i
KEGAWATDARURATAN SISTEM 2
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PANKREATITIS
DI SUSUN OLEH :
Julsinbeth C. Putri Anin 201202029
Roselina Suita Riada 201302046
Senhorinha Ave M. M. Magno 201302047
Stefania Efenhilda Tefa 201302050
Virgilius Yoseph Kleden 201302056
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan
Keperawatan Klien dengan Pankreatitis”. Kami anggota kelompok mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Etik selaku dosen mata kuliah Kegawatdaruratan Sistem
2 yang telah bersedia membimbing dan memotivasi kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa pula ucapan terimakasih kepada teman-teman yang telah
bekerjasama dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk penulisan
selanjutnya. Akhirnya selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Surabaya, Februari 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
BAB 2 KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian.................................................................................................. 3
2.2 Etiologi ...................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi .............................................................................................. 4
2.4 Manifestasi Klinis ..................................................................................... 9
2.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 11
2.6 Penatalaksanaan ........................................................................................ 12
2.7 Komplikasi ................................................................................................ 27
WOC
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ................................................................................................. 30
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 32
3.3 Intervensi ................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pankreatitis Akut (PA) adalah keadaaan dari pankreas dengan gejalanya
yang khas yakni nyeri perut hebat yang timbul tiba-tiba, dan peningkatan enzim
amilase atau lipase. Perjalanan penyakitnya sangat bervariasi dari yang ringan
yang self limited sampai yang sangat berat disertai renjatan dengan gangguan
ginjal dan paru-paru yang berakibat fatal. Pankreatitis yang berat, enzim-enzim
pankreas, bahan-bahan vasoaktif dan bahan-bahan toksik lainnya keluar dari
saluran-saluran pankreas dan masuk ke dalam ruang pararenal anterior serta
ruang-ruang lain seperti ruang-ruang pararenal posterior, lesser sac dan rongga
peritoneum.
Bahan ini mengakibatkan iritasi kimiawi yang luas. Bahan-bahan tersebut
memasuki sirkulasi umum melalui saluran getah bening retroperitoneal dan jalur
vena dan mengakibatkan berbagai penyulit sistemik seperti gagal pernapasan,
gagal ginjal dan kolaps kardio-vaskuler. Pankreatitis akut saat ini tidak jarang
didapatkan di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sekali-kali ditemui di bagian bedah
sewaktu laparatomi pasien dengan nyeri perut hebat tanpa dugaan adanya
pankreatitis akut sebelumnya.
Hal ini disebabkan anggapan masa lalu bahwa pankreatitis akut sangat
sering ditemukan di Negara Barat karena mereka adalah pengkonsumsi alkohol
yang banyak dibandingkan di Indonesia yang sebagian besar penduduknya
beragama Islam sehingga konsumsi alkohol nihil atau sangat rendah. Pada masa
1
2
itu sebelum era USG, batu saluran empedu relatif jarang ditemukan di Indonesia
sedangkan di negara barat frekuensi-nya sangat sering.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pankreatitis?
1.2.2 Apa etiologi dari penkreatitis?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari pankreatitis?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dari pankreatitis?
1.2.5 Apa pemeriksaan penunjang untuk pankreatitis?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan dari pankreatitis?
1.2.7 Apa komplikasi dari pankreatitis?
1.2.8 Bagaimana pengkajian dari penkreatitis?
1.2.9 Apa saja diagnosa keperawatan pankreatitis?
1.2.10 Bagaimana intervensi dari pankreatitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengidentifikasi pengertian dari pankreatitis.
1.3.2 Mengidentifikasi etiologi dari penkreatitis.
1.3.3 Mengidentifikasi patofisiologi dari pankreatitis.
1.3.4 Mengidentifikasi manifestasi klinis dari pankreatitis.
1.3.5 Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang untuk pankreatitis.
1.3.6 Mengidentifikasi penatalaksanaan dari pankreatitis.
1.3.7 Mengidentifikasi komplikasi dari pankreatitis.
1.3.8 Mengidentifikasi pengkajian dari penkreatitis.
1.3.9 Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pankreatitis.
1.3.10 Mengidentifikasi intervensi dari pankreatitis.
BAB 2
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian
Pankreatitis akut ditandai dengan proses peradangan akut di dalam
pankreas. Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu eksokrin (pembentukan enzim-
enzim pencernaan) dan fungsi endokrin (pembentukan insulin dan glukagon). Sel-
sel pankreas yang disebut sel asini, mensekresi enzim-enzim eksokrin pankreas
utama yang sangat penting untuk pencernaan normal lemak, karbohidrat, dan
protein. Beberapa diantaranya adalah enzim tripsin, kemotripsin, fosfolipase A,
elastase dan karboksipeptidase. Enzim-enzim ini normalnya disekresi dalam
bentuk tidak aktif untuk mencegah pencernaan otomatis kelenjer. Pada
pankreatitis akut, enzim-enzim ini diaktivasi secara prematur, sehingga
menimbulkan suatu proses peradangan di dalam dan di sekitar kelenjar pankreas.
