[go: up one dir, main page]

Protozoa

golongan Protista mirip hewan

Protozoa (bahasa Yunani: protos, translit. pertama dan bahasa Yunani: zoon, translit. hewan) adalah kelompok polifili eukariota bersel satu.[1] Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara Algae (ganggang) dan Protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan dan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan Protozoa. Sebagai contoh ganggang hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil sehingga dapat mengurangi kemampuan untuk berfotosintesis. Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien kompleks tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum Protozoa. Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara Algae dan Protozoa. Protozoa berbeda dengan prokariot karena ia memiliki membran inti sel (eukariotik). Protozoa berbeda dengan Algae karena tidak memiliki klorofil. Protozoa berbeda pula dengan jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta berbeda dengan jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.[2]

Protozoa Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Penyakitparasitic protozoa infectious disease (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperdomainBiota
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanProtozoa Edit nilai pada Wikidata
Goldfuss, 1818
Protozoa

Bentuk tubuh

sunting
 
Flagellata

Biasanya berkisar 10-50 μm, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun, Protozoa merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran 3-1000 mikron.Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia.[1]

Habitat

sunting

Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.[2] Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Di dalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoa dibayangi oleh membransel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus, badan golgi, mikrokondria, plastida, dan vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme lainnya,. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa meriupakan bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya.[1]

Ciri-ciri

sunting

Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-ciri umum:

  • Organisme uniseluler (bersel tunggal)
  • Eukariotik (memiliki membran nukleus)
  • Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
  • Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
  • Hidup bebas, saprofit atau parasit
  • Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup
  • Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela[3]

Ciri-ciri protozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau flagen, memili membrane sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba Perkembangbiakan amuba dan bakteri yang biasa dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing=masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru yang masing=masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula. Pada amuba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang makan, maka amuba akan membentuk kista. Di dalam kista amuba dapat membelah menjadi amuba-amuba baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista akan pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar. Selanjutnya amuba ini akan tumbuh setelah sampai pada ukuran tertentu dia akan membelah diri seperti semula.[1]

Morfologi protozoa

sunting
 
Ciliata

Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa. Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society of Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas. Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah genera Monosiga, Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan Difflugia. Anggota kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor. Contoh protozoa kelompok Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella termasuk kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompok Myxospora.[2]

Fisiologi protozoa

sunting

Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.[2]

Adaptasi

sunting

Sebagai predator, mereka memangsa uniseluler atau berserabut ganggang, bakteri, dan microfungi. Protozoa memainkan peran baik sebagai herbivora dan konsumen di decomposer link dari rantai makanan. Protozoa juga memainkan peranan penting dalam mengendalikan populasi bakteri dan biomas. Protozoa dapat menyerap makanan melalui membran sel mereka, beberapa, misalnya amoebas, mengelilingi dan menelan makanan itu, dan yang lain lagi memiliki bukaan atau "mulut pori-pori" ke mana mereka menyapu makanan. Semua protozoa yang mencerna makanan di perut mereka seperti kompartemen disebut vakuola.

Sebagai komponen dari mikro-dan meiofauna, protozoa merupakan sumber makanan penting bagi microinvertebrates. Dengan demikian, peran ekologis protozoa dalam transfer bakteri dan ganggang produksi ke tingkat trophic berurutan adalah penting. Protozoa seperti parasit malaria (Plasmodium spp.), Dan Leishmania trypanosomes juga penting sebagai parasit dan symbionts dari hewan multisel.

Beberapa protozoa memiliki tahap kehidupan bolak-balik antara tahap proliferatif (misalnya trophozoites) dan kista aktif. Seperti kista, protozoa dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar ke suhu yang ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka waktu tertentu. Menjadi spesies parasit kista memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tuan rumah, dan memungkinkan mereka transmisi dari satu host ke yang lain. Ketika protozoa adalah dalam bentuk trophozoites (Yunani, tropho = untuk memberi makan), mereka secara aktif memberi makan dan tumbuh. Proses mana protozoa yang mengambil bentuk kista disebut encystation, sedangkan proses mentransformasikan kembali ke trophozoite disebut excystation.

