Home & Garden">
[go: up one dir, main page]

Anti Koagulan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013

UJI AKTIVITAS ANTIKOAGULAN EKSTRAK MANGROVE


Aegiceras corniculatum
(Test of Anticoagulant Activity to Mangrove Aegiceras corniculatum
Extract)
1

Robert A. B. Tangkery , Darus Saadah Paransa dan Antonius Rumengan


1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
2
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Mangrove has already been known by coastal people as a sourceof food,
building and traditional medicines. In this study, we used stems of mangroves Aegiceras
corniculatum taken in the coastal village of Beach District Mokupa Tombariri to be
observed in laboratory whether A.corniculatumhave anti coagulationactivity. Maceration
extraction method is use dobtain acrude extract of mangrove A.corniculatume specially
on the trunk. Tests performed on human blood are tested on five volunteers. The test is
performed on each of the five tests where carried out each person. The first testis a blood
not given any treatment, second test isthe blood were added to the extracts
A.corniculatum, the third test of blood were added to EDTA, the fourth testis added EDTA
blood and extract A.corniculatum, and the fifth is a blood test with ethanol added. This
study aimed to prove scientifically in the laboratory, whether the use of mangroves
A.corniculatum has anti coagulant activity in human blood, and also to compare the
activity of blood coagulation mangrove extract A.corniculatum with controls. From the
results of laboratory tests, extracts Aegiceras corniculatum has no coagulation activity,
but have anticoagulant or anti-clotting properties of blood.
Keywords: extract, mangrove, Aegiceras corniculatum, anticoagulant
Mangrove telah lama dikenal oleh penduduk yang berada di daerah pesisir
sebagai sumber bahan pangan, bangunan dan obat-obatan tradisional. Pada penelitian
ini digunakan batang dari tumbuhan bakau Aegiceras corniculatum yang diambil di
pesisir pantai Desa Mokupa Kecamatan Tombariri untuk diamati secara laboratorik
apakah Aegiceras corniculatum memiliki aktivitas antikoagulasi. Untuk memperoleh
ekstrak kasar dari tumbuhan bakau Aegiceras corniculatum khususnya pada batang,
digunakan metode ekstraksi secara maserasi.Pengujian dilakukan pada darah manusia
yang diujikan pada 5 orang sukarelawan. Pengujian ini dilakukan pada masing-masing
orang dimana dilakukan 5 pengujian setiap orangnya. Pengujian pertama yaitu pengujian
darah yang tidak diberi perlakuan apa-apa, pengujian kedua yaitu darah yang
ditambahkan dengan ekstrak Aegiceras corniculatum, pengujian ketiga yaitu darah yang
ditambahkan dengan EDTA, pengujian keempat yaitu darah yang ditambahkan EDTA
dan ekstrak Aegiceras corniculatum, dan pengujian kelima yaitu darah yang ditambahkan
dengan etanol. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah di laboratorium,
apakah pemanfaatan dari tumbuhan bakau Aegiceras corniculatummemiliki aktivitas
antikoagulan pada darahmanusia dan juga untuk membandingkan aktivitas koagulasi
darah dari ekstrak mangrove Aegiceras corniculatum dengan kontrol.Dari hasil pengujian
di laboratorium, ekstrak Aegiceras corniculatum tidak memiliki aktivitas koagulasi,
melainkan memiliki sifat antikoagulan atau anti pembekuan darah.
Kata Kunci: ekstrak, mangrove, Aegiceras corniculatum, antikoagulan

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013

PENDAHULUAN

1995). Antikoagulan diperlukan untuk


mencegah terbentuk dan meluasnya
trombus dan emboli serta untuk
mencegah bekunya darah in vitro pada
pemeriksaan
laboratorium
atau
transfusi.

Hutan mangrove
merupakan
salah satu ekosistim alamiah yang unik
dan memiliki nilai ekologis dan
ekonomis yang tinggi. Fungsi ekologis
yang penting antara lain sebagai
penyedia nutrien, sebagai tempat
pemijahan (spawning grounds), tempat
pengasuhan (nursery grounds) dan
tempat
mencari makan (feeding
grounds) biota laut tertentu (Nybakken
1992). Menurut Supriharyono (2000),
hutan mangrove di Indonesia telah
lama dikenal oleh penduduk sebagai
sumber
bahan
pangan,
bahan
bangunan, kayu bakar, zat pewarna
dan obat-obatan tradisional.
Aegiceras corniculatum (Gambar
1) merupakan semak atau pohon kecil
yang selalu hijau dan tumbuh lurus
dengan ketinggian pohon mencapai 6
m dan akar menjalar di permukaan
tanah. Kulit kayu bagian luar abu-abu
hingga coklat kemerahan, bercelah,
serta memiliki sejumlah lentisel. Pada
daun tumbuhan mangrove Aegiceras
corniculatum berkulit terang, berwarna
hijau mengkilat pada bagian atas dan
hijau pucat di bagian bawah, seringkali
bercampur warna agak kemerahan.