Pankreatitis akut (PA) adalah peradangan pankreas yang berlangsung secara
akut. PA dapat ringan dapat pula berat. PA yang berat umumnya ditandai
komplikasi-komplikasi atau gagalnya fungsi organ-organ atau sering disebut
dengan gagal Pankreas. Gagal Pankreas Akut (GPA) adalah gangguan fungsi
pankreas yang hebat dan akut. Umumnya disebabkan oleh pankreatitis akut (PA),
sehingga dapat dikatakan GPA identik dengan PA yang berat. PA adalah salah
satu penyebab Abdomen Akut (acute abdomen).
Pankreatitis akut adalah radang atau pankreas disertai perubahan jaringan
regional sekitarnya ataupun komplikasi pada organ lain (Bakta & Suastika, 2012,
hal: 76).
3
4
Keparahan peradangan bervariasi, dan prognosis berkisar dari penyakit
ringan swasirnya yang berlangsung 1-2 hari hingga kematian akibat nekrosis
pankreas, perdarahan atau sepsis. Pankreatitis akut sering kambuh (pankreatitis
akut kambuhan). Akibat serangan berulang, kelenjar ini akhirnya dapat rusak
permanen, dan menimbulkan pankreatitis kronik atau kadang-kadang insufisiensi
pankreas. (McPhee & Ganong, 2010, hal: 467)
Pankreatitis kronik adalah penyakit kambuhan yang menimbulkan nyeri
abdomen hebat, insufisiensi pankreas eksokrin dan endokrin, kelainan duktus
yang parah, dan klasifikasi pankreas. Pada pankratitis kronik, terjadi peradangan
kronik parenkim yang menyebabkan kerusakan asinus, stenosis, dan dilatasi
duktulus, serta fibrosis kelenjar. Akhirnya terjadi gangguan fungsi eksokrin
kelenjar dan kadang-kadang juga endokrin (McPhee & Ganong, 2010, hal: 477)
2.2 Etiologi
Menurut Bakta & Suastika(2012, hal: 76) Faktor Predisposisi terjadinya
pankreatitis akut ialah :
1) Penyakit pada traktus biliaris terutama batu empedu
2) Alkoholisme
3) Infeksi
4) Trauma perut bagian atas
5) Hiperparatiroidisme
Pankreatitis akut dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi pada semua kasus
terjadi kebocoran enzim-enzim proteolik aktif dari duktus yang menyebabkan
cedera jaringan, peradangan, nekrosis, dan pada sebagian kasus, infeksi. Dua
5
penyakit tersering yang berkaitan dengan pankreatitis akut adalah penyalahgunaan
alkohol dan penyakit saluran empedu.
Penyalahgunaan alkohol adalah kausa pankreatitis akut yang umum
ditemukan di Amerika Serikat, yang menyebabkan 65% kasus pada beberapa
penelitian. Pankreatitis akut biasanya terjadi setelah suatu episode ingesi yang
berlebihan. Mekanisme pasti alkohol dalam merusak kelenjar masih belum
diketahui dengan jelas. Alkohol atau metabolitnya, yaitu asetaldehida, mungkin
memiliki efek toksin langsung pada sel asinus pankreas sehingga terjadi
pengaktifan tripsin intrasel oleh enzim-enzim lisosom, atau mungkin
menyebabkan peradangan sfingter Oddi sehingga enzim-enzim hidrolitik tertahan
di ductus pancreaticus dan asinus. Pada pecandu alkohol, malnutrisi dapat
mempermudah terjadinya cedera pankreas. Contohnya, defisiensi trace elements,
misalnya seng atau selenium dijumpai pada pecandu alkohol dan berkaitan dengan
cedera sel asinus. Metalloenzim seperti superoksida dismutase, katalase, dan
glutation peroksidase merupakan pembersih radikal bebas yang penting.
Pada pasien yang tidak meminum alkohol, sekitar 50% kasus pankreatitis
akut berkaitan dengan penyakit saluran empedu. Pada kasus-kasus ini,
mekanismenya berubah obstruksi ductus biliaris communis dan ductus
pancreaticus major oleh batu empedu yang tersangkut di ampulla Vateri.
Refluks empedu atau isi duodenum ke dalam ductus pancreaticus
menyebabkan cedera pankeas. Beberapa penulis berpendapat bahwa toksin bakteri
atau asam empedu bebas mengalir melalui pembuluh limfe dari kandung empedu
ke pankreas, yang menyebabkan peradangan. Bagaimanapun, pankreatitis akut
6
yang berkaitan dengan penyakit saluran empedu lebih sering terjadi pada wanita
karena batu empedu lebih sering pada wanita.