Protozoa dapat mereproduksi dengan pembelahan biner atau beberapa fisi. Beberapa protozoa bereproduksi secara seksual, beberapa aseksual, sementara beberapa menggunakan kombinasi, (mis. Coccidia). Seorang individu protozoon adalah hermaphroditic.

Nama lain untuk protozoa adalah Acrita (R. Owen, 1861). Mereka dapat menyebabkan malaria atau disentri amuba.

Kelas berdasarkan alat gerak

sunting

Protozoa dibagi menjadi empat kelas berdasarkan alat gerak:

Rhizopoda (Sarcodina),alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu) Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia)yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia. Jenis yang paling mudah diamati adalah Amoeba. Ektoamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di luar tubuh organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria. Entamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme, contohnya Entamoeba histolityca, Entamoeba coli.[4]

  • Amoeba proteus memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil.
  • Entamoeba histolityca menyebabkan disentri amuba (bedakan dengan disentri basiler yang disebabkan Shigella dysentriae)
  • Entamoeba gingivalis menyebabkan pembusukan makanan di dalam mulut radang gusi (Gingivitis)
  • Foraminifera sp. fosilnya dapat dipergunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi. Tanah yang mengandung fosil fotaminifera disebut tanah globigerina.
  • Radiolaria sp. endapan tanah yang mengandung hewan tersebut digunakan untuk bahan penggosok.

Flagellata (Mastigophora), alat geraknya berupa flagel (bulu cambuk).Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan juga sebagai alat indra dan alat bantu untuk menangkap makanan.Dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

Fitoflagellata Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis. Contohnya: Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox globator.Zooflagellata.[4]

Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas).Contohnya: Trypanosoma gambiens, Leishmania Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

- Euglena viridis (makhluk hidup peralihah antara protozoadengan ganggang) - Volvax globator (makhluh hidup peralihah antara protozoa dengan ganggang) - Noctiluca millaris (hidup di laut dan dapat mengeluarkan cahaya bila terkena rangsangan mekanik)

- ''Trypanosoma'' gambiense & Trypanosoma rhodesiense. Menyebabkan penyakit tidur di Afrika dengan vektor (pembawa) Þ lalat Tsetse (Glossina sp.) Trypanosoma gambiense vektornya Glossina palpalis Þ tsetse sungai Trypanosoma rhodeslense vektornya Glossina morsitans Þ tsetse semak - Trypanosoma cruzl Þ penyakit chagas - Trypanosoma evansi Þ penyakit surra, pada hewan ternak(sapi). - Leishmaniadonovani Þ penyakit kalanzar - Trichomonas vaginalis Þ penyakit keputihan

Ciliata (Ciliophora),alat gerak berupa silia (rambut getar). Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel.Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Contoh: Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella, Balantidium coli .[4]

  • Paramaecium caudatum Þ disebut binatang sandal, yang memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk mengatur kesetimbangan tekanan osmosis (osmoregulator).

Memiliki dua jenis inti Þ Makronukleus dan Mikronukleus (inti reproduktif). Cara reproduksi, aseksual Þ membelah diri, seksual Þ konyugasi.

Sporozoa,adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni.Marga yang berhubungan dengan kesehatan manusia Þ Toxopinsma dan Plasmodium.. Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai cara perkembang biakannya. Sporozoid memiliki organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang.Hidupnya parasit pada manusia dan hewan.Contoh: Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae,Plasmodium vivax. Gregarina.[4]

Jenis-jenisnya antara lain:

Makanan

sunting

Semua protozoa merupakan heterotrof, mendapat nutrien dari organisme lain, baik itu dengan menelannya secara utuh ataupun mengkonsumsi sisa organik dan produk limbahnya. Beberapa protozoa mengambil makanan melalui fagositosis, menelan partikel organik dengan pseudopodia (seperti yang dilakukan amoeba), atau mengambil makanan melalui lubang seperti mulut khusus yang disebut sitostoma. Yang lain mengambil makanan dengan osmotrofik, menyerap nutrien terlarut melalui membran sel mereka.