METODE PENELITIAN
a.

Pengambilan Sampel

Pengambilan
sampel
pada
penelitian ini diambil di daerah pesisir
pantai Desa Mokupa Kecamatan
Tombariri. Sampel tumbuhan mangrove
Aegiceras corniculatum yang terdapat
di daerah pesisir pantai Desa Mokupa
Kecamatan Tombariri diambil pada
bagian batang kemudian dimasukkan
ke dalam kantong plastik. Sampel
kemudian dicuci dengan air untuk
mengeluarkan pasir dan kotoran yang
melekat.
Sampel
yang
telah
dibersihkan selanjutnya dikeringkan
selama 3 hari kemudian dihaluskan.
b.

Ekstraksi

Ekstraksi
sampel
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
pengekstraksian terhadap bahan alam,
yaitu
ekstraksi
secara
maserasi
(Posangi 2003). Sampel yang sudah
halus ditimbang sebanyak 100 gram
dan kemudian direndam dengan etanol
sebanyak 500 ml. Sampel yang sudah
direndam dengan etanol disimpan
selama 3 hari dan sesekali diaduk.
Selama 3 hari perendaman, sampel
yang diperoleh berupa homogenat dan
debris yang dihasilkan direndam lagi
selama
3
hari
dengan
etanol
sedangkan
filtratnya
disimpan.
Perendaman
yang
kedua
ini
perlakuannya sama dengan yang
pertama. Hasil dari perendaman
pertama
dan
kedua
kemudian
disatukan
dan
disaring
dengan
menggunakan
kertas
saring.
Supernetan
yang
dihasilkan
dievaporasi
menggunakan
Rotary
Vaccum Evaporator untuk menguapkan
etanol.

Gambar 1: Aegiceras corniculatum


(Sumber: milik pribadi)
Antikoagulan adalah zat yang
digunakan untuk mencegah terjadinya
pembekuan darah yang umumnya
dipakai di klinik maupun di laboratorium
(Gandasoebrata 1992). Antikoagulan
digunakan
untuk
mencegah
pembekuan darah dengan jalan
menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah (Rosmiati dan Gan

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis

c.

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013

Penyiapan Sampel Uji Darah

metode hapusan darah (eustrek).


Prosedur kerja metode Lee-White yang
sudah dimodifikasi adalah sebagai
berikut: Disiapkan 5 buah tabung reaksi
dengan diameter 8 mm, yang bersih
dan diberi label dari nomor 1 sampai
nomor 5. Tabung tersebut diletakkan di
dalam rak tabung. Darah yang
dibutuhkan dalam pengujian ini diambil
dari vena kubiti 5 orang sukarelawan
dengan menggunakan alat suntik
disposible 5 ml/cc dengan jarum 22 G
steril. Masing-masing sukarelawan
darahnya diambil sebanyak 5 ml.

Sampel darah dalam penelitian ini


adalah darah lengkap yang diambil dari
vena kubiti dengan menggunakan alat
suntik disposable 5 ml/cc dan jarum 22
G steril. Jumlah sampel darah yang
diambil pada setiap sukarelawan yaitu
sebanyak 5 cc. Sampel darah diperoleh
dari 5 orang laki-laki sukarelawan
berumur 21-27 tahun, dengan keadaan
fisik yang sehat dan tidak memiliki
riwayat penyakit pendarahan yang
berkepanjangan. Diasumsikan pada
relawan tidak ada kelainan hemostasis.
d.