Pankreatitis akut dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, termasuk infeksi
virus (virus gondongan, coxsackievvirus, virus hepatitis A, HIV, atau
sitomegalovirus) dan bakteri (Salmonella typhi atau Streptococcus hemolyticus).
Pasien dengan infeksi HIV dapat mengalami pankreatitis akut akibat infeksi HIV
itu sendiri, akibat infeksi oportunistik terkait, atau akibat terapi antiretrovirus.
Pada pasien yang terinfeksi HIV, pankreatitis perna dilaporkan derkaitan dengan
penyalah-gunaan obat intravena, tetapi pentamidin, infeksi Pneumocystis jiroveci
dan Mycobacterium aviumintracellulare complex, dan batu empedu.
Trauma tumpul atau tembus dan cedera lain dapat menyebabkan pankreatitis
akut. Pankreatitis kadang-kadang terjadi setelah tindakan bedah didekat pankreas
(duodenal stump syndrom, sindrom ekor pankreas/ pancreatic tail syndrom setelah
splenektomi). Infark pankreas dapat terjadi akibat sumbatan pembuluh yang
mendarahi kelenjar ini. Syok dan hipotermia dapat menyebabkan menurunkan
perfusi sehingga terjadi degenerasi sel dan pelepasan enzim-enzim pankreas.
Tetapi radiasi untuk neoplasma ganas retroperitoneum kadang-kadang dapat
menyebabkan pankreatitis akut.
Hiperkalsemia yang tinggi, seperti yang berkaiyan dengan
hiperparatiroidisme, sarkoidosis, hipervitaminosis D, atau mieloma multipel,
menyebabkan pankreatitis akut pada sekitar 10% kasus. Dua mekanisme
diperkirakan berperan. Tingginya konsentrasi kalsium plasma dapat menyebabkan
kalsium mengendap di ductus pancreaticus sehingga terjadi obstruksi. Selain itu,
7
hiperkalsemia mungkin merangsang pengaktifan tripsinogen di ductus
pancreaticus.
Pankreatitis juga berkaitan dengan hiperlipidemia, terutama dari jenis yang
ditandai oleh peningkatan kadar kilomikro plasma (tipe I, IV, dan V). Pada kasus-
kasus ini, dipostulasikan bahwa asam-asam lemak bebas yang dihasilkan melalui
kelenjar lipase pankreas menyebabkan peradangan dan cedera kelenjar.
Penyalahgunaan alkohol atau pemakaian kontrasepsi oral meningkat risiko
pankreatitis akut pada pasien dengan hiperlipidemia.
Berbagai obat pernah dilaporkan menyebabkan pankreatitis, termasuk
kortikosteroid, diuretika tiazid, imunosupresen, dan obat kemoterapeutik kanker
(McPhee & Ganong, 2010, hal: 467)
2.3 Patofisiologi
Gejala, tanda, temuan laboratorium, dan penyulit pankreatitis akut dapat
dijelaskan berdasarkan kerusakan patologis di duktulus, asinus, dan pulau
pankreas. Namun, baik derajat kerusakan maupun konsekuensi klinisnya cukup
bervariasi.
Jika kerusakan terbatas, gambaran patologisnya akan berupa pembekakan
ringan sampai sedang kelenjar, terutama asinus dan infiltrasi ringan sampai
sedang oleh neutrofil polimorfonukleas. Namun, kerusakan pada jaringan
biasanya minimal atau sedang, dan tidak terjadi perdarahan. Pada sebagian kasus,
supasural dapat ditemukan bersama dengan edema, dan hal ini dapat
menyebabkan nekrosis jaringan dan pembentukan abses. Pada kasus berat, terjadi
nekrosis massif dan pencairan pankreas sehingga abses pankreas mudah
terbentuk. Nekrosis dan gangguan vaskular dapat terjadi sehingga timbul
8
perdarahan. Pankreatitis hemoragik, yang biasanya mengenai seluruh kelenjar,
merupakan bentuk pankreatitis yang paling serius.
Selain itu, sering terdapat cairan serosa kecoklatan di rongga peritoneum
(“asites pankreatik”). Cairan ini mengandung darah, globul lemak, serta amilase
dan enzim pankras lain dalam kadar yang tinggi. Nekrosis lemak dapat terjadi di
dan sekitar pankreas, omentrum, dan mesenterium, yang tampak sebagai fokus-
fokus putih kapur yang kemudian dapat mengalami kalsifikasi.
