[go: up one dir, main page]

Rayap

Serangga sosial yang berhubungan dengan kecoak

Rayap atau anai-anai atau semut putih adalah serangga sosial anggota infraordo Isoptera, bagian dari ordo Blattodea[1][2] (kecoa) yang dikenal luas sebagai hama penting kehidupan manusia. Rayap bersarang di dan memakan kayu perabotan atau kerangka rumah sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi.

Rayap
Rentang waktu: Kapur Akhir–sekarang
Coptotermes formosanus
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Blattodea
Infraordo: Isoptera
Brullé, 1832
Famili

Lihat teks

Makanan utama rayap selain selulosa pada kayu, juga selulosa yang terdapat pada sabuk kelapa, rumput, kertas, karton, tekstil dan kulit-kulit tanaman. Mereka juga mengonsumsi jamur sebagai bahan makanannya. Kelompok rayap dari sub-famili Mastotermetinae (famili Termitidae) membudidayakan jamur Termitomyces (Basidiomycetes) dalam koloninya, jamur ini dimakan oleh anggota koloni yang masih muda. Rayap juga ada yang mengonsumsi tanah yang mengandung mineral, karbohidrat, mikroorganisme tanah dan polyphenolic. Sekitar 60% dari famili Termitidae mengonsumsi tanah sebagai bahan makanannya.
Laron, rayap dewasa
Kerusakan kayu akibat serangan rayap.

Sebutan rayap sebetulnya mengacu pada hewannya secara umum, padahal terdapat beberapa bentuk berbeda yang dikenal, sebagaimana pada koloni semut atau lebah sosial. Dalam koloni, rayap tidak memiliki sayap. Namun, beberapa rayap dapat mencapai bentuk bersayap yang akan keluar dari sarangnya secara berbondong-bondong pada awal musim penghujan (sehingga sering kali menjadi pertanda perubahan ke musim penghujan) di petang hari dan beterbangan mendekati cahaya. Bentuk ini dikenal sebagai laron atau kelekatu.

Deskripsi

sunting

Rayap merupakan jenis serangga yang mudah untuk dijumpai. Selain itu, rayap juga kerap dianggap sebagai hama yang merusak benda yang berada di dalam rumah yang biasanya terbuat dari kayu. Oleh karena itu rayap kerap tidak disukai oleh sebagian orang.

Rayap Tinggal di Tempat Gelap

Rayap sangat menyukai tempat yang gelap dan lembap namun tetap memiliki suhu yang hangat, sehingga tidak heran lagi jika rayap kerap tinggal di dalam kayu atau mendekati permukaan tanah. Tinggalnya rayap di tempat gelap disebabkan rayap tidak tahan dengan cahaya.

Rayap Hidup Berkoloni

Sama seperti lebah ternyata kehidupan rayap yang berkoloni memiliki kedudukan masing-masing dalam suatu kelompok. Pada sistem sosialisasinya ada raja dan ratu rayap yang memiliki tugas untuk berkembang biak atau dalam kata lain mereka bertugas untuk menetaskan calon-calon rayap lainnya. Pemimpin atau raja dan ratu rayap biasanya memiliki perbedaan yang mencolok dari yang lainnya, yaitu ukuran tubuh yang lebih besar. Pemimpin rayap akan selalu dilindungi dan dihormati oleh kelompok rayap tersebut. Selain raja dan ratu ada kelompok rayap tersebut juga terbagi menjadi bagian lainnya yakni kelompok prajurit dan kelompok pekerja.

Kelompok rayap prajurit memiliki ukuran yang tentunya lebih kecil dari pemimpinnya. Keunikan yang dimiliki kelompok rayap prajurit ini mereka memiliki capit atau sengatan pada bagian kepala yang digunakan sebagai senjata membela diri dan melawan musuh yang membahayakannya. Pada kelompok pekerja memiliki ciri ukuran tubuh lebih kecil dan berwarna putih. Kelompok rayap pekerja ini merupakan yang paling banyak dari lainnya. Mereka akan bertugas mencari makanan dan membentuk sarang pada kayu atau tanah.