Penyiapan
Pengujian

Sampel

Darah sebanyak 1 ml dimasukkan


ke dalam tabung reaksi nomor 1, pada
saat itu stopwatch dijalankan untuk
melihat masa pembekuan darah. Pada
tabung reaksi nomor 2 dimasukkan
darah sebanyak 1 ml dan ekstrak
sebanyak 120l dengan menggunakan
mikropipet dan dicampur dengan
menggunakan fortex. Waktu yang
bersamaan dengan pencampuran,
stopwatch
dijalankan
untuk
menentukan masa pembekuan yang
terjadi.
Pada tabung reaksi nomor 3
dimasukkan
2
ml
darah
dan
ditambahkan dengan EDTA sebanyak
2ml. EDTA merupakan antikoagulan
yang dapat mengikat kalsium sehingga
tidak dapat berperan dalam proses
pembekuan. Menurut Wintrobe (1974)
EDTA yang dibutuhkan untuk mengikat
Kalsium yaitu 1 mg/1 ml darah. Pada
tabung reaksi nomor 4 dimasukkan
ekstrak Aegiceras corniculatum dan
EDTA
sebanyak
2ml
kemudian
dimasukkan darah sebanyak 2ml dan
dicampur dengan fortex, pada saat
yang bersamaan waktu dihitung
dengan menggunakan stopwatch. Pada
tabung reaksi nomor 5, dimasukkan
1ml darah dan ditambahkan etanol 100
l kemudian dicampur dengan fortex.
Pada saat bersamaan hitung waktu
pembekuan
darahnya
dengan
menggunakan stopwatch.Setelah 3
menit tabung diangkat dan masingmasing tabung reaksi dimiringkan untuk
melihat
apakah
sudah
terjadi

Untuk

Ekstrak kasar tumbuhan bakau


Aegiceras corniculatum yang diperoleh
sebelum diujikan pada sampel darah,
terlebih
dahulu
dilakukan
titrasi.
Kegiatan ini merupakan penelitian
pendahuluan yang bertujuan untuk
mengetahui
kisaran
konsentrasi
minimum ekstrak yang akan digunakan
ke dalam 1 ml darah. Titrasi dilakukan
dengan cara menaikkan volume ekstrak
pada 1 ml darah, mulai dari 10 l, 20 l,
30 l, 40 l, 50 l, 60 l, 70 l,80 l, 90
l, 100l, 110l, 120l. Titrasi
dihentikan pada 120 l karena darah
sudah tidak membeku. Sehingga
volume ekstrak yang akan digunakan
dalam 1 ml darah adalah 120 l.
e.

Pengujian Ekstrak Aegiceras


corniculatum Pada Sampel Uji
Darah

Metode yang digunakan dalam


pengujian ini adalah 2 metode, yang
pertama yaitu metode Lee-White yang
sudah dimodifikasi (Gandasoebrata
1992), metode ini digunakan untuk
menentukan masa pembekuan darah
yang diamati secara visual. Masa
pembekuan
darah
normal
pada
manusia, umumnya terjadi diantara 318
menit.
Berdasarkan
masa
pembekuan darah normal (Bithell
1993). Metode yang kedua adalah

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan masa aktivitas
koagulasi
darah
setelah
diberi
perlakuan dapat dilihat dalam tabel
berikut:

pembekuan atau belum. Bila belum


terjadi pembekuan letakkan kembali
pada rak tabung reaksi dan setiap 30
detik dilakukan hal yang sama.
Efek pembekuan darah juga
dapat dilihat secara mikrosokopik yaitu
dengan teknik eustrek (hapusan).
Metode ini dilakukan untuk melihat
keadaan sel darah secara mikroskopik,
sesuai
metode
campuran
May
Grunwald-Giemsa (Geneser 1994).
Sampel
yang
digunakan
pada
pengujian ini dipilih dari satu relawan
saja. Disiapkan 5 buah kaca obyek
yang bersih dan tidak berlemak dan
masing-masing diberi label nomor 1
sampai nomor 5. Kaca obyek nomor 1
untuk darah kontrol dari tabung reaksi
nomor 1, kaca obyek nomor 2 untuk
darah yang diberi ekstrak yang diambil
dari tabung reaksi nomor 2, kaca obyek
nomor 3 untuk darah dengan EDTA
tambah ekstrak dari tabung reaksi
nomor 3, sampel dari tabung reaksi
nomor 4 yaitu darah dengan EDTA
untuk kaca obyek nomor 4 dan kaca
obyek nomor 5 untuk darah yang
ditambahkan etanol 80% dari tabung
reaksi nomor 5.
Darah dari tabung reaksi nomor 1
sampai tabung reaksi nomor 5 masingmasing diambil sebanyak 20 l. Darah
tersebut di totolkan di atas kaca obyek
nomor 1 sampai dengan nomor 5
secara berurutan. Tetesan darah pada
kaca obyek disentuh dengan kaca
penutup sehingga tetesan darah akan
melebar dan Iapisannya tipis sampai
pinggir kaca obyek. Selanjutnya
preparat diamati di bawah mikroskop
cahaya dengan pembesaran 400x.
Preparat tadi difiksasi dalam
larutan etanol sampai menutupi bagian
permukaannya selama 15 menit dan
diangin-anginkan
sampai
kering.
Preparat kemudian direndam dalam
larutan giemsa selama 30 menit dan
dibilas dengan air, selanjutnya dianginanginkan sampai mengering. Hasilnya
diamati di bawah mikroskop cahaya
dan didokumentasikan dengan kamera.