Protozoa parasit menggunakan berbagai macam strategi makan, dan beberapa mungkin mengubah metode makan dalam fase yang berbeda dalam siklus hidupnya. Misalnya, parasit malaria Plasmodium makan dengan pinositosis selama tahap trofozoit belum matang (fase cincin), tetapi mengembangkan organel makan khusus (sitostoma) saat matang dalam sel darah merah inang.[6]

Protozoa juga dapat hidup sebagai mixotrof, melengkapi diet heterotrofik dengan beberapa bentuk autotrof. Beberapa protozoa membentuk asosiasi dengan alga fotosintetik simbiosis, yang hidup dan tumbuh di dalam membran sel yang lebih besar dan memberikan nutrisi kepada inang. Yang lain melakukan kleptoplasti, mencuri kloroplas dari organisme mangsa dan memeliharanya di dalam tubuh sel mereka sendiri saat mereka terus menghasilkan nutrisi melalui fotosintesis. Siliata Mesodinium rubrum mempertahankan plastida yang berfungsi dari alga kriptofit tempat ia makan, menggunakannya untuk memberi makan diri mereka sendiri dengan autotrofi. Ini dapat diteruskan ke dinoflagellata dari genus Dinophysis, yang memangsa Mesodinium rubrum namun plastida tersebut tetap disimpan. Dalam Dinophysis, plastida ini dapat terus berfungsi selama berbulan-bulan.[7]

Motilitas

sunting

Organisme yang secara tradisional diklasifikasikan sebagai protozoa berlimpah di lingkungan berair dan tanah, menempati berbagai tingkat trofik. Kelompok ini termasuk flagellata (yang bergerak dengan bantuan struktur mirip cambuk yang disebut flagella), siliata (yang bergerak dengan menggunakan struktur mirip rambut yang disebut silia), dan amoeba (yang bergerak menggunakan struktur mirip kaki yang disebut pseudopodia). Beberapa protozoa disebut sesil dan tidak bergerak sama sekali.

Pelikel

sunting

Tidak seperti tumbuhan, fungi dan sebagian besar alga, protozoa biasanya tidak memiliki dinding sel yang kaku, tetapi biasanya diselimuti oleh struktur elastis membran yang memungkinkan pergerakan sel. Pada beberapa protozoa, seperti siliata dan euglenozoa, sel didukung dengan selaput membran komposit yang disebut “pelikel”. Pelikel memberikan beberapa bentuk pada sel, terutama selama pergerakan. Pelikel organisme protozoa bervariasi dari fleksibel dan elastis hingga cukup kaku. Pada siliata dan apicomplexa, pelikel didukung oleh vesikula padat yang disebut alveoli. Dalam euglenids, terbentuk dari strip protein yang tersusun secara spiral di sepanjang tubuh. Contoh protista yang dikenal memiliki pelikel adalah euglenoid dan siliata Paramecium. Pada beberapa protozoa, pelikel menampung bakteri epibiotik yang menempel ke permukaan oleh fimbriae (pili penempelan). [8]

Penyakit

sunting

Beberapa protozoa patogen merupakan parasit manusia, menyebabkan penyakit seperti malaria (oleh Plasmodium), amoebiasis, giardiasis, toxoplasmosis, cryptosporidiosis, trichomoniasis, Chagas disease, leishmaniasis, African trypanosomiasis, keratitis Acanthamoeba, dan primary amoebic meningoencephalitis (naegleriasis).

