksi daun, akar, buah dan
cendawan, bakteri, dan aktinomisetes (Machmud et al.                invertebrata seperti nematoda. Hal ini karena enzim dimer
2002). Hasil penelitian di rumah kaca menunjukkan                   chitinolytic dari Trichoderma sp. memiliki aktivitas spesifik
Genus Trichoderma dan Gliocladium mempunyai potensi                 yang lebih tinggi dan kemampuan yang lebih besar dalam
menekan perkembangan penyakit busuk pelepah.                        menghambat pertumbuhan cendawan patogen.
Trichoderma sp. dapat menekan perkembangan penyakit                      Infeksi cendawan MA juga dapat menekan
busuk pelepah 29-70%, sedangkan Gliocladium sp. 23-                 perkembangan patogen tular tanah. Hasil pengujian di
53% (Tabel 3). Cendawan Trichoderma sp. lebih efektif               rumah kaca membuktikan CMA jenis Glomus sp. yang
dibanding Gliocladium sp. dalam menekan perkembangan                diinokulasi pada tanaman jagung varietas Wisanggeni
R. solani. Cendawan Trichoderma sp. dan Gliocladium                 dengan berat inokulum 10 g dan kerapatan 100 spora
sp. sebagai cendawan antagonis tidak langsung                       ternyata sudah dapat menekan intensitas penyakit busuk
mematikan spora cendawan patogen, tetapi hanya                      pelepah. Apabila varietas tersebut diinokulasi dengan
menekan perkembangannya. Menurut Ganesan dan                        inokulum 20 g atau kerapatan 200 spora akan terjadi
                                                                    simbiosis optimum. Menurut Soenartiningsih (2013),
                                                                    intensitas penyakit busuk pelepah lebih rendah pada
Tabel 3. Intensitas penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung      varietas Wisanggeni dibanding yang diinokulasi pada galur
         Pulut Harapan yang diinokulasi dengan cendawan             GM 30 dengan kerapatan spora yang sama. Perkembangan
         antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.
                                                                    penyakit yang disebabkan oleh R. solani pada akar yang
                                         Intensitas penularan (%)   bermikoriza relatif lebih rendah dibanding akar yang tidak
Perlakuan                                                           terinfeksi mikoriza, penurunan intensitas penyakit busuk
                                         4 MST   6 MST     8 MST    pelepah berkisar antara 22-41% (Tabel 4).
Trichoderma sp.
TT1 + R. solani (bersamaan)              10,5     22,5      43,9                 Penggunaan Varietas Tahan
TT1 + R. solani (2 MST)                   8,5     15,3      36,9
TT1 + R. solani (4 MST)                   0,0     10,8      20,8    Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian
TM + R. solani (bersamaan)               11,1     25,7      48,7
TM + R. solani (2 MST)                    9,2     18,1      39,6
                                                                    yang lebih mudah dan praktis, tetapi varietas tahan sulit
TM + R. solani (4 MST)                    0,0     12 ,0     25,2    didapatkan. Dari 58 galur/varietas jagung yang diuji tidak
                                                                    satupun yang bersifat tahan, dan yang agak tahan adalah
Gliocladium sp.
GM + R. solani (bersamaan)               14,7     29,5      52,7    varietas/galur MSQ-K1-C0-009-2-1, MSQ-K1-C0-6-4-2,
GM + R. solani (2 MST)                   10,3     20,6      40,5    MSQ-K1-C0-22-1-1-1, MSQ-K1-C0-61-1-1, CML 141 x 264
GM + R. solani (4 MST)                    0,0     14,8      31,4    Q, CML 151 x 264 Q, CML 158 x 264 Q, MSP(2)F, Biomas
Kontrol (R. solani bersamaan tanam)      18,0     35,6      68,7
                                                                    10-1, Biomas 16-1, Biomas 60-1, Biomas 08-1, Biomas
Sumber: Soenartiningsih et al. (2014).                              96-1, Biomas 97-2, Biomas 119-5, Biomas 133-1, Biomas
88
                   SOENARTININGSIH ET AL.: PENYAKIT BUSUK PELEPAH PADA TANAMAN JAGUNG DAN SORGUM
Tabel 4. Intensitas penyakit busuk pelepah pada jagung yang diinokulasi Glomus sp. dan A. mellea dengan bobot inokulum propagul dan dua
         varietas yang berbeda.