Pembuatan Sarang yang Kompleks

Rayap pekerja akan membuat sarang dengan menggunakan kombinasi antara lain tanah atau lumpur, kunyahan kayu, air liur, dan kotoran rayap sendiri. Ada beberapa bagian-bagian pada sarang tersebut antara lain tempat hidup rayap, penampungan air melalui kondensasi, ruang reproduksi atau untuk berkembang biak, dan terkadang ada pula ruang penyimpanan makanan. Ruangan-ruangan pada sarang tersebut terhubung dengan dibuatnya labirin-labirin atau terowongan yang dapat memberikan udara ke dalam sarang dan membuat rayap dapat bergerak dengan lebih leluasa di dalam sarangnya. Oleh karena itu, biasanya sarang rayap sering kali bertumpuk-tumpuk dan meninggi bahkan sampai muncul ke permukaan-permukaan tanah, bahkan ada pula yang akhirnya membentuk gundukan besar.

Bergotong Royong Mengumpulkan Makanan

Rayap akan bekerja sama mengumpulkan makanan setiap harinya, pastinya hal tersebut dilakukan oleh rayap pekerja. Makanan yang telah didapat biasanya akan dikumpulkan ke dalam suatu rongga atau ruangan khusus penyimpan makanan. Makanan-makanan ini nantinya akan dikonsumsi oleh semua anggota rayap. Rayap-rayap pekerja juga akan menimbun persediaan makanan mereka sebagai bekal apabila musim dingin tiba dan tidak memungkinkan mereka untuk mencari makanan karena terbatasnya sumber makanan akibat hujan. Jamur yang berada di lingkungan tempat tinggal rayap biasanya adalah sumber utama makanan mereka.

Manfaat Sarang Rayap

Meski rayap dianggap sebagai hama bagi manusia, ternyata rayap juga memiliki manfaat dalam kehidupan. Manfaat-manfaat tersebut dapat diperoleh dari sarang rayap. Beberapa ilmuan sudah menguji manfaat dari sarang rayap melalui beberapa penelitian. Pada penelitian di Amerika Serikat disebutkan bahwa tanaman yang memiliki sarang rayap di sekitarnya akan memiliki kemampuan bertahan hidup lebih lama pada musim panas dan kemarau yang panjang. Selain itu, sarang rayap juga dapat menjadi tolok ukur kesuburan dari tanah dan banyaknya jumlah cadangan air pada daerah tanah yang kering.

Adanya sarang rayap dapat menjaga ketahanan dan kesehatan ekosistem yang ada di sekitarnya. Sarang rayap yang dapat tumbuh sampai lima meter akan menjadi penunjuk arah bahwa ada cadangan air di lingkungan tersebut yang dibutuhkan mahluk hidup lainnya. Meski sering dianggap sebagai hama, ternyata di sisi lain rayap memiliki sarang yang begitu berguna bagi mahluk hidup lainnya, antara lain seperti menyuburkan tanah dan menjadi penunjuk arah adanya cadangan air yang dibutuhkan mahluk hidup. Karena seperti yang kita ketahui Tuhan akan menciptakan mahluk hidup dengan manfaatnya masing-masing, begitu juga rayap dengan manfaatnya bagi lingkungan sekitarnya.

Pertarungan dengan Koloni lain

Untuk rayap kayu lembap, koloni mereka sangat rentan diserang oleh koloni semut merah atau hitam. Biasanya semut hitam yang ada di darat akan memanjat pohon dan merusak sarang mereka lalu mengambil salah satu rayap pekerja dan rayap prajurit akan mengambil perannya sebagai tim keamanan dan berusaha menyerang semut, kemudian terjadilah pertarungan antara semut pekerja yang dibantu semut prajurit dengan rayap prajurit dalam pertarungan ini biasanya prajurit koloni rayap kalah dan membatasi area terowongan bagian luarnya karena telah dikuasai oleh koloni semut.