Protozoa Ophryocystis elektroscirrha merupakan parasit dari larva kupu-kupu, yang diturunkan dari betina ke ulat. Individu yang terinfeksi parah adalah yang lemah, tidak dapat mengembangkan sayapnya, atau tidak dapat berkembang biak, dan memiliki masa hidup yang lebih pendek, tetapi tingkat parasit bervariasi dalam populasi. Infeksi menciptakan efek pemusnahan, di mana hewan yang terinfeksi akan lebih sulit untuk menyelesaikan migrasinya. Hal ini menyebabkan populasi dengan beban parasit yang lebih rendah pada akhir migrasi.[9] Ini tidak terjadi di laboratorium atau pemeliharaan komersial, di mana setelah beberapa generasi, semua individu dapat terinfeksi.[10]

Daftar Protozoa Penyebab Penyakit pada Manusia[11]
Penyakit Agen Penyebab Sumber Transmisi
Amoebiasis Entamoeba histolytica (Amoebozoa) Air, makanan
Acanthamoeba keratitis Acanthamoeba (Amoebozoa) Air, larutan lensa kontak terkontaminasi
Giardiasis Giardia lamblia (Metamonada) Air, kontak
Trichomoniasis Trichomonas vaginalis (Metamonada) Kontak seksual
Dientamoebiasis Dientamoeba fragilis (Metamonada) Belum jelas
African trypanosomiasis (penyakit tidur Afrika) Trypanosoma brucei (Kinetoplastida) Lalat thsethse (Glossina)
Penyakit Chagas (penyakit tidur Amerika) Trypanosoma cruzi (Kinetoplastida) Serangga Triatomine (Triatominae)
Leishmaniasis Leishmania spp. (Kinetoplastida) Lalat pasir Phlebotomine (Phleotominae)
Balantidiasis Balantidium coli (Ciliata) Makanan, air
Malaria Plasmodium spp. (Apicomplexa) Nyamuk (Anopheles)
Toxoplasmosis Toxoplasma gondii (Apicomplexa) Daging yang tidak matang, kotoran kucing, infeksi janin pada kehamilan
Babesiosis Babesia spp. (Apicomplexa) Kutu rusa (Ixodes scapularis)
Cryptosporidiosis Cryptosporidium spp. (Apicomplexa) Air atau makanan yang terkontaminasi fekal
Cyclosporiasis Cyclospora cayetanensis (Apicomplexa) Air atau makanan yang terkontaminasi fekal

Sejarah

sunting

Kata “protozoa” diciptakan pada tahun 1818 oleh ahli zoologi Georg August Goldfuss, yang artinya hewan primitif atau asli.[12] Goldfuss menciptakan Protozoa sebagai kelas yang menurutnya terkandung hewan paling sederhana.[13] Awalnya, kelompok tersebut tidak mencakup hanya mikroorganisme bersel tunggal namun juga beberapa hewan multiseluler rendah, seperti rotifer, karang, spons, ubur-ubur, bryozoa, dan cacing polychaete.[14] Istilah Protozoa dibentuk dari bahasa Yunani yaitu πρῶτος (prôtos) yang artinya pertama dan ζῶα (zôa), jamak dari ζῶον (zôon) yang artinya hewan.[15][16] Penggunaan Protozoa sebagai taksa formal telah didukung oleh beberapa peneliti, umumnya karena istilah tersebut menyiratkan kekerabatan dengan hewan (Metazoa)[17][18] dan mendukung pemisahan antara organisme “mirip hewan” dari organisme “mirip tumbuhan”.[19]