160-2 dan Lamuru. Varietas/galur yang bersifat rentan ada                tanah. Selain dengan sinar matahari, penggunaan mulsa
27 varietas dan 13 varietas sangat rentan (Soenartiningsih               plastik dapat menurunkan intensitas penyakit layu
et al. 2008).                                                            fusarium pada tanaman gladiol karena adanya solarisasi
                                                                         yang dapat meningkatkan suhu tanah sampai > 50oC yang
    Dari beberapa varietas/galur sorgum yang diuji ternyata
                                                                         menyebabkan sklerotium tidak aktif (Raj and Upmanyu
galur CS 621 sangat tahan terhadap R. solani AG1-1A
                                                                         2007; Katan 2008).
(Pascual et al. 2000a). Menurut Pascual et al. (2000b),
R. solani jenis AG1-1A merupakan jenis anastomosis yang
paling virulen dalam menginfeksi tanaman serealia,                                  Pengendalian Secara Kimiawi
termasuk jagung dan sorgum.
                                                                         Pengendalian secara kimiawi terbukti mampu menekan
                                                                         penyebaran patogen tular tanah. Namun dalam aplikasinya
        Pengendalian Secara Mekanis dan Fisis                            seringkali tidak bijaksana, misalnya jenis bahan aktif
                                                                         dengan patogen sasaran pengendalian belum sesuai,
Pengendalian penyakit busuk pelepah secara mekanik
                                                                         dosis dan frekuensi belum tepat, sehingga tidak dapat
dan fisik yang sering dilakukan adalah mencabut tanaman
                                                                         menekan penyakit secara efektif dan efisien. Selain itu,
yang terinfeksi, kemudian dibakar atau dibenamkan ke
                                                                         residu kimianya berdampak negatif terhadap kehidupan
dalam tanah. Pembakaran tanaman yang terinfeksi
                                                                         mikrobia tanah dan membahayakan lingkungan. Menurut
bertujuan untuk membersihkan lahan dari sumber
                                                                         Soylu et al. (2005) dan Meyera et al. (2006), pestisida
inokulum penyakit tular tanah, yaitu struktur dormansi
                                                                         dapat memicu munculnya patogen kelompok strain baru
dari sklerotium dan klamidosporanya. Hal ini penting untuk
                                                                         yang lebih resisten terhadap bahan kimia.
mengurangi sumber inokulum. Selain dibakar, tanaman
yang terinfeksi juga dapat dibenamkan ke dalam tanah
untuk menghambat perkembangan cendawan tersebut
                                                                                             KESIMPULAN
seiring dengan berkurangnya oksigen di dalam tanah.
    Cara pengendalian fisik yang lain adalah melakukan                   Penyakit busuk pelepah merupakan salah satu kendala
solarisasi. Cara ini baik dilakukan di Indonesia karena                  dalam budi daya jagung dan sorgum. Penyakit ini
suhu udara yang tinggi, yang langsung menembus ke                        disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani sebagai
lapisan tanah. Kondisi ini dapat menekan patogen tular                   patogen tular tanah. Pengendalian penyakit dapat
                                                                                                                                      89
                                      IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 10 NO. 2 2015
90
                SOENARTININGSIH ET AL.: PENYAKIT BUSUK PELEPAH PADA TANAMAN JAGUNG DAN SORGUM
Soenartiningsih. 2013. Cendawan mikoriza arbuskular      Sudjono, M.S. 1995. Mikroba antagonistic terhadap
    sebagai media pengendalian penyakit busuk pelepah        penyakit busuk pelepah dan busuk tongkol jagung
    pada jagung. Iptek Tanaman Pangan 8(1):48-53.            oleh Rhizoctonia solani di lapangan. Prosiding
Soenartiningsih, N. Djaenuddin, dan M. Sujak Saenong.        Kongres Nasional X11 dan Seminar Ilmiah
    2014. Efektivitas Trichoderma sp. dan Gliocladium        Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. p.545-549.
    sp. sebagai agen biokontrol hayati penyakit busuk    Tarek, A. and A. Moussa. 2002. Studies on biological
    pelepah daun pada jagung. Jurnal Penelitian              control of sugar beet pathogen Rhizoctonia solani.
    Pertanian Tanaman Pangan 33(2):129-135.                  Biological Sciences 2(12):801-804.
Soylu, S., E.M. Soylu, S. Kurt, and O.K. Ekici. 2005.    Yang, G.H., R.L. Conner, Y.Y. Chen, J.Y. Chen, and Y.G.
    Antagonistic potentials of rhizosphere-associated        Wang. 2008. Frequency and pathogenicity
    bacterial isolates against soilborne diseases of         distribution of Rhizoctonia spp. causing sheath
    tomato and pepper caused by Sclerotinia                  blight on rice and banded leaf disease on maize in
    sclerotiorum and Rhizoctonia solani. Pak. J. Biol.       Yunan, China Journal of Plant Pathology 90(2):387-
    Sci. 8:43-48.                                            392.
                                                                                                             91
     IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 10 NO. 2 2015
92