Penelitian-penelitian histologi terhadap jaringan pankreas yang diperoleh
dari pasien dengan serangan pertama pankreatitis alkoholik akut yang menjalani
pembedahan karena penyulit menemukan bahwa pankreatitis akut (nekrosis
pankreatik, statenokrosis, sabukan oleh sel radang) kadang-kadang terjadi
dikelenjar yang sudah mengalami pankreatitis kronik (fibrosis perilobulus dan
intalobulus, hilangnya parenkim eksokrin dan atrofi lobulus yang tersisa,
pelebaran saluran antarlobulus dan intalobulus yang dilapisi oleh sel epitel atau
kuboid, dan sumbat protein didalam duktus yang melebar). Terdapat dugaan
bahwa jika pankreatitis alkaholik akut terjadi pada pankreas yang sudah terkena
pankreatitis kronik, hal tersebut disebabkan oleh obstruksi duktus oleh sumbat
protein, suatu lesi awal pada pankreatitis kronik. (McPhee & Ganong, 2010, hal:
469)
2.4 Manifestasi Klinis
Sprektrum klinik PA sangat bervariasi, mulai dari penyakit ringan yang
sembuh dengan sendirinya sampai yang berat mengancam jiwa. Gejala klasik
pankreatitis dibedakan menjadi dua yaitu akut dan kronik. Pankreatitis akut ringan
9
tidak disertai kegagalan organ, sedangkan pankreatitis kronik disertai gangguan
organ (Bakta & Suastika,2012, hal: 77).
1) Nyeri merupakan gejala utama, bervariasi dari ringan sampai berat. Lokasi
nyeri disekitar epigastrium dapat pula menyeluruh.nyeri seperti ditusuk,
tembus ke belakang, terus menerus, dapat meningkat dalam 24 jam dengan
berlangsung selama beberapa hari. Pada saat berjalan atau tidur terlentang
nyeri akan meningkat. Sedangkan pada saat duduk dan membungkukan badan
kedepan nyeri tersebut berkurang (Bakta & Suastika, 2012, hal: 77).
2) Mual muntah bersifat tidak spesifik. Mual muntah sering merupakan akibat
dari nyeri dan dapat memperburuk keadaan penderita. Syok dapat timbul
karena hipovolemia akibat dehidrasi, ataupun karena neurogenik (Bakta &
Suastika, 2012, hal: 77).
3) Demam sering pula ditemukan pada penderita pankreatitis akut. Penyebab
utamanya adalah kerusakan jaringan yang luas. Bila demam berlangsung lama,
maka abses perlu dipikirkan (Bakta & Suastika, 2012, hal: 77).
4) Pada pankreatitis akut tipe hemoragik sering ada tanda-tanda perdarahan
berupa (Bakta & Suastika,2012, hal: 77):
(1) Tanda CULLEN,suatu bercak kebiruan/ekimosis sekitar umbilikus.
(2) Tanda GRAY-TURNER, suatu bercak kebiruan atau ekimosis di pinggang
kanan dan kiri.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
2.5.1 Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan hemoglobin diprtlukan untuk data besar. Bila terjadi
perdarahan perlu dipantau pula hematokrit. Pada umumnya terjadi leukositosis
10
(10.000-30.000/mm3. Pada urine sering ditemukan hematuria, poliuria dan
silinder (35%) (Bakta & Suastika,2012, hal: 78).
2.5.2 Tes untuk mengetahui fungsi pankreas
Sering terjadi glukosuri (10-30%) dan hiperglikemia. Amilase meningkat
sampe lebih dari 500 uSomogy dan apabila lebih dari 1000 u atau lebih dari 5 kali
normal adalah khas untuk pankreatitis akut. Demikian pula amilase urine
meningkat sampe lebih dari 750 u. Lipase urine juga meningkat lebih dari 3 kali
normal. Apabila hasil amilase darah meragukan, perlu dikonfirmasi dengan
klirens amilase kreatinin. Harga normal adalah 3,5 %. Bila meningkat lebih dari 6
% atau lebih dari 3 kali normal adalah khas untuk pankreatitis akut. Disamping
hal tersebut diatas, ditemukan pula kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg)
dalam darah menurun (Bakta & Suastika,2012, hal: 78).
2.5.3 Foto Thorax
Pemeriksaan foto thorax perlu untuk melihat apakah ada peningkatan
diagfragma atau efusi pleura. Pemeriksaan foto abdomen polos bertujuan untuk
menilai (Bakta & Suastika,2012, hal: 78):
1) Apakah ada colon cut off sing, dilatasi dan terpotongnya sebagian kolon
terutama daerah fleksura hepatika (karena inflasi atau edema kolon setempat)
2) Apakah ada sentinel loop (dilatasi setempat duodenum atau yeyunum)
3) Apakah ada batu empedu
2.5.4 USG
Pemeriksaan USG abdomen harus dilakukan segera, umumnya akan tampak
pembengkakang seluruh bagian pankreas dengan densitas gema yang menurun
(Bakta & Suastika,2012, hal: 78).