Pada 1848, sebagai hasil dari kemajuan dalam teori sel yang dipelopori oleh Theodor Schwann dan Matthias Schleiden, ahli anatomi dan zoologi C. T. von Siebold mengusulkan bahwa tubuh protozoa seperti siliata dan amoeba tersusun dari sel tunggal, mirip dengan yang dimiliki jaringan multiseluler penyusun tumbuhan dan hewan. Von Siebold mendefinisikan ulang Protozoa untuk memasukkan hanya bentuk-bentuk uniseluler, dengan mengesampingkan semua metazoa (hewan).[20] Pada saat yang sama, ia mengangkat kelompok tersebut ke tingkat filum yang mengandung dua kelas besar mikroorganisme: Infusoria (umumnya siliata dan ganggang berflagel) dan Rhizopoda (organisme amoeboid). Definisi Protozoa sebagai filum atau sub-kerajaan yang terdiri dari “hewan uniseluler” diadopsi oleh ahli zoologi Otto Bütschli - dirayakan pada usia seratus tahun sebagai “arsitek protozoologi”[21] - dan istilah ini mulai digunakan secara luas.

Sebagai filum di bawah Animalia, Protozoa berakar kuat dalam klasifikasi kehidupan “dua kerajaan” yang lama, yang menurutnya semua makhluk hidup diklasifikasikan sebagai hewan atau tumbuhan. Selama skema ini tetap dominan, protozoa dipahami sebagai hewan dan dipelajari di departemen zoologi, sedangkan mikroorganisme fotosintetik dan fungi mikroskopis - yang disebut Protophyta - dimasukkan pada tanaman dan dipelajari di departemen Botani.[22]

Kritik dari sistem ini diawali pada paruh kedua abad ke-19, dengan kesadaran bahwa banyak organisme memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam tanaman dan juga hewan. Contohnya, ganggang Euglena dan Dinobryon memiliki kloroplas untuk fotosintesis m namun dapat memakanan materi organik dan dapat motil. Pada tahun 1860, John Hogg menentang penggunaan “protozoa”, dengan alasan bahwa “naturalis berbeda pendapat - dan mungkin beberapa akan terus demikian - apakah banyak dari organisme atau makhluk hidup ini adalah hewan atau tumbuhan”. Sebagai alternatif, dia mengusulkan kerajaan baru yang disebut Primigenum, yang terdiri dari protozoa dan ganggang uniseluler (Rhodophyta), yang dia gabungkan menjadi satu dengan nama “Protoctista”. Dalam konsepsi Hogg, kerajaan hewan dan tumbuhan disamakan dengan dua “piramida” besar yang bercampur di basis mereka di kerajaan Primigenum.

Enam tahun kemudian, Ernst Haeckel juga mengusulkan kerjaan kehidupan ketiga, yang dinamakan Protista. Pada awalnya, Haeckel memasukkan beberapa organisme multiseluler di kerajaan ini, tetapi dalam penelitian selanjutnya, ia membatasi Protista pada organisme bersel tunggal, atau koloni sederhana yang sel-sel individualnya tidak berdiferensiasi menjadi berbagai jenis jaringan.

Terlepas dari usulan ini, Protozoa muncul sebagai penempatan taksonomi yang disukai untuk mikroorganisme heterotrof seperti amoeba dan siliata, dan tetap demikian selama lebih dari satu abad. Namun, dalam perjalanan abad ke-20, sistem “dua kerajaan” lama mulai melemah, dengan tumbuhnya kesadaran bahwa jamur tidak termasuk dalam tumbuhan dan bahwa sebagian besar protozoa uniseluler tidak lebih dekat hubungannya dengan hewan daripada dengan tumbuhan. Pada pertengahan abad, beberapa ahli biologi seperti Herbert Copeland, Robert H. Whittaker dan Lynn Margulis, menganjurkan penggunaan kembali Protista usulan Haeckel atau Protoctista usulan Hogg sebagai kelompok eukariotik tingkat kerajaan, bersama tumbuhan, hewan, dan jamur.[22] Berbagai sistem multi-kerajaan diusulkan, dan kerajaan Protista dan Protoctista yang digunakan dalam teks dan kurikulum biologi.[23][24][25]