Siklus hidup rayap

sunting

Siklus hidup rayap dimulai dari telur lunak berwarna jingga transparan yang selanjutnya akan berkembang menjadi larva.

Larva kemudian akan tumbuh menjadi rayap muda yang disebut nimfa (nymph). Ketika beranjak dewasa, rayap muda ini akan memilih peran mereka dalam koloni.

 
Siklus kehidupan rayap menjadi laron
Menjadi Rayap Pekerja

Peran pertama adalah rayap pekerja, dengan jumlah terbanyak di koloni. Tugas mereka mencari dan menyimpan makanan, merawat induk dan larva, membangun dan memperbaiki sarang. Rayap dari kasta inilah yang dapat merusak bangunan kayu karena memiliki kemampuan mencerna selulosa dalam kayu, di mana hasil pencernaan akan dimuntahkan dan dipersembahkan sebagai makanan induk, prajurit, dan para larva. Jenis rayap paling merusak adalah rayap Formosa karena memiliki koloni sangat besar.

Menjadi Rayap Prajurit

Peran lainnya adalah menjadi rayap prajurit yang bertugas menjaga sarang dan keseluruhan koloni. Kasta prajurit memiliki spesialisasi anatomi dan perilaku untuk melawan serangan musuh utama mereka, semut. Rayap jenis ini memiliki rahang yang besar sehingga mereka tidak mampu makan sendiri. Mereka bergantung pada rayap pekerja untuk menyediakan mereka dengan makanan muntahan. Rayap prajurit dan rayap pekerja sama-sama tidak memiliki mata dan biasanya hidup maksimal dua tahun.

Menjadi Rayap Reproduksi (Alates)

Rayap-rayap ini adalah calon raja dan ratu koloni baru nantinya. Untuk menjadi laron, nimfa rayap harus melalui proses metamorfosis tidak sempurna. Bentuk tubuh mereka saat ini masih ramping dan hanya mereka yang punya sayap di kerajaan rayap. Sayap ini diperlukan untuk berpindah tempat untuk membangun koloni baru, dua pasang sayap dengan ukuran sama akan muncul dari punggung mereka. Karena hal inilah rayap diklasifikasikan dalam ordo Isoptera ( iso = sama dan pteron = sayap).

Rayap reproduksi ini sering kita sebut sebagai laron dan muncul sebelum hujan. Rayap reproduksi memiliki mata yang tidak dimiliki oleh rayap pekerja atau rayap prajurit. Bentuk tubuh mereka yang indah untuk golongan rayap (ramping dan bersayap) tidak akan bertahan lama. Sayap mereka sangat rapuh, dan akan segera rontok begitu mereka telah menemukan tempat untuk membangun koloni baru. Jika terpilih menjadi ratu, tubuh laron betina tidak akan ramping lagi dan akan mengalami obesitas, karena tujuan hidupnya hingga ajal adalah bertelur untuk koloni.

Setelah tiba di calon tempat tinggal baru, rayap reproduksi terpilih akan menjadi ratu dan raja dalam koloni. Di mana dalam koloni hanya terdapat satu raja dan satu ratu. Ratu rayap merupakan serangga dengan umur terpanjang di dunia, ratu rayap dapat hidup 50 tahun pada kondisi ideal. Kebanyakan serangga hanya hidup dalaman hitungan bulan atau hari, bahkan lalat capung (mayfly) yang merupakan serangga dengan umur terpendek di dunia hanya hidup dalam hitungan jam.