11
2.5.5 CT-Scan Abdomen
Pemeriksaan CT-Scan abdomen dilakukan bila pemeriksaan lain meragukan
(Bakta & Suastika,2012, hal: 78).
2.5.6 Tes lain yang dilakukan kalau sarana memadai adalah: pemeriksaan
methemalbumin, anti protease, seperti α2-makroglobulin, C-reactive
protein, TAP ( trypsinogen activated peptide), GE (granulocytic elastase),
dan pemeriksaan cairan aspirasi peritoneal (Bakta & Suastika,2012, hal: 78).
2.6 Penatalaksanaan
Pankreatitis akut memerlukan pengelolaan seksama dan cepat, yang
bertujuan untuk:
1) Menghentikan proses peradangan dan autodigesti
2) Menstabilkan keadaan klinis sehingga memberikan kesempatan resolusi
jaringan pankreas.
Sebagai dasar pengelolaan, perlu ditentukan berat ringannya pankreatitis
akut. Pada umumnya yang dipakai ialah kriteria Ranson, sebagai berikut:
2.6.1 Pengelolaan Pankreatitis akut ringan sampai sedang:
1) Usaha untuk mensupresi fungsi kelenjar pankreas:
(1) Puasa kalau perlu dipasang pipa nasogastrik, aspirasi cairan lambung.
(2) Diberi obat anti kolenergik atau anti spasmodik misalnya sulfas atropin,
hyosin, N butil bromida.
2) Infus untuk cairan kristaloid
3) Untuk mengatasi nyeri dapat diberi petidin 50 mg
2.6.2 Pengelolaan Pankreatitis akut berat:
12
1) Penderita dirawat di ruang terapi intensif, karena perlu terapi yang cepat, tepat
dan pengawasan ketat terhadap tekanan darah, nadi, keseimbangan cairan dan
elektrolit.
2) Diberi infus cairan kristaloid, kalau perlu dapat diberi cairan koloid, albumin,
dekstran, atau fresh frozen plasma.
3) Usaha untuk mensupresi kelenjar pankreas selain tindakan yangtersebut diatas,
dapat pula diberi antasida, antaginis reseptor H2 (simetidin secara injeksi 200
mg 4 dd atau ranitinin 50 mg 3 dd)
4) Sebagai tindakan untuk mengatasi nyeri dapat diberi:
Mapiridin 75-100 mg iv/menit @3-4 jam
Pethidin 50-100 mg @6 jam
5) Usaha untuk mengatasi infeksi:
Dapat diberi antibiotika berupa ampisilin 4 dd 1 gram atau garamisin atau
aminoglukosida yang alin dengan dosis 1,5 mg/kgBB/iv @ 8 jam.
Selanjutnya dilakukan pengawasan minimal dalam 72 jam, dengan
kemungkinan:
(1) Perbaikan, bila semua tanda-tanda klinik berkurang.
(2) Tidak ada perbaikan, kemungkinan terjadi komplikasi.
(Bakta & Suastika,2012, hal: 81).
Pengelolaan bila terjadi perbaikan
1) Puasa dihentikan apabila penderita sudah bebas nyeri dan bising usus normal.
2) Dicoba dulu dengan air putih, kemudian diit cair TKTP RL (tinggi kalori,
tinggi protein, rendah lemak), sedikit-sedikit berulang kali (diberikan 6 x)
melalui pipa nasogastrik selama 2 hari. Dapat dicoba dulu diit enteral yang
13
tidak memerlukan enzim pencernaan seperti misalnya Etrasol, peptisol, 1
bungkus 6 kali sehari, setiap 3 hari diit ditingkatkan semakin padat.
3) Pemberian obat anti kolenergik atau antispasmodik, antasida, antagonis
reseptor H2 tetap dilanjutkan (Bakta & Suastika,2012, hal: 81).
2.6.3 Tindakan Pembedahan
Masih banyak perbedaan pendapat mengenai tindakan pembedahan untuk
pankreatitis akut. Indikasi pembedahan adalah:
1) Segera
(1) Pankreatitis akut karena trauma.
(2) Pankreatitis akut karena kelainan traktus biliaris dengan sepsis atau ikterus
yang berat.
(3) Pankreatitis akut dalam waktu relatif singkat menjadi progresif, atau terjadi
tanda-tanda peritonitis umum.
(4) Timbulnya abses, atau perdarahan masif dari saluran pencernaan.
(5) Pankreatitis akut dengan perforasi usus, stragnasi usus, gangguan vaskularisasi
usus.