Sementara banyak ahli taksonomi telah meninggalkan Protozoa sebagai kelompok tingkat tinggi, Thomas Cavalier-Smith mempertahankannya sebagai kerajaan dalam berbagai klasifikasi yang dia usulkan. Pada tahun 2015, Protozoa Cavalier-Smith mengecualikan beberapa kelompok besar organisme yang secara tradisional ditempatkan di antara protozoa, termasuk siliata, dinoflagellata, foraminifera (semua anggota supergrup SAR). Dalam bentuknya saat ini, kerajaan Protozoa adalah kelompok parafiletik yang mencakup nenek moyang yang sama dan sebagian besar keturunannya, tetapi mengecualikan dua klade penting yang bercabang di dalamnya: hewan dan jamur.[26]

Sejak protozoa, sebagaimana didefinisikan secara tradisional, tidak dapat lagi dianggap sebagai “hewan primitif”, istilah “protist”, “Protista” atau “Protoctista” terkadang lebih disukai. Pada tahun 2005, anggota Society of Protozoologist memilih untuk mengubah namanya menjadi International Society of Protistologist.[27]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-02-27. Diakses tanggal 2010-04-16. 
  2. ^ a b c d "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-03-31. Diakses tanggal 2010-04-16. 
  3. ^ http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/18/mengenal-protozoa/
  4. ^ a b c d http://www.duasociety.co.cc/2009/11/klasifikasi-protozoa.html[pranala nonaktif permanen]
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-04-14. Diakses tanggal 2010-04-19. 
  6. ^ Wiser, Mark F. "Biochemistry of Plasmodium". The Wiser Page. Retrieved 2018-03-22.
  7. ^ Nishitani, Goh; Nagai, Satoshi; Baba, Katsuhisa; Kiyokawa, Susumu; Kosaka, Yuki; Miyamura, Kazuyoshi; Nishikawa, Tetsuya; Sakurada, Kiyonari; Shinada, Akiyoshi (May 2010). "High-Level Congruence of Myrionecta rubra Prey and Dinophysis Species Plastid Identities as Revealed by Genetic Analyses of Isolates from Japanese Coastal Waters". Applied and Environmental Microbiology. 76 (9): 2791–2798. doi:10.1128/AEM.02566-09. PMC 2863437. PMID 20305031
  8. ^ Protozoa in biological research
  9. ^ Bartel, Rebecca; Oberhauser, Karen; De Roode, Jacob; Atizer, Sonya (February 2011). "Monarch butterfly migration and parasite transmission in eastern North America". Ecology. 92 (2): 342–351. doi:10.1890/10-0489.1. PMC 7163749. PMID 21618914
  10. ^ Leong, K. L. H.; M. A. Yoshimura; H. K. Kaya; H. Williams (January 1997). "Instar Susceptibility of the Monarch Butterfly (Danaus plexippus) to the Neogregarine Parasite, Ophryocystis elektroscirrha". Journal of Invertebrate Pathology. 69 (1): 79–83. CiteSeerX 10.1.1.494.9827. doi:10.1006/jipa.1996.4634. PMID 9028932
  11. ^ Usha mina, Pranav kumar (2014). Life science fundamental and practice part I.
  12. ^ Rothschild, Lynn J. (1989). "Protozoa, Protista, Protoctista: What's in a Name?". Journal of the History of Biology. 22 (2): 277–305. doi:10.1007/BF00139515. ISSN 0022-5010. JSTOR 4331095. PMID 11542176. S2CID 32462158
  13. ^ Goldfuß (1818). "Ueber die Classification der Zoophyten" [On the classification of zoophytes]. Isis, Oder, Encyclopädische Zeitung von Oken (in German). 2 (6): 1008–1019. From p. 1008: "Erste Klasse. Urthiere. Protozoa." (First class. Primordial animals. Protozoa.)
  14. ^ Goldfuß, Georg August (1820). Handbuch der Zoologie. Erste Abtheilung [Handbook of Zoology. First Part.] (in German). Nürnberg, (Germany): Johann Leonhard Schrag. pp. XI–XIV.
