[go: up one dir, main page]

Pertempuran Britania Raya

pertempuran udara antara angkatan udara Jerman dan Britania Raya pada tahun 1940
(Dialihkan dari Pertempuran Britania)

Pertempuran Britania Raya adalah pertempuran antara Luftwaffe (angkatan udara Jerman) dengan RAF (angkatan udara Britania Raya) pada tahun 1940-41. Pertempuran ini dilatari oleh upaya Jerman untuk membombardir daratan Britania Raya dari udara. Upaya ini dicegah oleh RAF yang mengirim pesawat-pesawat tempurnya untuk menghadang skuadron pesawat pengebom Jerman. Sebab pemerintah Britania Raya sadar bila udara Britania Raya sampai dikuasai Jerman, maka akan sangat mudah bagi Jerman untuk menginvasi Britania Raya melalui operasi Singa Laut. Pada pertempuran ini AU Jerman (Luftwaffe) mengerahkan 1.200 pesawat pengebom maupun pemburu yang terdiri dari jenis Heinkel He-111H (pengebom medium), Junkers JU-88 (pengebom cepat), Do-17Z (pengebom ringan), Messerschmitt Bf-109 (pemburu) dan Junkers Ju-87 Stuka (pengebom tukik). Sedangkan sebagai penangkalnya RAF mengerahkan 650 pesawat pemburunya yang terdiri dari Spitfire, Hawker Hurricane dan Bristol Beufighter. Dalam pertempuran ini baik Luftwaffe maupun RAF menderita korban yang cukup banyak dan sebagian kota London hancur karena serangan pengebom Jerman yang bertubi-tubi. Banyaknya kerugian yang diderita Jerman, membuat Hitler menunda Operasinya untuk sementara waktu.

Pertempuran Britania Raya
Bagian dari Perang Dunia II

Pengebom Heinkel He 111 selama pertempuran Britania Raya
Tanggal10 Juli–31 Oktober 1940
LokasiRuang udara Britania Raya, Selat Inggris
Hasil Kemenangan Britania Raya
Pihak terlibat
Britania Raya Britania Raya
 Kanada
Jerman Nazi
Italia
Tokoh dan pemimpin
Britania Raya Hugh Dowding
Britania Raya Keith Park
Britania Raya Trafford Leigh-Mallory
Britania Raya CJ Quintin Brand
Britania Raya Richard Saul
Jerman Nazi Hermann Göring
Jerman Nazi Albert Kesselring
Jerman Nazi Hugo Sperrle
Jerman Nazi Hans-Jürgen Stumpff
Italia Rino Corso Fougier
Kekuatan
1.963 pesawat 2.550 pesawat
Korban
544 kru pesawat tewas
422 kru pesawat terluka
1.547 pesawat hancur
2.698 kru pesawat tewas
967 ditawan
1.877 pesawat hancur

Latar belakang

sunting

Setelah mengalahkan Prancis, Hitler mengira Britania Raya pasti bersedia untuk berdamai, sehingga Jerman bisa dengan mudah menyerang Rusia. Namun ia salah, Britania Raya tidak menghendaki suatu kekuasaan mencapai hegemoni di daratan Eropa, yang akan bertentangan dengan politik luar negeri yang secara tradisional di jalankan oleh semua pemerintahan Britania Raya. Hitler berkali-kali memohon perdamaian pada Britania Raya namun ditolak. Tanggal 16 Juli 1940, Hitler mengeluarkan surat perintah nomor 16 yang isinya mengadakan persiapan untuk invasi ke Britania Raya. Tetapi pihak Jerman saat itu masih belum memiliki rencana untuk menduduki kepulauan Britania Raya.

Masalah

sunting

Laksamana Raeder mengatakan kepada Hitler bahwa invasi dapat dilaksanakan pada tanggal 15 September, itupun apabila cuaca baik. Sehingga Laksamana Raeder menyimpulkan bahwa Operasi Singa Laut, operasi untuk mendarat di pantai Britania Raya, baru bisa dilaksanakan bulan Mei 1941. Tidak hanya masalah cuaca yang dihadapi Jerman, Angkatan Laut Jerman tidak memiliki cukup kapal untuk melakukan invasi, apalagi setelah mengalami kerugian saat Kampanye Norwegia. Tetapi Hitler masih mempunyai Luftwaffe yang saat itu masih kuat. Maka pada hari terakhir bulan Juli 1940 Hitler mengambil keputusan apakah pendaratan dilakukan bulan September 1940 atau diundur sampai Mei 1941. Jika serangan udara Luftwaffe mampu melumpuhkan Britania Raya, maka invasi akan dilakukan tanggal September 1940, tetapi jika tidak berhasil maka diundur sampai tahun 1941.

Serangan Rajawali

sunting

Serangan yang akan dilancarkan Luftwaffe diberi nama Adlerangriffe atau "Serangan Rajawali". Jerman mengerahkan 963 pesawat tempur dan 1311 pesawat pengebom untuk menghancurkan RAF dan Royal Navy. Britania Raya hanya dapat menyediakan sekitar 800 pesawat tempur saat itu. Pada Juli, Luftwaffe memusatkan serangannya pada pelabuhan-pelabuhan dan area perkapalan. Maksud tersembunyi dari serangan ini untuk memancing pesawat tempur Britania Raya, tetapi Britania Raya tidak terpancing perangkap Jerman, bahkan berlaku sangat hemat pada kekuatan pesawat tempurnya.