(6) Penderita sakit berat denganpengobatan konserfatif tidak ada perbaikan
(7) Pankreatitis akut disertai kegagalan organ-organ,
2) Ditunda 4-6 minggu setelah gejala akut hilang
Pada Pankreatitis akut yang disebabkan kelainan ikterus biliaris dengan
gejala yang ringan dan ada tanda-tanda perbaikan setelah 3-5 hari perawatan.
2.6.4 Terapi Alternatif
1) Peritoneal lavage
14
Cara ini dianjurkan pada pankreatits akut yang berat untuk menggantikan
tindakan drainase secara pembedahan. Tindakan ini diharapkan dapat
mengeluarkan zat-zat yang berbahaya yang dikeluarkan PA berat, seperti
histamin, tripsin,kinin, myocardialdepressant factor, ataupun prostaglandin.
2) Pemberian somatostatin
Obat yang diharapkan menghambat ekresi pankreas, dengan secara langsung
menekan sekresi kelenjar pankreas dan secara tidak langsung menekan
pengeluaran hormon pencernaan yang mempengaruhi pankreas. Yang sering
dipakai adalah: Octreotide (Sabdostatin 100 mg) diberikan secara subkutan 3 dd.
2.7 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada fase (Bakta & Suastika, 2012, hal: 82).:
2.7.1 Dini (permulaan serangan)
1) Syok
Syok, timbul karena keluarnya cairan atau darah akibat bocornya cairan atau
darah dari pembuluh-pembuluh darah pankreas atau sekitar pankreas. Hal ini
dapat mengakibatkan azotemia dan bahkan nekrosis tubuler akut. Biasanya terjadi
dalam 24 jam dari onset pankreatitis akut dan dapat berlangsung selama 8-9 hari.
Penderita diberi cairan yang memadai dan kalau terjadi gagal ginjal akut, dialisis
perlu dipertimbangkan.
2) Gangguan pernapasan
Gangguan pernapasan, dapat terjadi ARDS (Adult Repiratory Distress
Syndrom), kadang-kadang faal ginjal terganggu. Umumnya terjadi 3-7 hari
setelah onset pankreatitis, setelah penderita mendapat cairan untuk
15
mempertahankan tekanan darah diuresis. Untuk mengelolanya sebagian besar
memerlukan ventilator dan Positive End Expiratory Pressure (PEEP).
3) Perdarahan gastrointestinal terutama karena kolon karena iskemik, nekrosis,
atau fistula.
4) Gangguan metabolik
5) Gangguan faal hati
6) Gangguan faal ginjal akut
2.7.2 Lanjut (beberapa saat/harisetelah pengobatan pertama)
Komplikasi lanjut dapat berupa (Bakta & Suastika, 2012, hal: 82).
1) Pseudo kista
Pseudokista, suatu kumpulan cairan yang berisi enzim berkonsentrasi tinggi
yang diliputi semacam selaput. Dapat diperiksa dengan CT-Scan. Disini perlu
diobservasi selama 4-6 minggu, untuk melihat adanya perforasi, perdarahan,
infeksi sekunder maupun abses. Keadaan ini memerlukan pembedahan (Bakta &
Suastika, 2012, hal: 82).
2) Abses
Abses pankreas, dapat terjadi 2-3 hari gejala. Terjadi proses supurasi,
ditandai dengan meningkatnya demam, leukositosis, nyeri tekan lokal dan teraba
massa didaerah epigastrium. Biasanya dapat pula terjadi bersamaan dengan efusi
pleura kiri membesar karena trombosis V. Lienalis, tindakan ini biasanya
memerlukan tindakan pembedahan (Bakta & Suastika, 2012, hal: 82)..
3) Pankreatitis kronik
4) Asites
5) Trombosis V. Lienalis yang dapat menimbulkan hipertensi portal
16
6) Diabetes millitus
7) Sepsis
Sepsis, pada penderita yang mengalami sepsis (yang timbul umumnya pada
minggu ke 2) diberikan antibiotika yang memadai, kadang-kadang sampai 2
minggu. Antibiotika bisa diberikan secara tunggal atau kombinasi, dan diberi
secara intravenus. Dipilih antibiotika yang berspektrum luas terutama untuk
kuman Gram negatif. Diajukan preparat quinolon, atau kombinasi seftazidin dan
klindamisin, ataupun mezlozolin dan metronidazol (Bakta & Suastika, 2012, hal:
82).