Saat kemampuan bertelur ratu menurun, fungsinya dalam hal reproduksi akan dibantu rayap reproduksi untuk meringankan beban ratu. Rayap reproduksi yang dimaksud adalah rayap-rayap reproduksi (laron) yang sebelumnya gagal terpilih menjadi ratu dan raja koloni baru. Meskipun rayap reproduksi bertelur lebih sedikit dari ratu, jumlah mereka dalam koloni bisa mencapai ratusan. Kontribusi mereka untuk kapasitas bertelur koloni dapat menjadi luar biasa dan ketika ratu mati mereka dapat mengambil alih total tugas reproduksi.

Rayap sebagai pengurai

sunting

Dekomposer atau pengurai adalah organisme yang memakan organisme mati dan produk-produk limbah dari organisme lain. Pengurai membantu siklus nutrisi kembali ke ekosistem.

Dekomposer membuat tanah kaya dengan menambahkan senyawa organik dengan itu. Zat seperti karbon, air, dan nitrogen dikembalikan ke ekosistem melalui tindakan pengurai. Yang termasuk contoh pengurai (dekomposer) adalah serangga, cacing tanah, bakteri, jamur, belatung, lactobacteria, kecoa, ragi, siput, lumut, dan actinomycetes

Rayap yang dalam bahasa Inggris disebut white ants (semut putih), pada umumnya dikenal sebagai serangga yang mengakibatkan kehancuran seperti pepatah “bak kayu dimakan rayap”. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar karena dalam ekosistem alam, rayap juga merupakan serangga yang menguntungkan bagi manusia yaitu sebagai serangga pengurai (dekomposer) yang menguraikan sisa-sisa tanaman/kayu. Rayap memakan bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunannya seperti kertas. Selulosa merupakan senyawa organik yang keberadaannya melimpah di alam namun tidak dapat dicerna oleh manusia maupun organisme tingkat tinggi lainnya. Sedangkan rayap dengan mudah dapat mencerna senyawa ini karena dalam usus rayap terdapat bakteri selulolitik Trichonympha yang mengeluarkan enzim selulase yang dapat memecah selulosa menjadi D-glukosa (gula alami).

Di Indonesia, yang merupakan daerah tropis memiliki hutan terluas di dunia, serangga rayap berperan penting sebagai pengurai di hutan tropis tersebut, mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah, dan humus. Spesies rayap termasuk golongan “daur ulang” sebab mereka bisa menguraikan zat-zat yang sudah mati menjadi sesuatu yang makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dalam sebuah ekosistem hutan.

Memang kelihatan begitu sederhana, kita bisa bayangkan apa jadinya hutan tanpa rayap, maka hutan akan dipenuhi dengan tumpukan daun (serasah) dan akibatnya bisa saja membuat mati penghuninya yaitu satwa besar lainya karena tidak bisa beraktivitas, inilah salah satu peran serangga memberikan keuntungan pada satwa liar di hutan, bahkan pohon-pohon dapat hidup karena daun di bawahnya telah terurai dengan baik.

Hanya dengan mengurai daun (serasah) dan memungkinkan menguntungkan satwa lain untuk hidup nyaman, mereka bertugas membersihkan sampah dedaunan dan kayu tumbang di hutan, hasil dari daun dan kayu tersebut teresktraksi menjadi humus membuat tanah hutan tropis subur. Mereka merupakan konsumen primer dalam rantai makanan yang berperan dalam kelangsungan siklus hidup di hutan dan menghasilkan beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen.

Ketika hutan terdegradasi hutan berubah fungsi maka binatang terkecil pun seperti spesies rayap menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dulu mereka makan serasah dan kayu pohon dan berganti pola makan, mereka akan memakan beton, kayu bangunan hingga perabotan rumah tangga bahkan rayap menyerang lahan pertanian dengan merusak tanah pertanian.

Rayap secara alami juga membantu membentuk proses siklus air tanah di hutan dengan membuat lorong atau rongga tanah, hingga jatuhnya air hujan masuk ke tanah, karena bantuan rayaplah air hujan di hutan bereaksi secara alami dan masuk ke dalam tanah, hingga air tanah dapat didisitribusikan bagi tanaman hutan dan adanya simpanan air tanah.

