[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan4 halaman

Tugas Pendahuluan Viskositas

Dokumen tersebut membahas tentang viskositas dan selulosa. Secara singkat, viskositas adalah ukuran kekentalan suatu cairan, dipengaruhi oleh faktor seperti tekanan, suhu, berat molekul, dan ikatan. Selulosa adalah polimer linier glukopiranosa yang membentuk mikrofibril melalui ikatan hidrogen, sehingga menentukan sifatnya sebagai serat. Viskositas intrinsik digunakan untuk menentukan berat

Diunggah oleh

M Rizal J
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan4 halaman

Tugas Pendahuluan Viskositas

Dokumen tersebut membahas tentang viskositas dan selulosa. Secara singkat, viskositas adalah ukuran kekentalan suatu cairan, dipengaruhi oleh faktor seperti tekanan, suhu, berat molekul, dan ikatan. Selulosa adalah polimer linier glukopiranosa yang membentuk mikrofibril melalui ikatan hidrogen, sehingga menentukan sifatnya sebagai serat. Viskositas intrinsik digunakan untuk menentukan berat

Diunggah oleh

M Rizal J
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 4

TUGAS PENDAHULUAN VISKOSITAS

2.1. Selulosa

Secara kimia, selulosa merupakan senyawa dengan bobot molekul tinggi, strukturnya
teratur, polimer linier dari unit ulang -D-glukopiranosa. Karakteristik selulosa antara
lain muncul karena adanya struktur kristalin dan amorf serta pembentukan mikro
fibril dan fibril yang pada akhirnya menjadi serat selulosa. Sifat selulosa sebagai
polimer tercermin dari bobot molekul rata-rata, polidispersitas dan konfigurasi
rantainya.

Struktur selulosa terdiri dari unsur C,O,H yang membentuk rumus molekul
(C6H10O5)n, dengan ikatan molekulnya ikatan hydrogen yang sangat kuat.

Gugus fungsional dari rantai selulosa adalah gugus hidroksil. Gugus OH ini dapat
berinteraksi satu sama lain dengan gugus O, -N, dan S, membentuk ikatan
hidrogen. Ikatan H juga terjadi antara gugus OH selulosa dengan air. Gugus-OH
selulosa menyebabkan permukaan selulosa menjadi hidrofilik. Rantai selulosa
memiliki gugus-H di kedua ujungnya. Ujung C1 memiliki sifat pereduksi. Struktur
rantai selulosa distabilkan oleh ikatan hidrogen yang kuat disepanjang rantai. Di
dalam selulosa alami dari tanaman, rantai selulosa diikat bersama-sama membentuk
mikrofibril yang sangat terkristal (highly crystalline) dimana setiap rantai selulosa
diikat bersama-sama dengan ikatan hydrogen(Anonim, 2012).

2.2. Viskositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Viskositas cairan akan menimbulkan gesekan antar bagian atau lapisan
cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi
ditimbulkan oleh gaya kohesi di dalam zat cair (Yazid, 2005).

Faktor faktor yang mempengaruhi viskositas sebagai berikut (Bird, 1987) :

1) Tekanan

Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak
dipengaruhi oleh tekanan.

2) Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangakan viskositas akan naik dengan
turunnya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul molekulnya memperoleh
energi. Molekul molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul
melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan
tempertatur.

3) Adanya zat lain

Adanya bahan tambahan seperti bahan suspense meningkatkan viskositas air

4) Ukuran dan berat molekul

Viskositas naik dengan naiknya berat molekul.

5) Ikatan

Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. Viskositas air naik dengan
adanya ikatan hydrogen.

Jenis viskositas diantaranya viskositas relatif,viskositas spesifik, viskositas intrinsik,


dan viskositas inheren. Viskositas relatif merupakan rasio viskositas larutan terhadap
viskositas pelarut yang proporsional dengan pendekatan pertama untuk larutan encer
ke rasio waktu aliranyang sesuai. Viskositas spesifik merupakan kenaikan fraksi
(bagian) dalam viskositas.Viskositas intrinsik dapat diperoleh dari viskositas spesifik
yang dibagi oleh kensentrasi dan ekstra polasi ke nol. Viskositas inheren digunakan
sebagai indikasi pendekatan dari bobot molekul.Viskositas yang paling bermanfaat
dan mudah dipakai karena bisa dihubungkan ke berat molekul pada persamaan Mark-
Houwink adalah viskositas intrinsik (Steven 2001).