WOC Pankreatitis Akut
(Black & Hawks, 2014; Sjamsuhidayat, 2012)
Batu Empedu Alkoholisme Trauma fisik (luka Infeksi virus /
tusuk/peluru) bakteri
Menyumbat saluran Spasme sfingteroddi
Obstruksi duktus
pankreatikus
Autodigestif
pankreas
Enzim protease dan lipase
teraktivasi sebelum
disekresikan kedalam usus
Iritasi Pankreas
17
PANKREATITIS
18
B3 B4 B5
Inflamasi Meningkatkan Kerusakan pankreas
metabolisme tubuh
Edema pada Mengeluarkan
pankreas Meningkatkan produksi
senyawa vasoaktif
asam lambung
Peningkatan tekanan pada Peningkatan
Mual dan muntah
kapsul pankreas dan sekitarnya permeabilitas kapiler
Merangsang pelepasan Asupan nutrisi Perpindahan cairan
mediator kimiawi histamin kurang intravaskuler ke interstitial
prostaglandin (pindah ke rongga peritoneal)
Kebutuhan Nutrisi
Nyeri Penurunan jumlah
Kurang dari
Kebutuhan Tubuh cairan di intravaskuler
18
Kekurangan
Volume Cairan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Identitas: Dapat terjadi pada usia > 55 tahun (Hudak & Gallo, 1996; Bakta
& Swastika, 2012).
3.1.1 Keluhan Utama
Tanda utama pankreatitis akut adalah nyeri yang terus menerus, tumpul,
atau berulang pada epigastrium atau kuadran abdomen atas kiri. Nyeri ini sering
kali menyebar ke daerah vertebra toraks bagian bawah dan semakin parah dengan
posisi telentang (Stillwell, 2011, hal:221).
3.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri dapat meningkat dalam 24 jam dengan berlangsung selama beberapa
hari. Pada saat berjalan atau tidur terlentang nyeri akan meningkat. Sedangkan
pada saat duduk dan membungkukan badan kedepan nyeri tersebut berkurang.
Mual muntah bersifat tidak spesifik. Mual muntah sering merupakan akibat dari
nyeri dan dapat memperburuk keadaan penderita. Syok dapat timbul karena
hipovolemia akibat dehidrasi, ataupun karena neurogenik. Demam sering pula
ditemukan pada penderita pankreatitis akut (Bakta & Suastika, 2012, hal: 77).
Pasien mungkin mengalami gawat napas dan mengeluh haus (Stillwell, 2011,
hal:221).
3.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien kemungkinan menderita penyakit traktus biliaris dan riwayat
penggunaan alkohol yang berlebihan (Hudak & Gallo, 1996, hal: 403).
19
20
3.1.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan terkait riwayat penyakit keluarga adakah yang menderita
pankreatitis, penyakit biliaris, dan penyebab lainnya (Hudak & Gallo, 1996, hal:
403).
3.1.5 Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar (ADL)
3.1.5.1 Nutrisi
Klien merasakan nyeri abdomen, mual dan muntah sehingga masukan lewat
oral tidak dianjurkan (pasien diberikan puasa ketat), selain itu pemberian lipid
tidak boleh diberikan karena akan meningkatkan kadar trigliserida dan dapat
memperburuk proses peradangan (Hudak & Gallo, 1996, hal: 406).
3.1.5.2 Eliminasi
Umumnya tidak terjadi gangguan, terjadi perubahan warna urine yang
berkaitan dengan ikterik (Hudak & Gallo, 1996, hal: 403).
3.1.5.3 Aktivitas/Istirahat
Aktivitas dan istirahat dapat terganggu apabila terdapat nyeri abdomen,
mual (Hudak & Gallo, 1996).
3.1.5.4 Hygiene Personal
Klien dapat melakukan secara mandiri kecuali dalam keadaan syok berat
(Hudak & Gallo, 1996).
3.2 Pemeriksaan Fisik
3.2.1 Tanda-tanda Vital (TTV)
TD dan FJ: mungkin meningkat akibat nyeri atau menurun akibat
hipovolemia dan vasodilatasi perifer dan Suhu: meningkat (Stillwell, 2011,
hal:221).
21
3.2.2 B1 ( Breath)
Pasien tampak sesak, batuk (Hudak & Gallo, 1996).
3.2.3 B2 (Blood)
Takikardia, suhu 38,4ºC – 39,5ºC,dapat terjadi hipotensi sampai syok, tanda
gray-turner dan cullen (Hudak & Gallo, 1996; Bakta & Swastika, 2012).
3.2.4 B3 (Brain)
Pasien tampak kesakitan (Bakta & Swastika, 2012). Nyeri yang terus
menerus, tumpul, atau berulang dan kegelisahan (Stillwell, 2011, hal:221).
3.2.5 B4 (Bladder)
Terjadi perubahan warna urine (Hudak & Gallo, 1996).
3.2.6 B5 (Bowel)
Distensi abdomen (Hudak & Gallo, 1996). asites mungkin ada, tanda cullen
(perubahan warna cokelat kebiruhan pada periumbilikal), bising usus menurun
atau tidak ada, nyeri tekan pada kuadran kiri atas (interstisial) atau epigastrium
saat palpasi dalam; pada awalnya tidak ada rigiditas dinding abdomen atau nyeri
tekan rebound (Stillwell, 2011, hal:221).