  15. ^ Bailly, Anatole (1981-01-01). Abrégé du dictionnaire grec français. Paris: Hachette. ISBN 978-2010035289. OCLC 461974285
  16. ^ Bailly, Anatole. "Greek-french dictionary online". www.tabularium.be. Retrieved 2018-10-05
  17. ^ Hogg, John (1860). "On the distinctions of a plant and an animal, and on a fourth kingdom of nature". Edinburgh New Philosophical Journal. 2nd series. 12: 216–225.
  18. ^ Scamardella, J. M. (December 1999). "Not plants or animals: a brief history of the origin of Kingdoms Protozoa, Protista and Protoctista". International Microbiology. 2 (4): 207–216. PMID 10943416
  19. ^ Copeland, Herbert F. (September–October 1947). "Progress Report on Basic Classification". The American Naturalist. 81 (800): 340–361. doi:10.1086/281531. JSTOR 2458229. PMID 20267535. S2CID 36637843
  20. ^ Siebold (vol. 1); Stannius (vol. 2) (1848). Lehrbuch der vergleichenden Anatomie [Textbook of Comparative Anatomy] (in German). vol. 1: Wirbellose Thiere (Invertebrate animals). Berlin, (Germany): Veit & Co. p. 3. From p. 3: "Erste Hauptgruppe. Protozoa. Thiere, in welchen die verschiedenen Systeme der Organe nicht scharf ausgeschieden sind, und deren unregelmässige Form und einfache Organisation sich auf eine Zelle reduziren lassen." (First principal group. Protozoa. Animals, in which the different systems of organs are not sharply separated, and whose irregular form and simple organization can be reduced to one cell.)
  21. ^ Dobell, C. (April 1951). "In memoriam Otto Bütschli (1848-1920) "architect of protozoology"". Isis; an International Review Devoted to the History of Science and Its Cultural Influences. 42 (127): 20–22. doi:10.1086/349230. PMID 14831973. S2CID 32569053.
  22. ^ a b Taylor, F. J. R. 'Max' (11 January 2003). "The collapse of the two-kingdom system, the rise of protistology and the founding of the International Society for Evolutionary Protistology (ISEP)". International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology. 53 (6): 1707–1714. doi:10.1099/ijs.0.02587-0. PMID 14657097
  23. ^ Whittaker, R. H. (10 January 1969). "New concepts of kingdoms or organisms. Evolutionary relations are better represented by new classifications than by the traditional two kingdoms". Science. 163 (3863): 150–160. Bibcode:1969Sci...163..150W. CiteSeerX 10.1.1.403.5430. doi:10.1126/science.163.3863.150. PMID 5762760
  24. ^ Margulis, Lynn (1974). "Five-Kingdom Classification and the Origin and Evolution of Cells". In Dobzhansky, Theodosius; Hecht, Max K.; Steere, William C. (eds.). Evolutionary Biology. Springer. pp. 45–78. doi:10.1007/978-1-4615-6944-2_2. ISBN 978-1-4615-6946-6.
  25. ^ Cavalier-Smith, Thomas (August 1998). "A revised six-kingdom system of life". Biological Reviews. 73 (3): 203–266. doi:10.1111/j.1469-185X.1998.tb00030.x. PMID 9809012. S2CID 6557779.
  26. ^ Ruggiero, Michael A.; Gordon, Dennis P.; Orrell, Thomas M.; Bailly, Nicolas; Bourgoin, Thierry; Brusca, Richard C.; Cavalier-Smith, Thomas; Guiry, Michael D.; Kirk, Paul M. (29 April 2015). "A Higher Level Classification of All Living Organisms". PLOS ONE. 10 (4): e0119248. Bibcode:2015PLoSO..1019248R. doi:10.1371/journal.pone.0119248. PMC 4418965. PMID 25923521.
  27. ^ "New President's Address". protozoa.uga.edu. Retrieved 1 May 2015.