[go: up one dir, main page]

Pirngadie

pelukis naturalis terbaik dari Indonesia

R. M. Pirngadie, (lahir di Pekiringan, Karangmoncol, Purbalingga, 1875 - meninggal tahun 1936 pada umur 61 tahun) adalah seorang pelukis naturalis dari aliran Mooi Indie dari Hindia Belanda. Pada usia 11 tahun ia mulai berkerja di Kantor Register, membuat gambar peta dan disanalah ia pertama kali memegang kuas dan cat. Tahun 1889, ketika berusia 14 tahun, ia mulai belajar melukis pada seorang pelukis bangsa Jerman. Pada tahun 1928, ia bekerja pada Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (kini menjadi Museum Nasional, Jakarta).[1][2]

Latar belakang

sunting

Bersama J.E. Jasper,[1] seorang peneliti bangsa Belanda, ia kemudian berkeliling ke pelosok daerah di Indonesia mencatat tentang seni kerajinan rakyat yang ada pada waktu itu. Hasilnya berupa karya tulisannya yang ia buat sebanyak lima jilid, berjudul ‘De Inlandsche Kunst Nijverheid In Ned. Indie’s’ Graven Hage. Jilid 1, tentang Anjaman, 1912. Jilid 2 tentang Tenunan, 1912. Jilid 3 tentang Batik, 1916. Jilid 4 tentang Emas dan Perak, 1927. Dan jilid 5 tentang logam lain selain emas dan perak, 1930. Dalam perjalanannya kesenirupaannya, ia kemudian dikenal sebagai salah satu pelukis yang menganut aliran naturalisme. Karena karya lukis yang ia buat melukiskan sesuatu yang nyata dan alami seperti tampak pada aslinya. Selain itu, ia juga termasuk dalam golongan kelompok mazhab Hindia Molek atau Mooi Indie, bersama sejumlah pelukis lainnya seperti R. Abdullah Suriosubroto (1878-1914), dan Wakidi (1889-1979). Ketiganya di anggap sebagai pelanjut pelukis Raden Saleh yang dikenal sebagai perintis aliran seni lukis modern di tanah air. Dalam melukis, R.M.Pirngadi kerap menggunakan objek alam yang berkesan tenteram, tenang, dan damai, sebagai gambar lukisannya.[3]

Pelukis yang sudah sering mengadakan pameran tunggal di kota-kota besar di Jawa ini pernah beberapa kali mendapat penghargaan yakni, tahun 1905, ia menerima piagam penghargaan lukisan terbaik pada pameran di Annual Fair, Surabaya. Tahun 1907, ia menerima penghargaan II pada pameran lukisan cat air, Surabaya. Tahun 1912, ia menerima dua medali pada pameran lukisan, Surabaya. Tahun 1913, ia mendapat hadiah untuk lukisan pemandangan Indonesia terbaik pada The Gent Expositio. Tahun 1914, is mendapat hadiah pertama untuk lukisan cat air terbaik pada Pameran Kolonial, Semarang. Tahun 1919, ia mendapat hadiah pertama dan kedua pada perlombaan membuat kulit buku terindah. Raden Mas Pirngadi wafat pada tahun 1936.[1]

Keluarga

sunting

Istri pertama Raden Mas Pirngadie bernama Sutinah dari Trah Sumedang, wafat di Bogor dan meninggalkan 2 (dua) orang anak yaitu :

  • Setijana Pirngadie
  • Supangat Pirngadie

Sepeninggal istri pertama Raden Mas Pirngadie menikahi wanita asal Ciamis, Jawa Barat yang bernama Siti Maemunah dan memiliki 5 (lima) orang anak yaitu :

  • Rudi Pirngadie
  • Sunar Pirngadie
  • Sumiati Pirngadie
  • Sulastri Pirngadie Menikah dengan Iskandar Soekanta (M.Roesdiono,Zulkarnaen ,M.Arifin,Istiasti,Denny Zainudin,Glen Faizin, Roosdianty)
  • Rudiyah Pirngadie

Karya Lukis

sunting
No Judul Tahun Pratayang
1 Pemandangan Sawah Terasering 1931  
2 Pemandangan di Indonesia 1920  
3 Kampung di Jawa 1930  
4 Pemandangan Kampung Antara 1875-1936  
5 Pantai Pelabuhan Ratu (Mas Pirngadi) 1927  
6 Tanpa Judul Antara 1875-1936  
7 Pemandangan Kampung di Jawa 1919  

Bibliografi

sunting
  • De Inlandsche Kunst Nijverheid In Ned. Indie’s’ Graven Hage.
    • Jilid 1, tentang Anjaman (1912)
    • Jilid 2 tentang Tenunan, (1912)
    • Jilid 3 tentang Batik (1916)
    • Jilid 4 tentang Emas dan Perak (1927)
    • Jilid 5 tentang logam lain selain emas dan perak (1930)

Penghargaan

sunting
  • Piagam penghargaan lukisan terbaik pada pameran di Annual Fair Surabaya(1905)
  • Penghargaan II pada pameran lukisan cat air, Surabaya (1907)
  • Dua medali pada pameran lukisan, Surabaya (1912)
  • Hadiah untuk lukisan pemandangan Indonesia terbaik pada The Gent Exposition (1913)
  • Hadiah pertama untuk lukisan cat air terbaik pada Pameran Kolonial, Semarang (1914)
  • Hadiah pertama dan kedua pada perlombaan membuat kulit buku terindah (1919)
  • Anugerah Tanda Kehormatan Kelas Satyalancana Kebudayaan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2014)

Referensi

sunting
  1. ^ a b c "Profil singkat Mas Pirngadie". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-13. Diakses tanggal 2013-12-13. 
  2. ^ Situs resmi Taman Ismail Marzuki Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine., diakses 16 Maret 2015
  3. ^ Sumber Ilmu: Periode senirupa modern Indonesia Diarsipkan 2015-03-31 di Wayback Machine., diakses 16 Maret 2015

Pranala luar

sunting