Tabel

no.
1
2
3
4
5

1. Hasil Pengamatan Masa


Aktivitas Koagulasi Darah

1
(menit)
3'8.6"
13'15.7"
6'28.4"
5'21.8"
4'29.2"

2
(menit)
-

Tabung
3
(menit)
-

4
(menit)
-

5
(menit)
27'19.5"
30'24.7"
28'54.3"
23'30.6"
23'56.8"

Keterangan:
Tabung 1 : Darah kontrol
Tabung 2 : Darah + ekstrak Aegiceras
corniculatum
Tabung 3 : Darah + EDTA
Tabung 4 : Darah + ekstrak Aegiceras
corniculatum + EDTA
Tabung 5 : Darah + etanol
: Tidak terjadi pembekuan
Berdasarkan tabel di atas,
tampak masa pembekuan darah kontrol
yang
mengalami
pembekuan
(koagulasi)
dari
masing-masing
pendonor.
Masa
pembekuan
(koagulasi) darah kontrol dari masingmasing pendonor (Tabel 1) tampak
mengalami perbedaan waktu. Sampel
darah kontrol dari masing-masing
pendonor memiliki masa aktivitas
koagulasi darah yang berkisar pada
menit ke-3 sampai pada menit ke-13
(Gambar 2).
Darah kontrol merupakan darah
yang tidak diberi perlakuan apa-apa.
Bitthell (1993) menyatakan pembekuan
darah normal terjadi pada kisaran
waktu 3-18 menit. Sampel darah kontrol
yang diambil masih dalam batas masa
pembekuan darah normal. Menurut
Geneser (1994) yang menjelaskan
pembekuan darah terjadi oleh faktor
perubahan protein plasma protrombin

10

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013

Pemilihan waktu selama 120


menit untuk mengamati sampel darah
tersebut, karena waktu 120 menit
merupakan ketetapan waktu dimana
semua faktor pembekuan darah tidak
akan terbentuk, sehingga darah tidak
dapat
membeku
atau
tidak
terkoagulasi.
Mutschler
(1991)
menyatakan akan dipelukan waktu
selama 2 jam sampei terjadinya efek
yang diingini, yaitu darah tidak
membeku, dan kerja dari antikoagulasi
akan bertahan sekitar 4-6 jam.
Dari hasil pengujian fitokimia
yang dilakukan Tangkery (2012), pada
batang
mangrove
Aegiceras
corniculatum
terdapat
senyawa
flavonoid. Mustarichie (2011) flavonid
yang berfungsi sebagai antioksidan,
anti inflamasi, mencegah keropos
tulang, meningkatkan efektivitas vitamin
C, mencegah keropos tulang, dan
sebagai antibiotik. Aninomous (2012)
mengatakan antioksidan digunakan
luas
sebagai
bahan
kandungan
suplemen makanan dengan harapan
dapat mencegah penyakit seperti
kanker
dan
jantung
koroner.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
tersebut maka ekstrak dari Aegiceras
corniculatum
diasumsikan
dapat
dijadikan sebagai bahan sediaan obat
untuk penyakit trombolisis, darah tinggi,
dan jantung. Hal ini didukung dengan
pendapat
Macnair
(2011)
yang
mengatakan antikoagulan digunakan
pada mereka yang telah mengalami
serangan jantung yang disebabkan
oleh trombosis atau gumpalan di arteri
koroner. Antikoagulasi dalam dunia
kedokteran,
dapat
dipakai
baik
penggunaan di laboratorium dan di
klinik,
untuk
transfusi
darah,
pembedahan,
dan
mencegah
tromboemboli (Warrow 1989).
Terjadinya proses antikoagulasi
darahterlihat juga pada uji sampel
darah yang ditambahkan dengan EDTA
dan
uji
sampel
darah
yang
ditambahkan EDTA dan ekstarak
Aegiceras corniculatum (Gambar 4 dan
Gambar 5)

