[go: up one dir, main page]

Sarang lebah adalah struktur yang digunakan oleh lebah sebagai tempat tinggal dan membesarkan anak-anaknya. Bagian dalam dari sarang lebah berupa kumpulan struktur berbentuk heksagonal yang terbuat dari semacam lilin. Lebah menggunakan ruang heksagonal ini untuk menyimpan madu, polen lebah, telur, larva, dan pupa lebah.

Sarang lebah alami di bawah ranting
Sarang lebah alami di celah pohon

Sarang lebah alami

sunting

Lebah di alam menggunakan gua, celah di bebatuan dan pohon sebagai tempat untuk membuat sarang. Beberapa membuat sarang yang cenderung terbuka dan lebih terpapar udara. Volume ruang dari sarang lebah berada dalam rentang antara 10 hingga 100 liter, biasanya sekitar 45 liter.[1] Lokasi pembuatan sarang biasanya dilakukan pada ketinggian satu hingga lima meter dari permukaan tanah, dan cenderung menghadap ekuator.[2] Lebah umumnya membersihkan kulit kayu di sekitar pintu masuk sarang lebah dan melapisinya dengan resin tumbuhan.[3]

Sarang lebah buatan

sunting

Sarang lebah buatan dibangun dengan tujuan menghasilkan madu, menyerbuki tanaman pertanian sekitar, terapi lebah, menjaga stok populasi lebah, dan sebagai hewan peliharaan. Sarang lebah buatan umumnya didesain agar dapat dipindahkan ke tempat lain yang membutuhkan bantuan penyerbukan dengan lebah.[4]

Sejarah

sunting

Di zaman Mesir Kuno lebah telah didayagunakan oleh manusia. Pahatan dinding pada Istana matahari bangsa Mesir di Nyuserre Ini bertanggal 2400 SM menggambarkan pekerja menyemburkan asap ke sarang lebah untuk diambil hasilnya.[5][6] Tulisan detail mengenai produksi madu ditemukan di makam Pabasa bertanggal 650 SM, menunjukkan bahwa sarang lebah buatan berbentuk silindris, dan madu yang dihasilkan disimpan di dalam suatu wadah tertutup.[7]

Sekitar 30 sarang lebah buatan ditemukan di reruntuhan kota Rehov, tempat tinggal bangsa Israel dan Kanaan pada tahun 900 SM. Hal ini menunjukan bahwa industri madu telah ada sejak kurang lebih 3000 tahun yang lalu. Sarang lebah tersebut terbuat dari jerami dan tanah liat yang tidak dibakar. Dan ternak lebah telah ada sebelum kota kuno tersebut dibangun.[8]

Sarang lebah tradisional

sunting
Tanah liat dan lumpur
 
Sarang lebah dari tanah liat yang dibakar, di Malta

Di Mesir, silinder yang terbuat dari campuran lumpur, jerami, dan kotoran hewan digunakan sebagai sarang lebah buatan.[9] Sedangkan tanah liat merupakan ciri khas sarang lebah tradisional Mediterania, terutama Yunani, Italia, dan Malta.

Skep
 
Pembuatan skep dari jerami, di Inggris
 
Skep yang telah selesai dibuat

Skep merupakan sebuah keranjang dari jerami yang menjadi bentuk yang umum dari penggambaran sarang lebah di animasi dan film, seperti dalam animasi Winnie the Pooh. Umumnya terbuat dari anyaman jerami maupun rerumputan yang direkatkan dengan resin, dengan dua lubang, di mana satu lubang berukuran lebih sempit. Skep biasanya dibuat tidak kaku, sehingga ketika madu akan diekstraksi, lebah diusir dengan asap dan skep diperas. Pada tahun 1998, skep dilarang di berbagai negara bagian di Amerika Serikat karena sulit untuk dilakukan inspeksi mengenai keberadaan penyakit dan parasit.[10]

Gum lebah

Disebut demikian karena terbuat dari potongan batang pohon gum (genus Nyssa). Batang pohon dilubangi dan ditempatkan di lokasi tertentu. Meski tidak menghasilkan sebanyak lebah yang diternakkan di sarang buatan modern, namun sarang ini menjadi favorit peternak lebah tradisional dan madu yang dihasilkan dari sarang ini dijual dengan harga yang lebih mahal meski kualitasnya sama.[11][12][13][14]

 
Gum lebah, di Białowieża

Sarang lebah buatan modern

sunting
 
Sarang lebah buatan tipe Langstroth yang paling banyak digunakan di seluruh dunia
 
Ekstraksi madu dari sarang lebah buatan tipe Langstroth. Setelah ekstraksi, sarang ini dapat digunakan kembali

Sarang lebah modern dibangun berdasarkan ide untuk membuat sarang lebah yang dapat digunakan kembali, yaitu ketika madu diekstraksi, sarang lebah tidak perlu dihancurkan.[15] Wildman pada tahun 1700-an membangun balok kayu yang sejajar di atas sarang tipe skep, sehingga lebah membangun sarang hingga menjalar ke susunan balok kayu tersebut.[16]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Honeybees of the genus Apis. Food and Agriculture Organization of the United Nations
  2. ^ Seeley, T. D.; Morse, R. A. (December 1978). "Nest site selection by the honey bee, Apis mellifera". Insectes Sociaux. 25 (4): 323–337. doi:10.1007/BF02224297. 
  3. ^ Seeley, T. D.; Morse, R. A. (December 1976). "The nest of the honey bee (Apis mellifera L.)". Insectes Sociaux. 23 (4): 495–512. doi:10.1007/BF02223477. 
  4. ^ Chapter 10—Honey Diarsipkan 2017-07-05 di Wayback Machine. USDA
  5. ^ "reshafim.org: Beekeeping in Ancient Egypt". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-09. Diakses tanggal 2014-05-19. 
  6. ^ beelore.com:Beekeeping in Ancient Egypt
  7. ^ Apiculture in Egypt, Dr Tarek Issa Abd El-Wahab[pranala nonaktif permanen]
  8. ^ Gilmour, Garth. "The land of milk and honey ... and bees!" (Web article). Jamaica Gleaner. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-28. Diakses tanggal 2008-03-18. 
  9. ^ The Apiculture in Egypt, Dr. Tarek Issa Abde El-Wahab[pranala nonaktif permanen]
  10. ^ Diana Sammataro; Alphonse Avitabile (15 June 1998). The beekeeper's handbook. Cornell University Press. hlm. 186. ISBN 978-0-8014-8503-9. Diakses tanggal 17 August 2011. 
  11. ^ Bee gums still used at Lozère, France reference 1
  12. ^ Use of bee gums (ruche-troncs) in Lozère
  13. ^ "La fôret des abeilles by Yves Elie" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2014-05-19. 
  14. ^ "Paper on use of bee gums in France" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-05-04. Diakses tanggal 2014-05-19. 
  15. ^ Thomas Wildman, A Treatise on the Management of Bees (London, 1768, 2nd ed. 1770).
  16. ^ Wildman, pp.94-95.

Pranala luar

sunting