Tanggal 12 Agustus Göring menyerang pusat-pusat radar Britania Raya. Lima pusat radar rusak, dan sebuah hancur sama sekali, tetapi Jerman tidak meneruskan terhadap instalasi radar itu. Jika saja serangan ini diteruskan maka keuntungan pihak Jerman akan jauh lebih besar.

Esoknya, tanggal 13-14 Agustus Göring memindahkan serangannya dari instalasi radar ke lapangan terbang pesawat tempur RAF. Hasilnya sedikit, dan kembali kerugian Jerman jauh lebih besar.

Mulai tanggal 15 Agustus terjadi pertempuran udara yang besar di siang hari. Göring setiap hari mengerahkan seluruh kekuatannya sekitar 2000 pesawat pengebom dan pesawat tempur, untuk menghancurkan industri pesawat terbang dan pangkalan tempur RAF. Tetapi radar-radar Britania Raya yang saat itu lebih maju daripada Jerman mampu mendeteksi datangnya pesawat musuh dalam radius yang lebih jauh sehingga Jerman kehilangan 75 pesawat, dibandingkan Britania Raya yang hanya 34 pesawat. Di antara tanggal 19 dan 23 Agustus, Serangan Jerman ditunda karena cuaca buruk.

Serangan siang hari

sunting

Tanggal 24 Agustus, Göring meneruskan serangannya untuk menghancurkan Fighter Command, barisan tempur RAF, sehingga serangan dilakukan di siang hari. Setiap hari Göring mengirim sekitar 1000 pesawat. Meskipun pilot-pilot RAF melakukan perlawanan yang gigih, tetapi kekuatannya semakin lama semakin berkurang. Dan selama satu bulan lamanya terus-menerus, mulai berkurang stamina dan jumlahnya.

Selama dua minggu, 24 Agustus sampai 6 September 1940, RAF kehilangan 103 pilot yang tewas dan 128 luka berat. Jika saja Luftwaffe meneruskan serangannya akan berdampak buruk bagi RAF. Tetapi Göring mengurungkan niatnya.

Serangan malam

sunting

Luftwaffe masih membatasi serangannya pada sasaran militer, seperi pabrik-pabrik senjata. Akan tetapi pada suatu malam pengebom-pengebom Jerman karena salah navigasi, menjatuhkan bomnya di tengah-tengah kota London meskipun diperintah untuk menyerang pabrik pesawat terbang dan tangki-tangki minyak.

Pihak Britania Raya mengira pengeboman terhadap warga sipil ini dilakukan secara sengaja. Sehingga RAF diberi perintah untuk melakukan serangan balasan. Hanya kira-kira 40 pengebom RAF mencapai Berlin dan menjatuhkan bom di tengah-tengah permukiman penduduk. Beberapa malam kemudian Britania Raya mengulangi serangannya pada kota-kota Jerman. Kerugian Jerman tidak besar, tetapi ini membuat Hitler murka sehingga Britania Raya harus dibalas, pikirnya.

Sejak 7 September Luftwaffe mengubah taktiknya, bukan meneruskan sasaran militer pada siang hari, melainkan memgebom pada waktu malam, baik sasaran militer maupun sipil. Hampir 1300 pesawat menyerang London pada tanggal 7 September itu. Namun serangan London ini tidak menyebabkan Hitler mengambil keputusan untuk melaksanakan invasi. Di satu pihak, Jenderal Jerman berpendapat bahwa serangan Luftwaffe telah begitu merusak, baik moral maupun material sehingga suatu pendaratan tidak perlu dilakukan lagi. Di pihak lain, ada yang berpendapat RAF masih ada, yakni ketika menyerang pemusatan kapal pendaratan Jerman. Juga armada laut Britania Raya turut mengacau pelabuhan-pelabuhan yang di kuasai Jerman, seperti Ostend, Calais, Boulogne, dan Cherbourg.

Kembali serangan siang hari

sunting

Pada tanggal 15 September, Luftwaffe mulai menyerang Britania Raya di waktu siang hari, karena mengira bahwa serangan malam semenjak 7 September telah membawa keuntungan bagi Jerman. Luftwaffe juga menyerang kota London dengan kira-kira 800 pesawat. Kedatangan Luftwaffe terlebih dahulu diketahui di layar radar, maka sebelum tiba di London pesawat tempur Britania Raya berhasil menyergap lawannya. Jerman kehilangan 56 pesawat, sedangkan Britania Raya hanya 26 buah.

Kekalahan ini akhirnya membuat Hitler mengurungkan niatnya untuk menyerbu Britania Raya. Empat hari kemudian ia mengeluarkan perintah untuk menghentikan pengumpulan kapal-kapal pendarat di pelabuhan-pelabuhan Eropa Barat. Pada 12 Oktober, Hitler secara resmi menunda Operasi Singa Laut sampai musim semi tahun 1941.

Referensi

sunting