Gambar 2. Darah kontrol dari masingmasing pendonor


Keterangan:
1: Tabung pendonor pertama
2: Tabung pendonor kedua
3: Tabung pendonor ketiga
4: Tabung pendonor keempat
5: Tabung pendonor kelima
menjadi trombin, trombin adalah suatu
enzim yang mengkatalisasi fibrinogen,
yaitu suatu protein yang larut menjadi
fibrin yang tidak larut, dalam beberapa
detik fibrin berpolimerasi menjadi suatu
jala-jala yang tersusun dari benangbenang fibrin yang panjang berjalan ke
segala arah, jala ini menangkap elemen
darah yang berbentuk dan terbentuklah
suatu bekuan.
Sampel
darah
yang
diberi
perlakuan
penambahan
ekstrak
mangrove Aegiceras corniculatum dari
pendonor pertama sampai kelima yaitu
darah
tidak
mengalami
aktivitas
pembekuan. Pengamatan dilakukan
selama 120 menit dan hasil yang
diperoleh tetap tidak terjadi pembekuan
(Gambar 3).

Gambar 3. Darah ditambah ekstrak


mangrove Aegiceras corniculatum

11

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013

Gambar 6. Darah ditambahkan etanol.


Gambar 4. Darah ditambahkan EDTA
Keterangan:
1: Tabung pendonor pertama
2: Tabung pendonor kedua
3: Tabung pendonor ketiga
4: Tabung pendonor keempat
5: Tabung pendonor kelima

Gambar 4. Darah ditambah EDTA

30, 28, 23, dan pada menit ke-23


(Gambar 6).
Hasil ini menunjukkan bahwa
darah yang telah dicampur dengan
etanol tetap membeku walaupun
dengan masa pembekuan yang telah
melewati masa pembekuan darah
normal.
Aktivitas pembekuan darah dapat
juga dilihat dengan teknik eustrek
(hapusan darah) yaitu untuk melihat
keadaan sel darah secara mikroskopik
(Geneser 1994). Sampel darah yang
diujikan berasal dari salah satu
sukarelawan yang berjenis golongan
darah B. Hasil foto mikroskop yang
menunjukkan sel darah setelah diberi
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 5. Darah ditambahkan EDTA


dan ekstrak Aegiceras corniculatum
Keterangan:
1:
2:
3:
4:
5:

Tabung
Tabung
Tabung
Tabung
Tabung

pendonor pertama
pendonor kedua
pendonor ketiga
pendonor keempat
pendonor kelima

Menurut Widmann (1994), EDTA


mempunyai
fungsi
sebagai
antikoagulasi yang mengikat ion
kalsium sehingga tidak terjadi proses
dalam pembekuan
darah.
Pada
pengujian ini dapat dilihat bahwa
ekstrak
Aegiceras
corniculatum
memiliki sifat yang sama dengan
EDTA, keduanya dapat mengikat salah
satu faktor pembekuan darah yaitu
kalsium,
sehingga
darah
tidak
membeku.
Pada pengujian darah yang
ditambahkan dengan etanol pada
kelima sampel darah tersebut terjadi
pembekuan darah pada menit ke-27,

Gambar 7. Preparat nomor 1 yang tidak


diberi perlakuan
Berdasarkan Gambar 7 yang
merupakan hapusan darah yang tidak
diberi perlakuan tampak sel darah yang

12

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013

tidak terpisah satu sama lain karena


telah mengalami pembekuan darah
(koagulasi). Junqueira dkk. (1997)
menyatakan trombosit pada sediaan
hapusan darah yang mengalami
pembekuan
tampak
padat
dan
berkelompok serta memiliki daerah
perifer yang transparan.

Pearce (1995) mengemukakan bahwa


pada sel darah yang tidak membeku
umumnya berbentuk bulat seperti mata
uang logam, berwama kekuningkuningan dan tidak memiliki inti. Hal ini
didukung oleh pendapat Junqueira dkk.
(1997) bahwa pada sediaan hapusan
darah yang tidak membeku trombosit
tampak berbentuk bulat dan tidak
berkelompok serta memiliki inti yang
kosong.