Ada beberapa macam viskometer untuk menentukan viskositas suatu zat cair, yaitu
viscometer Oswald, viscometer Hoppler dan viscometer cup bob. Viscometer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah viscometer Oswald. Metode Oswald
ditentukan berdasarkan hukum Poiseuille menggunakan alat viskosimeter Ostwald.
Penetapannya dilakukan dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalirnya
cairan dalam pipa kapiler dari x ke y. Cairan yang akan diukur viskositasnya
dimasukkan ke dalam viskosimeter yang diletakkan pada termostat. Cairan kemudian
dihisap dengan pompa ke dalam bola A sampai diatas tanda x. Cairan dibiarkan
mengalir ke bawah dan waktu yang diperlukan
dan x ke y dicatat (Yazid,Estein,2005).

Viskosimeter Ostwald terdiri dari bola dengan nilai batas atas (x)dan (y), yang terkait
dengan tabung kapiler B dan bola tempat cuplikan C. Volume cairan awal
dimasukkan ke dalam bola C, kemudian dihisap ke A dan kemudian dilihat waktu alir
dari cairan yang berada di antara x dan y. Kemudian perlakukan diulang untuk cairan
yang lain. Tekanan yang terjadi selama mengalirnya cairan melalui kapiler B adalah
sebanding dengan hgp, dimana h adalah perbedaan tinggi diantara bola tempat
mengalirnya cairan. Sebagai nilai awal dan nilai akhir sama tiap kasus, dimana
bergatung pada tekanan dan juga densitas cairan.

Dimana t1 dan t2 adalah waktu alir (Glastone,Samuel,1959).

2.3. Viskositas Intrinsik

Bilamana bahan polimer bercampur dengan suatu pelarut (cairan berbobot molekul
rendah) terlebih dahulu akan terjadi peristiwa penggembungan, dengan molekul
pelarut yang terdispersi di antara rantai polimer. Bila jumlah pelarut semakin besar,
interaksi antar sesama rantai polimer menjadi semakin lemah dan akhirnya lepas
sama sekali membentuk larutan polimer. Bobot molekul polimer dapat ditentukan
dengan cara pengamatan sifat fisik larutannya, seperti ultrasentrifugasi, metode
viskositas, dan teknik Kromatografi Permeasi Gel (GPC).

Salah satu karakteristik dari larutan polimer berbobot molekul tinggi dibandingkan
dengan pelarut murninya adalah kenaikan viskositas larutannya oleh

pertambahan konsentrasi. Karena berat/ukurannya yang besar, molekul polimer


dalam larutan akan menurunkan mobilitas dan mempengaruhi sifat aliran campuran
yang sebanding dengan jumlah molekul terlarut. Karena itu, pengamatan perubahan

viskositas ini dapat digunakan untuk menentukan bobot molekul polimer tersebut
(Wirjosentono,B, 1995).

Viskositas intrinsik paling bermafaat dan mudah dipakai karena bisa dihubungkan ke
berat molekul oleh persamaan empiris Mark-Houwink,
K dan a adalah tetapan karakteristik polimer-pelarut pada suhu
tertentu(Stevens,M.P,2001).

Viskositas dari suatu larutan kitosan diukur menggunakan viskometer. Viskositas


spesifik dihitung dengan cara berikut :

sp = viskositas spesifik (detik)

t = waktu yang diperlukan untuk mengalirnya larutan sampel (detik)

to = waktu yang diperlukan untuk mengalirnya larutan solvent (detik)

Dengan cara ini akan diperoleh viskositas spesifik, yang tidak mempunyai satuan.
Viskositas spesifik digunakan nilainya untuk penentuan viskositas intrinsik dan berat
molekul. Berat molekul selulosa ditentukan berdasarkan viskositas intrinsik menurut
persamaan Mark-Houwink berikut ini :

[] = viskositas intrinsik ( ml/g)

K = Konstanta untuk pelarut (ml/g)

a = konstanta

M = berat molekul

Viskositas intrinsic selulosa dapat ditentukan apabila nilai K dan a untuk pelarut yang
digunakan telah diketahui. Persamaan Mark-Houwink dengan harga tetapan yang
bersangkutan hanya berlaku untuk polimer rantai lurus. Hubungan viskositas intrinsik
dengan bobot molekul untuk polimer cabang dan kopolimer memerlukan persamaan
yang lebih rumit. Percabangan pada rantai polimer akan menaikkan rapatan segmen
dalam gulungan, sehingga rantai ini mempunyai volume-hidrodinamis yang lebih
kecil. Akibatnya, mobilitas molekul rantai cabang akan lebih besar (mempunyai
viskositas intrinsik lebih kecil) dibanding dengan rantai lurus berbobot molekul sama
(Wirjosentono,B,1995).

Anda mungkin juga menyukai