Klasifikasi

sunting

Pada tahun 2013, sekitar 3,106 spesies rayap telah ditemukan, spesies-spesies tersebut dikelompokan ke dalam 5 famili.[1][3] Daftar dibawah ini disusun berdasarkan urutan filogenetik:

Clade Euisoptera Engel, Grimaldi, & Krishna, 2009

Clade Icoisoptera Engel, 2013

Clade Neoisoptera Engel, Grimaldi, & Krishna, 2009

Klasifikasi ini merupakan klasifikasi rayap yang paling mutakhir berdasarkan Engel & Krishna (2004), Engel et al. (2009), dan Krishna et al. (2013).[4][1]

Klasifikasi berdasarkan lokasi sarang

sunting

Berdasarkan lokasi sarang atau tempat tinggalnya, rayap dapat digolongkan dalam tiga tipe, yaitu rayap kayu lembap, rayap kayu kering, dan rayap tanah. Di antara ketiga jenis rayap tersebut, tipe yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah kelompok rayap tanah dan rayap kayu kering.

Selain tiga jenis rayap tersebut juga ada sebagian ahli yang menggolongkan rayap dalam lima jenis rayap perusak kayu, yaitu rayap kayu lembap, rayap kayu kering, rayap tanah, rayap pohon, dan rayap subteran.

Pengendalian Rayap

sunting

Suatu hasil penelitian[5] membuktikan bahwa aplikasi NE efektif dalam mengendalikan rayap tanah C. curvignathus. Rayap tanah merupakan hama yang memiliki spesifisitas habitat dan memiliki perilaku yang khas. Koloni rayap membangun istananya di dalam tanah hingga kedalaman tertentu, bahkan acap kali terlihat kokoh di atas permukaan tanah. Koloni rayap dalam tanah bisa berjumlah ratusan ribu hingga jutaan dan dipimpin oleh seekor ratu rayap yang terlindungi oleh ribuan rayap tentara dalam bangunan kokoh yang tersusun dari tanah. Habitat dan perilaku rayap ini mempersulit pengendalian rayap dengan menggunakan pestisida kimiawi karena bentuk dan sifat pestisida tidak mendukung. Sebaliknya, penggunaan NE untuk mengendalikan rayap sangat efektif karena mobilitas NE sangat mendukung akurasi pencapaian target hama sasaran dan habitat NE sesuai dengan habitat rayap. Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut terbukti tingginya persen kematian rayap akibat aplikasi NE sangat signifikan dibandingkan perlakuan kontrol.[6]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c Krishna, Kumar; Grimaldi, David A.; Krishna, Valerie; Engel, Michael S. (2013). Treatise on the Isoptera of the world. Bulletin of the American Museum of Natural History. 377. American Museum of Natural History. hlm. 1–2704. 
  2. ^ Beccaloni, George; Eggleton, Paul (2013-08-30). Zhang, Z.-Q., ed. "Order Blattodea" (PDF). ZOOTAXA. Animal Biodiversity: An Outline of Higher-level Classification and Survey of Taxonomic Richness (Addenda 2013). 1 (3703): 46–48. doi:10.11646/zootaxa.3703.1.10. Diakses tanggal 2014-12-02. 
  3. ^ "List of Termite Species". University of Toronto. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-22. Diakses tanggal 8 February 2014. 
  4. ^ Engel, M.S. and K. Krishna (2004). "Family-group names for termites (Isoptera)". American Museum Novitates. 3432 (1): 1–9. doi:10.1206/0003-0082(2004)432<0001:FNFTI>2.0.CO;2. 
  5. ^ Anton Muhibuddin. 2001. Patogen Serangga. Media Utama Press. Surabaya
  6. ^ Anton Muhibuddin. 2001. Patogen Serangga di Sekitar Kita. Media Utama Press. Surabaya.