Gambar 8. Preparat nomor 2 darah


yang diberi ekstrak mangrove
Aegiceras corniculatum
Gambar 11. Preparat nomor 5 darah
yang diberi etanol
Pada gambar 11 yaitu preparat
nomor 5 darah yang diberi perlakuan
penambahan etanol, terlihat terjadinya
pembekuan dimana sel-sel pada darah
saling melekat satu sama lain, tetapi
sel darah merah atau eritrosit tidak lagi
memiliki bentuk karena dinding sel
telah hancur. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi
plasma
darah
yang
menurun, yang meningkatkan cairan
plasma masuk ke dalam sel darah.

Gambar 9. Preparat nomor 3 darah


yang diberi EDTA

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ekstrak dari
mangorve Aegiceras corniculatum
tidak memiliki aktivitas koagulan
tetapi
memiliki
aktivitas
antikoagulan
terhadap
darah
manusia
dan
dapat
membandingkan waktu pembekuan
darah kontrol dengan darah yang
telah diberi ekstrak mangrove
Aegiceras corniculatum.

Gambar 10. Darah yang diberi EDTA


dan ekstrak mangrove Aegiceras
corniculatum
Pada gambar 8, 9, dan gambar
10 terlihat sel darah yang tidak
mengalami pembekuan karena sel-sel
darah yang tidak saling berkaitan.

13

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, E. C. 1995. Anatomi dan


Fisiologi Untuk Paramedis. PT.
Gramedia. Jakarta. 495 Halaman.

Aninomous.
2011.
Aegiceras
corniculatum.
Wetlands
International Indonesia Programe.

Posangi, J. 2003. Ekstraksi: Praktikum


Farmakologi dan Terapi. Paket
Praktika 04. Bagian Farmakologi
dan Terapi Fakultas Kedokteran
Unsrat. Manado.

Bithell, T. C. 1993. The Diagnostic


Approach To The Bleeding
Discordes. In Lee, R. G., Bitthell,
T. C., Foerster, J., Athens, J. W.,
Lukens, J. N. ed. Wintrobe's
Clinical
Hematology.
Ninth
edition. Malvern, Pennsylvania:
Lea and Febiger. 1993;2:13011324.

Rosmiati, H. dan V. H. S. Gan. 1995.


Antikoagulan,
Antitrombotik,
Trombolitik dan Hemostatik dalam:
Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. S.
Gan, R. Setiabudi, U. Sjamsuddin,
Z.S. Bustani, (editor). Farmakologi
FKUI, Jakarta.

Gandasoebrata, R. 1992. Hematologi.


Dalam:
Gandasoebrata
R.
Penuntun
Laboratorium
Klinik
Cetakan Ketujuh. Dian Rakyat.
Jakarta. 159 halaman.

Supriharyono, M. S. 2000. Pelestarian


dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi


Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Junqueira, L.C., Carneiro, J., Kelley,
R.O. 1997. Histologi Dasar. Edisi
Ke-8.
Terjemahan
Jan
Tambayong. EGC. Jakarta.

Tangkery, R. 2012. Uji Fitokimia Pada


Mangrove. Hasil PKL. FPIK
UNSRAT. Manado.
Warouw, V. 1989. Telaah Efek
antikoagulan Dari Beberapa
Jenis
Rumput
Laut
(Rhodophyceae) Di Perairan
Sulawesi Utara. Skripsi. FPIK
UNSRAT. Manado.

Macnair,
2011.
Antikoagulan.
http://news.bbc.co.uk.id.mk.gd/2/h
i/health/medical_notes/ab/990593. stm. Diunduh tanggal 9
Mei 2012.

Widmann, F. K. 1994. Tinjauan Klinis Atas


Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
Terjemahan Kresno, S. B., R.
Gandasoebrata dan T. Latu. EGC.
Jakarta.

Mustarichie, R., I. Musfiroh, J. Levita


2011.
Metode
Penelitian
Tanaman Obat.
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat.
Buku Ajar Farmakologi dan
Toksikologi Edisi Ke-5. Penerbit
ITB. Bandung.

Wintrobe,
M.M.,
1974.
Blood
Coagulation Dalam : Clinical
Hematology. M.M. Wintrobe (Ed).
Lea & Febiger. Philadelphia.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut


Suatu Pendekatan Ekologis. Alih
bahasa
oleh
M.Eidman.,
Koesoebiono., D.G. Bengen., M.
Hutomo., S. Sukardjo. PT.
Gramedia.

14

Anda mungkin juga menyukai