3.2.7 B6 (Bone)
Ekimosis pada kulit, kebiruan (Hudak & Gallo, 1996). tanda Grey-Turner
(perubahan warna cokelat kebiruan pada pinggang), ikterus mungkin ada,
penurunan turgor (Stillwell, 2011, hal: 222)
3.3 Diagnosa Keperawatan
3.3.1 Nyeri berhubungan dengan gangguan suplai darah ke pankreas, edema dan
distensi pankreas, iritasi peritoneum karena enzim eksokrin pankreatik
teraktivasi (Hudak & Gallo, 1996, hal: 410).
22
3.3.2 Defisit volume cairan berhubungan dengan sekuestrasi cairan karena
aktivasi enzim-enzim pankreatik dalam peritoneum, muntah, suction
nasogastrik berkepanjangan, potensial hemoragi ke dalam pankreas (Hudak
& Gallo, 1996, hal: 410).
3.3.3 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
NPO yang berkepanjangan, mual muntah, penurunan nafsu makan,
kerusakan metabolisme nutrisi karena cedera pankreatik dan perubahan
pembentukan enzim pencernaan (Hudak & Gallo, 1996, hal: 411).
3.4 Intervensi
23
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I.M & Suastika, I.K. 2012. Gawat Darurat Dibidang Penyakit Dalam.
Jakarta: EGC
Black, J.M., & Hawks, J.H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Singapore: Elsevier
Hudak, C. M. & Gallo, B. M. 1996. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik.
Jakarta: EGC.
McPhee, J. S., Ganong, F. W. (2010). Patologi Penyakit Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Ed. 5. Jakarta. EGC. (Buku asli diterbitkan tahun 2007)
Sjamsuhidayat, R. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC
Stillwell, Susan B. (2011). Pedoman Keperawatan Kritis. Ed. 3. Ahli Bahasa Egi
Komara Yudha. Jakarta: EGC.
24
JUDUL Early nasogastric feeding versus parenteral
nutrition in severe acute pancreatitis: A
retrospective study
SUMBER https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28083056
TUJUAN PENELITIAN Untuk membandingkan efikasi nutrisi enteral
nasogastric (EN) dengan jumlah
nutrisi parenteral (TPN) pada pasien dengan
pankreatitis akut berat (SAP).
METODE Pada penelitian ini menggunakan retrospektif ,
dengan pengumpulan data diambil dari dokumen-
dokumen medis. Pada Bulan Juni 2008 sampai
dengan bulan juni 2014, terdapat 185 pasien
yang dirawat dirumah sakit Huzhou Universitas
Medical College (Provinsi Zhejiang, Cina)
dengan diagnosis klinis SAP dalam 48 jam dari
onset penyakit.
Pada penelitian ini di bagi menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok TPN ( Total Perenteral Nutrisi)
berjumlah 96 orang dan kelompok EN (enteral
nasogastric) berjumlah 89 orang.
Kriteria Inklusi :
- Nyeri perut konsisten dengan pankreatitis akut
- Jumlah Amilase setidaknya empat lipatan atas
batas normal.
- Karakteristik CT dan Ultrasonografy
Kriteria eksklusi:
- Gagal jantung dan paru
- Hamil
- Menjalani perawatan bedah
- Alergi
- Diabetes Militus yang tidak terkontol
Pada kedua kelompok menggunakan analisis
statistik dua-sample t-test dengan uji Chi-square
dengan nilai signifikan p< 0,05.
HASIL Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal
jenis kelamin, usia, MBI, berat badan, faktor
etiologi, antara kedua kelompok tersebut.
Pada kelompok EN memiliki insiden lebih rendah
dari infeksi pankreas dengan nilai signifikan
p=0,0333 dan infeksi diluar pankreas P=0,0431
dan waktu tinggal dirumah sakit lebih pendek
P=0,0355 dan perawatan intensif tinggal
P=0,0313.
Kelompok TPN memiliki insiden signifikan lebih
besar dengan nilai signifikan P=0,0382. Selain itu
kejadian hiperglikemia secara signifikan lebih
tinggi P=0,0454.
KESIMPULAN Penggunaan nasogastrik EN secara signifikan
25
menurunkan kejadian komplikasi infeksi serta
menurunkan frekuensi MODS dan kematian yang
disebabkan oleh SAP
KELEBIHAN Penulis sudah menguraikan dan menjelasknan isi
dan tujuan penelitian cukup jelas sehingga
pembaca mudah mengerti dan memahami isi dari
jurnal tersebut
PENERAPAN DALAM Perawat dapat mengaplikasikan penggunaan
KEPERAWATAN nasogastrik EN pada pasien dengan kasus
pankreatitis akut, karena dapat mengurangi
komplikasi infeksi.